Ambon
Ambon merupakan ibu kota di kepulauan
Maluku. Yang memiliki keindahan alam yang sangat eksotis dan menawan. Hamparan
pantai dan laut yang dapat kita nikmati bila menyempatkan waktu berkunjung
kesana. Dalam kesempatan kali ini saya Nurdiana Safitri dari Usaha Jasa
Pariwisata ingin memberikan sedikit informasi mengenai wisata budaya dan
sejarah dari kota Ambon,dari data yang di peroleh. Ambon merupakan salah satu
kota yang memiliki keunikan tersendiri yang juga terlihat dari masyarakat yang
memiliki eksotika warna kulit dan bahasa nya yang berbeda. Namun hal tersebut
tidak memberikan jarak bagi kami bangsa Indonesia. Malah memberikan ciri khas
tersendiri dari suku suku yang adat. Berikut akan saya ulas mengenai kota Ambon
dan ragam budaya nya secara lebih dekat.Yang pasti nya membuat pembaca menjadi
ingin berkunjung dan meneladani budaya yang meraka punya sebagao salah satu
warisan budaya yang kita miliki.Yang pasti akan memiliki banyak cerita baru
jika kita dapat menelusuri seperti apakah Ambon ini sesungguhnya?
Selain ibu kota Provinsi Maluku.
Dahulu Ambon dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah terbaik dunia.
Sampai sekarang pun masih. Selain penghasil rempah-rempah, Ambon juga dikenal
lewat keindahan alamnya yang begitu memukau bagi siapa saja yang
mengunjunginya.
Kota Ambon terletak di daerah datar, dikelilingi oleh Teluk Ambon yang indah, yang didukung oleh pegunungan hijau subur dan menghadap ke air jernih dan taman karang berwarna-warni dan beraneka ragam spesies.
Kota Ambon terletak di daerah datar, dikelilingi oleh Teluk Ambon yang indah, yang didukung oleh pegunungan hijau subur dan menghadap ke air jernih dan taman karang berwarna-warni dan beraneka ragam spesies.
Kota Ambon juga dikenal sebagai "Ambon Manise" yang berarti Ambon itu manis atau cantik. Nama ini dikarenakan keindahan alam Ambon yang menawan dan keramahan orang di sini, juga dikenal sebagai pulau tropisnya Indonesia.
Sebagai salah satu tempat paling awal di Indonesia yang ditempati oleh kekuasaan kolonial Belanda, Ambon memiliki sejarah yang panjang. Banyak kebudayaan Ambon saat ini telah tercampur warisan Eropa dan masyarakat lokal Ambon.
Di sini kita dapat menemukan benteng tua dan literatur kerajaan lokal yang menelusuri banyak cerita rakyat. Selain itu, Ambon juga tempat berbagai ras, dan rumah bagi berbagai etnis, salah satunya Suku Alifuru asli; juga orang Jawa yang datang ke sini, serta Sumatera, Minahasa, orang-orang Arab yang datang pada abad ke-9. Demikian juga bangsa Eropa, dan China yang pertama datang di abad ke-7 untuk berdagang di daerah makmur pulau rempah-rempah ini.
Pada tahun 2000-an, Ambon sempat mengalami konflik berkepanjangan. Namun, saat ini Ambon merupakan destinasi yang sangat aman. Ketika saya berkeliling dan jalan-jalan di Ambon, masyarakatnya sangat ramah, dan berita yang santer diberitakan akibat konflik sama sekali tidak saya rasakan di sini.
Salah satu ikon Kota Ambon adalah
patung Martha Christina Tiahahu yang merupakan patung penghargaan untuk seorang
pahlawan anti-penjajah yang berjuang melawan Belanda bersama ayahnya pada awal
abad ke-19. Ketika ayahnya dieksekusi karena mendukung gerakan perlawanan,
Martha melanjutkan pertarungan. Namun, dia kelaparan sampai mati ketika
ditangkap oleh Belanda.
Untuk mengingat sepak terjang pejuang yang gigih melawan penjajah itu, dibuatlah patung Martha Christina Tiahahu. Letaknya di atas bukit di samping gedung DPRD, menghadap teluk dan Kota Ambon. Lokasi tersebut merupakan spot terbaik untuk memotret. Paling tepat, memotretnya di kala senja.
Untuk mengingat sepak terjang pejuang yang gigih melawan penjajah itu, dibuatlah patung Martha Christina Tiahahu. Letaknya di atas bukit di samping gedung DPRD, menghadap teluk dan Kota Ambon. Lokasi tersebut merupakan spot terbaik untuk memotret. Paling tepat, memotretnya di kala senja.
Berikut beberapa lokasi wisata yang dapat kita kunjungi di Kota Ambon.
1. Patung Pattimura di Lapangan Merdeka
2. Tugu Dolan di Kudamati
3. Tugu Trikora di Urimesing
4. Patung Franciscus Xaverius di Batumeja
5. Rumphius, monumen di Batu Meja
6. Namalatu Beach di Latuhalat
7. Natsepa Indah Beach di Natsepa
8. Santai Beach di Latuhalat
9. Pintu Kota di Airlow
10. Gong Perdamaian Dunia (World Peace Gong)
11. VOC Bunker di Benteng Atas
.
Penduduk aslinya tinggal didaerah
perbukitan atau perdalaman pulau tetapi penduduk pendatang yang datang dari
bugis, makasar, button, dan jawa biasanya tinggal didaerah pinggir pantai.
Setiap pulau dengan pulau yang lain
memiliki perbedaan kebudayaan atau adat istiadat, hal ini disebabkan oleh
gejala “isolasi”. Misalnya orang Tobaru dan Sou saling tidak mengetahui bahasa
satu sama lainnya, oleh sebab itu mereka terpaksa memakai bahasa pengantar
Ternate. Setiap pulau yang ada di pulau maluku telah mengembangkan
kebudayaannya sendiri. Meskipun kebudayaan mereka berbeda-beda tapi ada
beberapa unsurnya yang sama.
Di Ambon desa dinamakan dengan negeri yang
dikepalai oleh seorang Raja. Di dalam sebuah desa atau negeri terdapat beberapa perkampungan yang
di pimpin oleh Aman. Di dalam sebuah perkampungan terdiri dari bagian
kampung yang dipimpin oleh seorang Soa. Di dalam Soa terdapat
beberapa rumah yang dipimpin oleh mata rumah. Pada zaman modern ini bentuk
desa demikian telah mulai hilang. Karena sewaktu mereka pindah dari perdalaman
ke dareah pesisir pantai kesatuan-kesatuan yang mereka adakan telah berpencar
dan tidak menemukan satu sama lain.
Rumah-rumah yang biasa mereka tempati
ialah rumah pangung. Rumah-rumah penduduk asli sangat berbeda dengan penduduk
yang datang, masyarakat islam dan masyarakat nasrani yang tidak bertiang
sejajar dengan tanah. Rumah kepala Soa biasanya selalu dibangun dengan megah
dan indah ala perumahan Eropa.
Dalam system kemasyarakatan masyarakat
Ambon mengambil system kekerabatan yang bersifat ke-Ayahan “Patrilineal”. Di
dalam kekerabatan yang memegang peranan penting ada dua yaitu Mata rantai,
mata rumah ini biasanya bertugas mengatur perkawinan warganya secara “Exogami” dan
dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah “dati” tanah milik kerabat
patrilineal. Family, family merupakan kesatuan terkecil dalam mata
rumah. Family ini berfungsi sebagai pengatur pernikahan klenya.
Perkawinan dalam masyarakat Ambon
merupakan urusan mata rumah dan family. Di dalam masyarakat Ambon perkawinan di
kenal dengan beberapa macam, diantaranya :
1. Kawin minta ialah
perkawinan yang terjadi apabila seorang pemuda telah menemukan seorang gadis
yang akan dijadikan istri, maka pemuda in meminta pada mata rumah dan family
untuk melamarnya. Sebelum acara pelamaran para mata rumah dan family mengadakan
rapat adat satu klen dalam persiapan acara pelamaran.
2. Kawin lari atau lari
bini adalah system perkawinan yang paling lazim di lakukan oleh masyarakat
Ambon. Hal ini di karenakan oleh masyarakat Ambon lebih suka jalan pendek,
untuk menghindari prosedur perundingan dan upacara adat.
3. Kawin masuk atau kawin
menua yaitu perkawinan yang pengantin laki-lakinya tinggal di rumah
pengantin perempuannya. Perkawinan ini terjadi apabila :
· Kaum
kerabat si pengantin tidak dapat membayar maskawin secara adat.
· Penganten
perempuan merupakan anak tunggal dalam keluarganya.
· Karena
ayah dari pengaten laki-laki tidak setuju dengan perkawinan tersebut
Agama yang dianut oleh masyarakat Ambon
pada umumnya ialah Islam dan Nasrani. Meskipun masyarakat Ambon telah beragama
Islam dan Nasrani tetapi sisa-sisa agama yang asli masih mereka anut. Mereka
masih percaya akan adanya roh-roh yang harus dihormatidan diberi makanminum,
dan tempat tinggal, agar tidak menganggu kehidupan manusia.
Acara adat yang berhubungan dengan
religi ialah :
1. Masuk Baileu ( Rumah Adat
masyarakat Ambon ), Untuk masuk baileu orang harus melakukan upacara
lebih dahulu yaitu minta izin pada roh-roh yang ada di baileu. Dalam
upacara ini, mauweng mengorbankan seekor sapi.
2. Cuci Negri, Di daerah jawa acara
adat ini di kenal dengan bersih desa. Dalam acara ini semua penduduk di
wajibkan membersihkan rumah, perkarangan, dan baileu. Upacara ini jika tidak
dilakukan maka seluruh desa bias kejangkitan penyakit atau panennya gagal.
3. Kain Berkat, Sebuh tradisi dalam
pernikahan masyarakat Ambon, yaitu pembayaran berupa kain putih dan minuman
kerasa ( tuak ) oleh klen pengaten laki-laki kepada klen pengaten perempuan.
Jika tidak dilakukan maka keluarga muda itu akan jadi sakit dan mati.
Organisasi-organisasi dalam system
kemasyarakatan Ambon ialah :
1. Patalima dan Patasiwa, Patalima
adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh kaum alifuru dari barat. Patasiwa
ialah sebauh organisasi yang didirikan oleh anggota Patalima yang pindah ke
daerah timur Ambon.
2. Jojaro dan Ngungare, Jojaro ialah
sebuah organisasi yang terdiri dari para pemudi yang belum menikah. Ngunare
adalah sebuah organisasi yang terdiri dari para pemuda Ambon yang belum
menikah.
3. Pela, Pela berasal dari kata
"Pila" yang berarti "buatlah sesuatu untuk bersama".
Sedangkan jika ditambah dengan akhiran -tu, menjadi "pilatu", artinya
adalah menguatkan, usaha agar tidak mudah rusuh atau pecah. Tetapi juga ada
yang menghubungkan kata pela ini dengan pela-pela yang berarti saling membantu
atau menolong. Dengan beberapa pengertian ini, maka dapat dikatakana bahwa pela
adalah suatu ikatan persaudaraan atau kekeluargaan antara dua desa atau lebih
dengan tujuan saling membantu atau menolong satu dengan yang lain dan saling
merasakan senasib penderitaan. Dalam arti bahwa senang dirasakan bersama begitupun
susah dirasakan bersama (Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Maluku, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978, hlm 27). Ikatan pela ini diikat dengan
suatu sumpah dan dilakukan dengan cara minum darah yang diambil dari jari-jari
tangan yang dicampur dengan minuman keras lokal maupun dengan cara memakan
sirih pinang.
Hubungan pela ini biasanya terjadi
karena ada peristiwa yang melibatkan kedua kepala kampung atau desa, dalam
rangka saling membantu dan menolong satu sama lain. Dalam ikatan pela ini
memiliki serangkaian nilai dan aturan yang mengikat masing-masing pribadi yang
tergabung dalam persekutuan persaudaraan atau kekeluargaan itu. Aturan itu
antara lain adalah: tidak boleh menikah sesama pela atau saudara sekandung
dalam pela. Jika hal ini dilakukan maka akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan atau terjadi hukuman bagi yang melanggaranya (op.cit., Cooley,
hlm184).
Jenis-Jenis Pela
o Pela Keras atau Pela Minum
Darah. Disebabkan karena pela ini ditetapkan melalui sumpah para pemimpin leluhur
kedua belah pihak dengan cara meminum darah yang diambil dari jari-jari mereka
yang dicampur dengan minuman keras lokal dari satu gelas. Hal ini memateraikan
sumpah persaudaraan untuk selama-lamanya. Pela ini biasanya atau umumnya adalah
hasil dari keadaan perang. Artinya bahwa setelah kedua kapitan dari dua desa
tersebut saling bertarung dan pada akhirnya tidak ada yang bisa saling
mengalahkan, maka diangkat sumpah untuk mengakhiri permusuhan itu. Sumpah itu
dimaksudkan untuk mengikat "persaudaraan darah" untuk selamanya.
Sehingga dalam perkembangannya jika yang satu mereka susah atau memerlukan
bantuan, maka yang lain harus membantu. Inilah komitmen yang sudah merupakan
kewajiban ataupun keharusan.Semua warga dari desa-desa yang angka pela ini tidak
terlepas dari tuntutan-tuntutan, antara lain : tidak boleh menikah, saling
membantu dan memikul beban. Pela keras ini biasa disebut juga dengan pela tuni
ataupun pela batu karang.
o Pela Lunak atau Pela Tampa
Sirih. Jenis pela ini tidak diikat dengan sumpah yang memaka idarah, tetapi
hanya dengan memakan sirih pinang. Ikatan pela ini terjadi karena bertemu dalam
situasi yang mengundang untuk saling membantu, misalnya pada saat terjadi angin
rebut ada yang menolongnya. Ataupun juga pela jenis ini terbentuk melalui
kegiatan masohi atau bantuan tenaga dari satu desapada desa lain. Pela ini
tidaklah keras, karena tidak dilarang untuk menikah sesama pela.
o Pela Ade Kaka. Pela jenis
ini pada umumnya merupakan hasil pertemuan kembali antara adik-kakak yang
bersaudara dimana tadinya berpencar dan telah membentuk kampung sendiri.
Umumnyapela saudara ini berlangsung antara kampung-kampung yang beragama
kristen dan Islam. Pela ini biasanya dikenal dengan nama Pela Gandong. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa walaupun ada berbagai jenis pela akan tetapi
semuanya mempunyai hakekat yang satu, yaitu ikatan persaudaraan atau
kekeluargaan yang berlangsung untuk selamanya karena diikat dengan sumpah
darah.
Panas Pela adalah suatu kegiatan yang
dilakukan setiap tahun antara desa yang telah sama-sama mengangkat sumpah dalam
ikatan pela untuk mengenangkan kembali peristiwa angka pelayang terjadi pada
awalnya. Selain itu juga kegiatan panas pela ini juga pada intinya adalah untuk
lebih menguatkan, mengukuhkan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan.
Pada hakikatnya pela telah mengandung
unsur rekonsiliasi. Oleh karena dalam budaya pela itu sendiri dinyatakan
bagaimana ikatan yang kuat dalam menjalin kedamaian ata kehidupan yang saling
merasakan susah dan senang secara bersama. Akan tetapi dengan melihat situasi
yang terjadi akhir-akhir ini yang menumbangkan ikatan pela oleh karena ikatan
agama yang begitu kuat karena permainan politik yang menggunakan agama sebagai
kendaraan, maka tidak dapat disangkal, pasti semua orang akan bertanya mengapa
ikatan persaudaraan yang begitu kuat mengikat hubungan antara desa yang satu
dengan yang lain, apalagi ikatan agama dapat runtuh.
Bahasa Melayu berasal dari Indonesia
bagian barat (dulu disebut Nusantara bagian barat) dan telah
berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di seluruh kepulauan nusantara. Sebelum
bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (Tahun 1512), bahasa Melayu
telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan.
Bahasa Melayu Ambon berbeda dari bahasa
Melayu Ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon dan yang tentunya
mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku
yang ada di Ternate. Setelah bahasa Indonesia baku mulai diajarkan di
sekolah-sekolah di Maluku, maka ia mulai mempengaruhi bahasa Melayu Ambon
sehingga sejumlah kata diserap dari bahasa Indonesia baku ke dalam bahasa
Melayu setempat, tentu saja disesuaikan dengan logat setempat. Sedangkan
kebanyakan masyarakat Muslim Ambon masih mempunyai bahasa daerah sendiri yang
disebut bahasa tanah. Di ambon juga ada panggilan sosial seperti : Babang/
abang (kakak laki-laki : dipakai kalangan Muslim), Caca (kakak perempuan:
Muslim), Usy (kakak perempuan Kristen), Broer/ bung/ bu (kakak laki-laki dipakai kalangan Kristen), Nyong
(netral), Bapa Raja (kepala desa)
Pattimura(atau
Thomas Matulessy) (lahir di Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), juga dikenal
dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan Ambondan merupakan Pahlawan nasional Indonesia.
Di
wilayah Ambon, musik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari. Sebagian besar
rumah terutama di desa cenderung menyalakan musik dengan suara keras. Jangan
mengharapkan lagu-lagu Justin Beiber atau Lady Gaga yang populer di sini,
melainkan lagu-lagu pop Maluku yang diciptakan oleh masyarakat Maluku sendiri.
Anda pasti akan terpukau dengan banyaknya album-album
pop Maluku yang dirilis, sangat berbeda dengan kondisi umum di daerah lain di
Indonesia, di mana lagu daerah biasanya didominasi oleh lagu-lagu lawas yang
makin lama kian redup.
Selain di rumah-rumah penduduk,
lagu-lagu Pop Maluku ini juga memeriahkan transportasi umum seperti kapal
penyeberangan dan angkutan umum, serta tak ketinggalan pula rumah-rumah makan
dan tempat umum lainnya. Lagu-lagu ini biasanya dihadirkan dalam bentuk putaran
VCD yang menampilkan teks dari lirik lagu tersebut, sehingga lagu-lagu ini pula
yang membantu kami mempelajari Bahasa Maluku.
Terpengaruh oleh suasana ini, kami pun
belajar beberapa lagu lawas yang cukup populer pada jamannya. Jadilah katong
badedang sambil baronda kalili Ambon.
Maluku punya Tari Lolyana yang
merupakan tradisi dan kebudayaan masyarakat Kepulauan Teon Nila, Serua. Tarian
ini mengangkat upacara panen lolak ke dalam bentuk pertunjukan. Umumnya Tari
Lolyana ditarikan oleh gadis Ambon Manise. Lolyana sendiri adalah kata umum
yang dipakai untuk pekerjaan mengumpulkan salah satu hasil laut, lolak.
Ada juga Tari Gaba-gaba, yang dalam bahasa lokal disebut Tari Saureka Reka. Tari Gaba-gaba ini dibuat sesuai dengan namanya. Gaba-gaba berarti pelepah daun sagu yang sudah kering dan ringan. Ketika panen sagu, batang pohon sagu ditebang untuk diambil patinya. Pati sagu ini merupakan makanan pokok pengganti beras. Pelepah batang ini tidak dibuang begitu saja, tetapi dikumpulkan lalu dikeringkan.
Ada juga Tari Gaba-gaba, yang dalam bahasa lokal disebut Tari Saureka Reka. Tari Gaba-gaba ini dibuat sesuai dengan namanya. Gaba-gaba berarti pelepah daun sagu yang sudah kering dan ringan. Ketika panen sagu, batang pohon sagu ditebang untuk diambil patinya. Pati sagu ini merupakan makanan pokok pengganti beras. Pelepah batang ini tidak dibuang begitu saja, tetapi dikumpulkan lalu dikeringkan.
Saat ini gaba-gaba digunakan
sebagai perlengkapan tari. Di Maluku dan wilayah Indonesia timur lain,
gaba-gaba juga digunakan sebagai dinding rumah yang bisa bertahan hingga
belasan tahun. Gaba-gaba juga dipakai sebagai pengganti kayu untuk memasak.
Tarian ini dibawakan oleh anak-anak selagi mereka menunggu orangtuanya panen
sagu.
Wisatawan bisa mengunjungi Ambon dengan penerbangan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) atau penerbangan transit melalui Bandara Sultan Hasanuddin (Makassar), dan Bandara Sultan Babullah (Ternate). Adapun maskapai penerbangan yang tercatat melayani penerbangan ke Ambon adalah Garuda Indonesia, Lion Air, Indonesia AirAsia, Wings Air, dan Sriwijaya Air.
Wisatawan bisa mengunjungi Ambon dengan penerbangan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) atau penerbangan transit melalui Bandara Sultan Hasanuddin (Makassar), dan Bandara Sultan Babullah (Ternate). Adapun maskapai penerbangan yang tercatat melayani penerbangan ke Ambon adalah Garuda Indonesia, Lion Air, Indonesia AirAsia, Wings Air, dan Sriwijaya Air.
Pakaian adat :
Pakaian adat Cele
Tarian Tradisional : Tari Lenso, Tari Cakalele, Tari Saureka-Reka, Tari Katreji, Tari Bambu Gila, Tari Peris, Tari Orlapei, Tari Loliyana, Tari Kabaresi, Tari Panah
Senjata Tradisonal : Parang Salawaku
Lagu Daerah : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase
Suku : Buru, Banda, Seram, Kei, Ambon, Rana, Alifru, Togitil, Furu-furu
Julukan : Kota Ambon Manise
Tarian Tradisional : Tari Lenso, Tari Cakalele, Tari Saureka-Reka, Tari Katreji, Tari Bambu Gila, Tari Peris, Tari Orlapei, Tari Loliyana, Tari Kabaresi, Tari Panah
Senjata Tradisonal : Parang Salawaku
Lagu Daerah : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase
Suku : Buru, Banda, Seram, Kei, Ambon, Rana, Alifru, Togitil, Furu-furu
Julukan : Kota Ambon Manise
SEJARAH
Sejarah kota Ambon dimulai pada saat kedatangan orang-orang Portugis
membangun benteng di pulau ini sebagai tempat beraktivitas dalam perdagangan
dan penyebaran agama. Pendirian kota Ambon berawal dari orang-orang Portugis,
yang saat itu sedang berada dalam konflik politik dengan para penguasa
kesultanan Ternate dan umat Islam di pantai utara Hitu. Orang-orang Portugis
pertama yang pernah mendarat di Ambon adalah Francisco Serrao bersama
delapan orang anak buah kapalnya pada tahun 1512. Kapal mereka karam di celah
Nusa Penyu; dan terdampar di Nusa Telu (pulau tiga) di depan negeri Asilulu
ujung barat Hitu. Mereka diterima oleh Raja Negeri Hitu Meseng. Menurut
Rumphius dan Valentijn, mereka diberikan tempat tinggal di dekat sungai
Pikapoli yang berada di selatan negeri Mamala. Selama beberapa tahun mereka
tinggal ditempat itu, namun penduduk Hitu yang beragama Islam menolak menerima
orang Portugis karena dua alasan yaitu : pertama tindakan
mereka yang tidak sopan dan kasar terhadap penduduk. Kedua adalah
karena keterikatan mereka dengan agama Kristen yang berbarengan dengan agama
Islam yang telah dianut oleh penduduk di daerah Hitu dan sekitarnya.
Kota Ambon punya
sejarah panjang. Sudah lebih dari 400 tahun, kota berjuluk Amboina atau AmbonManise
ini, menjadi saksi sejarah peradaban manusia di Maluku. Penaklukan
pulau Ambon dari tangan Portugis dipimpin oleh Laksamana Steven Van der Haghen
pada tanggal 23 Pebruari 1605 dibantu oleh kekuatan tempur Ternate, Luhu di
pulau Seram, Hitu maupun pasukan bantuan dari Jawa, dan Goa (Makasar)
menyebabkan kastel Portugis jatuh ke tangan VOC.
Benteng Nieuw Victoria (1910)
Benteng Portugis
diserahkan oleh Gaspar de Melo pimpinan Portugis di Ambon tanpa melalui
peperangan. Setelah benteng ditaklukan oleh VOC, beberapa waktu kemudian
dilanjutkan dengan mengadakan beberapa perjanjian penting dengan
pihak Portugis dan membuat kontrak khusus dengan penguasa pribumi
menyangkut perdagangan rempah-rempah.
Steven Vander Hagen
mengangkat Frederik de Hotman sebagai Gubernur pertama di Ambon tahun 1505-1511
dan ia mulai melakukan perjanjian dengan pemimpin-pemimpin lokal di pulau
Ambon dan beberapa daerah lain di Maluku. (E.W.A. Ludeking 1964:1-10).
Pengganti de Hotman
adalah Jansz Japer yang memerintah selama empat tahun tetapi tidak ditemukan
kemajuan yang penting selama masa kepemimpinannya. Pada bulan Maret tahun 1515
Adrian Martensz Block dari Alkmaar tampil memerintah sebagai gubernur dengan
gaya kepemimpinan otoriter yang memaksakan rakyat untuk kerja paksa
memperluas/memperbesar Benteng Victoria.
Tindakan Gubernur ini
menyebabkan penduduk Negeri Soya dan Ema yang terletak di pedalaman jazirah
Leitimur melakukan perlawanan bersenjata menentang tindakan gubernur
Adrian yang semena-mena terhadap rakyat di Pulau Ambon. Ini adalah awal
dari permusuhan antara orang-orang Ambon dengan Belanda (VOC).
MAKANAN
Roti
Kering Kenari
Berbentuk seperti lembaran roti tawar, ditambah potongan
kenari dan gula. Tekstur kenari yang garing memberikan sensasi yang nikmat saat
memakannya
Rujak
Natsepa
Rujak segar yang dijual seharga sepuluh ribu rupiah ini
begitu nikmat disantap di tepi pantai. Menggunakan gula Makassar, bumbunya pun
begitu menggugah selera.
No comments:
Post a Comment