Mencari Cara Ampuh Mengatasi Masalah Pariwisata
Assalamualaikum!
Namaste! Ohmswastiyastu! Slalom! Salam sejahtera bagi kita semua,dan salam
hangat untuk para insan pariwisata
se-Indonesia dimanapun kalian berada, pertama-tama izinkan saya memperkenalkan
diri saya terlebih dahulu sebelum saya mulai membahas apa yang ingin saya
bahas, nama saya Garin Girindra Dwi Saputra, saya adalah seorang laki-laki yang
berasal dari DKI Jakarta dan dilahirkan 19 tahun yang lalu tepatnya pada
tanggal 9 Mei. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas tentang
masalah-masalah yang ada di Indonesia khususnya pada sektor Pariwisata, saya
akan mengulas masalah-masalah yang ada di beberapa objek wisata di Indonesia
ini sekaligus memberikan beberapa solusi yang bisa di lakukan untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada tersebut. Dijaman sekarang ini, pariwisata di
Indonesia sudah sangat berkembang dengan pesat dan tingkat wisatawan setiap
tahunnya di beberapa objek wisata di Indonesia pun terus meningkat dengan
tajam. Mungkin anda bertanya-tanya seberapa pesat kah perkembangan pariwisata
di Indonesia ini? Apakah wisatawan benar-benar sangat bertambah banyak di
Indonesia? Kalau berdasarkan pendapat saya sendiri, saya akan berkata “Iya! Perkembangan
pariwisata di Indonesia sangat pesat!” “Iya! Wisatawan bertambah semakin banyak
di Indonesia!” Mengapa saya berkata seperti itu? Saya akan memberikan alasan
mengapa saya berbicara seperti itu dengan memberikan contoh sebuah objek wisata
yang memiliki peningkatan wisatawan yang cukup signifikan, apakah objek
tersebut? Objek wisata itu adalah Pulau Tidung yang berada di wilayah Kepulauan
Seribu di Provinsi DKI Jakarta. Saya pernah pergi kesana dan mendatangi
kelurahan Pulau Tidung untuk sekedar bertanya-tanya tentang bagaimana
perkembangan pariwisata di pulau tersebut? Sepertinya kita semua tahu bagaimana
akhir-akhir ini sedang “booming”-nya Pulau Tidung khususnya pada tahun
2013-2014 lalu, bisa dibilang sangat banyak orang-orang atau wisatawan yang
berkunjung kesana dan wisatawan nya pun sangat beragam jenisnya mulai dari
keluarga, remaja-remaja, hingga rombongan pegawai perusahaan sering mendatangi
Pulau Tidung. Dan ternyata memang benar opini kita semua, jawaban yang saya
dapat dari pegawai kelurahan Pulau Tidung pun sama dengan apa yang kita
ketahui, Pulau Tidung sedang dalam peningkatan wisatawan yang sangat
signifikan, dimulai dari sekitar tahun 2010 keatas Pulau Tidung mulai dibanjiri
wisatawan-wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri sekalipun, bahkan
saya sempat ditunjukkan data statistik wisatawan yang datang ke Pulau Tidung di
tahun 2011 dan 2013, dan jika anda bandingkan pengunjung yang datang ke Pulau
Tidung tahun 2011 dan 2013 di bulan januari maka anda akan melihat kenaikan jumlah
wisatawan yang datang bertambah hingga 10 kali lipat! Kenaikan jumlah wisatawan
tersebut bisa dikatakan sangat signifikan untuk jangka waktu 2 tahun saja.
Selain di Pulau Tidung, masih banyak juga tempat-tempat atau objek wisata lain
yang mengalami kenaikan jumlah wisatawan, seperti misalnya Gunung Semeru di
Jawa Timur yang kebanjiran pengunjung karena pembuatan sebuah film yang
berlokasi di gunung tersebut. Sebenarnya masih banyak lagi tempat-tempat/objek
wisata yang mengalami kenaikan jumlah wisatawan yang cukup besar, dan semua itu
memiliki dampak-dampak yang cukup berarti entah itu dampak positif maupun
dampak negative. Ada tiga sektor yang terkena pengaruh dari dampak perkembangan
wisata tersebut yaitu sektor ekonomi, sektor sosial-budaya, dan juga sektor
lingkungan (environment). Ketiga sektor tersebut pun saling berkaitan ketika
terpengaruh dampak perkembangan wisata, namun tidak semua terkena dampak
positif seperti misalnya terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang datang, maka
di sektor ekonomi akan terkena dampak positif yaitu ikut meningkatnya
pendapatan penduduk Pulau Tidung, hal ini dikarenakan berubahnya mata
pencaharian penduduk Pulau Tidung itu sendiri yang awalnya mayoritas menjadi
nelayan, kini dengan meningkatnya jumlah wisatawan maka menjadi nelayan kini
hanya menjadi sampingan saja untuk penduduk Pulau Tidung, kebanyakan dari
mereka kini berjualan souvenir, menyewakan alat-alat snorkeling dan diving,
menyewakan penginapan, hingga menjadi tour guide. Dengan meningkatnya jumlah
wisatawan juga, maka sekarang ini tidak hanya kepala keluarga saja yang
bekerja, para ibu rumah tangga dan anak remaja pun juga mendapatkan pekerjan
dengan berjualan souvenir dan menyewakan alat-alat snorkeling dan diving hingga
menjadi tour guide untuk para wisatawan. Dengan terjadinya perubahan tersebut,
maka penghasilan penduduk akan meningkat dan dengan meningkatnya penghasilan
penduduk akan memberikan perubahan terhadap sektor social-budaya yaitu dengan
berubahnya tingkah laku social atau gaya hidup penduduk dan juga menurunnya
moral/nilai-nilai social para penduduk, seperti perubahan gaya hidup penduduk
yang menjadi lebih konsumtif, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengguna
sepeda motor di Pulau Tidung, bahkan hampir di setiap rumah penduduk terdapat
setidaknya 2 sepeda motor terparkir di depan halamannya, di Pulau Tidung juga
setiap rumah penduduk kini terpasang AC yang tidak hanya 1 tapi bisa lebih dari
1. Tidak hanya gaya hidup yang berubah, nilai moral pun jadi menurun dengan
meningkatnya penghasilan, penduduk sekitar menjadi lebih jumawa atau besar kepala, kemudian kesopanan anak-anak terhadap
orang yang lebih tua menjadi sedikit berkurang, gaya dan cara bicara pun
menjadi terpengaruh oleh budaya luar pulau dan menjadi lebih kekinian. Dalam
sektor lingkungan, meningkatnya jumlah wisatawan bahkan memberikan efek yang
sangat fatal dan menjadi permasalahan yang bisa dibilang paling inti di
Indonesia yaitu “sampah” dan “polusi”. Permasalahan sampah ini tentunya akan
sangat berpengaruh juga untuk kelangsungan dari sebuah objek wisata, karena di
masa yang akan datang sampah-sampah tersebut mungkin akan terus menumpuk
sehingga akan bisa menghilangkan keindahan dari objek wisata itu sendiri, dan
yang membuat semakin parah masalah ini adalah pemerintah di Pulau Tidung itu
sendiri kurang memiliki kesadaran untuk mengatasi masalah sampah ini, ditambah
lagi kurangnya kesadaran para wisatawan terhadap lingkungan di sekitar mereka
padahal lingkungan itu juga akan mereka nikmati terus menerus namun kurangnya
kesadaran untuk merawat lingkungan itu sendiri.
Permasalahan
sampah memang tak akan ada habisnya dan tidak akan hilang dengan sendirinya
jika masyarakat tidak mau peduli dengan itu semua. Selain sampah masih banyak
juga masalah-masalah lainnya yang mempengaruhi sektor pariwisata, seperti
sarana dan prasarana, akses (transportasi dan jalan), termasuk juga sumber daya
manusia yang kurang kompeten dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Untuk itu saya
akan mencoba untuk mengkaji masalah-masalah tersebut berdasarkan apa yang pernah
saya alami atau saya rasakan ketika saya bepergian dalam melakukan kegiatan
wisata dan juga berdasarkan apa yang pernah saya dengar atau saya baca dari pengalaman orang
lain. Pertama-tama saya akan menceritakan pengalaman saya ketika melakukan
perjalanan wisata ke Yogyakarta, saya dan dua orang teman saya berencana untuk
pergi ke Yogyakarta yang kami lakukan pada saat liburan semester genap, karena
tidak mendapatkan tiket kereta api menuju Yogyakarta maka kami pun memutuskan
untuk berangkat menggunakan Bus antar kota, waktu itu saya dan teman saya
berangkat sekitar pukul 5 sore dari terminal Rawamangun dengan menggunakan
salah satu PO Bus yang tersedia disana, saya dan teman saya kemudian diberitahu
bahwa Bus akan datang sekitar 45 menit lagi, sambil menunggu kedatangan Bus
saya dan teman saya pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu, selesai makan
sekaligus 45 menit kemudian ternyata Bus tersebut belum juga terlihat, disitu
saya pun sudah cukup kesal karena saya diberitahu bahwa Bus akan datang 45 menit
lagi namun kenyataannya Bus tersebut belum terlihat sama sekali, saya dan teman
saya pun menunggu sekitar 1 jam dan barulah Bus tersebut datang, kami pun
langsung naik dan Bus pun segera berangkat. Baru memulai perjalanan sekitar
kurang lebih 2 jam, tiba-tiba Bus tersebut masuk ke dalam pull, saya dan teman
saya mengira tidak ada masalah sama sekali namun setengah jam berlalu dan Bus
pun belum juga berangkat, dari situ masalah pun muncul, ternyata Bus yang saya
dan teman saya tumpangi mengalami masalah pada roda nya sehingga perjalanan
harus dihentikan dan Bus harus diperbaiki untuk sementara waktu, saya dan teman
saya pun kemudian turun untuk sekedar menunggu karena di dalam Bus cukup
membosankan, disitu kami duduk di tempat duduk yang tersedia dan menunggu
sangat lama sekitar 4-5 jam hingga Bus selesai diperbaiki, ini merupakan
masalah yang pertama karena pihak PO Bus tidak mempersiapkan adanya Bus
cadangan karena untuk menunggu selama itu saya kira orang pun akan kesal. Itu
adalah masalah pertama yang saya alami dalam melakukan kegiatan wisata, dan
itupun terjadi bahkan sebelum kegiatan wisata itu sendiri dimulai.
Selanjutnya
pengalaman yang saya alami pada saat melakukan kegiatan Observasi Daerah Tujuan
Wisata bersama dengan teman-teman se-angkatan saya di jurusan Pariwisata.
Masalah yang terjadi saya alami pada saat berada di Citumang, tempat saya dan
teman-teman saya melakukan kegiatan Body Rafting, disini masalah terletak pada
sumber daya manusia yang kurang kompeten dalam melaksanakan tugas mereka dan
juga jumlah instruktur yang saya pikir kurang untuk menghandle rombongan saya.
Kesalahan sumber daya manusia yang kurang kompeten ini terjadi pada saat saya
dan teman-teman akan memulai Body Rafting, seperti yang kita ketahui apabila
akan memulai suatu kegiatan apalagi kegiatan yang menggunakan fisik ada baiknya
kita melakukan persiapan atau dalam konteks ini pemanasan, namun pada saat saya
dan teman-teman akan memulai kegiatan Body Rafting kami tidak diberikan arahan
atau instruksi untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu, pada awalnya saya
berpikir ini hanya hal sepele yang tidak perlu di permasalahkan namun alhasil
pada saat kegiatan cukup banyak dari teman-teman saya yang mengalami kram
termasuk saya sendiri. Selain tidak diberi arahan atau instruksi untuk
melakukan pemanasan terlebih dahulu, sang instruktur juga kurang jelas
memberikan instruksi bagaimana cara terjun dari ketinggian 7 meter dengan benar
dan ini menyebabkan beberapa teman-teman saya jatuh dengan posisi yang salah,
untungnya hal ini tidak menyebabkan luka ataupun cedera yang begitu berarti,
namun tetap saja hal ini tentu saja sebuah kesalahan yang harus diperbaiki oleh
pihak pengelola.
Setelah masalah sumber daya manusia yang kurang kompeten, saya menemukan
masalah lain di tempat yang lain tepatnya pada saat saya melakukan wisata ke
daerah Yogyakarta. Pada saat itu saya bersama tiga orang teman saya akan pergi
menuju ke sebuah objek wisata yaitu Goa Jomblang, Gua Jomblang merupakan salah
satu gua dari ratusan kompleks gua Gunungkidul yang terkenal karena keunikan
dan keindahannya yang tidak terbantahkan. Pada tahun 2011, Gua Jomblang dijadikan tempat
pengambilan gambar Amazing Race Amerika. Terletak di rentangan perbukitan karst
pesisir selatan yang memanjang dari Gombong, Jawa Tengah; hingga kawasan karst
Pegunungan Sewu, Pacitan, Jawa Timur; gua vertikal yang bertipe collapse doline
ini terbentuk akibat proses geologi amblesnya tanah beserta vegetasi yang ada
di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun lalu. Runtuhan ini membentuk
sinkhole atau sumuran yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah luweng.
Karena itu gua yang memiliki luas mulut gua sekitar 50 meter ini sering disebut
dengan nama Luweng Jomblang. Pada saat itu saya mulai berangkat dari rumah kontrakan
teman saya yang berada di daerah Kaliurang, Yogyakarta, saya dan teman saya
memulai perjalanan sekitar pukul 8 pagi dan langsung menuju ke arah Gunungkidul
yang jaraknya cukup jauh, di tengah perjalanan saya sempat mengalami kebocoran
pada ban sepeda motor yang saya tumpangi bersama teman saya. Masalah yang
terjadi kemudian adalah sulitnya akses untuk masuk menuju kawasan Goa Jomblang,
karena berdasarkan apa yang saya lihat dan saya alami sendiri, jalanan yang ada
disana cukup parah karena jalan yang ada masih berupa batu-batuan dan hanya
sedikit jalan yang sudah di aspal, jalan yang ada juga lumayan sempit dan
sepertinya cukup sulit untuk mobil untuk memasuki jalan tersebut. Selain
rusaknya jalanan menuju ke objek wisata Goa Jomblang tersebut, transportasi
sepertinya juga menjadi masalah yang ada disini karena belum adanya angkutan
umum yang melewati atau dibuat khusus untuk mengunjungi objek wisata Goa
Jomblang ini sehingga wisatawan hanya dapat menggunakan kendaraan pribadi atau
menghubungi tempat penyewaan kendaraan agar dapat berkunjung kesana. Masalah
akses ini sepertinya harus segera diperbaiki oleh pemerintah daerah Gunungkidul
agar bisa mempermudah para wisatawan untuk bisa mengunjungi objek wisata Goa
Jomblang tersebut.
Setelah apa yang telah saya kaji dari beberapa destinasi-destinasi wisata
maupun transportasi diatas, saya akan mencoba untuk menuangkan pemikiran saya
untuk memberikan beberapa solusi yang mungkin bisa mengatasi masalah-masalah
yang telah saya bahas diatas. Pertama-tama saya akan memulai dari masalah
sampah yang ada di Pulau Tidung, untuk permasalahan sampah di Pulau Tidung saya
kira pemerintah bisa mengatasi nya dengan beberapa cara, dan ada dua cara yang
terpikirkan oleh saya untuk mengatasi masalah sampah di Pulau Tidung, yang
pertama adalah menambahkan unit tempat sampah di beberapa titik karena menurut
penglihatan saya dan berdasarkan perbandingan data satistik jumlah sampah tiap
bulan dengan jumlah tempat sampah menambahkan unit tempat sampah di beberapa
titik karena menurut penglihatan saya dan berdasarkan perbandingan data
satistik jumlah sampah tiap bulan dengan jumlah tempat sampah yang ada, saya
rasa jumlah sampah yang ada sudah melebihi kapasitas yang bisa ditampung oleh
tempat sampah yang ada. Solusi yang kedua untuk permasalahan sampah di Pulau
Tidung adalah mencoba untuk mendaur ulang sampah-sampah yang masih bisa
terpakai, walaupun sepertinya cara ini kurang efektif namun setidaknya cara ini
dapat mengurangi volume sampah yang menumpuk di Pulau Tidung ini. Itu adalah
beberapa solusi yang bisa saya berikan untuk permasalahan yang pertama yaitu
permasalahan sampah di Pulau Tidung.
Setelah permasalahan sampah di Pulau Tidung, kita masuk ke solusi untuk
permasalahan selanjutnya adalah masalah yang saya alami di pull Bus yang ada di
daerah Cikarang, masalah yang terjadi adalah tentang sarana dan prasarana dimana
pada waktu itu saya harus menunggu Bus yang diperbaiki selama lebih dari 5 jam,
solusi yang terlintas dalam pemikiran saya adalah mengapa pihak PO Bus tidak
memberikan Bus pengganti atau cadangan supaya para penumpang tidak harus
menunggu selama itu karena bisa saja penumpang merasa dirugikan dan menuntut
jika terlalu lama menunggu. Itulah satu solusi yang terlintas dalam pemikiran
saya untuk permasalahan sarana dan prasarana.
Setelah permasalahan sarana dan prasarana, kita berlanjut untuk membahas solusi
apa yang dapat saya berikan untuk permasalahan dalam pariwisata yang
selanjutnya yaitu permasalahan sumber daya manusia yang kurang berkompeten pada
saat melaksanakan tugasnya, permasalahan ini terjadi ketika saya melakukan
kegiatan Observasi Daerah Tujuan Wisata. Masalah yang terjadi adalah pada
instruktur-instruktur atau guide yang menemani saya dan teman-teman ketika akan
Body Rafting dan pada saat saya dan teman-teman memulai Body Rafting, pertama
adalah ketika akan memulai Body Rafting saya dan teman-teman tidak di
instruksikan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu, kemudian adalah ketika
saya dan teman-teman memulai Body Rafting dan mencoba melompat dari ketinggian
7 meter, sang instruktur tidak memberikan contoh untuk melompat dengan benar sehingga
ada beberapa teman saya yang jatuh dengan posisi yang salah. Solusi yang dapat
saya berikan untuk permasalahan sumber daya manusia ini adalah mungkin pihak
pengelola destinasi wisata harus lebih menekankan agar para instruktur atau
guide ini melakukan prosedur-prosedur keselamatan dan keamanan dengan benar dan
harus menyeleksi orang-orang yang akan bekerja dengan lebih baik lagi.
Kita berlanjut ke solusi untuk permasalahan terakhir yang saya bahas
disini, yaitu permasalahan aksesibilitas (transportasi dan jalan). Permasalahan
aksesibilitas (transportasi dan jalan) ini saya alami pada saat melakukan
wisata ke Goa Jomblang, masalah yang ada disini adalah jalanan yang rusak dan
masih bebatuan untuk menuju ke destinasi wisata dan transportasi umum yang belum
ada untuk menuju ke destinasi tersebut. Untuk solusinya, yang terpikirkan oleh
saya dan paling ideal untuk mengatasi masalah ini adalah pemerintah seharusnya
memperbaiki jalanan yang rusak atau masih bebatuan dan mengaspal jalan tersebut
supaya menjadi lebih mulus dan memberikan kemudahan bagi para wisatawan untuk
menuju ke destinasi wisata Goa Jomblang. Kemudian untuk permasalahan
transportasi umum yang belum ada, saya rasa hanya ada satu solusi yang tepat,
yaitu dengan cara mengadakan transpotasi umum untuk menuju ke destinasi
tersebut.
Itulah beberapa solusi-solusi yang terlintas dalam pemikiran saya dan dapat
saya berikan untuk kemajuan pariwisata di Indonesia ini, karena sesungguhnya
sangat disayangkan bila ada destinasi wisata yang sangat indah tersebut menjadi
hilang keindahannya atau tidak dapat terjamah oleh wisatawan-wisatawan baik
dalam maupun luar negeri karena memang saya sendiri sudah menikmati
keindahan-keindahan pesona alam tersebut dengan mata kepala saya sendiri,
semoga dengan adanya solusi yang saya berikan ini bisa bermanfaat nantinya atau
mungkin saat ini juga. Untuk itu sekian saja pembahasan singkat saya tentang
masalah-masalah yang terjadi pada pariwisata di Indonesia dan juga
solusi-solusi yang mungkin akan berguna dari saya, apabila ada kekurangan dalam
penulisan mohon dimaafkan karena saya hanya manusia biasa saja yang tak luput
dari segala kesalahan hehe. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya!
Garin Girindra Dwi Saputra
4423143943
Usaha Jasa Pariwisata (A) 2014
Universitas Negeri Jakarta
No comments:
Post a Comment