Sunday, January 3, 2016

TUGAS 2 - SOLUSI UNJ UNTUK PARIWISATA INDONESIA

Mencari Cara Ampuh Mengatasi Masalah Pariwisata

Assalamualaikum! Namaste! Ohmswastiyastu! Slalom! Salam sejahtera bagi kita semua,dan salam hangat  untuk para insan pariwisata se-Indonesia dimanapun kalian berada, pertama-tama izinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu sebelum saya mulai membahas apa yang ingin saya bahas, nama saya Garin Girindra Dwi Saputra, saya adalah seorang laki-laki yang berasal dari DKI Jakarta dan dilahirkan 19 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 9 Mei. Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas tentang masalah-masalah yang ada di Indonesia khususnya pada sektor Pariwisata, saya akan mengulas masalah-masalah yang ada di beberapa objek wisata di Indonesia ini sekaligus memberikan beberapa solusi yang bisa di lakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada tersebut. Dijaman sekarang ini, pariwisata di Indonesia sudah sangat berkembang dengan pesat dan tingkat wisatawan setiap tahunnya di beberapa objek wisata di Indonesia pun terus meningkat dengan tajam. Mungkin anda bertanya-tanya seberapa pesat kah perkembangan pariwisata di Indonesia ini? Apakah wisatawan benar-benar sangat bertambah banyak di Indonesia? Kalau berdasarkan pendapat saya sendiri, saya akan berkata “Iya! Perkembangan pariwisata di Indonesia sangat pesat!” “Iya! Wisatawan bertambah semakin banyak di Indonesia!” Mengapa saya berkata seperti itu? Saya akan memberikan alasan mengapa saya berbicara seperti itu dengan memberikan contoh sebuah objek wisata yang memiliki peningkatan wisatawan yang cukup signifikan, apakah objek tersebut? Objek wisata itu adalah Pulau Tidung yang berada di wilayah Kepulauan Seribu di Provinsi DKI Jakarta. Saya pernah pergi kesana dan mendatangi kelurahan Pulau Tidung untuk sekedar bertanya-tanya tentang bagaimana perkembangan pariwisata di pulau tersebut? Sepertinya kita semua tahu bagaimana akhir-akhir ini sedang “booming”-nya Pulau Tidung khususnya pada tahun 2013-2014 lalu, bisa dibilang sangat banyak orang-orang atau wisatawan yang berkunjung kesana dan wisatawan nya pun sangat beragam jenisnya mulai dari keluarga, remaja-remaja, hingga rombongan pegawai perusahaan sering mendatangi Pulau Tidung. Dan ternyata memang benar opini kita semua, jawaban yang saya dapat dari pegawai kelurahan Pulau Tidung pun sama dengan apa yang kita ketahui, Pulau Tidung sedang dalam peningkatan wisatawan yang sangat signifikan, dimulai dari sekitar tahun 2010 keatas Pulau Tidung mulai dibanjiri wisatawan-wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri sekalipun, bahkan saya sempat ditunjukkan data statistik wisatawan yang datang ke Pulau Tidung di tahun 2011 dan 2013, dan jika anda bandingkan pengunjung yang datang ke Pulau Tidung tahun 2011 dan 2013 di bulan januari maka anda akan melihat kenaikan jumlah wisatawan yang datang bertambah hingga 10 kali lipat! Kenaikan jumlah wisatawan tersebut bisa dikatakan sangat signifikan untuk jangka waktu 2 tahun saja. 

Selain di Pulau Tidung, masih banyak juga tempat-tempat atau objek wisata lain yang mengalami kenaikan jumlah wisatawan, seperti misalnya Gunung Semeru di Jawa Timur yang kebanjiran pengunjung karena pembuatan sebuah film yang berlokasi di gunung tersebut. Sebenarnya masih banyak lagi tempat-tempat/objek wisata yang mengalami kenaikan jumlah wisatawan yang cukup besar, dan semua itu memiliki dampak-dampak yang cukup berarti entah itu dampak positif maupun dampak negative. Ada tiga sektor yang terkena pengaruh dari dampak perkembangan wisata tersebut yaitu sektor ekonomi, sektor sosial-budaya, dan juga sektor lingkungan (environment). Ketiga sektor tersebut pun saling berkaitan ketika terpengaruh dampak perkembangan wisata, namun tidak semua terkena dampak positif seperti misalnya terjadi peningkatan jumlah wisatawan yang datang, maka di sektor ekonomi akan terkena dampak positif yaitu ikut meningkatnya pendapatan penduduk Pulau Tidung, hal ini dikarenakan berubahnya mata pencaharian penduduk Pulau Tidung itu sendiri yang awalnya mayoritas menjadi nelayan, kini dengan meningkatnya jumlah wisatawan maka menjadi nelayan kini hanya menjadi sampingan saja untuk penduduk Pulau Tidung, kebanyakan dari mereka kini berjualan souvenir, menyewakan alat-alat snorkeling dan diving, menyewakan penginapan, hingga menjadi tour guide. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan juga, maka sekarang ini tidak hanya kepala keluarga saja yang bekerja, para ibu rumah tangga dan anak remaja pun juga mendapatkan pekerjan dengan berjualan souvenir dan menyewakan alat-alat snorkeling dan diving hingga menjadi tour guide untuk para wisatawan. Dengan terjadinya perubahan tersebut, maka penghasilan penduduk akan meningkat dan dengan meningkatnya penghasilan penduduk akan memberikan perubahan terhadap sektor social-budaya yaitu dengan berubahnya tingkah laku social atau gaya hidup penduduk dan juga menurunnya moral/nilai-nilai social para penduduk, seperti perubahan gaya hidup penduduk yang menjadi lebih konsumtif, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengguna sepeda motor di Pulau Tidung, bahkan hampir di setiap rumah penduduk terdapat setidaknya 2 sepeda motor terparkir di depan halamannya, di Pulau Tidung juga setiap rumah penduduk kini terpasang AC yang tidak hanya 1 tapi bisa lebih dari 1. Tidak hanya gaya hidup yang berubah, nilai moral pun jadi menurun dengan meningkatnya penghasilan, penduduk sekitar menjadi lebih jumawa atau besar kepala, kemudian kesopanan anak-anak terhadap orang yang lebih tua menjadi sedikit berkurang, gaya dan cara bicara pun menjadi terpengaruh oleh budaya luar pulau dan menjadi lebih kekinian. Dalam sektor lingkungan, meningkatnya jumlah wisatawan bahkan memberikan efek yang sangat fatal dan menjadi permasalahan yang bisa dibilang paling inti di Indonesia yaitu “sampah” dan “polusi”. Permasalahan sampah ini tentunya akan sangat berpengaruh juga untuk kelangsungan dari sebuah objek wisata, karena di masa yang akan datang sampah-sampah tersebut mungkin akan terus menumpuk sehingga akan bisa menghilangkan keindahan dari objek wisata itu sendiri, dan yang membuat semakin parah masalah ini adalah pemerintah di Pulau Tidung itu sendiri kurang memiliki kesadaran untuk mengatasi masalah sampah ini, ditambah lagi kurangnya kesadaran para wisatawan terhadap lingkungan di sekitar mereka padahal lingkungan itu juga akan mereka nikmati terus menerus namun kurangnya kesadaran untuk merawat lingkungan itu sendiri.
Permasalahan sampah memang tak akan ada habisnya dan tidak akan hilang dengan sendirinya jika masyarakat tidak mau peduli dengan itu semua. Selain sampah masih banyak juga masalah-masalah lainnya yang mempengaruhi sektor pariwisata, seperti sarana dan prasarana, akses (transportasi dan jalan), termasuk juga sumber daya manusia yang kurang kompeten dalam melaksanakan tugas-tugasnya. 

Untuk itu saya akan mencoba untuk mengkaji masalah-masalah tersebut berdasarkan apa yang pernah saya alami atau saya rasakan ketika saya bepergian dalam melakukan kegiatan wisata dan juga berdasarkan apa yang pernah saya dengar atau saya baca dari pengalaman orang lain. Pertama-tama saya akan menceritakan pengalaman saya ketika melakukan perjalanan wisata ke Yogyakarta, saya dan dua orang teman saya berencana untuk pergi ke Yogyakarta yang kami lakukan pada saat liburan semester genap, karena tidak mendapatkan tiket kereta api menuju Yogyakarta maka kami pun memutuskan untuk berangkat menggunakan Bus antar kota, waktu itu saya dan teman saya berangkat sekitar pukul 5 sore dari terminal Rawamangun dengan menggunakan salah satu PO Bus yang tersedia disana, saya dan teman saya kemudian diberitahu bahwa Bus akan datang sekitar 45 menit lagi, sambil menunggu kedatangan Bus saya dan teman saya pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu, selesai makan sekaligus 45 menit kemudian ternyata Bus tersebut belum juga terlihat, disitu saya pun sudah cukup kesal karena saya diberitahu bahwa Bus akan datang 45 menit lagi namun kenyataannya Bus tersebut belum terlihat sama sekali, saya dan teman saya pun menunggu sekitar 1 jam dan barulah Bus tersebut datang, kami pun langsung naik dan Bus pun segera berangkat. Baru memulai perjalanan sekitar kurang lebih 2 jam, tiba-tiba Bus tersebut masuk ke dalam pull, saya dan teman saya mengira tidak ada masalah sama sekali namun setengah jam berlalu dan Bus pun belum juga berangkat, dari situ masalah pun muncul, ternyata Bus yang saya dan teman saya tumpangi mengalami masalah pada roda nya sehingga perjalanan harus dihentikan dan Bus harus diperbaiki untuk sementara waktu, saya dan teman saya pun kemudian turun untuk sekedar menunggu karena di dalam Bus cukup membosankan, disitu kami duduk di tempat duduk yang tersedia dan menunggu sangat lama sekitar 4-5 jam hingga Bus selesai diperbaiki, ini merupakan masalah yang pertama karena pihak PO Bus tidak mempersiapkan adanya Bus cadangan karena untuk menunggu selama itu saya kira orang pun akan kesal. Itu adalah masalah pertama yang saya alami dalam melakukan kegiatan wisata, dan itupun terjadi bahkan sebelum kegiatan wisata itu sendiri dimulai.

Selanjutnya pengalaman yang saya alami pada saat melakukan kegiatan Observasi Daerah Tujuan Wisata bersama dengan teman-teman se-angkatan saya di jurusan Pariwisata. Masalah yang terjadi saya alami pada saat berada di Citumang, tempat saya dan teman-teman saya melakukan kegiatan Body Rafting, disini masalah terletak pada sumber daya manusia yang kurang kompeten dalam melaksanakan tugas mereka dan juga jumlah instruktur yang saya pikir kurang untuk menghandle rombongan saya. Kesalahan sumber daya manusia yang kurang kompeten ini terjadi pada saat saya dan teman-teman akan memulai Body Rafting, seperti yang kita ketahui apabila akan memulai suatu kegiatan apalagi kegiatan yang menggunakan fisik ada baiknya kita melakukan persiapan atau dalam konteks ini pemanasan, namun pada saat saya dan teman-teman akan memulai kegiatan Body Rafting kami tidak diberikan arahan atau instruksi untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu, pada awalnya saya berpikir ini hanya hal sepele yang tidak perlu di permasalahkan namun alhasil pada saat kegiatan cukup banyak dari teman-teman saya yang mengalami kram termasuk saya sendiri. Selain tidak diberi arahan atau instruksi untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu, sang instruktur juga kurang jelas memberikan instruksi bagaimana cara terjun dari ketinggian 7 meter dengan benar dan ini menyebabkan beberapa teman-teman saya jatuh dengan posisi yang salah, untungnya hal ini tidak menyebabkan luka ataupun cedera yang begitu berarti, namun tetap saja hal ini tentu saja sebuah kesalahan yang harus diperbaiki oleh pihak pengelola.

Setelah masalah sumber daya manusia yang kurang kompeten, saya menemukan masalah lain di tempat yang lain tepatnya pada saat saya melakukan wisata ke daerah Yogyakarta. Pada saat itu saya bersama tiga orang teman saya akan pergi menuju ke sebuah objek wisata yaitu Goa Jomblang, Gua Jomblang merupakan salah satu gua dari ratusan kompleks gua Gunungkidul yang terkenal karena keunikan dan keindahannya yang tidak terbantahkan. Pada tahun 2011, Gua Jomblang dijadikan tempat pengambilan gambar Amazing Race Amerika. Terletak di rentangan perbukitan karst pesisir selatan yang memanjang dari Gombong, Jawa Tengah; hingga kawasan karst Pegunungan Sewu, Pacitan, Jawa Timur; gua vertikal yang bertipe collapse doline ini terbentuk akibat proses geologi amblesnya tanah beserta vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun lalu. Runtuhan ini membentuk sinkhole atau sumuran yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah luweng. Karena itu gua yang memiliki luas mulut gua sekitar 50 meter ini sering disebut dengan nama Luweng Jomblang. Pada saat itu saya mulai berangkat dari rumah kontrakan teman saya yang berada di daerah Kaliurang, Yogyakarta, saya dan teman saya memulai perjalanan sekitar pukul 8 pagi dan langsung menuju ke arah Gunungkidul yang jaraknya cukup jauh, di tengah perjalanan saya sempat mengalami kebocoran pada ban sepeda motor yang saya tumpangi bersama teman saya. Masalah yang terjadi kemudian adalah sulitnya akses untuk masuk menuju kawasan Goa Jomblang, karena berdasarkan apa yang saya lihat dan saya alami sendiri, jalanan yang ada disana cukup parah karena jalan yang ada masih berupa batu-batuan dan hanya sedikit jalan yang sudah di aspal, jalan yang ada juga lumayan sempit dan sepertinya cukup sulit untuk mobil untuk memasuki jalan tersebut. Selain rusaknya jalanan menuju ke objek wisata Goa Jomblang tersebut, transportasi sepertinya juga menjadi masalah yang ada disini karena belum adanya angkutan umum yang melewati atau dibuat khusus untuk mengunjungi objek wisata Goa Jomblang ini sehingga wisatawan hanya dapat menggunakan kendaraan pribadi atau menghubungi tempat penyewaan kendaraan agar dapat berkunjung kesana. Masalah akses ini sepertinya harus segera diperbaiki oleh pemerintah daerah Gunungkidul agar bisa mempermudah para wisatawan untuk bisa mengunjungi objek wisata Goa Jomblang tersebut.

Setelah apa yang telah saya kaji dari beberapa destinasi-destinasi wisata maupun transportasi diatas, saya akan mencoba untuk menuangkan pemikiran saya untuk memberikan beberapa solusi yang mungkin bisa mengatasi masalah-masalah yang telah saya bahas diatas. Pertama-tama saya akan memulai dari masalah sampah yang ada di Pulau Tidung, untuk permasalahan sampah di Pulau Tidung saya kira pemerintah bisa mengatasi nya dengan beberapa cara, dan ada dua cara yang terpikirkan oleh saya untuk mengatasi masalah sampah di Pulau Tidung, yang pertama adalah menambahkan unit tempat sampah di beberapa titik karena menurut penglihatan saya dan berdasarkan perbandingan data satistik jumlah sampah tiap bulan dengan jumlah tempat sampah menambahkan unit tempat sampah di beberapa titik karena menurut penglihatan saya dan berdasarkan perbandingan data satistik jumlah sampah tiap bulan dengan jumlah tempat sampah yang ada, saya rasa jumlah sampah yang ada sudah melebihi kapasitas yang bisa ditampung oleh tempat sampah yang ada. Solusi yang kedua untuk permasalahan sampah di Pulau Tidung adalah mencoba untuk mendaur ulang sampah-sampah yang masih bisa terpakai, walaupun sepertinya cara ini kurang efektif namun setidaknya cara ini dapat mengurangi volume sampah yang menumpuk di Pulau Tidung ini. Itu adalah beberapa solusi yang bisa saya berikan untuk permasalahan yang pertama yaitu permasalahan sampah di Pulau Tidung.

Setelah permasalahan sampah di Pulau Tidung, kita masuk ke solusi untuk permasalahan selanjutnya adalah masalah yang saya alami di pull Bus yang ada di daerah Cikarang, masalah yang terjadi adalah tentang sarana dan prasarana dimana pada waktu itu saya harus menunggu Bus yang diperbaiki selama lebih dari 5 jam, solusi yang terlintas dalam pemikiran saya adalah mengapa pihak PO Bus tidak memberikan Bus pengganti atau cadangan supaya para penumpang tidak harus menunggu selama itu karena bisa saja penumpang merasa dirugikan dan menuntut jika terlalu lama menunggu. Itulah satu solusi yang terlintas dalam pemikiran saya untuk permasalahan sarana dan prasarana.

Setelah permasalahan sarana dan prasarana, kita berlanjut untuk membahas solusi apa yang dapat saya berikan untuk permasalahan dalam pariwisata yang selanjutnya yaitu permasalahan sumber daya manusia yang kurang berkompeten pada saat melaksanakan tugasnya, permasalahan ini terjadi ketika saya melakukan kegiatan Observasi Daerah Tujuan Wisata. Masalah yang terjadi adalah pada instruktur-instruktur atau guide yang menemani saya dan teman-teman ketika akan Body Rafting dan pada saat saya dan teman-teman memulai Body Rafting, pertama adalah ketika akan memulai Body Rafting saya dan teman-teman tidak di instruksikan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu, kemudian adalah ketika saya dan teman-teman memulai Body Rafting dan mencoba melompat dari ketinggian 7 meter, sang instruktur tidak memberikan contoh untuk melompat dengan benar sehingga ada beberapa teman saya yang jatuh dengan posisi yang salah. Solusi yang dapat saya berikan untuk permasalahan sumber daya manusia ini adalah mungkin pihak pengelola destinasi wisata harus lebih menekankan agar para instruktur atau guide ini melakukan prosedur-prosedur keselamatan dan keamanan dengan benar dan harus menyeleksi orang-orang yang akan bekerja dengan lebih baik lagi.

Kita berlanjut ke solusi untuk permasalahan terakhir yang saya bahas disini, yaitu permasalahan aksesibilitas (transportasi dan jalan). Permasalahan aksesibilitas (transportasi dan jalan) ini saya alami pada saat melakukan wisata ke Goa Jomblang, masalah yang ada disini adalah jalanan yang rusak dan masih bebatuan untuk menuju ke destinasi wisata dan transportasi umum yang belum ada untuk menuju ke destinasi tersebut. Untuk solusinya, yang terpikirkan oleh saya dan paling ideal untuk mengatasi masalah ini adalah pemerintah seharusnya memperbaiki jalanan yang rusak atau masih bebatuan dan mengaspal jalan tersebut supaya menjadi lebih mulus dan memberikan kemudahan bagi para wisatawan untuk menuju ke destinasi wisata Goa Jomblang. Kemudian untuk permasalahan transportasi umum yang belum ada, saya rasa hanya ada satu solusi yang tepat, yaitu dengan cara mengadakan transpotasi umum untuk menuju ke destinasi tersebut.

Itulah beberapa solusi-solusi yang terlintas dalam pemikiran saya dan dapat saya berikan untuk kemajuan pariwisata di Indonesia ini, karena sesungguhnya sangat disayangkan bila ada destinasi wisata yang sangat indah tersebut menjadi hilang keindahannya atau tidak dapat terjamah oleh wisatawan-wisatawan baik dalam maupun luar negeri karena memang saya sendiri sudah menikmati keindahan-keindahan pesona alam tersebut dengan mata kepala saya sendiri, semoga dengan adanya solusi yang saya berikan ini bisa bermanfaat nantinya atau mungkin saat ini juga. Untuk itu sekian saja pembahasan singkat saya tentang masalah-masalah yang terjadi pada pariwisata di Indonesia dan juga solusi-solusi yang mungkin akan berguna dari saya, apabila ada kekurangan dalam penulisan mohon dimaafkan karena saya hanya manusia biasa saja yang tak luput dari segala kesalahan hehe. Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya!


Garin Girindra Dwi Saputra
4423143943
Usaha Jasa Pariwisata (A) 2014

Universitas Negeri Jakarta

No comments:

Post a Comment