Monday, January 4, 2016

T3_Muhammad Luthfi_Pariwisata Sejarah dan Budaya Ternate



Pariwisata Budaya di Ternate

Sejarah Kota Ternate
Sejarah kota ini bermula dengan adanya Kesultanan Ternate yang berdiri sekitar abad ke-13 di Pulau Ternate, yang menjadikan kawasan kota ini sebagai pusat pemerintahannya.
Kornelis Matelief de Jonge pada tahun 1607 membangun sebuah benteng pada kawasan kota ini, yang dinamakan Fort Oranje dan sebelumnya bernama Malayu.
Pembagian Adminidtratif
Kecamatatan di Kota Ternate adalah:
Siapa yang tidak kenal dengan Maluku Utara? Daerah dengan kekayaan laut yang sangat tinggi, daerah pulau-pulau, dengan laut yang sangat indah serta kekayaan lautnya yang luar biasa, ya inilah Maluku Utara. Pulau Hiri, salah satu kekayaan wilayah Maluku Utara. Wilayah Utara ibu kota Provinsi Maluku Utara, Ternate, Pulau Hiri ini memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Keindahan pulau dengan pegunungan di tengah pulaunya memberikan keindahan yang sangat eksotis, keindahan gunung dan laut yang sangat menyatu.

Akses menuju Pulau Hiri tidak sulit untuk ditemukan, menuju pelabuhan Sulamadaha dari Kota Ternate, dan langsung dapat menyebrang menggunakan speedboot atau kapal kayu menyeberang menuju pulau Hiri, tersedia setiap hari dan beberapa kali penyebrangan setiap harinya. Pulau ini cukup terlihat jelas dari Ternate, sehingga tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk menempuh penyeberangan ke pulau hiri, sekitar 15 menit menuju ke sana.

Pulau Hiri memiliki tujuan pariwisata yang sangat unik, ketika kita melakukan kunjungan ke Pulau Hiri, kita akan merasakan wisata bermasyarakat, wisata bersama masyarakat. Di sini kita tidak akan menemukan penginapan yang mewah seperti villa atau cottage, kita di sini di pulau Hiri akan menginap bersama masyarakat, makan bersama, canda gurau bersama masyarakat dan yang pasti pulau Hiri pun memberikan wisata sejarah kepada kita, sejarah-sejarh masa-masa penjajahan Portugis, Belanda, Jepang, dan Sekutu.
Kekayaan wisata laut Pulau Hiri memang sangat menarik, laut yang sangat bening, lumba-lumba yang mengiasi pagi hari di sekitar Pulau Hiri, sangat menarik wisata laut di sini. Adanya pulau-pulau kecil wilayah Pulau Hiri, yakni Gofu malo, Maka, dan Gura Mangofa ini dapat dijadikan sebagai tempat-tempat lokasi menyelam. Bangkai kapal perang Jepang yang telah karam di perairan wilayah pulau Hiri juga menjadi salah satu potensi pariwisata di wilayah pulau hiri. 

Wilayah Utara Pulau Hiri pun merupakan wilayah berpotensi di jadikan objek wisata di sana, hampir beberapa besar kawasan merupakan kawasan potensi snorkeling. Wisata banana boat pun dapat dilakukan di sini.

Keindahan laut pulau Hiri sangat indah nan eksotik apabila diabadikan, keindahan laut Pulau Hiri dipadukan dengan keindahan sinar matahari terbit ataupun sinar tenggelamnya matahari, sangat indah untuk dinikmati. Luar biasa memang kekayaan keindahan Pulau Hiri.

Ketika keindahan alam, keramahan masyarakat, dan keterpaduan seluruh aspek dapat berjalan dengan baik untuk mendukung bidang pariwisata maka cukuplah sudah kenikmatan pariwisata tersebut akan sungguh nyaman dinikmati
Batang Dua adalah sebuah kecamatan di Kota TernateMaluku UtaraIndonesia.
v  Moti
Moti adalah sebuah kecamatan sekaligus gunung berapi di Kota TernateMaluku Utara,Indonesia
Pulau Ternate adalah sebuah kecamatan di Kota TernateMaluku UtaraIndonesia.


Ternate Tengah adalah sebuah kecamatan di Kota TernateMaluku UtaraIndonesia.


Ternate Selatan adalah sebuah kecamatan di Kota TernateMaluku UtaraIndonesia.

Ternate Utara adalah sebuah kecamatan di Kota TernateMaluku UtaraIndonesia.

Geografi
Kota Ternate merupakan kota kepulauan yang memiliki luas wilayah 547,736 km², dengan 8 pulauPulau Ternate,Pulau HiriPulau MotiPulau Mayau, dan Pulau Tifure merupakan lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga pulau lain seperti Pulau MakaPulau Mano dan Pulau Gurida merupakan pulau berukuran kecil yang tidak berpenghuni.


Kondisi topografi Kota Ternate dengan sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan pulau karang dengan kondisi jenis tanah Rogusal ( Pulau Ternate, Pulau Hiri, dan Pulau Moti) dan Rensika(Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida). Kondisi topografi Kota Ternate juga ditandai dengan keberagaman ketinggian dan permukaan laut antara 0-700 m dpl.
Iklim Kota Ternate sangat dipengaruhi oleh iklim laut dan memiliki dua musim yang seringkali diselingi dengan dua kali masa pancaroba disetiap tahunnya.
Kependudukan
Tahun
1828
1885
2004
2005
2010
Jumlah penduduk
36.000
71.834
151.178
163.166
185.705
Sejarah kependudukan Kota Ternate
Sumber:
[4]
Pariwisata
Beberapa tempat wisata alam yang menarik, antara lain
Pusat tempat makanan di kota ini terletak di Swering, tepat berada di belakang Jatiland Mall, namun hanya beraktivitas selepas sore hingga tengah malam.
Perhubungan
Bandar Udara Sultan Babullah merupakan sarana transportasi udara di Kota Ternate. Beberapa maskapai penerbangan yang melayani jalur ini antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Batavia Air, Wings Air (Group Lion Air), Merpati AirlinesExpress Air dan Trigana Air. Penerbangan melalui kota MakassarManado maupun Sorong.
Kota ini juga memiliki pelabuhan laut A. Yani dengan jalur pelayaran yang dilalui kapal Pelni dua kali perminggu. Dua perusahaan ekspedisi kapal angkutan adalah Mentari dan Tanto.
Transportasi darat di kota ini menggunakan angkutan penumpang dengan mobil Suzuki Carry. Sejak akhir tahun 2005 telah mulai beroperasi armada taksi milik swasta dengan jumlah armada sekitar 50 unit.
Untuk menyeberang ke pulau-pulau sekitar seperti HalmaheraTidoreHiriMotiMeitara, dapat menggunakan perahu kecil dari fiberglass yang umum di sebut Speed dengan tarif mulai Rp.8.000,-
Khas daerah
Maluku Utara memiliki berbagai makanan khas daerah antara lain popeda (sagu), ketam kenarihalua kenaribagea serta hasil olahan ikan sepertiikan asap (ikan Fufu)gohu ikanIkan garu rica dan lain-lain.
Perhiasan dari daerah ini adalah mutiara laut dan batu bacan.







Potensi Wisata Budaya di Kota Ternate
Macam-macam obyek wisata yang ada di Kota Ternate antar lain: 

- Kedaton Kesultanan ternate
Kedaton SULTAN TERNATE dibangun pada tanggal 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali diatas bukit Limau Santosa dengan luas areal 44,560 m2. Berbentuk segi delapan dengan dua buah tangga terutama pada sisi kiri dan kanan depannya. Bangunan ini menggambarkan seekor singa yang sedang duduk.

Di dalam kedaton banyak barang-barang peninggalan milik kesultanan yang bernilai sejarah seperti mahkota, Al-qur'an tulisan tangan tertua di Indonesia, dan berbagai jenis peralatan perang. Di lapangan Sunyie Ici dan Sunyie Lamo yang terletak di depan biasanya digunakan untuk upacara adat.

Berangkat dari keprihatinan akan banyaknya situs bersejarah di Kota Ternate yang tidak mendapat perhatian cukup dari berbagai kalangan utamanya generasi muda, semangat ingin menjejaki sejarah dan budaya dengan melihat lebih dalam ke kedaton mulai dilakukan. Diawali dengan workshop kecil-kecilan di penghujung Oktober, komunitas Greenmap Ternate akhirnya terbentuk.

Kawasan kedaton adalah pilihan lokasi pemetaan pertama, tempatan yang memiliki sejarah mengglobal di masa lalu. Kawasan ini tidak hanya memuat bangunan kedaton, tapi termasuk di dalamnya pula terdapat beberapa situs penting, antara lain masjid kesultanan, Ngara Lamo (tempat pertemuan dewan adat), Benteng Naka, Sunyie Lamo (alun-alun), Air Sentosa (air keramat). Tidak hanya yang tangible (teraga); nilai-nilai yang dianut, ritual-ritual penting, serta hukum-hukum adat juga menjadi target pemetaan.

Dalam wawasan masyarakat Maluku Utara, Kedaton Ternate merupakan ekspresi dari kekayaan alam dan budaya Maluku Kie Raha berupa kearifan lokal, tradisi, pola hidup, dan adat istiadat. Keragaman, keunikan, dan keindahan itu tidak saja menjadi aset budaya masyarakat Maluku Utara namun juga masyarakat Indonesia yang sudah seharusnya dilestarikan untuk kemudian menciptakan pusaka masa depan.

Upaya pengenalan kembali kawasan Kedaton Ternate dengan pendekatan participatory mapping (pemetaan partisipatoris) dapat diangap sebagai wujud kepedulian atas penurunan minat generasi muda dalam mempelajari sejarah Maluku Kie Raha. Menjejaki sejarah dan budaya Ternate melalui peta hijau tidak ditujukan untuk sekedar mengenali nama benda atau bangunan, tapi juga untuk menyadarkan bahwa di sekitar kita banyak bertaburan norma dan ajaran yang bernilai tinggi dan positif.

Itulah kearifan yang masih bisa digunakan dalam menjalani kehidupan di masa mendatang; norma, ajaran, dan kearifan yang telah membentuk identitas masyarakat Maluku Utara. “Kesadaran sejarah”… mungkin itu yang kita perlukan saat ini.

- Benteng Tolukko
Sejarah Benteng Tolukko di Ternate tidak terlepas kaitannya dengan sejarah maluku utara khususnya di ternate. Jauh sebelumnya masuk pengaruh islam pada abad XV dan Eropa pada abad XVI di maluku utara sudah terdapat suatu organisasi pemerintah yang disebut (BULDAN) yang dipimpin oleh seorang (kolano) yaitu Raja.
            Dengan masuknya islam dan mundurnya kekuasaan majapahit di maluku utara. System tersebut berubah menjadi kesultanan, termasuk Ternate.
Kedatangan bangsa eropa di ternate di mulai oleh bangsa portugis pada awal abad ke XVI , karena mereka terpikat dengan kekayaan rempah-rempah yang terdapat di ternate. Pada mulanya untuk kepentingan dagang. Maka upaya untuk mencapai tujuannya portugis memanfaatkan persaingan yang terjadi di maluku utara, yaitu Ternate tengah bersaing dengan Tidore yang bersekutuh dengan bangsa spanyol. Portugis segera menggunakan kesempatan tersebut, dengan cara membantu Ternate. Sudah tentunya kehadiran portugis di ternate mendapat simpati dari rakyat ternate terlebih lagi rakyat ternate mengira bahwa portugis merupakan bangsa pedagang yang akan berperan menaikkan harga rempah-rempah. Oleh karena itu, portugis di ijinkan mendirikan Benteng-Benteng di ternate, antara lain :
Benteng Tolukko yang nama aslinya Benteng SANTO LUCAS yakni Benteng yang pertama di buat pada tahun 1512 oleh FRANSISCO SERRAOW. Kemudian Benteng-benteng lainya yakni Benteng NUSTRA SENORA DEL ROSARIO. Dan BentengSANTRO PEDRO pada tahun 1522 Benteng-Benteng tersebut sebagai benteng pertahanan.
            Bangsa portugis ternyata tidak sekedar mendirikan benteng. Mereka pun berhasil mengajukan keinginannya untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah yang di tuangkan dalam suatu perjanjian. Sejak adanya perjanjian tersebut rakyat ternate merasa dirugikan karena harus menjual hasil rempah-rempahnya dengan harga yang sangat rendah kepada bangsa portugis yang baru dikenali sebagai sahabat. Kemudian berubah menjadi pemeras. Oleh karena itu, rakyat Ternate serentak menyatakan permusuhan terhadap bangsa portugis.
            Dan pada tahun 1533 rakyat ternate membakar Benteng milik portugis di bawah pimpinan DAJALO. Portugis segera mengirim bala bantuannya dari maluku kembali berjuang mempertahankan wilayahnya dan pada akhir perjuangan ANTWIO GALVAOberhasil melaksanakan perdamaian dengan rakyat maluku sehingga portugis masih dapat mempertahankan kekuasaannya di wilayah ini.

            Untuk beberapa saat portugis masih dapat monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Hal ini di perkuat dengan perjanjian yang di buat pada tahun 1570. Antara Gubernur LOPEZ DE MUSQUITA dan Raja ternate SULTAN KHAIRUN. Namun tidak berapa lama setelah perjanjian itu SULTAN KHAIRUN dibunuh oleh suruhanLOPEZ DE MUSQUITA. Kejadian ini menyulut kemarahan SULTAN BABULLAH putraSULTAN KHAIRUN. Peperangan rakyat ternate melawan portugis segera berkobar, selamah hampir 7 tahun. Satu demi satu benteng-benteng portugis dapat di rebut ternate pada tahun 1577, rakyat ternate dapat mengusir portugis di wilayahnya.
            Bangsa Belanda baru menyusul datang ke Ternate pada tahun 1605 yang kemudian merebut benteng dari SULTAN TERNATE. Benteng Tolukko yang oleh Belanda disebut sebagai Benteng HOLANDIA dan pernah diperbaiki pada masa VOC pada tahun 1610 oleh YAN PIETER BOTH. Pada dinding sebelah kiri pintu masuk terdapat pahatan lambang yang dibuatnya masih ada sampai sekarang. Pada tahun 1661 Sultan Ternate MANDAR SYAH diberi ijin menempati Benteng Tolukko dengan personil sekitar 160 orang. Penyebutan Benteng Tolukko sendirir di berikan berdasarkan nama penguasah Ternate yang memerintah pada tahun 1692 (TOLUKKO). Pada tahun 1864 Benteng Tolukko dipugar kembali oleh Residen VANDERCRAB. Melihat data bahwa Benteng Tolukko pernah di tinggikan 70 cm mungkin perbaikan oleh Belanda untuk kepentingan fungsi Benteng.
            Benteng Tolukko ditinjau dari segi pertahanan terletak ditempat strategis. Karena di buat diatas Bukit Batuan Beku pada ketinggian 620 cm diatas lembah sekitarnya dan kurang lebih 10,50 meter diatas permukaan laut. Letaknya yang mencorok ke laut membuat akses ke laut sangat mudah. Bukit Batuan Beku tempat Benteng Tolukko berdiri memanjang ke arah Barat laut Tenggara. Benteng yang menghadap kearah barat laut dengan sudut 80 derajat nampaknya disesuaikan dengan poros bukit. Bentuk yang kecil sesuai dengan kebutuhan waktu itu, juga menyesuaikan dengan Bukit yang ada sehingga denahnyatidak simetris. Bentuk denah yang walaupun persegi tetapi kesannya tetap cenderung membulat dengan hanya dua bastion di depan dan satu di belakang adalah unik dan khas Portugis. Berbeda dengan benteng-benteng lain buatan Belanda seperti Benteng Orange dan Benteng Kalamata.

          Peran obyek pada masa lalu Benteng Tolukko pernah difungsihkan sebagai Benteng pertahanan Bangsa Portugis menghadapi pemberontakan rakyat Ternate serta pada masa VOC pernah di izinkan Sultan MANDAR SYAH menduduki Benteng Tolukko dengan kekuatan personil 160 orang. Hingga saat ini Benteng Tolukko masih tetap berdiri dan pernah di renovasi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku di Ambon pada tahun 1996 dan di jadikan Objek Wisata Sejarah Masa Sekarang.


- Mesjid Sultan Ternate
Masjid Sultan Ternate adalah sebuah masjid yang terletak di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate UtaraKota Ternate, Provinsi Maluku UtaraMasjid ini menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur Nusantara ini. Kesultanan Ternate mulai menganut Islam sejak raja ke-18, yaitu Kolano Marhum yang bertahta sekitar 1465-1486 M. Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500), yang makin memantapkan Ternate sebagai Kesultanan Islam dengan mengganti gelar Kolano menjadi Sultan, menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan, memberlakukan syariat Islam, serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama.
Sejarahnya:
Masjid Sultan ini diperkirakan telah dirintis sejak masa Sultan Zainal Abidin, namun ada juga yang beranggapan bahwa pendirian Masjid Sultan baru dilakukan awal abad ke-17, yaitu sekitar tahun 1606 saat berkuasanya Sultan Saidi Barakati. Hingga sekarang, belum ditemukan angka valid sejak kapan sebetulnya Masjid Sultan Ternate didirikan. Akan tetapi, melihat kenyataan sejarah, sebelum Sultan Saidi Barakati naik tahta, Kesultanan Ternate telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik di bidang keagamaan, ekonomi, maupun angkatan perang. Perjuangan Sultan Khairun (1534-1570) yang dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu Sultan Baabullah (1570-1583) untuk mengusir pasukan Portugis, misalnya, menjadi salah satu fase kegemilangan Kesultanan Ternate Sekitar setengah abad sebelum berkuasanya Sultan Saidi Barakati. Sehingga, perkiraan bahwa Masjid Sultan Ternate baru dibangun pada awal abad ke-17 tidak memiliki alasan yang cukup kuat.
Sebagaimana Kesultanan Islam lainnya di Nusantara, Masjid Sultan Ternate dibangun di dekat Kedaton Sultan Ternate, tepatnya sekitar 100 meter sebelah tenggara kedaton. Posisi masjid ini tentu saja berkaitan dengan peran penting masjid dalam kehidupan beragama di Kesultanan Ternate. Tradisi atau ritual-ritual keagamaan yang diselenggarakan kesultanan selalu berpusat di masjid ini. Masjid Sultan Ternate dibangun dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu dengan bahan perekat dari campuran kulit kayu pohon kalumpang. Sementara arsitekturnya mengambil bentuk segi empat dengan atap berbentuk tumpang limas, di mana tiap tumpang dipenuhi dengan terali-terali berukir. Arsitektur ini nampaknya merupakan gaya arsitektur khas masjid-masjid awal di Nusantara, seperti halnya masjid-masjid pertama di tanah Jawa di mana atapnya tidak berbentuk kubah, melainkan limasan.

- Festival Legu Gam
Festival Legu Gam yang akan dipusatkan di Lapangan Ngara Lamo Ternate tersebut juga diisi dengan kegiatan pameran untuk mempromosikan potensi pariwisata dan investasi di Kota Ternate dan kabupaten/ kota lainnya di Malut.
Para pengusaha dari Malut dan berbagai daerah lainnya di Indonesia, termasuk para pengusaha kerajinan setempat tak ketinggalan ambil bagian pada festival tersebut untuk mempromosikan produk mereka kepada para pengunjung.

Menurut Wali Kota Ternate, Burhan Abdurrahman, pemerintah kota dari 18 kota yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) Wilayah VI juga ambil bagian untuk mempromosikan potensi daerahnya pada festival tersebut.
Pemkot Ternate sendiri pada festival yang direncanakan dihadiri sejumlah Duta Besar (Dubes) dari negara sabahat tersebut akan mempromosikan potensi wisata peninggalan sejarah, seperti benteng peninggalan kolonial dan wisata bahari.

Selain itu juga akan mempromosikan potensi wisata ilmiah, khususnya penelitian flora dan fauna, karena di Ternate ada kawasan hutan yakni di sekitar Danau Tolire yang dihuni lebih dari 40 jenis burung, beberapa di antaranya burung endemik Malut.
Menurut Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Ternate, Husen Alting, pengunjung dari luar Malut yang akan menyaksikan Festival Legu Gam tidak akan mengalami kesulitan karena akses transportasi dari dan ke Ternate, baik melalui jalur udara maupun jalur laut saat ini sangat lancar.
Untuk jalur udara misalnya saat ini ada lima perusahan penerbangan yang melayani penerbangan dari dan ke Ternate setiap hari. Begitu pula akomodasi di Ternate cukup memadai, baik untuk hotel kelas melati maupun hotel bintang empat, restoran pun cukup banyak, baik yang menyajikan menu makanan nasional dan internasional maupun menu makanan khas Malut

- Benteng Kamalata
Benteng ini adalah Benteng Santo Lucia, yang ditujukan untuk mengawasi Spanyol yang menguasai Tidore. Portugis memang bersaing dengan Spanyol dalam pencarian dan penguasaan perdagangan rempah, bahkan sejak masih di Eropa.
Benteng Santo Lucia dibangun pada era yang sama dengan Benteng Santo Lucas, yaitu pada tahun 1540 oleh Antonio Pegaveta. Pieter Both dari Hindia Belanda memugar benteng ini pada tahun 1609. Setelah dikuasai Kesultanan Ternate, benteng ini diberi nama Benteng Kalamata, sesuai dengan nama Pangeran Kalamata, adik Sultan Ternate ke-31, Mandar Syah.
Benteng Kalamata berbentuk poligon, dengan tebal tembok hanya 60 cm dan tinggi 3 meter. Benteng ini memiliki 4 bastion berbentuk runcing pada ujungnya, yang masing-masing bastion mempunyai lubang bidikan.
Jika berada di atas benteng ini, terlihat jelas Pulau Maitara dan Pulau Tidore dengan gunungnya yang menjulang. Di sebelah timur terlihat aktivitas kapal di Pelabuhan Bastiong. Pelabuhan Bastiong digunakan untuk menyeberang ke Tidore dan Halmahera dengan menggunakan kapal feri.
Pada sore hari, terlihat warga dan anak-anak bermain di benteng ini karena memiliki halaman yang luas di bagian dalam. Saya melihat seorang anak berlari dari tembok benteng kemudian melompat dan menceburkan diri ke laut

- Upacara Adat Kololi Kie
Kololi Kie dalam bahasa Ternate berarti Keliling Gunung (Kololi artinya Keliling) dan (Kie artinya Gunung), adalah sebuah ritual adat mengelilingi gunung Gamalama sekaligus pulau Ternate yang dilakukan langsung Sultan bersama permaisuri Boki Nita Budi Susanti bersama pasukannya (kapita) dan rakyatnya (bala kusu sekano kano).
Tradisi yang berusia sudah 700 tahun lebih ini, adalah ritual untuk mendoakan rakyat Maluku Kie Raha dan Ternate yang dilakukan Sultan. Ritual ini tidak hanya dilakukan saat Sultan berultah, ketika masyarakat Maluku Utara dilanda musibah besar seperti bencana alam dan didera konflik pertikaian, Sultan pun langsung menggelar Kololi Kie.
Ada dua jalur yang ditempuh dalam Kololi Kie, yakni jalur laut yang dalam bahasa local Ternate disebut Kololi Kie Toma Ngolo (Toma berarti di dan Ngolo berarti Laut) disamping jalur darat (Kololi Kie Toma Nyiha (Nyiha berarti Darat).
Namun, sejak selama 32 tahun berkuasa memimpin Keraton Ternate, Sultan Mudaffar sendiri lebih sering menggunakan rute jalur laut dalam melakukan ritual ini.  Penulis sendiri, berkesempatan mengikuti rombongan kololi kie yang dilakukan Sultan dan permasiurinya.
Selama perjalanan ritual mengitari Gunung Gamalama itu, Sultan dan permaisuri, tidak sendiri. Keduanya dikawal puluhan kapal yang ditumpangi ratusan tentara dan rakyatnya selama perjalanan. Semua kapal-kapal yang membawa rombongan, telah dihiasi janur kuning, dipasangi umbul-umbul kemudian berangkat dari jembatan Dodoku Ali, jembatan kesultanan Ternate.
Diantara puluhan kapal-kapal itu, selalu ada satu kapal yang dilengkapi alat-alat music tradisional Ternate seperti tifa, gendang, dan gong. Alat-alat music ini terus dimainkan selama perjalanan megitari pulau Ternate yang berjarak 45 kilometer itu tanpa henti.
Sepanjang perjalanan, Sultan bersama dengan sejumlah tokoh ditonton warga dari dekat yang sejak pagi, berbondong-bondong berkumpul di tepi pantai. Saat mengitari gunung itu, tak henti-hantinya sultan mengucapkan kalimat-kalimat doa yang ditujukan kepada penguasa alam untuk selalu melindungi rakyatnya.
Disetiap kololi kie, Sultan dan Boki selalu menyempatkan diri untuk mampir Ake Sibu atau yang dikenal dengan Ake Rica (tempat pemandian) di Kelurahan Rua, untuk mencuci kaki. Lokasi yang berada tak jauh dari Pantai Rua itu, kini merupakan salah satu lokasi wisata.
“Ada juga beberapa kuburan keramat yang disinggahi Sultan disetiap sekaligus berziarah, namun itu jarang dilakukan,” ucap Arsyad, salah satu Al Firis atau pengawal Sultan.
Menariknya, usai sultan dan boki mencuci kaki di Ake Sibu, ratusan warga yang datang dari berbagai desa pun terlihat mengerumuni kolam yang sudah berusia ratusan tahun itu, kemudian membasuh mukanya dengan air bekas cucian kaki sultan dan Boki.

Menurut warga sekitar, air bekas cucian kaki sultan dan boki itu, diyakini bisa menghilangkan penyakit, membawa berkah dan keselamatan. Sebagian diantara mereka tampak ada yang mengisinya kedalam botol untuk dibawa pulang.
Jadi Kebiasaan Akhir Pekan
Tradisi Kololi Kie, sepertinya tidak hanya dilakukan Sultan dan Boki, namun megitari Gamalama dan pulau ternate memang kerap dilakukan warga Kota Ternate disetiap akhir pekan, bahkan ini sudah menjadi tradisi berwisata warga setempat sambil menyambangi satu persatu lokasi wisata di Ternate terutama pantai.
Biasanya, agenda wisata ini dilakukan melalui jalur darat menggunakan  kendaraan baik roda dua maupun empat. Namun mengelilingi ternate melalui jalur laut lebih menarik ketimbang melalui darat. Oleh karenanya, warga yang berkesempatan ikut dalam ritual Kololie Kie ini, beruntung karena bisa melihat dari dekat setiap sudut pulau Ternate.
Namun, tidak semua warga memiliki kesempatan untuk ikut. Meski demikian, mereka hanya bisa menyaksikan dari tepi pantai iring-iringan rombongan kapal yang ditumpangi Sultan dan Boki.
Tontonan seperti ini, hanya ada setahun sekali ini atau disaat Ternate dilanda konflik maupun musibah seperti bencana alam. “Tradisi ini kami dari pihak keraton dan dinas pariwisata Ternate sudah menjadikannya sebagai sebuah wisata bagi warga Ternate,” ucap Mudaffar usai turun dari kapal.
Disamping itu, Ake Rica sendiri, juga menjadi salah satu objek wisata andalan ternate yang kerap dikunjungi wisatawan.  Sebab selain menjadi lokasi persinggahan Sultan dan Boki, Ake rica juga memiliki sejarah dimana, legenda yang diyakini warga setempat, adalah tempat pertama berlabuhnya tokoh legendaris Maulana Sayyidinaa Syekh Djaffar Shaddi, pembawa agama Islam pertama di Ternate dan Malut.
Mata airnya nya yang hangat, Ake Rica juga kini dijadikan tempat mandi untuk menghilangkan air garam di tubuh usai berenang di pantai Rua, salah satu objek wisata yang jaraknya tak jauh dari Ake Rica. Disamping ake Rica, tercatat ada beberapa lokasi yang menjadi tempat persianggahan Sultan dan Boki yang dianggap keramat baik itu berupa makam para sultan maupun benteng yang memiliki sejarah terkait dengan perjuangan sultan dan warga Ternate dalam mengusir penjajah.
Seperti Kadato ma-Ngara (Gerbang Istana atau pintu masuk wilayah kesultanan), Kuburan (dalam bahasa Ternate disebut Jere) yakni Jere Kubu Lamo, Jere Toma Sigi Lamo (Kuburan di Kawasan Mesjid Besar), Jere toma Foramadiyahi (makam Sultan Babullah), Jere Kulaba (Makam di kelurahan Kulaba), Libuku Tabam ma-Dehe, Sao Madaha, Libuku Buku Deru-Deru, Libuku Bandinga Mari Hisa, Ngade atau Laguna, Talangame, dan Benteng Oranye serta Telaga Nita, yang kesemuanya oleh pemerintah dijadikan objek wisata sejarah.



Muhammad Luthfi
Usaha Jasa Pariwisata 2014 B
4423143925

 luthfimuhammad1107@gmail.com




No comments:

Post a Comment