Pariwisata Budaya di Ternate
Sejarah Kota Ternate
Sejarah kota ini bermula dengan
adanya Kesultanan Ternate yang berdiri sekitar
abad ke-13 di Pulau Ternate, yang menjadikan kawasan kota ini
sebagai pusat pemerintahannya.
Kornelis Matelief
de Jonge pada tahun 1607 membangun sebuah benteng pada kawasan kota
ini, yang dinamakan Fort Oranje dan sebelumnya bernama Malayu.
Pembagian Adminidtratif
Kecamatatan di Kota Ternate adalah:
Siapa yang
tidak kenal dengan Maluku Utara? Daerah dengan kekayaan laut yang sangat
tinggi, daerah pulau-pulau, dengan laut yang sangat indah serta kekayaan
lautnya yang luar biasa, ya inilah Maluku Utara. Pulau Hiri, salah satu
kekayaan wilayah Maluku Utara. Wilayah Utara ibu kota Provinsi Maluku Utara,
Ternate, Pulau Hiri ini memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Keindahan pulau
dengan pegunungan di tengah pulaunya memberikan keindahan yang sangat eksotis,
keindahan gunung dan laut yang sangat menyatu.
Akses menuju Pulau Hiri tidak sulit untuk ditemukan, menuju pelabuhan Sulamadaha dari Kota Ternate, dan langsung dapat menyebrang menggunakan speedboot atau kapal kayu menyeberang menuju pulau Hiri, tersedia setiap hari dan beberapa kali penyebrangan setiap harinya. Pulau ini cukup terlihat jelas dari Ternate, sehingga tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk menempuh penyeberangan ke pulau hiri, sekitar 15 menit menuju ke sana.
Pulau Hiri memiliki tujuan pariwisata yang sangat unik, ketika kita melakukan kunjungan ke Pulau Hiri, kita akan merasakan wisata bermasyarakat, wisata bersama masyarakat. Di sini kita tidak akan menemukan penginapan yang mewah seperti villa atau cottage, kita di sini di pulau Hiri akan menginap bersama masyarakat, makan bersama, canda gurau bersama masyarakat dan yang pasti pulau Hiri pun memberikan wisata sejarah kepada kita, sejarah-sejarh masa-masa penjajahan Portugis, Belanda, Jepang, dan Sekutu.
Akses menuju Pulau Hiri tidak sulit untuk ditemukan, menuju pelabuhan Sulamadaha dari Kota Ternate, dan langsung dapat menyebrang menggunakan speedboot atau kapal kayu menyeberang menuju pulau Hiri, tersedia setiap hari dan beberapa kali penyebrangan setiap harinya. Pulau ini cukup terlihat jelas dari Ternate, sehingga tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk menempuh penyeberangan ke pulau hiri, sekitar 15 menit menuju ke sana.
Pulau Hiri memiliki tujuan pariwisata yang sangat unik, ketika kita melakukan kunjungan ke Pulau Hiri, kita akan merasakan wisata bermasyarakat, wisata bersama masyarakat. Di sini kita tidak akan menemukan penginapan yang mewah seperti villa atau cottage, kita di sini di pulau Hiri akan menginap bersama masyarakat, makan bersama, canda gurau bersama masyarakat dan yang pasti pulau Hiri pun memberikan wisata sejarah kepada kita, sejarah-sejarh masa-masa penjajahan Portugis, Belanda, Jepang, dan Sekutu.
Kekayaan
wisata laut Pulau Hiri memang sangat menarik, laut yang sangat bening,
lumba-lumba yang mengiasi pagi hari di sekitar Pulau Hiri, sangat menarik
wisata laut di sini. Adanya pulau-pulau kecil wilayah Pulau Hiri, yakni Gofu
malo, Maka, dan Gura Mangofa ini dapat dijadikan sebagai tempat-tempat lokasi
menyelam. Bangkai kapal perang Jepang yang telah karam di perairan wilayah
pulau Hiri juga menjadi salah satu potensi pariwisata di wilayah pulau
hiri.
Wilayah Utara Pulau Hiri pun merupakan wilayah berpotensi di jadikan objek wisata di sana, hampir beberapa besar kawasan merupakan kawasan potensi snorkeling. Wisata banana boat pun dapat dilakukan di sini.
Keindahan laut pulau Hiri sangat indah nan eksotik apabila diabadikan, keindahan laut Pulau Hiri dipadukan dengan keindahan sinar matahari terbit ataupun sinar tenggelamnya matahari, sangat indah untuk dinikmati. Luar biasa memang kekayaan keindahan Pulau Hiri.
Ketika keindahan alam, keramahan masyarakat, dan keterpaduan seluruh aspek dapat berjalan dengan baik untuk mendukung bidang pariwisata maka cukuplah sudah kenikmatan pariwisata tersebut akan sungguh nyaman dinikmati
Wilayah Utara Pulau Hiri pun merupakan wilayah berpotensi di jadikan objek wisata di sana, hampir beberapa besar kawasan merupakan kawasan potensi snorkeling. Wisata banana boat pun dapat dilakukan di sini.
Keindahan laut pulau Hiri sangat indah nan eksotik apabila diabadikan, keindahan laut Pulau Hiri dipadukan dengan keindahan sinar matahari terbit ataupun sinar tenggelamnya matahari, sangat indah untuk dinikmati. Luar biasa memang kekayaan keindahan Pulau Hiri.
Ketika keindahan alam, keramahan masyarakat, dan keterpaduan seluruh aspek dapat berjalan dengan baik untuk mendukung bidang pariwisata maka cukuplah sudah kenikmatan pariwisata tersebut akan sungguh nyaman dinikmati
Batang
Dua adalah sebuah kecamatan di Kota
Ternate, Maluku Utara, Indonesia.
v Moti
Moti adalah
sebuah kecamatan sekaligus gunung
berapi di Kota Ternate, Maluku
Utara,Indonesia
Pulau
Ternate adalah sebuah kecamatan di Kota
Ternate, Maluku Utara, Indonesia.
Ternate Tengah adalah
sebuah kecamatan di Kota
Ternate, Maluku Utara, Indonesia.
Ternate
Selatan adalah sebuah kecamatan di Kota
Ternate, Maluku Utara, Indonesia.
Ternate Utara adalah sebuah kecamatan di Kota
Ternate, Maluku Utara, Indonesia.
Geografi
Kota Ternate merupakan kota kepulauan yang
memiliki luas wilayah 547,736 km², dengan 8 pulau. Pulau
Ternate,Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau, dan Pulau Tifure merupakan
lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga pulau lain seperti Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida merupakan
pulau berukuran kecil yang tidak berpenghuni.
Kondisi topografi Kota Ternate dengan
sebagian besar daerah bergunung dan berbukit, terdiri atas pulau vulkanis dan
pulau karang dengan kondisi jenis tanah Rogusal ( Pulau Ternate,
Pulau Hiri, dan Pulau Moti) dan Rensika(Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau
Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida). Kondisi topografi Kota Ternate juga
ditandai dengan keberagaman ketinggian dan permukaan laut antara 0-700 m dpl.
Iklim Kota Ternate sangat dipengaruhi oleh
iklim laut dan memiliki dua musim yang seringkali diselingi dengan dua kali
masa pancaroba disetiap tahunnya.
Kependudukan
Tahun
|
1828
|
1885
|
2004
|
2005
|
2010
|
Jumlah penduduk
|
36.000
|
71.834
|
151.178
|
163.166
|
185.705
|
Sejarah kependudukan
Kota Ternate
Sumber:[4] |
Pariwisata
Beberapa tempat wisata alam yang menarik,
antara lain
Pusat tempat makanan di kota ini terletak
di Swering, tepat berada di belakang
Jatiland Mall, namun hanya beraktivitas selepas sore hingga tengah malam.
Perhubungan
Bandar Udara Sultan Babullah merupakan
sarana transportasi udara di Kota Ternate. Beberapa maskapai penerbangan yang
melayani jalur ini antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Batavia
Air, Wings
Air (Group Lion Air), Merpati
Airlines, Express Air dan Trigana Air. Penerbangan
melalui kota Makassar, Manado maupun Sorong.
Kota ini juga memiliki pelabuhan laut A. Yani dengan
jalur pelayaran yang dilalui kapal Pelni dua kali
perminggu. Dua perusahaan ekspedisi kapal angkutan adalah Mentari dan Tanto.
Transportasi darat di kota ini menggunakan
angkutan penumpang dengan mobil Suzuki
Carry. Sejak akhir tahun 2005 telah mulai beroperasi armada taksi milik
swasta dengan jumlah armada sekitar 50 unit.
Untuk menyeberang ke pulau-pulau sekitar
seperti Halmahera, Tidore, Hiri, Moti, Meitara, dapat menggunakan perahu
kecil dari fiberglass yang umum di sebut Speed dengan tarif
mulai Rp.8.000,-
Khas daerah
Maluku Utara memiliki berbagai makanan khas
daerah antara lain popeda (sagu), ketam
kenari, halua kenari, bagea serta
hasil olahan ikan sepertiikan asap (ikan Fufu), gohu ikan, Ikan garu rica dan
lain-lain.
Perhiasan dari daerah ini adalah mutiara laut dan batu bacan.
Potensi Wisata Budaya di Kota
Ternate
Macam-macam
obyek wisata yang ada di Kota Ternate antar lain:
- Kedaton Kesultanan ternate
Kedaton SULTAN TERNATE dibangun pada
tanggal 24 November 1813 oleh Sultan Muhammad Ali diatas bukit
Limau Santosa dengan luas areal 44,560 m2. Berbentuk segi delapan dengan dua
buah tangga terutama pada sisi kiri dan kanan depannya. Bangunan ini
menggambarkan seekor singa yang sedang duduk.
Di dalam kedaton banyak barang-barang peninggalan milik kesultanan yang bernilai sejarah seperti mahkota, Al-qur'an tulisan tangan tertua di Indonesia, dan berbagai jenis peralatan perang. Di lapangan Sunyie Ici dan Sunyie Lamo yang terletak di depan biasanya digunakan untuk upacara adat. Berangkat dari keprihatinan akan banyaknya situs bersejarah di Kota Ternate yang tidak mendapat perhatian cukup dari berbagai kalangan utamanya generasi muda, semangat ingin menjejaki sejarah dan budaya dengan melihat lebih dalam ke kedaton mulai dilakukan. Diawali dengan workshop kecil-kecilan di penghujung Oktober, komunitas Greenmap Ternate akhirnya terbentuk. Kawasan kedaton adalah pilihan lokasi pemetaan pertama, tempatan yang memiliki sejarah mengglobal di masa lalu. Kawasan ini tidak hanya memuat bangunan kedaton, tapi termasuk di dalamnya pula terdapat beberapa situs penting, antara lain masjid kesultanan, Ngara Lamo (tempat pertemuan dewan adat), Benteng Naka, Sunyie Lamo (alun-alun), Air Sentosa (air keramat). Tidak hanya yang tangible (teraga); nilai-nilai yang dianut, ritual-ritual penting, serta hukum-hukum adat juga menjadi target pemetaan. Dalam wawasan masyarakat Maluku Utara, Kedaton Ternate merupakan ekspresi dari kekayaan alam dan budaya Maluku Kie Raha berupa kearifan lokal, tradisi, pola hidup, dan adat istiadat. Keragaman, keunikan, dan keindahan itu tidak saja menjadi aset budaya masyarakat Maluku Utara namun juga masyarakat Indonesia yang sudah seharusnya dilestarikan untuk kemudian menciptakan pusaka masa depan. Upaya pengenalan kembali kawasan Kedaton Ternate dengan pendekatan participatory mapping (pemetaan partisipatoris) dapat diangap sebagai wujud kepedulian atas penurunan minat generasi muda dalam mempelajari sejarah Maluku Kie Raha. Menjejaki sejarah dan budaya Ternate melalui peta hijau tidak ditujukan untuk sekedar mengenali nama benda atau bangunan, tapi juga untuk menyadarkan bahwa di sekitar kita banyak bertaburan norma dan ajaran yang bernilai tinggi dan positif. Itulah kearifan yang masih bisa digunakan dalam menjalani kehidupan di masa mendatang; norma, ajaran, dan kearifan yang telah membentuk identitas masyarakat Maluku Utara. “Kesadaran sejarah”… mungkin itu yang kita perlukan saat ini. - Benteng Tolukko
Sejarah Benteng Tolukko di Ternate tidak
terlepas kaitannya dengan sejarah maluku utara khususnya di ternate. Jauh
sebelumnya masuk pengaruh islam pada abad XV dan Eropa pada abad XVI di maluku
utara sudah terdapat suatu organisasi pemerintah yang
disebut (BULDAN) yang dipimpin oleh
seorang (kolano) yaitu Raja.
Dengan masuknya islam dan mundurnya kekuasaan majapahit di maluku utara.
System tersebut berubah menjadi kesultanan, termasuk Ternate.
Kedatangan bangsa eropa di ternate di
mulai oleh bangsa portugis pada awal abad ke XVI , karena mereka terpikat
dengan kekayaan rempah-rempah yang terdapat di ternate. Pada mulanya untuk
kepentingan dagang. Maka upaya untuk mencapai tujuannya portugis memanfaatkan
persaingan yang terjadi di maluku utara, yaitu Ternate tengah bersaing dengan
Tidore yang bersekutuh dengan bangsa spanyol. Portugis segera menggunakan
kesempatan tersebut, dengan cara membantu Ternate. Sudah tentunya kehadiran
portugis di ternate mendapat simpati dari rakyat ternate terlebih lagi rakyat
ternate mengira bahwa portugis merupakan bangsa pedagang yang akan berperan
menaikkan harga rempah-rempah. Oleh karena itu, portugis di ijinkan
mendirikan Benteng-Benteng di ternate, antara lain :
Benteng Tolukko yang nama aslinya
Benteng SANTO LUCAS yakni Benteng yang pertama di buat pada tahun
1512 oleh FRANSISCO SERRAOW. Kemudian Benteng-benteng lainya yakni
Benteng NUSTRA SENORA DEL ROSARIO. Dan BentengSANTRO PEDRO pada
tahun 1522 Benteng-Benteng tersebut sebagai benteng pertahanan.
Bangsa portugis ternyata tidak sekedar mendirikan benteng. Mereka pun
berhasil mengajukan keinginannya untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah
yang di tuangkan dalam suatu perjanjian. Sejak adanya perjanjian tersebut
rakyat ternate merasa dirugikan karena harus menjual hasil rempah-rempahnya
dengan harga yang sangat rendah kepada bangsa portugis yang baru dikenali
sebagai sahabat. Kemudian berubah menjadi pemeras. Oleh karena itu, rakyat
Ternate serentak menyatakan permusuhan terhadap bangsa portugis.
Dan pada tahun 1533 rakyat ternate membakar Benteng milik portugis di bawah
pimpinan DAJALO. Portugis segera mengirim bala bantuannya dari
maluku kembali berjuang mempertahankan wilayahnya dan pada akhir
perjuangan ANTWIO GALVAOberhasil melaksanakan perdamaian dengan rakyat
maluku sehingga portugis masih dapat mempertahankan kekuasaannya di wilayah
ini.
Untuk beberapa saat portugis masih dapat monopoli perdagangan rempah-rempah
di Maluku. Hal ini di perkuat dengan perjanjian yang di buat pada tahun 1570.
Antara Gubernur LOPEZ DE MUSQUITA dan Raja ternate SULTAN
KHAIRUN. Namun tidak berapa lama setelah perjanjian itu SULTAN
KHAIRUN dibunuh oleh suruhanLOPEZ DE MUSQUITA. Kejadian ini menyulut
kemarahan SULTAN BABULLAH putraSULTAN KHAIRUN. Peperangan rakyat
ternate melawan portugis segera berkobar, selamah hampir 7 tahun. Satu demi
satu benteng-benteng portugis dapat di rebut ternate pada tahun 1577, rakyat
ternate dapat mengusir portugis di wilayahnya.
Bangsa Belanda baru menyusul datang ke Ternate pada tahun 1605 yang kemudian
merebut benteng dari SULTAN TERNATE. Benteng Tolukko yang oleh Belanda
disebut sebagai Benteng HOLANDIA dan pernah diperbaiki pada masa VOC pada
tahun 1610 oleh YAN PIETER BOTH. Pada dinding sebelah kiri pintu masuk
terdapat pahatan lambang yang dibuatnya masih ada sampai sekarang. Pada tahun
1661 Sultan Ternate MANDAR SYAH diberi ijin menempati Benteng Tolukko dengan
personil sekitar 160 orang. Penyebutan Benteng Tolukko sendirir di berikan
berdasarkan nama penguasah Ternate yang memerintah pada tahun 1692 (TOLUKKO).
Pada tahun 1864 Benteng Tolukko dipugar kembali oleh Residen VANDERCRAB.
Melihat data bahwa Benteng Tolukko pernah di tinggikan 70 cm mungkin
perbaikan oleh Belanda untuk kepentingan fungsi Benteng.
Benteng Tolukko ditinjau dari segi pertahanan terletak ditempat strategis.
Karena di buat diatas Bukit Batuan Beku pada ketinggian 620 cm diatas lembah
sekitarnya dan kurang lebih 10,50 meter diatas permukaan laut. Letaknya yang
mencorok ke laut membuat akses ke laut sangat mudah. Bukit Batuan Beku tempat
Benteng Tolukko berdiri memanjang ke arah Barat laut Tenggara. Benteng yang
menghadap kearah barat laut dengan sudut 80 derajat nampaknya disesuaikan
dengan poros bukit. Bentuk yang kecil sesuai dengan kebutuhan waktu itu, juga
menyesuaikan dengan Bukit yang ada sehingga denahnyatidak simetris. Bentuk
denah yang walaupun persegi tetapi kesannya tetap cenderung membulat dengan
hanya dua bastion di depan dan satu di belakang adalah unik dan khas
Portugis. Berbeda dengan benteng-benteng lain buatan Belanda seperti
Benteng Orange dan Benteng Kalamata.
Peran
obyek pada masa lalu Benteng Tolukko pernah difungsihkan sebagai Benteng
pertahanan Bangsa Portugis menghadapi pemberontakan rakyat Ternate serta pada
masa VOC pernah di izinkan Sultan MANDAR SYAH menduduki
Benteng Tolukko dengan kekuatan personil 160 orang. Hingga saat ini Benteng
Tolukko masih tetap berdiri dan pernah di renovasi oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Maluku di Ambon pada tahun 1996 dan di jadikan Objek
Wisata Sejarah Masa Sekarang.
- Mesjid Sultan Ternate
Masjid Sultan Ternate adalah
sebuah masjid yang
terletak di kawasan Jalan Sultan Khairun, Kelurahan Soa Sio, Kecamatan Ternate Utara, Kota
Ternate, Provinsi Maluku
Utara. Masjid ini
menjadi bukti keberadaan Kesultanan Islam pertama di kawasan timur Nusantara
ini. Kesultanan Ternate mulai menganut Islam sejak raja ke-18, yaitu Kolano
Marhum yang bertahta sekitar 1465-1486 M.
Pengganti Kolano Marhum adalah puteranya, Zainal
Abidin (1486-1500), yang makin
memantapkan Ternate sebagai Kesultanan Islam dengan mengganti gelar Kolano menjadi
Sultan, menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan, memberlakukan syariat
Islam, serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan
para ulama.
Sejarahnya:
Masjid Sultan ini diperkirakan telah
dirintis sejak masa Sultan Zainal
Abidin, namun ada juga yang beranggapan bahwa pendirian Masjid Sultan
baru dilakukan awal abad ke-17, yaitu sekitar tahun 1606 saat
berkuasanya Sultan Saidi Barakati. Hingga sekarang, belum ditemukan angka
valid sejak kapan sebetulnya Masjid Sultan Ternate didirikan. Akan tetapi,
melihat kenyataan sejarah, sebelum Sultan Saidi Barakati naik tahta, Kesultanan Ternate telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat, baik di bidang keagamaan, ekonomi, maupun
angkatan perang. Perjuangan Sultan Khairun (1534-1570) yang
dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu Sultan Baabullah (1570-1583) untuk mengusir
pasukan Portugis, misalnya, menjadi salah satu fase kegemilangan Kesultanan
Ternate Sekitar setengah abad sebelum berkuasanya Sultan Saidi Barakati.
Sehingga, perkiraan bahwa Masjid Sultan Ternate baru dibangun pada awal abad
ke-17 tidak memiliki alasan yang cukup kuat.
Sebagaimana Kesultanan Islam lainnya di
Nusantara, Masjid Sultan Ternate dibangun di dekat Kedaton Sultan Ternate,
tepatnya sekitar 100 meter sebelah tenggara kedaton. Posisi masjid ini tentu
saja berkaitan dengan peran penting masjid dalam kehidupan beragama di
Kesultanan Ternate. Tradisi atau ritual-ritual keagamaan yang diselenggarakan
kesultanan selalu berpusat di masjid ini. Masjid Sultan Ternate dibangun
dengan komposisi bahan yang terbuat dari susunan batu dengan bahan perekat
dari campuran kulit kayu pohon kalumpang. Sementara arsitekturnya mengambil
bentuk segi empat dengan atap berbentuk tumpang limas, di mana tiap tumpang
dipenuhi dengan terali-terali berukir. Arsitektur ini nampaknya merupakan
gaya arsitektur khas masjid-masjid awal di Nusantara, seperti halnya
masjid-masjid pertama di tanah Jawa di mana atapnya tidak berbentuk kubah,
melainkan limasan.
- Festival Legu Gam
Festival Legu Gam yang akan dipusatkan di
Lapangan Ngara Lamo Ternate tersebut juga diisi dengan kegiatan pameran untuk
mempromosikan potensi pariwisata dan investasi di Kota Ternate dan kabupaten/
kota lainnya di Malut.
Para pengusaha dari Malut dan berbagai daerah lainnya di Indonesia, termasuk para pengusaha kerajinan setempat tak ketinggalan ambil bagian pada festival tersebut untuk mempromosikan produk mereka kepada para pengunjung. Menurut Wali Kota Ternate, Burhan Abdurrahman, pemerintah kota dari 18 kota yang tergabung dalam Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) Wilayah VI juga ambil bagian untuk mempromosikan potensi daerahnya pada festival tersebut. Pemkot Ternate sendiri pada festival yang direncanakan dihadiri sejumlah Duta Besar (Dubes) dari negara sabahat tersebut akan mempromosikan potensi wisata peninggalan sejarah, seperti benteng peninggalan kolonial dan wisata bahari. Selain itu juga akan mempromosikan potensi wisata ilmiah, khususnya penelitian flora dan fauna, karena di Ternate ada kawasan hutan yakni di sekitar Danau Tolire yang dihuni lebih dari 40 jenis burung, beberapa di antaranya burung endemik Malut. Menurut Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Ternate, Husen Alting, pengunjung dari luar Malut yang akan menyaksikan Festival Legu Gam tidak akan mengalami kesulitan karena akses transportasi dari dan ke Ternate, baik melalui jalur udara maupun jalur laut saat ini sangat lancar. Untuk jalur udara misalnya saat ini ada lima perusahan penerbangan yang melayani penerbangan dari dan ke Ternate setiap hari. Begitu pula akomodasi di Ternate cukup memadai, baik untuk hotel kelas melati maupun hotel bintang empat, restoran pun cukup banyak, baik yang menyajikan menu makanan nasional dan internasional maupun menu makanan khas Malut - Benteng Kamalata
Benteng ini adalah Benteng Santo Lucia,
yang ditujukan untuk mengawasi Spanyol yang menguasai Tidore. Portugis memang
bersaing dengan Spanyol dalam pencarian dan penguasaan perdagangan rempah,
bahkan sejak masih di Eropa.
Benteng Santo Lucia dibangun pada
era yang sama dengan Benteng Santo Lucas, yaitu pada tahun 1540 oleh Antonio
Pegaveta. Pieter Both dari Hindia Belanda memugar benteng ini pada tahun
1609. Setelah dikuasai Kesultanan Ternate, benteng ini diberi nama Benteng
Kalamata, sesuai dengan nama Pangeran Kalamata, adik Sultan Ternate ke-31,
Mandar Syah.
Benteng Kalamata berbentuk poligon,
dengan tebal tembok hanya 60 cm dan tinggi 3 meter. Benteng ini memiliki 4
bastion berbentuk runcing pada ujungnya, yang masing-masing bastion mempunyai
lubang bidikan.
Jika berada di atas benteng ini, terlihat
jelas Pulau Maitara dan Pulau Tidore dengan gunungnya yang menjulang. Di
sebelah timur terlihat aktivitas kapal di Pelabuhan Bastiong. Pelabuhan
Bastiong digunakan untuk menyeberang ke Tidore dan Halmahera dengan
menggunakan kapal feri.
Pada sore hari, terlihat warga dan
anak-anak bermain di benteng ini karena memiliki halaman yang luas di bagian
dalam. Saya melihat seorang anak berlari dari tembok benteng kemudian
melompat dan menceburkan diri ke laut
- Upacara Adat Kololi Kie |
Kololi Kie dalam bahasa Ternate berarti
Keliling Gunung (Kololi artinya Keliling) dan (Kie artinya Gunung), adalah
sebuah ritual adat mengelilingi gunung Gamalama sekaligus pulau Ternate yang
dilakukan langsung Sultan bersama permaisuri Boki Nita Budi Susanti bersama
pasukannya (kapita) dan rakyatnya (bala kusu sekano kano).
Tradisi yang berusia sudah 700 tahun
lebih ini, adalah ritual untuk mendoakan rakyat Maluku Kie Raha dan Ternate
yang dilakukan Sultan. Ritual ini tidak hanya dilakukan saat Sultan berultah,
ketika masyarakat Maluku Utara dilanda musibah besar seperti bencana alam dan
didera konflik pertikaian, Sultan pun langsung menggelar Kololi Kie.
Ada dua jalur yang ditempuh dalam Kololi Kie, yakni jalur laut yang dalam bahasa local Ternate disebut Kololi Kie Toma Ngolo (Toma berarti di dan Ngolo berarti Laut) disamping jalur darat (Kololi Kie Toma Nyiha (Nyiha berarti Darat).
Namun, sejak selama 32 tahun berkuasa
memimpin Keraton Ternate, Sultan Mudaffar sendiri lebih sering menggunakan
rute jalur laut dalam melakukan ritual ini. Penulis sendiri,
berkesempatan mengikuti rombongan kololi kie yang dilakukan Sultan dan
permasiurinya.
Selama perjalanan ritual mengitari Gunung
Gamalama itu, Sultan dan permaisuri, tidak sendiri. Keduanya dikawal puluhan
kapal yang ditumpangi ratusan tentara dan rakyatnya selama perjalanan. Semua
kapal-kapal yang membawa rombongan, telah dihiasi janur kuning, dipasangi
umbul-umbul kemudian berangkat dari jembatan Dodoku Ali, jembatan kesultanan
Ternate.
Diantara puluhan kapal-kapal itu, selalu
ada satu kapal yang dilengkapi alat-alat music tradisional Ternate seperti
tifa, gendang, dan gong. Alat-alat music ini terus dimainkan selama
perjalanan megitari pulau Ternate yang berjarak 45 kilometer itu tanpa henti.
Sepanjang perjalanan, Sultan bersama
dengan sejumlah tokoh ditonton warga dari dekat yang sejak pagi,
berbondong-bondong berkumpul di tepi pantai. Saat mengitari gunung itu, tak
henti-hantinya sultan mengucapkan kalimat-kalimat doa yang ditujukan kepada
penguasa alam untuk selalu melindungi rakyatnya.
Disetiap kololi kie, Sultan dan Boki
selalu menyempatkan diri untuk mampir Ake Sibu atau yang dikenal dengan Ake
Rica (tempat pemandian) di Kelurahan Rua, untuk mencuci kaki. Lokasi yang
berada tak jauh dari Pantai Rua itu, kini merupakan salah satu lokasi wisata.
“Ada juga beberapa kuburan keramat yang
disinggahi Sultan disetiap sekaligus berziarah, namun itu jarang dilakukan,”
ucap Arsyad, salah satu Al Firis atau pengawal Sultan.
Menariknya, usai sultan dan boki mencuci
kaki di Ake Sibu, ratusan warga yang datang dari berbagai desa pun terlihat
mengerumuni kolam yang sudah berusia ratusan tahun itu, kemudian membasuh
mukanya dengan air bekas cucian kaki sultan dan Boki.
Menurut warga sekitar, air bekas cucian
kaki sultan dan boki itu, diyakini bisa menghilangkan penyakit, membawa
berkah dan keselamatan. Sebagian diantara mereka tampak ada yang mengisinya
kedalam botol untuk dibawa pulang.
Jadi Kebiasaan Akhir Pekan
Tradisi Kololi Kie, sepertinya tidak
hanya dilakukan Sultan dan Boki, namun megitari Gamalama dan pulau ternate
memang kerap dilakukan warga Kota Ternate disetiap akhir pekan, bahkan ini
sudah menjadi tradisi berwisata warga setempat sambil menyambangi satu
persatu lokasi wisata di Ternate terutama pantai.
Biasanya, agenda wisata ini dilakukan
melalui jalur darat menggunakan kendaraan baik roda dua maupun empat.
Namun mengelilingi ternate melalui jalur laut lebih menarik ketimbang melalui
darat. Oleh karenanya, warga yang berkesempatan ikut dalam ritual Kololie Kie
ini, beruntung karena bisa melihat dari dekat setiap sudut pulau Ternate.
Namun, tidak semua warga memiliki kesempatan untuk ikut. Meski demikian, mereka hanya bisa menyaksikan dari tepi pantai iring-iringan rombongan kapal yang ditumpangi Sultan dan Boki.
Tontonan seperti ini, hanya ada setahun
sekali ini atau disaat Ternate dilanda konflik maupun musibah seperti bencana
alam. “Tradisi ini kami dari pihak keraton dan dinas pariwisata Ternate sudah
menjadikannya sebagai sebuah wisata bagi warga Ternate,” ucap Mudaffar usai
turun dari kapal.
Disamping itu, Ake Rica sendiri, juga
menjadi salah satu objek wisata andalan ternate yang kerap dikunjungi
wisatawan. Sebab selain menjadi lokasi persinggahan Sultan dan Boki,
Ake rica juga memiliki sejarah dimana, legenda yang diyakini warga setempat,
adalah tempat pertama berlabuhnya tokoh legendaris Maulana Sayyidinaa Syekh
Djaffar Shaddi, pembawa agama Islam pertama di Ternate dan Malut.
Mata airnya nya yang hangat, Ake Rica
juga kini dijadikan tempat mandi untuk menghilangkan air garam di tubuh usai
berenang di pantai Rua, salah satu objek wisata yang jaraknya tak jauh dari
Ake Rica. Disamping ake Rica, tercatat ada beberapa lokasi yang menjadi
tempat persianggahan Sultan dan Boki yang dianggap keramat baik itu berupa
makam para sultan maupun benteng yang memiliki sejarah terkait dengan
perjuangan sultan dan warga Ternate dalam mengusir penjajah.
Seperti Kadato ma-Ngara (Gerbang Istana
atau pintu masuk wilayah kesultanan), Kuburan (dalam bahasa Ternate disebut
Jere) yakni Jere Kubu Lamo, Jere Toma Sigi Lamo (Kuburan di Kawasan Mesjid
Besar), Jere toma Foramadiyahi (makam Sultan Babullah), Jere Kulaba (Makam di
kelurahan Kulaba), Libuku Tabam ma-Dehe, Sao Madaha, Libuku Buku Deru-Deru,
Libuku Bandinga Mari Hisa, Ngade atau Laguna, Talangame, dan Benteng Oranye
serta Telaga Nita, yang kesemuanya oleh pemerintah dijadikan objek wisata
sejarah.
|
Muhammad Luthfi
Usaha Jasa Pariwisata 2014 B
4423143925
luthfimuhammad1107@gmail.com
No comments:
Post a Comment