Monday, January 4, 2016

tugas 3 pariwisata sejarah dan budaya


    Sejarah dan Budaya  Pagaralam


KATA PENGANTAR

puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semuanya, sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Pemanduan Wisata Budaya ini yang diberikan kepada dari dosen saya yaitu pak shobirin.
Tugas yang telah saya selesaikan ini tidak luput dari pengetahuan-pengetahuan yang yang saya dapatkan dari dosen dan dari sumber-sumber yang terpercaya sehingga saya bisa menuangkannya kedalam tulisan saya kali ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari masih banyaknya kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Semoga apa yang telah saya tulis ini dapat bermanfaat pada pembaca dalam hal pariwsiata sejarah dan kebudayaan indonesia.

Pembahasan
 Terbentuknya  Pagaralam

terbentuknya Kota Pagar Alam sebagai Kota Administratif terinspirasi dengan dikeluarkannya peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 1963 tentang penghapusan Karesidenan, maka secara otomatis tidak ada lagi pemerintahan Kawedanaan Tanah Pasemah (Kecamatan Tanjung Sakti, Kecamatan Jarai, Kecamatan Kota Agung dan Kecamatan Pagar Alam sebagai Ibukota Kawedanaan).

Selanjutnya proses demi proses sampai akhirnya lahirlah Kota Pagar Alam Kota Administratif dengan diterbitkannya peraturan Pemerintah dengan Nomor 63 tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif dengan pemekaran wilayah 4 (empat) Kecamatan.

Setelah melalui perjuangan yang cukup menyerap pikiran dan tenaga, akhirnya ditetapkan Undang – Undang Nomor 8 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 tentang pembentukan Kota Pagar Alam, dan puncak seremonial Kota Pagar Alam, sebagai Kota Otonom terjadi dengan diresmikannya Kota Pagar Alam oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI pada tanggal 17 Oktober 2001. Selanjutnya pada tanggal 12 November 2001 Gubernur Sumatera Selatan atas nama Menteri Dalam Negeri melantik Drs. H. Djazuli Kuris melaksanakan pelantikan perdana perangkat Pemerintah Kota Pagar Alam pada tanggal 7 Januari 2002.

Kebudayaan kota pagaralam

Kota yang “cantik” ini terletak di kaki gunung Dempo, gunung Gumai dan pegunungan Bukit Barisan. Setelah memisahkan diri dari kab. Lahat, Pagar Alam menjadi kota mandiri artinya berganti status menjadi kota Kabupaten Pagar Alam yang memiliki luas wilayah 633 km2. Wilayah yang cukup luas ini sebagian besar terdiri dari hutan, perkebunan teh dan kopi.
Masyarakat sering menyebut sebagai wilayah Basemah (Pasemah). Secara historis wilayah ini meliputi wilayah Lahat, wilayah Pagar Alam hingga menyentuh wilayah Bengkulu (Pahiangan dan Rejang Lebong) yang ada di pegunungan “Bukit Barisan”. Basemah (Pasemah) memiliki ciri-ciri budaya yang spesifik, unik dan menarik. Hal ini dapat diamati dalam karakter masyarakatnya mulai dari bahasa yang digunakan, logat bertutur, tata sosial, hasil seni dan budaya serta tatanan etika dan religi yang tertanam dalam kearifan lokalnya (local genius).
Beberapa tahun lalu, Pemerintahan Pagar Alam secara resmi telah mendaftarkan 67 situs Megalitikum-nya ke Unesco untuk dapat ditetapkan sebagai kota cagar budaya (heritage). Secara faktual tak dapat dipungkiri bahwa wilayah Pagar Alam (juga wilayah kab. Lahat) menyimpan ratusan situs megalitikum yang tersebar di berbagai tempat. Situs-situs tersebut pernah diteliti dan ditulis oleh Mr. Van Der Hoop, seorang antropolog berkebangsaan Belanda. Laporan penelitiannya dibukukan dengan judul “Megalithic Remains In South Sumatra – 1932).
Kebudayaan Megalitikum merupakan hasil dari budaya zaman Neolithikum, yang menyerap peradaban awal jaman logam. Jaman ini kemudian dikenal dengan masa perundagian yang mulai ditandai mulai ditemukannya logam, kapak, pahat dan lain-lain dalam bentuk yang paling sederhana (+/- 2500 tahun SM). Kebudayaan Megalithikum di Pagar Alam (dan Lahat) dapat kita lihat secara riil dalam bentuk Menhir, makam batu, rumah batu, Dolmen, punden berundak dan batu tegak (Kosala), altar batu (batu ceper) dan lain-lain.
Batu-batu besar dalam berbagai bentuk inilah yang menurut para ahli dimaksudkan sebagai sarana ritual. Dalam hal ini para ahli sependapat bahwa di dalam rumah batu yang banyak tersebar itulah nenek moyang kita melakukan kegiatan ritualnya. Ritual yang dimaksud adalah suatu aktifitas yang dilakukan terkait masalah misteri kehidupan dan kematian. Pada umumnya dalam kebubayaan megalithikum selalu berorientasi pada aspek-aspek kepercayaan atau supranatural dengan kekuatan-kekuatan gaibnya yang ada pada benda-benda, mahluk hidup bahkan roh nenek moyang (Haris Sukendar, 2003:27) Dengan demikian, pada masa kebudayaan Megalithikum di masyarakat Basemah (Pasemah) dapat ditafsirkan telah menjalani satu peradaban yang cukup canggih dan kokoh, sehingga sampai hari ini jejak-jekak peradaban tersebut masih dapat kita telusuri.
Wilayah Basemah (Pasemah) yang meliputi wilayah Lahat, Pagar Alam dan Bengkulu, rasanya memang pantas dijadikan sebagai wilayah cagar budaya dengan mempertimbangkan begitu banyaknya situs sejarah yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita pada masa lalu. Sebut saja situs Kubur Batu di areal perkebunan kopi desa Talang Pagaragung, Kecamatan Fajar Bulan, kabupaten Lahat. Atau situs Arca Manusia dan Dolmen di desa Tegur Wangi Lama, kab. Pagar Alam yang berupa 4 arca manusia berciri khas Basemah. 4 Arca batu ini terletak di tengah-tengah sawah penduduk dan tak jauh dari sungai kecil serta sebuah rumah batu. Adapun ciri-siri situs ini (situs Basemah) adalah berbentuk manusia bertubuh tambun, bibir tebal, hidung pesek dan mata besar melotot.
Satu hal yang menarik apabila dicermati pada situs-situs yang tersebar di wilayah Pagar Alam ini yakni hampir seluruhnya menghadap ke arah gunung Dempo. Semisal situs di Tanjung Aro dalam bentuk batu berukir “Manusia digulung Ular” dan juga situs di desa Tegur Wangi Lama “arca manusia purba dan dolmen”. Mengamati situs batu bercorak “manusia digulung ular (naga)” di Tanjung Aro, mengingatkan penulis pada kisah pewayangan Bima Ruci, yakni “carangan” cerita Mahabharata yang diyakini mengandung nilai-nilai filosofi sebagaimana ditulis R.Ng. Yasadipura I. Dalam kisah itu, jelang perang mahabharata, atas perintah resi Durna, tokoh Bima diminta untuk mencari “air prawita”, air yang diyakini dapat membuat manusia kebal dan terhindar dari kematian. Untuk hal itu Bima akhirnya berupaya mendapatkannya sekalipun tidak mudah. Letak penyimpanan air tersebut konon di dasar samudra. Namun hal itu tidak menyurutkan keberanian seorang Bima. Segera saja Bima menyelam di dasar samudra, namun kemudian mendapatkan rintangan dari seekor naga yang perkasa. Di situlah terjadi pertarungan yang sengit antara Bima dan ular Naga yang akhirnya dimenangkan oleh Bima.
Dalam berbagai bentuk kebudayaan Jawa yang terpengaruh Hindu, akan kita dapati cerita atau ilustrasi Bima digubat seekor Naga di tengah lautan. Dalam perkembangan selanjutnya kisah itu kemudian dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dan sering pula ditafsirkan serta menjadi acuan bagi pengikut ajaran Tasawuf (Islam kejawen ?).
Pada situs Tanjung Aro,“manusia digulung ular” apakah dapat ditafsirkan demikian? Kalau dapat ditafsirkan demikian berarti situs ini dibuat sebelum jaman Kerajaan Sriwijaya yang berjaya dengan agama Buddha. Pada catatan Raffles, ( dalam buku berjudul “Sumatra Tempoe Doeloe” karangan Anthony Reid, Komunitas Bambu, Depok, 2010: hal 210), dituliskan expedisi Raffles ke bekas kerajaan Pagarruyung menemukan arca Hindu yang dipahat sangat indah. Artinya di wilayah Sumatra jaman dahulu sebelum jaman Sriwijaya kemungkinan sudah berkembang agama Hindu. Kalau demikian halnya, maka situs Tanjung Aro (“manusia digulung ular”) jelas menyiratkan kisah Dewa Ruci, karena itu situs ini dihadapkan ke gunung Dempo yang dalam tradisi Hindu setiap gunung adalah wujud kahyangan tempat para Dewa bersemayam di bumi.


Agama

agama bersifat kesatuan batin, dimana orang segolongan merasa satu
dengan golongan seluruhnya dan tugas persekutuan adalah memelihara
keseimbangan lahir batin antara golongan dan dan lingkungan alam hidupnya,

yang mana dalam masyarakat pagaralam mayoritas penduduknya
beragama Islam, maka pengaruh-pengaruh dari budaya Islam mempercepat
adanya pergeseran nilai-nilai yang lebih menekankan adanya persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan.
Keluarga di dalam hukum Islam mendapatkan bagian harta warisan dari
yang meninggal, asalkan ia memang merupakan salah seorang ahli warisnya.
Sedangkan anak (laki-laki atau perempuan) adalah seorang dari anggota
keluarga. Oleh karena itu, bagaimanapun cara perkawinan yang ditempuhnya,
ia tetap berhak atas harta peninggalan orang tuanya.


Bahasa

Bahasa Lahat, kadang disebut juga sebagai bahasa Pagar Alam, yang dituturkan oleh masyarakat di Lahat dan Pagar Alam, Sumatra Selatan. Bahasa ini adalah salah satu dialek dari rumpun bahasa Melayu. Bahasa Lahat ini mempunyai keterkaitan dan kemiripan dengan bahasa Muara Enim, Semende dan Ogan dan dibawah ini sekilas vocab pagaralam

A
  • ading = adik
  • agas = nyamuk
  • ajong = suruh
  • alap = cakep, cantik, indah, bagus
  • anak dahe = adik ipar perempuan
  • angat = panas
  • au = ya
  • aye' = air
  • aye' angat = air panas
  • aye' dingin = air dingin
  • ayuk = mbak
B
  • ba = bapak
  • babet = lempar
  • babet = tarik
  • badah = rumah
  • balur = ikan asin
  • bange = tolol, goblok, bego, bodoh
  • bantut = habis
  • baseng = terserah
  • baseng-baseng = sembarangan
  • batak = bawa
  • bay = perempuan
  • bebala = berkelahi
  • bebegau = merinding
  • bebuntingan = menikah
  • becunoh = beretika (dalam adat istiadat)
  • begambar = berfoto
  • beghusik = (istilah yang digunakan untuk main ke rumah seseorang)
  • begoco = berkelahi
  • begox = tolol, goblok, bego, bodoh
  • behadu = beristirahat
  • behadu = beristirahat
  • behadulah = bersudahlah
  • bejijeh = ngomel
  • bejireh = bercerita
  • busong = perut
  • bute = buta
  • buyan = tolol, goblok, bego, bodoh
C
  • calok = terasi.
  • cebar = robek
  • cecangka = ada-ada saja
  • cecangkah = cerita bohong
  • cecingal = berlebihan
  • cecingal = mirip dengan tingkah wong buyan alias wong linglung
  • cenila = sandal
  • cete = jelas
  • cucuk = tusuk dengan tenaga kecil pakai benda kecil
  • cungdire = sejenis tomat2an namun rasanya lebih asem dan berukuran kecil
  • curug = air terjun
  • curup = air terjun
D
  • damping = dekat
  • dedilat = berlebihan
  • dekbediye = tidak ada
  • demam = gereng
  • dengah = kamu, kau
  • dide lemak = tidak enak (kadang disingkat "dimak = tidak enak")
  • dide = tidak
  • dimak = tidak enak
E
  • empai = baru saja
  • enggop (baso merenem) = tidak mau
  • engkas = sisa
  • engkase = tak tau nya
G
  • gelgasan = meriang
  • gemerudok = bergemuruh
  • gering = tidak enak badan
  • ghehit = pegal
  • gile = gila
  • gilo = gila
  • gucoh = ditinju
I
  • ibatan = bungkusan
  • ibatan = oleh2
  • ibongan = bibi, tante
  • ical-ical = berlebihan
  • injik = senang
J
  • jabo = depan
  • jadilah kudai = cukup sampai disini
  • jagal = kejar
  • jalat = anus
  • jeme = orang
  • jentirek = penyakit koreng
  • jireh = cerita
  • jurai tue = pemangku adat
K
  • kaba = kamu
  • kaba = kamu, kau
  • kaba = kau
  • kakang = kakak
  • kambang = sumur
  • kance = kawan
  • kaput = babi/ babi hutan
  • kebat = ikat
  • kebile = kapan
  • kehas = keras
  • kelawai = saudara perempuan
  • kele = nanti
  • kito = kita
  • klambit = kelelawar
  • klentit = alat kelamin wanita
  • kudai = dulu
  • kudai = nanti
  • kudai = nanti (singgah kudai = name rumah makan di lahat, parak stasiun)
L
  • laju = jalan
  • lanang = laki2
  • lantak = hantam
  • lautan = saudara jauh
  • lemak = enak
  • lokak = kesempatan
  • lolo = tolol, goblok, bego, bodoh
  • lubok = lubuk
M
  • majo = makan
  • malelaka = norak
  • mamak = paman, om
  • mamang = abang atau mas
  • mandi kudaii = mandi dulu
  • mbata = bawa
  • mbek = ambil
  • mehak mehing = tidak enak badan
  • memeheng = demam
  • memeheng = demam
  • memeheng = tidak enak badan
  • me'ngai = sesak nafas
  • merinak = beganjah
  • midang = bejalan
  • murung = teko
N
  • ndo = ibu
  • neget = telan
  • nengget = nungging
  • nga = dengan
  • ngai = sama
  • ngambe = ngambil
  • ngamben kinjar = gendong kinjar (tempat untuk menaruh hasil panen misal kawe=kopi)
  • ngerapot = aneh
  • ngerewangi = menemani
  • ngibal = jalan2
  • ngibal = jalan2
  • ngibat = bungkusan
  • ngicek = berbicara
  • ngiket = bungkusan
  • nginak = melihat
  • ngindang akhi = tidur sampai siang
  • nguba = ngupas
  • ngudut = merokok
  •  
P
  • palah = ayo
  • palak = kepala
  • parak = dekat
  • parak = dekat
  • paun = dapur
  • pegaian = bisulan
  • pemeruput = orang yang suka mengejek
  • pening = pusing
  • penyau = gila
  • pikak = kantong celana.
  • pingan = piring
  • pucuk = atas
  • pule = pula
R
  • rendut = ciut
  • rewang = menemani
  • ribang = senang
  • rune = pelangi 
S
  • sakndi = dari
  • sangkek = keranjang
  • sangsile = pepaya
  • sapean = kelaparan
  • saput = selimut
  • sarapan = sariawan
  • sare = susah
  • segit = robek
  • segit = robek
sidu pesok = garpu
  • suhang = sendiri
T
  • tapok = tampar
  • tebarai = kebelet buang air besar atau brsk dclana kakakaka
  • tecaguk = berdiri sendiri kaya orang tidak jelas
  • tegesor = terjatuh
  • teghimpit = terjepit
  • tekelap = ketiduran
  • tempiling = tampar, tempeleng
  • tempuyak = durian
  • tepak = tampar
  • terajang = ditendang
U
  • ubak tue = kakak laki2 ayah
  • ude = sudah
  • ude la kudai = cukup sudah
  • udim = sudah
  • udim = sudah
  • umak tue = saudara perempuan ibu
W
  • wali = pisau
Y
  • yak = batuk
  • yo = ya

kebiasaan masyarakat pagaralam

-membawa senjata tajam
Meskipun sudah ada aturan hukum tentang larangan membawa Senjata Tajam (Sajam), namun sampai saat ini masih banyak masyarakat  Pagaralam yang gemar membawa Sajam kemana saja setiap hari. Kondisi tersebut sudah menjadi kebiasaan dan tradisi masyarakat sejak zaman nenek moyang dahulu.



Kesenian masyarakat pagaralam

GENGGONG

Salah satu alat musik tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Besemah Kota Pagaralam adalah Genggong, sejenis alat musik tiup yang menghasilkan suara mirip harmonika, umumnya alat musik ini terbuat dari bilah bambu, kayu, pelepah enau atau logam.
Untuk memainkannya, genggong dipegang ditangan kiri dan bagian sisinya ditempelkan ke bibir. Selanjutnya, unutk untuk membunyikan genggong, mainkan lidah getar yang ada pada genggong dengan tangan kanan. Untuk mengubah nada dalam melodi genggong dilakukan dengan mengolah posisi rongga mulut yang juga berfungsi sebagai resonator.
Dahulu alat musik genggong dimainkan oleh para petani yang sedang menunggu padi di sawah atau di tengah kebun. Masyarakat Besemah memainkan genggong untuk mengusir sepi dan jenuh.

TARI KEBAGH




Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Walau sempat dilarang hingga tahun 1940-an oleh pemerintah kolonial belanda, tarian ini tetap terpelihara dan diajarkan secara tutun temurun dari generasi ke generasi. Tari Kebagh semakin terdesak, tenggelam dan sempat menghilang pada masa pendudukan Jepang.
Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara tari-tarian.
Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari


Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang.
Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengna lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat semua mata terpana. Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin tinggi hingga menuju ke kayangan, negeri asalnya.

Burdah/Gendang Oku



Burdah atau Gendang Oku adalah alat musik tradisional dari Sumatera Selatan sejenis rebana yang terbuat dari kayu dan kulit binatang. Dibandingkan dengan rebana, ukuran burdah lebih besar. Di Sumatera Selatan, alat musik tradisional Burdah / gendang oku ini dimainkan untuk mengiringi lagu Islami (barjanji) pada acara keagamaan yang dimainkan sendiri maupun berkelompok. Burdah juga sering digunakan untuk mengiringi kesenian pencak silat.
  • Alat Musik Tenun

Alat musik tradisional dari Sumatera Selatan selanjutnya disebut dengan alat musik tenun. Disebut alat musik tenun karena alat musik ini biasanya dipergunakan sebagai penghibur para pekerja yang sedang menenun. Alat musik tenun ini terbuat dari kayu yang berbentuk persegi panjang, dengan ornamen segitiga berangkai ditengahnya. Segitiga berangkai yang berada di tengah alat musik inilah yang dibunyikan dengan cara dipukul sehingga menimbulkan bunyi dengan nada-nada tertentu.
  • Gambus

Alat musik gambus merupakan alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Walaupun alat musik gambus ini dapat ditemui di beberapa daerah di Indonesia, akan tetapi bentuk alat musik gambus dari Sumatera Selatan ini tentu saja memiliki ciri khas seperti gambar.
  • Kenong Basemah


Alat musik tradisional kenong dapat ditemui juga di beberapa daerah di Pulau Jawa. Kenong merupakan alat musik yang terbuat dari tembaga yang merupakan salah satu alat musik tradisi yang melengkapi gamelan jawa. Di Sumatera Selatan terdapat alat musik kenong khas gamelan suku Basemah di daerah Pagar Alam Sumatera Selatan.
  • Terbangan

Terbangan merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Sumatera Selatan. Alat musik pukul yang berasal dari Sumatera Selatan ini disebut juga dengan rebana.  Terbangan terdiri dari  empat rebana Hadrah dan satu buah Jidur (Bedug kecil), biasanya berwarna merah, hitam, dan emas.
Rumah adat masyarakat pagaralam

Rumah ini memiliki ciri khas pada atapnya yang meruncing bagai tanduk. Dilihat dari bentuk atapnya, rumah baghi hampir sama dengan rumah adat minang atau Toraja, satu yang membedakannya adalah atap rumah baghi tidak terlalu runcing dan terbuat dari ijuk atau serabut pohon aren dengan kerangkanya yang terbuat dari bambu.

Konstruksi bangunan menggunakan pasak yang menghubungkan bagian rangka. Menariknya, semua bagian-bagian yang dihubungan tidak menggunakan paku. Begitu juga dalam pemasangan lembaran-lembaran papan dinding, dipasang pada kerangka dinding melalui lubang alur sebagai penguncinya. Ciri khas lain yang ada pada rumah baghi adalah, sejak awal, rumah baghi dibuat tidak menggunakan jendela dan hanya memiliki satu daun pintu di bagian tengah. Daun pintu tersebut terbuat dari sekeping kayu dengan engsel berupa sumbu yang ada di atas dan di bawah daun pintu.




Ketika memasuki Rumah Baghi, pengunjung akan mendapati rumah adat ini yang tanpa sekat atau kamar. Meski demikian, lantai di dalam ruangan memiliki dua tingkat. Lantai yang lebih tinggi itu terdapat pada bagian depan ruangan. Tempat tersebut diperuntukan sebagai tempat duduk meraje, yaitu keluarga dari garis keturunan laki-laki, seperti kakek, wak, dan paman. Sementara bagian bawahnya diperuntukan bagi anak belai, yaitu keturunan perempuan beserta suami dan anak cucu. Dari penempatan tersebut, terlihat bahwa masyarakat adat Besemah menganut garis keturunan laki-laki atau patrilineal.

Dari bentuknya secara keseluruhan, rumah baghi terdiri dari tiga ukuran, yaitu kecil, sedang, dan besar. Hal tersebut menurut H Musa, pemilik rumah baghi satu-satunya yang masih tersisa mengatakan, ukuran rumah baghi yang berbeda-beda tersebut merupakan penunjuk status sosial orang yang memilikinya. Selain ukuran rumah, corak, dan ornamen rumah yang indah juga menjadi penunjuk status sosial.

Ukuran besar-kecil rumah baghi yang bisa menunjukan status sosial orang yang memilikinya bukan tanpa sebab, pasalnya bahan baku pembuatan rumah baghi yang terbuat dari kayu pulai didapat dari hutan. Ada dua versi yang berpendapat tentang bagaimana cara masyarakat Besemah di zaman dahulu mengumpulkan kayu pulai dari hutan untuk membangun rumah.

Versi pertama mengatakan, kayu-kayu pulai dibawa oleh roh halus yang didatangkan saat pemilik  rumah hendak membangun rumah baghi. Sedang versi yang lain mengatakan, proses pembawaan kayu-kayu pulai bahan utama pembuatan rumah baghi dibantu oleh hewan ternak, semisal sapi atau kerbau.

Terlepas dari kedua versi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sejak dahulu masyarakat adat Besemah sudah memiliki daya cipta dan seni yang sangat tinggi. Hal tersebut juga tercermin dari bentuk fisik dan ornamen yang ada pada eksterior dan interior bangunan rumah. Apalagi pewaris rumah baghi sudah membuktikan meski sudah berumur ratusan tahun, rumah baghi yang ada di Desa Tegurwangi, Pagaralam, Sumatera Selatan, masih berdiri kokoh hingga saat ini. Hanya saja dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah daerah dan masyarakat luas untuk terus menjaga dan melestarikan kekayaan salah satu kebudayaan nusantara yang adiluhung ini.

Rumah Batu

Kota Pagar Alam, SUMATRA SELATAN  
Wilayah Pagaralam Sumsel bisa jadi merupakan wilayah dengan peradaban tua. Rumah batu, artefak yang dibangun sejak ribuan tahun sebelum masehi kembali ditemukan di wilayah tersebut.
Rumah batu ditemukan di Dusun Merangin RT 02 RW 01 Kelurahan Pagar Wangi Kecamatan Dempo  Utara, Pagaralam. Rumah batu merupakan salah satu peninggalan tradisi megalitikum di
Bukitbarisan Pasemah.
Di dalam rumah batu ini terdapat berbagai lukisan  kuno. Baik menggambarkan binatang maupun manusia. Rumah batu, patung,  maupun bukti-bukti artefak lainnya di Pagaralam, berdasarkan penelitian  para arkeolog Indonesia maupun asing diperkirakan telah ada sejak
sekitar 2.000 tahun Sebelum Masehi.
“Sayangnya banyak tangan jahil yang merusak rumah batu ini, bermaksud  untuk “tarak” meminta sesuatu kepada yang dimaksud. Bisa dilihat atapnya  sudah ada yang hilang,” kata Saman, warga setempat kepad pers di lokasi,  Selasa (25/1/2011).
Rumah batu ini berada persis di tengah-tengah kebun kopi milik warga  setempat. Diperkirakan panjang rumah batu ini kurang lebih 2 meter, dan  sekitar 1 meter serta tinggi kurang lebih 1 meter.
Terdapat 1 pintu dengan daun pintu sebanyak tiga buah. Lantainya tentu  saja masih tanah, dengan tiang, dinding serta atap rumah terbuat dari  batu yang berbentuk lempengan. Ruang di dalam rumah batu ini hanya cukup  untuk dua orang dewasa.
Aryadi, Ketua RW 01 dusun setempat mengatakan bentuk rumah batu ini
persis dengan rumah batu yang berada di situs megalit batu beghibu, yang
sudah dirawat pemerintah saat ini.
Sementara Kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Pagaralam
Syafrudin, mengatakan selama tahun 2010 lalu sudah banyak yang
benda-benda purbakala yang ditemukan di Pagaralam, “Tahun ini akan lebih
banyak lagi ditemukan,



Peninggalan Megalithik

Pagaralam di Sumatera Selatan tidak hanya mempunyai pemandangan alam yang indah, bumi besemah ini juga merupakan tempat kebudayaan megalithikum. Perbukitan hutan tropis yang terapit Bukit Barisan dan Gunung Dempo menjadikan wilayah ini kaya akan bebatuan cadas. Bebatuan beku dari jenis andesit inilah yang kerap digunakan oleh manusia pra sejarah untuk membuat berbagai karya spektakuler, seperti arca, lesung batu, kubur batu, dolmen, dan menhir.



Menurut Van der Hoop, seorang peneliti berkebangsaan Belanda, di Pagaralam ditemukan 22 area yang diyakini merupakan lingkungan situs megalithik dari zaman pra-sejarah. Dari berbagai area tersebut ditemukan artefak-artefak, namun sebagian besar kondisi artefak sudah banyak yang rusak, dan sebagian lagi masih terkubur dan belum terindentifikasi.
Arca megalithik dari situs-situs yang ditemukan di Pagaralam dibedakan menjadi dua jenis. Jenis pertama menggambarkan satu wujud rupa atau sosok tunggal, yaitu berupa manusia atau hewan. Sedang kategori kedua menggambarkan lebih dari satu rupa atau sosok jamak, menggambarkan sosok manusia dengan manusia atau manusia dengan hewan.
Batu beghibu merupakan salah satu situs yang ditemukan di Pagaralam, tepatnya di tengah persawahan di Desa Tegur Wangi. Menurut catatan sejarah, situs batu beghibu diyakini sebagai bekas tempat pemukiman penduduk dan tempat pemujaan bagi masyarakat setempat di masa lampau. Bagi masyarakat setempat saat ini, Desa Tegur Wangi Lama merupakan wilayah yang sejak dulu dianggap suci dan sakral.
Batu megalith yang ditemukan di tengah sawah dahulu digunakan sebagai tempat upacara adat pemakaman tokoh sepuh masyarakat yang meninggal dunia. Ketika ada sesepuh yang meninggal, masyarakat meletakkan sesaji di depan arca, dolmen, dan menhir. Bagi masyarakat purbakala, kematian seseorang merupakan suatu hal yang dianggap sakral. Karenanya, tidak mengherankan jika pada upacara kematian, masyarakat dihiasi dengan pakaian dan perhiasan. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kepada jenazah yang akan dimasukkan ke dalam kubur batu.
Menurut catatan yang tertera pada situs, ketika ada kematian orang yang dianggap sesepuh, masyarakat digambarkan mengenakan pakaian adat dan perhiasan yang disebut dengan beghibu. Beghibu merupakan sebutan untuk perhiasan berupa subang atau anting-anting yang bertahtakan berlian. Karena mitos itulah situs purbakala tegur wangi oleh masyarakat sekitar disebut dengan situ batu beghibu.Sementara di tempat lain, masih dalam kawasan bumi besemah Pagaralam, tepatnya di Desa Tanjung Ato, terdapat situs megalith lain yang oleh masyarakat disebut dengan situs manusia dililit ular.
Situs berupa arca yang ditemukan di tengah persawahan ini tidak lepas dari cerita legenda yang menceritakan tentang sepasang kekasih yang memadu kasih tanpa ikatan pernikahan, hingga melakukan perbuatan yang dianggap melanggar adat istiadat. Perbuatan tersebut membuat seekor ular murka dan melilit sepasang kekasih tersebut hingga keduanya tewas.
Tempat wisata Pagaralam
DANAU TEBAT GHEBAN
Alamat : Desa Geban Kecamatan Dempo Utara. Pagar Alam

Danau ini memiliki keunikan tersendiri dimana oleh Dinas Pariwisata Pagar alam tempat ini disediakan Rakit Bambu jika para Wisatawan sedang berlibur ke tempat tersebut dapat menaiki rakit tersebut secara gratis. dan pada tahun 2003 danau ini di renovasi dimana disekeliling danau. dibangun jalan Aspal yang memutari danau tersebut. jarak Danau tersebut sekitar 2Km dari pusat Kota Pagar Alam

Kebun teh Gunung Dempo



Alamat : Guung Dempo kecamatan Pagar Alam Utara
Loksi Kebun Teh peniggalan jaman Kolonial Belanda ini sampai sekarang masih menjadi daya tarik tersendiri untk berwisata. Dengan biaya sekitar Rp. 5000 wisatawan dapat menuju lokasi terseb

Nama wisata : Liku Endikat

Alamat : Jln. Lintas Pagar Alam-Lahat

Pada liuan jalan ni wisatawan dapat menmati pemandagan yang sagat menarik dan sangat memanjakan mata kita bila berada di tempat tersebut.

Air terjun Tuju Kenangan




Nama wisata : Air terjun Tujuh Kenangan
Alamat : Kelurahan Dempo Makmur, Kecamatan Dempo Utara

merupakan potensi wisata yang masih sangat alami serta suasana alamnya yang banyak terdapat berbagai jenis tumbuhan dan bebatuan megalith. Di air terjun ini terdapat kolam dan peluncur yang menjadi keunikan yang layak untuk dikunjungi.

Air Terjun Lematang Indah.




Nama wisata : Air Terjun Lematang Indah
Alamat : Jl. Lintas Lahat Pagar Alam

Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 70 M dari permukaan tanah, keindahan dan daya eksotis tersendiri tentunya tidak akan membuat wisatawan kecewa telah datang ketempat wisata Air terjung Lematang. Dengan biaya sebesar Rp 4000 kita dapat memasuki kawasan Air terjun ini.

Wisata Di Gunung Dempo sangat menyenangkan.



Banyak kepuasan bila kita datang ke kota Pagar Alam, Selain dapat menikmati Kebun diPagi hari kita juga dapat meraskan sejuknya udara pagi...di kota Paagar Alam.

Cughub Embun..


NNama wisata : Air Terjun Cughub Embun
Alamat : Dusun Pematang Bango, Kecamatan Pagar Alam Utara

Air terjun ( cughup ) Embun atau oleh masyarakat setempat disebut Cughup Jare merupakan satu dari sekian rangkaian air terjun yang ada di kaki gunung Dempo. Cughup Embun menghadirkan kesejukan alami dan keasrian alam, dan menurut mitos jika kita rutin mencuci muka atau mandi di air terjun ini maka akan awet muda
Akses menuju Pagaralam
Untuk menuju pagaralam dari jakarta cukup simple kok.
Pertama dari jakarta ke palembang duluh, kalau naik pesawat dari jakarta ke palembang sekitar 1 jam-an dan kalau dari jakarta menuju palembang menggunakan kendaraan darat bisa memakan waktu sekitar 14 jam perjalanan. Karena nanti akan melewati perairan selat sunda dengan menggunakan kapal ferry penyeberangan, penyeberangan dari pelabuhan merak ke pelabuhan bakauheuni sekitar 3 jam, tapi itu  belum termasuk antrian kapalnya. nah setelah sampai di palembang maka langsung melanjutkan perjalanan ke pagaralam hanya bisa diakses dengan kendaraan darat, dan dari palembang ke pagaralam bisa memakan waktu 7-8 jam-an.
Kalau mau langsung dari jakarta ke pagaralam menggunakan kendaraan darat khususnya menggunakan bus  bisa memakan waktu 24 jam atau seharian. Bus dari jakarta ke pagaralam salah satunya tersedia di teriminal kalideres jakarta barat dan nama busnya sinar dempo,dan busnya mempunyai 2 class yaitu ekonomi dan eksekutif.




Penutup

Kesimpulan
Sungguh banyak sekali potensi pagaralam yang sangat luar biasa yaitu seperti budaya,alam,objek wisata dan  sebagainya.PagarAlam pantas menjadi wilayah atau tempat destinasi yang menarik dan dapat kita promosikan sebagai asset pariwisata nasional dan dunia yang bermutu tinggi.

Daftar pustaka
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/pagaralam-pusat-kebudayaan-megalithik-di-sumatera-selatan
http://word-dialect.blogspot.co.id/2012/01/bahasa-lahat.html

Nama : Thesar Mahardika
Prodi : usaha jasa pariwisata UNJ kelas A angkatan 2014
Nim  : 4423143975

11 comments:

  1. ternyata pagaralam nilai budayanya cukup tinggi.

    ReplyDelete
  2. wah di sumatra ya.jauh.tapi asyik kayaknya.

    ReplyDelete
  3. jadi kepo nih sama pagaralam,hehe

    ReplyDelete
  4. sebenarnya sumatra selatan kaya akan pariwisatanya.

    ReplyDelete
  5. pagaralam indah sekali. tapi sayang cukup jauh.

    ReplyDelete
  6. kebudayaan tempat ini sangat luar biasa. tulisan ini cukup membantu untuk menjelaskan tentang budaya pagaralam

    ReplyDelete
  7. informasi yang cukup bagus untuk menambah wawasan.terima kasih

    ReplyDelete
  8. Mantap deh infonya,sering2 kasih info ya

    ReplyDelete
  9. terima kasih brother untuk informasinya. pagaralam the best lah.

    ReplyDelete