Monday, January 4, 2016

SOLUSI UNJ UNTU WISATA INDONESIA (T2)

MASALAH YANG ADA DI WSATA CANDI BOROBUDUR
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai MASALAH YANG TERDAPAT DI CANDI BOROBUDUR.

Adapun makalah dokumen perjalanan mengenai MASALAH YANG TERDAPAT DI CANDI BOROBUDUR. ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan pengetahuan lebih kepada pembaca mengenai MASALAH YANG TERDAPAT DI CANDI BOROBUDUR.



BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam era moderenisasi bayak tempat-tempat wisata budaya peninggalan umat agama Buddha salah satu nya adalah tempat wisata CANDI BOROBUDUR yang dimana peninggalan itu telah di jadikan tempat objek-objek wisata. Dalam tempat-tempat wisata pasti saja selalu ada masalah-masalah yang tidak di duga duga, seperti masalah alam yang datang melanda, masalah lingkungan serta masalah yang mempengaruhi wisatawan bagi cand Borobudur tersebut.

B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk kita lebih mengetahui masalah masalah yang terdapat di candi Borobudur dan agar untung mengetahui solusi untuk menyelesaikan masalah masalah yang terdapat di candi Borobudur tersebut..

BAB II PEMBAHASAN
Borobudur adalah salah satu candi Buddha terbesar di dunia. Keunikan candi yang dibangun Raja Samaratungga ini tidak hanya terletak pada struktur bangunannya yang terdiri dari 10 tingkat, tapi juga pada relief-relief di tubuhnya, yang menyimpan makna kehidupan di muka bumi. Relief itu akan terbaca secara berurutan bila kita berjalan searah jarum jam. dan Candi Borobudur juga terdaftar di World Heritage Site UNESCO. Yang arti nya candi Borobudur ini pernah menjadi anggota Tujuh Keajaiban Dunia.
Keindahan dan keagungan Candi Borobudur tidak hanya mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia sendiri, melainkan ia sudah dianggap sebagai warisan kebudayaan dunia. Hal ini terbukti pada saat pemugaran Candi Borobudur selama sepuluh tahun sejak tahun 1971, dukungan berbagai negara sahabat telah diberikan secara mantap. Dua puluh delapan negara duduk sebagai anggota dari Executive Committee for the International campaign to Safeguard the Temple Borobudur.
Dengan segala pesona dan misterinya, wajar bila banyak orang dari segala penjuru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, pengunjung juga bisa berkeliling ke desa-desa di sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga pembuat kerajinan. Pengunjung juga bisa pergi ke puncak Watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas Candi Borobudur.


Dengan begitu banyak para wisatawan yang berkunjung ke Jogjakarta kusus nya candi Borobudur, biasa nya wisatawan mengunjungi candi Borobudur untuk melakukan perjalanan, berlibur, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau tempat-tempat rekreasi yang ada di daerah jogjakarta.
Disana juga di adakan “Organisasi Wisata Dunia” (WTO), WTO adalah orang yang melakukan perjalanan ke negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut. menurut pandangan psikologi, wisata adalah sebuah sarana memanfaatkan waktu luang untuk menghilangkan tekanan kejiwaan akibat pekerjaan yang melelahkan dan kejenuhan. Adapun ilmu sosiologi menilai pariwisata sebagai rangkaian hubungan yang dijalin oleh pelancong yang bermukim sementara di suatu tempat dengan penduduk lokal.
Krapf Hunziker, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa wisata adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh seorang yang bukan penduduk asli.

            Pariwisata, berdasarkan seluruh definisinya, adalah fenomena yang terus berkembang. Lebih dari itu, industri ini telah menyelamatkan sejumlah negara dari krisis, dan memarakkan pertumbuhan ekonomi nya.
Dan begitu pula  Candi Borobudur berhasil menampilkan diri sebagai pusat wisata yang mampu menyerap tingginya kunjungan wisatawan, yaitu kurang lebih 6.333,95 orang/ hari pada tahun 1997 dengan 13% wisatawan mancanegara dan sisanya 87% wisatawan nusantara.
5 Kemegahan, keagungan, keindahan dan keunikan arsitektur Candi Borobudur yang dibalut dengan nilai-nilai penting dari sisi agama, budaya dan sejarah telah menjadi fokus perhatian umat Buddha, baik di Indonesia maupun luar negeri, serta wisatawan pada umumnya untuk datang berkunjung. Dengan kata lain Candi Borobudur mendatangkan banyak devisa untuk negara.

adapun Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan yang datang dan berkunjung, yaitu :
1.      Wisatawan lokal / domestik (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.
2.       Wisatawan mancanegara (interntional tourist) yaitu wisatawan yang mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang bersal dari luar negeri.
3.      Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.
4.      Business tourist adalah wisatawan yang bpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.
5.      Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan khusus.seperti,studi ilmu pengetahuan, mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.
6.       Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara sendiri-sendiri.
7.       Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara bersam-sama atau berkelompo

Dengan seiring banyak nya wisatawan yang datang, dan itu juga akan mepengaruhi Kepedulian Lingkungan.

1.    Kepedulian  perihal sangat pedulikan ; yang arti nya sikap mengindahkan (memprihatinkan); 
2.    Lingkungan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. 

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya
.     Potensi Pengembangan Candi Borobudur dan permasalahannya

Mengingat candi Borobudur adalah monumen Buddhis, tentu ziarah tersebut akan dilakukan oleh umat agama Buddha di Indonesia maupun Umat Buddha sedunia.
Kegiatan-kegiatan wisata akan menciptakan banyak lapangan kerja baru. Permintaan terhadap barang dan jasa yang diperlukan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata ziarah tersebut akan meningkat.

Difungsikannya Candi Borobudur sebagai pusat wisata ziarah (dharmayatra), disamping sebagai pusat wisata budaya seperti selamaini yang kita kenal,  sangat berpotensial dengan alasan sebagai berikut :

Wisata ziarah merupakan salah satu preferensi calon konsumen (wisatawan) terhadap atribut keagamaan Buddha dari keberadaan Candi Borobudur. Terjadi proses nilai tambah dari wisata ziarah dibandingkan dengan sebelumnya.

Enam dari sepuluh negara anggota ASEAN adalah negara yang penduduknya banyak beragama Buddha, yaitu Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Singapura. Umat Buddha di negara-negara tersebut merupakan calon wisatawan mancanegara yang potensial ke Indonesia, terutama ke candi Borobudur.

Terlebih lagi Umat Buddha di negara- negara Asia lainnya yaitu RRC, Korea, Taiwan, Jepang, Hongkong, Sri Langka, Nepal, dan lain lain. Serta perlu dipertimbangkan pula Umat Buddha di Amerika, Eropah, Australia dan seterusnya, merupakan potensi Wisata Ziarah bagi Candi Agung Borobudur.

Wisata ziarah Buddhis sudah lazim dilakukan dan sangat berhasil di Thailand dan Kamboja. Berbagai vihara yang indah di Thailand serta keagungan candi Angkor di Kamboja telah menarik kedatangan banyak wisata mancanegara. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa wisatawan ziarah akan mendatangkan devisa dalam jumlah cukup berarti.

Kita menyaksikan sejumlah Vihara dan Candi dinegara tetangga yang tidak memiliki keistimewaan seperti Candi Borobudur, namun telah berhasil dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan perekonomian rakyat sekitar. dimana Candi / vihara tersebut berada juga telah mendatangkan devisa dari wisatawan mancanegara yang tidak sedikit jumlahnya.

Candi Borobudur yang seharusnya memiliki daya tarik sangat besar bagi kunjungan Wisata Ziarah sedunia, telah gagal memberikan kesejahteraan bagi peningkatan perekonomian rakyat kecil sekitar Candi tersebut. Apalagi yang berhubungan dengan pemasukan devisa bagi negara. Kita saksikan negara tetangga yang memiliki objek wisata ziarah walaupun tidak sebagus Candi Borobudur, namun telah mengatur tata kunjungan wisatawan dengan sedemikian rupa, sampai ada peraturan menghukum pengunjung yang berperilaku tidak sesuai dengan moral dan etika yang seharusnya, telah berhasil menikmati kemajuan pemasukan devisa serta memberikan kemajuan bagi perekonomian rakyat sekitarnya secara optimal.

Kerusakan Candi Borobudur oleh Manusia
Dijadikannya Candi Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia telah memberikan sumbangan yang tidak kecil pada peningkatan devisa negara. Pengunjung Candi Borobudur Baru tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan jumlah pengunjung di satu pihak dapat menambah pendapatan negara dan masyarakat di sekitarnya, tetapi di lain pihak juga dapat mengancam kelestarian candi ini. Candi yang dibangun kira-kira abad VIII pada masa pemerintahan wangsa Sailendra ini telah kurang lebih 1260 tahun berada di alam terbuka, artinya bahan bangunan yang terbuat dart batu andesit itu juga telah mengalami proses degradasi (pelapukan) oleh faktor waktu dan alam.

Meningkatnya jumlah pengunjung ke Candi Borobudur akan memberikan dampak kurang baik bagi upaya pelestarian warisan budaya. Oleh karena itu, perlu dibuat wilayah peredam yang dapat mengham¬bat pengunjung agar tidak naik bersama-sama ke candi, yaitu dengan membuat taman wisata di lingkungan candi. Keberadaan taman wisata diharapkan membuat pengunjung akan tersebar ke berbagai penjuru taman. Dengan tersebarnya pengunjung akan mengurangi beban yang ditanggung oleh bangunan candi.

a)      Faktor dari Dalam
Faktor dari dalam biasanya disebabkan oleh keroposnya bangunan itu sendiri, seperti konstruksi dan bahan penyusunnya.
b)      Faktor dari Luar
pengaruh lingkungan biotik, abiotik, dan khernis. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biotik adalah tumbuhnya tanaman tingkat tinggi ( ilalang, perdu, pohon-pohon besar ) dan tanaman tingkat rendah (lumut, jamur, jamur kerak, dan algae).
c)      Aktifitas Manusia
baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Kerusakan disengaja seperti corat-coret, pencurian, pengotoran, batu penyusun jatuh karena dipanjat, sedangkan kerusakan tidak disengaja seperti terjadinya keausan batu pada lantai bangunan dan kerontokan. Kerontokan terjadi akibat pembersihan gulma pada batu candi dengan menggunakan sikat.

Dampak Negatif

Dampak negatif yang dapat ditemukan di Candi Borobudur setelah Candi itu dijadikan objek wisata adalah vandalisme, sampah, keausan batu-batu candi, kerontokan, retakan, dan rembesan air. Kegiatan vandalisme banyak jenisnya seperti memanjat-manjat dinding candi dan stupa, pencungkilan relief, corat-coret, dan peledakan. Sampah yang ditemukan di Candi Borobudur berupa kertas pembungkus, sisa makanan, plastik, puntung rokok, kotoran manusia, daun, biji-bijian, buah-buahan, pecahan botol, kaleng minuman, dan abu. Sampah yang ukurannya kecil dapat masuk ke sela-sela batu yang pada akhirnya menyebabkan penyumbatan pada saluran air. Selain dapat menyumbat saluran-saluran air, sampah berupa biji-bijian seperti biji jeruk, rambutan dan salak dapat tumbuh di sela-sela batu Candi Borobudur.

Di Candi Borobudur, ditemukan beberapa batu penyusun yang mengalami keausan tersebar pada lantai dan tangga candi. Hasil penelitian tahun 1980-an menunjukkan bahwa di Candi Borobudur ditemukan 801 blok batu yang mengalami keausan (Sutantio, 1985), sedangkan hasil pengamatan di tahun 2000 jumlah batu yang mengalami keausan menjadi 1.383 blok batu (Sadirin, 2002), berarti terjadi peningkatan kerusakan sebesar 582 blok batu. Jika dirata-rata, setiap tahun terjadi keausan sebesar 36 blok batu. Terjadinya keausan pada batu candi disebabkan oleh gesekan antara pasir yang menempel pada alas kaki pengunjung dengan bate candi.

Hasil percobaan yang dilakukan oleh Sukronedi dan teman pada tahun 2000 menunjukkan bahwa akibat penggosokan yang dilakukan pada saat pembersihan gulma pada batu-batu candi, menyebabkan kerontokan pada bate yang berbeda-beda tergantung pada alat yang digunakan. Pada percobaan tersebut, digunakan sikat ijuk dengan panjang bulu sikat yang berbeda-beda yakni 3 cm, 2 cm, dan 1 cm. Luas bidang yang digosok adalah 100 cm2, tekanan penggosokan rata-rata 5 kg/cm2, serta lama penggosokan 10 menit dengan jumlah gosokan 100 kali gosokan.

Penggunaan sikat ijuk dengan panjang bulu sikat yang berbeda juga menghasilkan kerontokan yang berbeda pula. Sikat ijuk dengan panjang bulu sikat 3 cm menghasilkan kerontokan sebanyak 8,76 x 10-5 g/cm2 atau sama dengan 2,75 ml, sikat ijuk dengan panjang bulu sikat 2 cm menghasilkan kerontokan sebanyak 9,45 x 10-5 g/cm2 atau sama dengan 3,25 ml, dan sikat ijuk dengan panjang bulu sikat 1 cm menghasilkan kerontokan 18,52 x 10-5 g/cm2 atau sama dengan 6,25 ml.
Hasil observasi lapangan, dari bulan Desember 2015, menemukan retakan-retakan yang terjadi pada batu-batu Candi Borobudur sebanyak 1.536 batu. Penyebab keretakan dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi beban yang harus ditanggung Candi Borobudur yang terdiri atas beban stabs dan beban dinamis, serta tumpuan tidak merata.
Salah satu faktor penting penyebab kerusakan Candi Borobudur adalah masalah air, terutama yang merembes pada batu-batu candi. Oleh karena itu, pemugaran yang dilakukan pada tahun 1973-1983 adalah kegiatan untuk mengatasi masalah air. Meskipun demikian, sampai sekarang masih dijumpai adanya rembesan air pada dinding candi. Hasil observasi, sampai dengan tahun 2002, ditemukan 112 lokasi rembesan yaitu 81 lokasi pada dinding lorong tingkat satu, 6 lokasi pada dinding lorong tingkat dua, 6 lokasi pada dinding lorong tingkat tiga, dan 19 lokasi pada dinding lorong tingkat empat.
Data Pengunjung Candi Borobudur

YEAR                               DOMESTIC                           FOREIGN                            TOTAL
1991                                1.592.884                                  241.536                          1.834.420
1992                                1.677.481                                  312.535                          1.990.016
1993                                1.742.242                                  310.886                          2.053.128
1994                                1.814.097                                  347.805                          2.161.902
1995                                2.509.707                                  325.149                          2.834.856
1996                                1.980.949                                  311.315                          2.292.264
1997                                1.991.404                                  283.818                          2.275.222
1998                                1.279.460                                  115.309                          1.394.769
1999                                1.764.934                                    86.258                          1.851.192
2000                                2.559.527                                  114.440                          2.673.967
2001                                2.345.158                                  111.136                          2.581.783
2002                                1.998.355                                  107.972                          2.106.327
2003                                2.006.317                                    62.776                          2.069.093
2004                                1.935.918                                    90.524                          2.026.442
2005                                1.935.231                                    57.545                          1.992.776
2006                                1.182.212                                    60.850                          1.243.062
2007                                1.681.122                                  299.443                          1.180.565

Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung Candi Borobudur semakin menurun, ini di sebabkan oleh ketidak nyamanan para wisatawan dan juga adanya pembelokan nilai fungsi candi yang merupakan tempat beribadah agama budha menjadi tempat wisata semata, sehingga tidak diperhatikan kebutuhan apa saja yang di butuhkan oleh para agama budha.
Candi Borobudur yang dijadikan Monumen mati telah menghilangkan nilai sakral Agama Buddha bagi penduduk dunia yang beragama Buddha, mereka tidak merasa perlu berkunjung ke Indonesia, sehingga para wisatawan yang datang pada umumnya merupakan wisatawan budaya, kalaupun yang berkunjung adalah wisatawan beragama Buddha, mereka tidak bisa melakukan puja bhakti sebagaimana mestinya.

Candi Borobudur dianggap sebagai Cagar Budaya dan monumen mati, sehingga para pengunjung tidak memperdulikan lagi kondisi kebersihan Candi seperti yang kita saksikan dimana pengunjung membawa makanan dan minuman serta membuang sampah yang tersebar dimana mana, juga mereka mendudukan anak kecil dipundak Arca Buddha sambil berfoto serta memperlakukan tempat suci tersebut sebagai tempat picnic dan merusak baik suasana spiritual maupun nilai moral yang bertentangan dengan keagungan Candi Borobudur itu sendiri.

SOLUSI

Untuk mengatasi itu semua kita harus merubah struktur wisata nya terlebiih dahulu. Dari yang semula mebiarkkan para pengunjung bebas berfoto di candi tersebut hingga sampai para pengunjung hanya bisa melihat saja dan tidakk boleh memegang nya serta hanya boleh mefoto candi tersebut dengan jarak yang sedikkit agak jauh, yang bertujuan untk memulihkan candi Borobudur yang sekarang sudah mulai terkiis bebeatuan nya. Dan serta jiika memang candi tersebut ingin di sucikan kembali,, yaitu dengan cara menahan para wsata agar tidak masuk ke dalam area candi tersebut, dengan cara para wisata nya hanya boleh memasuki halaman candi dan tidak boleh memasuki area candi dalam.
Dan jika ada mayarakat atau wisatawan yang beragama budha ingin ber sembahyang disana, barulah di kasih masukk ke dalam area candi Borobudur tersebut, dengan catatan menunjukan KTP wisatawan atau makyarakat untuk memastikan bahwa benar dia ber agama budha atau tidak.
Dengan cara seperti itu adalah cara yang efetif untuk tetap mempertahankan candi Borobudur peniinggalan agama hindu budha yang masih berdiri kokkoh di Indonesia yang tapat nya di daerah jogja jawa tengah.

Daftar Pustaka :
http://madyaindriani.blogspot.co.id/ di akses pada tanggal 1/1/2016 pukul 12:00

Pendapat tentang : Krapf Hunziker, seorang pakar pariwisata. Sumber google di akses pada tanggal 1/1/2016 pukul 12:00

No comments:

Post a Comment