Saturday, January 9, 2016

T5_Syifa Fauziyyah_Perjalanan Dari Ciboleger menuju Marengo

REKAM JEJAK KAKI DARI CIBOLEGER MENUJU MARENGO.

Haloo Blogger, Saya Syifa Fauziyyah mahasiswi Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta tahun 2014. Berikut ini cerita perjalanan saya dalam trip ke baduy selama 3 hari 2 malam yaitu dari tanggal 22-24 Desember 2015. Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama saya ke Baduy. Perjalanan ini diikuti satu angkatan UJP UNJ 2014 bersama 3 dosen dan dipandu oleh dua orang Baduy. Orang Baduy pertama bernama Kang Arji yang tinggal di Baduy Luar tepatnya di Kampung Marengo. Dan satu lagi bernama Mang Arja yang tinggal di Kampung Cibeo Baduy Dalam.
Kang Arji  dari Marengo 
Mang Arja dari Baduy Dalam





Sebelumnya saya ingin memperkenalkan salah satu suku yang di zaman modern ini masih memegang teguh adat istiadat para leluhurnya. Suku ini sangat sederhana jauh dari perkembangan zaman saat ini, kita seperti dibawa pada masa lampau puluhan tahun lalu tanpa listrik, tanpa lampu, tanpa adanya suara televisi maupun radio.  Suku ini berada di Pulau Jawa tepatnya di Banten. Suku ini bernama Baduy/Badui letaknya tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kabupaten Lebak-Rangkas Bitung, Banten. Perjalanan menuju Baduy bisa ditempuh menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi. Kami memilih perjalanan menggunakan Kereta api dan Mobil Elf. Perjalanan dari Stasiun Ragkas Bitung menuju Terminal Ciboleger kami tempuh menggunakan Mobil Elf selama kurang lebih 2 Jam.

Sekitar pukul 13.00 Kami tiba di sebuah terminal kecil bernama Ciboleger. Terminal Ciboleger  merupakan batas akses akhir kendaraan sebelum memasuki Baduy. Terminal Ciboleger ini juga menjadi tempat penitipan kendaraan bagi wisatawan yang berkunjung menggunakan kendaraan pribadi.Terminal Ciboleger dikelilingi warung-warung kecil yang menjual makanan. Wisatawan biasanya membeli perbekalan dan makan disini sebelum berjalan memasuki Baduy. Ciboleger adalah pintu utama wisatawan sekaligus perbatasan antara warga setempat dengan warga Kanekes atau Baduy. Terdapat patung di tengah terminal Ciboleger. Patung 4 orang yang mengenakan atasan putih dan bawahan hitam yang menjadi ciri-ciri pakaian orang baduy. Laki-laki dewasa pada patung mengenakan aksesoris tambahan berupa caping, golok/bendo ini menjelaskan kalau keseharian orang badung adalah bertani dan berkebun. Sedangkan wanita dewasa di patung mengenakan selendang. Patung atau monumen yang terdapat di tengah terminal Ciboleger ini menggambarkan kehidupan masyarakat baduy.  

Terminal Ciboleger 














Sebelum kami melanjutkan perjalanan dari Terminal Ciboleger menuju Marengo, kami menyempatkan diri untuk makan sambil menunggu dua rombongan elf yang belum tiba. Saat menunggu ternyata kami bertemu kakak senior angkatan 2013 yang baru turun dari Baduy. Tas, sepatu dan pakaian mereka kotor dengan tanah. Ternyata 3 hari ini hujan turun, membuat jalur menuju baduy licin dan harus lebih berhati hati karena topografi wilayah baduy berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata sekitar 45%.

Pukul 14.00 setelah selesai makan, teman-teman sudah berkumpul semua, kami langsung melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari Ciboleger menuju ke Marengo hanya dapat ditempuh dengan berjalanan kaki. Marengo merupakan salah satu kampung yang berada di Baduy Luar. Tidak ada kendaraan bermesin maupun kendaraan tradisional dari Terminal Ciboleger menuju Baduy dalam dan Baduy luar. Waktu tempuh dari Terminal menuju Marengo sekitar 1,5-2,5 jam tergantung dari kecepatan kita berjalan dan kondisi jalan.

Memasuki wilayah Baduy kita akan disambut dengan plang selamat datang di Baduy. Kampung pertama sekaligus pintu masuk baduy yaitu kampung Kadu Ketug. Namun sebelum kita lebih jauh memasuki wilayah Baduy, terlebih dahulu kita harus minta izin dan melapor di rumah Jaro (Kepala Desa) Saijah. Di rumah Jaro Saijah kita harus mengisi buku tamu terlebih dahulu, selain itu sebelum kita memasuki wilayah Suku Baduy kita juga harus mengetahui larangan atau aturan adat yang berlaku di Baduy. Berlanjut setelah dari rumah Jaro Saijah kita melanjutkan perjalanan kembali menuju Marengo.

Plang Selamat Datang di Baduy


Pemandangan alam maupun aktivitas masyarakat yang berbeda terlihat ketika kita meninggalkan Terminal Ciboleger dan memasuki wilayah Baduy. Pemandangan pertama yang saya jumpai ketika memasuki wilayah Baduy yaitu jajaran rumah panggung yang bilik serta lantainya terbuat dari anyaman bambu, atap yang terbuat dari ijuk, tiang pondasi yang tidak sama satu dengan yang lainnya dan letak rumahnya yang berada di lahan yang miring dengan tetap memperhatankan kondisi kontur tanah. Kemudian aktivitas masyarakat Suku Baduy luar yang bisa kita lihat di depan teras rumah mereka yaitu Menenun. Dan satu lagi aktivitas masyarakat suku Baduy yang menarik perhatian saya sekaligus membuat saya kagum yaitu masyarakat yang memikul durian dengan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki. Aktivitas memikul durian ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak masyarakat suku Baduy.

Tanaman padi di Baduy 
















Kondisi jalan menuju Baduy Luar, Baduy Dalam termasuk Marengo yaitu berbatu dan tanah. Ketika hujan turun jalanan akan menjadi sangat licin dan becek. 10 menit berjalan kami mulai kesulitan dan kelelahan karena jalan yang menanjak dan menurun, dengan kemiringan sekitar 45% dan kondisi jalan yang habis terguyur hujan. Kami pun harus lebih extra berhati-hati dengan kondisi jalan seperti itu. Di pertengahan jalan banyak dari teman-teman saya yang kelelahan dan meminta bantuan jasa porter untuk mengangkut barang bawaan mereka. Tips untuk kalian yang ingin berkunjung dan menginap ke Baduy. Bawalah barang bawaan secukupnya. Jangan membawa barang bawaan yang berat. Dan berkunjung janganlah pada musim hujan.

Kondisi Jalan menuju Marengo





















Menuju marengo ketenangan dan kesunyian yang kami rasakan. Kami mendengar suara air mengalir dan tak lama kemudian kami menemui aliran sungai. Untuk menyebrangi sungai kita harus menggunakan jembatan yang terbuat dari bambu-bambu utuh yang disusun memanjang. Masyarakat Suku Baduy menggunakan hasil alam untuk keperluan hidupnya. Informasi yang saya dapatkan dari kang arji. Jembatan-jembatan yang terbuat dari bambu ini di ganti sekitar 3 tahun sekali. Pembangunan jembatan dilakukan secara bergotong royong dan bahan yang digunakan semua diambil dari alam.

Antrian menyebrangi jembatan




















Selain itu ada satu keunikan lainnya yaitu tanaman padi yang ditanam di lahan yang miring tanpa adanya aliran khusus seperti yang umumnya ada pada sawah. Sempat terpikir oleh saya, bagaimana padi ini bisa tumbuh dan hidup di lahan seperti ini? Bagaimana cara mereka menanam? Bagaimana proses mengairan tanaman padi ini? Tidak adanya saluran air untuk pengairan, di tempat lain tanaman padi akan gagal panem jika kekeringan atau tiadak ada saluran pengairan yang baik. Yang jelas padi disini tumbuh subur di lahan miring yang belum pernah terlihat bahkan terbayang sebelumnya oleh saya.
Pariwisata UNJ 2014 di Marengo, Baduy Luar














Perjalanan wisata budaya di Baduy memberikan rekam jejak kaki yang sangat berharga untuk kami insan pariwisata. Belajar kearifan lokal dan mempertahankan adat istiadat yang berlaku ditengah arus globalisasi dan kemajuan teknologi. Itulah sedikit cerita saya mengenai perjalanan dari Terminal Ciboleger menuju Marengo. Semoga bisa membantu teman-teman yang ingin berkunjung ke Baduy.

Salam Pariwisata
Syifa Fauziyyah

Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes

Sumber Foto:
- Pariwisata Unj
- Koleksi Foto perjalanan Baduy

14 comments:

  1. Mantap lah buat referensi perjalanan ke baduy

    ReplyDelete
  2. Infonya lengkap dan detil. Semoga bisa jalan-jalan ke sana.

    ReplyDelete
  3. Menarik juga jalan-jalan ke Baduy. Bisa jadi altenatif liburan neh.

    ReplyDelete
  4. Baduy memang eksotis. Tempat yang wajib dikunjungi oleh manusia modern untuk belajar bagaimana kearifan lokal bisa terus bertahan dari tantangan zaman.

    Visit my blog : www.bamsutris.com ya.. :)

    ReplyDelete
  5. Wah jadi inget 3 tahun lalu kesana. Mantaap

    ReplyDelete
  6. Kereeeeeeen!!!! Semoga ilmu yang didapat dalam perjalanan bermanfaat dimasyarakat juga cif :-) dan lebih menghargai budaya lokal..Sukses!!

    ReplyDelete
  7. jadi pengen ke baduy euy..penasaran

    ReplyDelete
  8. Infonya lengkap bgt thanks syif. Jadi pengen kesana �� sukses terussss pokoknya :*

    ReplyDelete
  9. seru yaaah... semoga makin banyak masyarakat indonesia yg sadar kl objek pariwisata di indonesia itu sangat luar biasa.

    ReplyDelete
  10. Suku Asli Indonesia yg wajib bgt jd destinasi wisata pemuda supaya lebih merasakan budaya lokal yg tak redup meski di zaman moderen seperti saat ini. Cerita yg sangat menarik

    ReplyDelete