Monday, January 4, 2016

T5_Muhamad Adi Nugraha_Observasi Suku Baduy



Dua Sistem Pemerintahan: Kepu’unan dan Kepala Desa di Kehidupan Masyarakat Baduy



Tugu Selamat Datang di Desa Ciboleger, lokasi sebelum masuk menuju desa Baduy Luar (jalan kaki sekitar 5-6 KM)

     Pada tanggal 22-24 Desember 2015 saya beserta rombongan mahasiswa D3 Usaha Jasa Pariwisata angkatan 2014 melakukan perjalanan ke Ciboleger, Baduy untuk melakukan observasi secara langsung mengenai kehidupan suku Baduy. Baduy sendiri terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Secara geografis lokasi masyarakat Baduy terletak pada 6°27'27" -6°30' Lintang Utara (LU) dan 108°3'9" - 106°4'55" Bujur Timur (BT).  Masyarakat Baduy berada pada wilayah bagian barat Pulau Jawa, pada daerah yang merupakan bagian dari pegunungan Kendeng (600 mdpl). Secara administratif  masyarakat Baduy tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Desa Kanekes terdiri dari 59 kampung yang terdiri dari 3 kampung Baduy  Dalam, 55 kampung Baduy Luar dan 1 kampung luar Baduy, untuk luas tanahnya sendiri sekitar 5.100 hektar. Jumlah kampung Baduy Dalam tidak akan  mengalami perubahan hingga kapanpun, selalu berjumlah tiga (Cibeo, Cikertawana, Cikeusik). Sementara jumlah kampung Baduy Luar dapat berubah sesuai  dengan pemekaran wilayah. Satu kampung yang disebut Jaro Dainah sebagai luar Baduy adalah Cicakal Girang. Cicakal girang tidak dikategorikan sebagai Baduy Luar karena kebanyakan warga Cicakal Girang yang memeluk agama islam sedangkan untuk Baduy Dalam dan Baduy Luar sendiri masih memeluk agama sunda wiwitan.

Foto bersama Mang Arja, masyarakat Baduy Dalam (lokasi foto di dekat leuit/ tempat penyimpanan lumbung padi masyarakat Baduy atau masyarakat sunda tradisional pada umumnya yang berada di Baduy Luar), perjalanan menuju Baduy Dalam sekitar 14 KM

     Baduy Dalam memiliki berbagai ciri dan aturan yang berbeda dengan Baduy Luar. Namun secara prinsipal perbedaan mereka terletak pada ketat longgarnya aturan adat yang harus mereka jalani. Masyarakat Baduy Dalam memiliki aturan adat yang lebih ketat dibandingkan dengan Baduy Luar. Namun demikian, dalam konsep hukum adat Baduy keduanya memiliki peranannya masing-masing. Masyarakat Baduy Dalam berkewajiban untuk bertapa, bertapa dalam hal ini bukan mengacu pada kegiatan semedi tetapi lebih kepada menjaga dan melestarikan adat istiadat dan kebudayaan Suku Baduy yang sampai saat ini terus dipertahankan dengan baik sementara untuk Baduy Luar sendiri sebagai pendamping/ panamping Baduy Dalam atau bisa dikatakan juga sebagai sekat yang memisahkan antara kehidupan luar Baduy dengan kehidupan Baduy Dalam sehingga fungsi Baduy Luar sebagai panamping ikut berperan juga untuk membantu menjaga berdiri tegaknya adat istiadat Baduy Dalam. Karena perbedaan prinsipal tersebut maka Baduy Dalam memiliki aturan yang lebih ketat dalam menjalankan hukum adat dan melestarikan adat Baduy, sementara Baduy Luar memiliki aturan yang lebih longgar namun memiliki konsekuensi untuk turut membantu Baduy Dalam dalam hal melestarikan adat.

Ini saya sedang berada di salah satu jembatan yang dibuat oleh masyarakat Baduy Luar, letak perbedaan antara jembatan yang dibuat oleh Baduy Luar dan Baduy Dalam adalah dalam penggunaan talinya (untuk Baduy Luar sudah menggunakan tali tambang buatan sementara Baduy Dalam sendiri masih menggunakan tali buatan tradisional)

     Pada prinsipnya larangan-larangan pada masyarakat Baduy dilandaskan pada filosofi dasar Baduy, lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung (panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung). Konsep dasar ajaran di Baduy tersebut adalah keseimbangan alam. Konsep dari pemerintahan di Suku Baduy sendiri dibedakan menjadi 2 bagian yaitu pemerintahan yang tunduk pada aturan hukum nasional dan pemerintahan yang tunduk secara hukum adat istiadat. Untuk Suku Baduy sendiri dipimpin oleh seorang ketua adat yang disebut sebagai Pu’un, Pu’un sendiri adalah seseorang yang mengatur pemerintahan di Suku Baduy khususnya Baduy Dalam secara adat istiadatnya. Sementara untuk pemerintahan yang mengarah pada aturan nasional sendiri biasanya diwakili oleh seorang Jaro atau biasa disebut sebagai Jaro Pamarentah atau nama lainnya adalah seorang Jaro Tangtu. Jaro Tangtu sendiri sebagai seseorang yang ditunjuk sebagai wakil disetiap wilayah-wilayah Baduy khususnya Baduy Luar. Untuk sistemnya sendiri Suku Baduy dalam hal penyelesaian masalah selalu berdasarkan asas kekeluargaan, sebisa mungkin apabila terjadi suatu pelanggaran-pelanggaran adat yang dilakukan oleh masyarakatnya maka jalan penyelesaiannya sendiri diusahakan sesuai dengan pertimbangan baik dan buruknya oleh kedua-belah pihak yang berseteru, ketika dalam hal kedua belah pihak sudah mendapatkan kesepakatan untuk berdamai maka konflik atau permasalahan tersebut selesai dan disini fungsi seorang Pu’un adalah mengatur sedemikian rupa dengan menunjuk seorang Jaro Tangtu agar proses musyawarah tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan penyelesaian secara adat istiadat Baduy. Apabila dalam hal penyelesaian masalah tidak terjadi kata sepakat maka fungsi dari seorang Jaro Tangtu adalah sebagai mediasi atau penengah antar kedua-belah pihak agar dalam hal ini konflik atau permasalahan bisa mendapatkan titik temu kesepakatan dan penyelesaian.

Kondisi jalannya bikin nafas jadi ngos-ngosan cuy! (titik awal perjalanan menuju Kampung Baduy Dalam)

     Seorang Pu’un adalah presiden di dalam pemerintahan Suku Baduy baik Baduy Dalam dan Baduy Luar secara keseluruhan, letak pemerintahan Kapuunan sendiri berada di Baduy Dalam sementara untuk Baduy Luar diwakilkan oleh seorang Jaro, ibaratnya seorang Jaro ini sebagai menteri dalam sebuah pemerintahan negara tetapi di dalam pemerintahan Kampung Baduy, tugas dan fungsinya tidak jauh berbeda dengan seorang kepala desa. Untuk seorang Kepala Desa sendiri khususnya di Baduy Luar berfungsi sebagai peng-handle masyarakat luar Baduy yang berkunjung atau bertamu untuk tujuan wisata atau observasi misalnya pada saat pertama kali tiba di Baduy. Di rumah kepala desa kita bisa mendapatkan informasi-informasi umum yang dibutuhkan seputar Suku Baduy dan fungsi seorang kepala desa yang memberitahukan kepada para pengunjung untuk membacakan peraturan-peraturan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika berada di Baduy Luar dan Baduy Dalam (dalam hal ini peraturan pengunjung sendirilah yang membacanya karena masyarakat Suku Baduy sendiri rata-rata buta huruf). Setelah peraturan dibaca para pengunjung juga wajib mengisi daftar hadir/ absen kunjungan yang telah disediakan.

Sungai adalah tempat kami semua mandi dan berenang begitu-pun juga dengan masyarakat Baduy (karena tujuannya adalah untuk observasi, jadi kami semua mendalami peran sebagai masyarakat Baduy)


     Oke balik lagi kepada informasi seputar Pu’un atau Kepu’unan, untuk gelar seorang Pu’un sendiri diturunkan secara turun-temurun tetapi tidak menutup kemungkinan juga yang meneruskan nantinya adalah kerabat-kerabat terdekatnya apabila dalam hal ini seorang Pu’un tidak memiliki keturunan seorang laki-laki. Untuk masa jabatan sebagai petinggi adat sendiri tidak ditentukan seberapa lama dia menjabat melainkan seberapa lama dia mampu dan sanggup untuk menjadi seorang petinggi adat, apabila sanggup bahkan kemungkinan seumur hidup seorang Pu’un bisa terus menjabat.

Sumpah ini ceritanya bukan bidadari-bidadari yang lagi mandi yaa


     Dalam observasi kali ini banyak hal dan pengalaman yang bisa saya dapatkan sebelum menjelang UAS dan libur kuliah, yang pasti kami semua satu angkatan mendapatkan ilmu yang luar biasa bermanfaat tentang kehidupan Suku Baduy. Masyarakat Suku Baduy mengajarkan kami semua tentang pentingnya menjaga alam, melestarikan alam dan sebisa mungkin bisa menyatu dengan alam. Bagi masyarakat Suku Baduy alam adalah sumber penghidupan, maka kita tidak bisa seenaknya berbuat hal yang semena-mena terhadap alam, masyarakat Suku Baduy begitu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadatnya apabila menyangkut tentang alam, bahkan ada beberapa hutan yang disebut sebagai hutan larangan karena tujuannya adalah supaya hutan tersebut selalu terjaga kelestariannya, sungguh ajaran dan nilai-nilai berharga yang bisa kami pelajari  dari masyarakat Suku Baduy. Kita semua sebagai masyarakat yang hidup jauh lebih modern dengan pemikiran yang mungkin bisa dikatakan jauh lebih maju seharusnya malu apabila masih berbuat hal-hal yang semena-mena terhadap alam seperti buang sampah sembarangan sampai dengan kasus pembakaran hutan yang menjadi isu sekaligus permasalahan nasional saat ini, semoga melalui pengalaman yang saya dapatkan ini bisa menjadi pembelajaran yang berharga dalam kehidupan saya kedepannya dan dengan maksud untuk membagi pengalaman observasi yang saya dapatkan maka saya tuliskan pengalaman ini yang mudah-mudahan nantinya bisa menjadi pembelajaran sekaligus informasi yang berguna buat teman-teman yang membacanya. Yuk, tolong share juga pengalaman kalian semua yang pernah berkunjung ke Kampung Baduy di kolom komentar dibawah dan bagi pengalaman yang udah kalian dapetin atau mungkin bisa sekedar untuk bertanya dan berbagi informasi. Terimakasih .....




Muhamad Adi Nugraha
D3 Usaha Jasa Pariwisata 2014_Kelas B
 4423143966

m_adi.nugerah@yahoo.co.id


Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes


11 comments:

  1. Keren blog nya, sudah jelas dan kata katanya sangat mudah dipahami,dan ada bukti foto pula, terimakasih

    ReplyDelete
  2. Agama sunda wiwitan itu apa ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. sederhananya ajaran yang mengacu pada ajaran-ajaran karuhun atau leluhur, dalam ajaran sunda wiwitan sendiri tidak ada ritual ibadah khusus semacam shalat atau sembahyang hanya meyakini bahwa tuhan itu ada dan melakukan ajaran-ajaran yang baik sesuai dengan ajaran-ajaran karuhun tersebut

      Delete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. blog nya kerenn adii , jadi kita tau tentang masyarakat baduy & tempat nya pun menarik untuk dikunjungi .
    lanjutkan & sukses adi

    ReplyDelete
    Replies
    1. oceh nunu terimakasih banyak atas komentarnya yaa, terimakasih juga udah berkunjung ke blog ini :D

      Delete
  5. yoi mantep dah. nanti lo jadi pemandu wisata pribadi gua ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap ca dengan senang hati, tapi jadi pemandu di hidup luu juga ngga apa2 kok :D ehh
      Terimakasih sudah berkunjung...

      Delete