Sunday, January 3, 2016

Tugas 3_Pariwisata Sejarah dan budaya Indonesia_Shintia Novita Devi

Candi Borobudur

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di BorobudurMagelangJawa TengahIndonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat lautYogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.


Candi Borobodur adalah monumen Buddha terbesar di dunia. Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824. Candi Borobudur dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa.
Lembaga internasional dari PBB yaitu UNESCO mengakui sekaligus memuji Candi Borobudur sebagai salah satu monumen Budha terbesar di dunia. Di Candi ini ada 2672 panel relief yang apabila disusun berjajar maka panjangnya mencapai 6 km. Ansambel reliefnya merupakan yang paling lengkap di dunia dan tak tertandingi nilai seninya serta setiap adegannya adalah mahakarya yang utuh.
            Sejak pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-11, Candi Borobudur menjadi tempat peziarah umat Budha dari China, India, Tibet, dan Kamboja. Candi Borobudur menjadi salah satu jejak sejarah paling penting dalam perkembangan peradaban manusia. Kemegahan dan keagungan arsitektur Candi Borobudur merupakan harta karun dunia yang mengagumkan dan tak ternilai harganya.
            Borobudur terdiri dari 1460 panel relief dan 504 stupa namun sebenarnya masih ada 160 panel yang sengaja ditimbun di bagian paling bawah, berisi adegan Sutra Karmawibhangga (hukum sebab-akibat). Ada pula yang menyatakan bahwa penimbunan bagian bawah tersebut untuk menguatkan bagian pondasi yang sejak awal ditemukan sudah sangat rusak.

Candi Borobudur dibangun selama 75 tahun di bawah pimpinan arsitek Gunadarma dengan 60.000 meter kubik batuan vulkanik dari Sungai Elo dan Progo yang terletak sekitar 2 km sebelah timur candi. Saat itu sistem metrik belum dikenal dan satuan panjang yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur adalah tala yang dihitung dengan cara merentangkan ibu jari dan jari tengah atau mengukur panjang rambut dari dahi hingga dasar dagu.
            Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, sejarawan J.G. de Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram kuno dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga, dan membangunan candi ini sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
 Nama Borobudur
            Banyak sumber yang menyatakan tentang arti nama dari Borrobudur sendiri salah satunya adalah  yang berasal dari kata Sambharabhudhara , yaitu artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari katavihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
            Bentuk Candi Borobudur itu berbentuk punden berundak dimana bentuknya berundak-undak atau bertingkat dengan 6 tingkat berbentuk bujur sangkar dan 3 tingkat lain nya berbentuk lingkaran dan terdapat stupa yang tersebar di setiap tingkatnya. Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Arsitektur

            Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Struktur Borobudur bila kita potret dari atas membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi budha dan cara berfikir manusia.
            Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.
Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.
Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung. Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha lainnya.

Struktur Candi Borobudur

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai olehkama atau “nafsu rendah”. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkanalam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakanArupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.

Struktur Candi Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan system  interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.


Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :

Kharmawibangga

Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir – hidup – mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti “hukum”, sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

Jataka dan Awadana

Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

Gandawyuha

Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

Tahap Pembangunan Borobudur
  • Ø  Tahap pertama, Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
  • Ø  Tahap kedua, Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
  • Ø  Tahap ketiga, Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
  • Ø  Tahap keempat. Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.

Perayaan waisak di Borobudur

            Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada tahun kabisat), umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama, penganut Buddha berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur dipercayai sebagai tempat berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan muncul secara kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan.

Kegiatan

Sebenarnya ada relief Karmawibhangga yang tertimbun di tanah dan menggambarkan perbuatan mansia yang mengikuti hawa nafsunya, seperti bergosip, membunuh, menyiksa, dan memerkosa. Bahkan ada juga adegan-adegan seks dalam berbagai posisi. Sejumlah pendapat menyebutkan bahwa relief tersebut ditimbun karena dianggap kurang pantas dipertontonkan tetapi ada pula yang berpendapat penutupan ini semata-mata demi kestabilan posisi candi agar tidak amblas.

Tahun 1885, arkeolog JW Yzerman sempat mendokumentasikan dan merekam relief ini kemudian dibukukan tahun 1931. Buku aslinya kini ada di Museum Nasional, Jakarta. Sedangkan klise aslinya disimpan di Museum Tropen, Amsterdam mengingat statusnya milik Pemerintah Belanda sementara Pemerintah Indonesia memiliki replika seluruh foto tersebut.
            Sekitar tahun 1890-1891, bagian yang tertutup itu dibuka seluruhnya oleh fotografer Kasiyan Chepas untuk dipotret satu per satu. Batu bervolume 13000 meter kubik ini diangkat, lalu dikembalikan lagi ke posisi semula.  Hingga hari ini, bagian itu ditimbun tanah sehingga tidak bisa dilihat. Ada tiga panel di bagian tenggara candi yang terbuka diduga karena proses penutupan kembali yang tak sempurna.
            Bila Anda telah mencapai puncak candi maka beristirahatlah dan nikmati pemandangan indahnya. Di bagian atas Borobudur Anda akan menemukan ruang kosong yang merupakan simbol  kesempurnaan. Selama Anda di bagian puncaknya, nikmatilah pemandangan gunung yang hijau dan lebat di sekitarnya, dan rasakanlah hembusan angin yang lembut. Anda bebas untuk mengambil sebanyak mungkin objek foto indah yang Anda inginkan.

Kepercayaan masyarakat lokal menyebutkan bahwa jika Anda telah berada di puncak candi dan memiliki satu keinginan sungguh-sungguh, lalu tangan Anda menjangkau dan menyentuh sosok Sang Buddha di dalamnya, maka permintaan Anda akan terwujud.
Hal menarik lainnya dari Borobudur adalah bukit Manoreh di selatan. Jika Anda melihatnya dengan seksama nampak garis kontur bukit-bukit berbentuk seperti orang tidur seolah Borobudur tampak berdiri tegak di samping "orang tidur".
            Candi Borobudur memiliki 100 talang air berbentuk makara (patung ikan berkepala gajah) sebagai saluran air sekaligus untuk menambah keindahan candi. Dahulu, air hujan yang mengalir melalui makara akan terlihat seperti air mancur.
            Museum Samudera Raksa akan memberitahu Anda tentang sejarah perdagangan Indonesia dan Afrika di zaman kuno dan bagaimana upaya modern untuk menciptakan kembali rute perjalanan ini.
            Di Museum Karmawibhangga tersedia sumber informasi lengkap tentang tempat megah ini.
Saat Anda berwisata ke Candi Borobudur, kali ini mengapa tidak untuk mengejar keindahan Matahari terbitnya.

Lokasi dan Fasilitas

            Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, sekitar 40 km sebelah barat laut Jogjakarta, 7 km arah selatan Kota Magelang, dan 100 km sebelah barat daya Semarang. Kompleks wisata Candi Borobudur menyediakan fasilitas dan akomodasi yang cukup lengkap, seperti hotel/penginapan, restoran/rumah makan, toko-toko cinderamata yang sangat komplit, pom bensin, dan sarana komunikasi, seperti wartel dan warnet. Di sekitar Candi Borobudur, juga banyak andong (sejenis kereta kuda) yang bisa dimanfaatkan untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks candi. Sedangkan di dalam kompleks candi, juga terdapat kereta bermesin jika kita capek atau malas berjalan sampai ke bangunan candi. Di dalam kompleks Candi Borobudur juga terdapat museum-museum yang sangat menarik untuk dikunjungi.

Akses Dari Jakarta – Candi Borobudur

Menggunakan Kendaraan Pribadi

Via Pantura
Jakarta > Tol Jakarta-Cikampek > Cikampek > Jati Barang > Palimanan > Tol Palimanan-Kanci > Tol kanci – pejagan > Brebes >Tegal > Pekalongan >Weleri > Magelang > Borobudur

Via Selatan
Jakarta > Tol Jakarta-Cikampek > Tol pubalenyi > Cilenyi > Rancaengkek > Nagreg >Limbangan > Malangbong > Ciawi > Cihaurbeuti > Ciamis > Banjar >Majenang >Karangpucung >Wangon > Kebumen >Kutuarjo >purworejo >Borobudur

Menggunakan Kendaraan umum

Menggunakan Pesawat

  1.    Naiklah pesawat tujuan Bandara Adisucipto dari Bandara Soekarno Hatta
  2.   Lalu dari Bandara Adisucipto naik Tranjogja ke terminal giwangan atau naik bus damri       jurusan magelang turun di pertigaan Borobudur
  3.     Dari situ naik bus jurusan Giwangan-Borobudur lalu turun di Pintu gerbang Candi Borobudur.

Menggunakan Kereta (eksekutif – Bisnis)
  1.  Dari stasiun di Jakarta turun di Stasiun Tugu
  2. Dari stasiun tugu naik transjogja jalur 2B turun di stasiun Jombor
  3.  Dari Jombor naik bus jurusan Giwangan-Borobudur lalu turun di Pintu gerbang Candi Borobudur.


Menggunakan Kereta (Bisnis – Ekonomi)

  1. Dari stasiun di Jakrta turun di Stasiun Lempuyangan
  2. Dari stasiun Lempuyangan  naik transjogja jalur 2B turun di stasiun Jombor
  3. Dari Jombor naik bus jurusan Giwangan-Borobudur lalu turun di Pintu gerbang Candi Borobudur.



Menggunakan Bus
  • Dari Jakarta naik bus jurusan Jakarta – Yogya via pantura turun di pertigaan ke Borobudur
  • Dari situ naik bus jurusan Giwangan-Borobudur lalu turun di Pintu gerbang Candi Borobudur.

Akomodasi

1.            Rajasa Hotel Magelang 

    0.37 km dari Candi Borobudur 
Hotel yang terletak sangat dekat dengan Candi Borobudur
Alamat: Jl. Badrawati No 2 Borobudur, Magelang
Terletak strategis di sekitar Candi Borobudur, Rajasa Hotel adalah tempat ideal untuk memulai menjelajahi Magelang. Pemandangan yang indah area persawahan dengan udara yang sejuk membuat mata anda segar ketika membuka pintu kamar tidur. Suasana alam pedesaan yang asri dan bersahabat akan segera menjadi teman baik anda selama menginap di hotel ini


2.         Senthong Asri

1.1 km dari Candi Borobudur 
Sebuah akomodasi yang strategis dan nyaman di Borobudur Magelang
Alamat: Jl. Balaputradewa, Borobudur, Magelang, Indonesia
Terletak di Jl. Balaputradewa, Borobudur, Senthong Asri berada dalam jangkauan dari pusat kawasan hiburan candi Borobudur. Dibangun untuk memenuhi kebutuhan para profesional modern, cocok untuk berliburan. Senthong Asri menawarkan alternatif menginap yang nyaman namun terjangkau, lengkap dengan layanan yang profesional dan fasilitas hotel yang modern.




3.                  Saraswati Borobudur
    0.74 km dari Candi Borobudur 
Sebuah penginapan yang lebih dari sekedar tempat tinggal di Borobudur
Alamat: Balaputeradewa Street 10, Borobudur, Magelang
Hotel Saraswati Borobudur menghadirkan kenyamanan menginap saat anda dan keluarga mengunjungi kota Magelang karena letaknya sangat strategis dekat dengan candi Borobudur serta memberikan pengalaman liburan yang unik bagi setiap wisatawan. Lingkungan yang aman, bersih, dan ramah menambah daya tarik penginapan ini sering dikunjungi para wisatawan.

4.                  Plataran Borobudur spa & resort

    1.03 km dari Candi Borobudur 
Fasilitas Pariwisata Borobudur Kelas Dunia Terbaru
Alamat: Dusun Tanjungan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
Berbatasan dengan keindahan alam yang berlimpah di bukit-bukit desa Tanjungan, resor kami yang menenangkan dan dilengkapi ruang menyapu pergi semua jejak dari kelelahan. Fasilitas kelas dunia kami, sementara itu, memberikan apa-apa selain kesenangan dalam bentuk yang paling murni. 


5.                  Mesastila Resort
14.12 km dari Candi Borobudur 

Hotel Mewah dan Menenangkan di Magelang
Alamat: Desa Losari Kec. Grabag, Kab. Magelang
Sebelumnya dikenal sebagai Losari Spa Retreat and Coffee Plantation, MesaStila berdiri di atas tanah seluas 55 hektar yang terdiri atas taman, perkebunan, dan hutan tropis. MesaStila menawarkan kamar tamu dengan nuansa khas Jawa dan layanan program kesehatan seperti makanan sehat, olahraga, manajemen stress, dan lain-lain.


Restoran

Sekar Kedaton
www.sekar-kedhaton.com
Jalan Tegal Gendu No. 28, Kotagede, Yogyakarta 55173
Telp: (074) 386 868
Jalan Raya Borobudur Km 2,5 Mungkid, Magelang 56551, Jawa Tengah
Telp: (0293) 5580 508

Merupakan salah satu restoran terbesar di Yogyakarta dimana Anda dapat menikmati suasana khas Jawa termasuk dekorasi etnik Jawa dan iringan musik gamelan beserta wayang kulit. Tempat ini menyajikan menu buffet, barbeque, dan stall. Cicipi soto ayam bandengan, timlo soup, atau ayam panggang miroso yang nikmat. Restoran ini memiliki pelayan yang mampu berbicara dalam beberapa bahasa asing, keramahan dan kehangatan seyum sapa mereka akan membuat Anda merasa nyaman dan santai, lalu pulang dengan senyum dan perut kenyang. 
Restoran lainnya adalah:

Amata Resto
Jl. Mendut Sendangsono 200 M From Mendut Temple
6.6 km dari Candi Borobudur
Masakan: Asia

Sekar Kedhaton
No. 9 dari 42 restoran di Borobudur
Jl. Raya Borodubur Km.2,5 Mungkid
5.4 km dari Candi Borobudur
Masakan: Asia, Indonesia



BS Resto
Jl. Mayor Kesen km, 2, 4, Mungkid
5.4 km dari Candi Borobudur
Masakan: Asia, Indonesia
Masakan: Vegan

Restoran Asia
Jalan Jenggolo 21
13.7 km dari Candi Borobudur
Masakan: Cina
Masakan: Cina, Asia

Gudeg Rukun Tidar
Jl. Tidar no. 15A
13.7 km dari Candi Borobudur
Masakan: Fusion

Oleh-oleh Khas Magelang

Gethuk Bollen

Panganan tradisional magelang yaitu gethuk sejak dulu sama sekali tidak berubah dari rasa dan tampilannya. Hal ini untuk mempertahankan keaslian cita rasa dan kualitas dari kuliner khas magelang ini. Tapi saat ini gethuk magelang telah di modifikasi dan dikembangkan mengikuti perkembangan jaman.
Penganan yang terbuat dari bahan dasar singkong ini banyak dijumpai di Jawa Tengah. Bahkan, bagi warga Kota Magelang, gethuk sudah menjadi ikon Kota sejak dahulu. Rasanya yang legit manis dicampur dengan parutan kelapa yang gurih membuat jajanan ini terasa ngangeni.
Sedangkan bollen adalah makanan khas Bandung. Sejenis roti kering berlapis lapis atau sering disebut pastry. Biasanya bollen yang berisi aneka topping seperti pisang, keju, cokelat, kacang atau bahan lainnya. Namun saat ini bollen sudah dipadukan dengan gethuk yang menghasilkan panganan tradisional magelang dengan tampilan yang berbeda. Rasa gethuk yang legit manis dan lembut berpadu dengan kulit pastry yang gurih dan renyah membuat kue ini cocok untuk camilan teman minum teh atau kopi.













Souvenir

Tidak jauh setelah Anda meninggalkan Candi Borobudur, sudah ada pedagang yang menjajakan barang dagangannya meskipun tempat itu bukan tempat yang resmi untuk berjualan souvenir. Cendera mata yang dijual adalah hasil kerajinan tangan daerah setempat seperti hiasan patung, replika Candi Borobudur ataupun Prambanan, tas batik, kaos oblong, pernak-pernik berupa gelang, kalung, ikat rambut, dan lain-lain. Barang-barang tersebut dijual dengan harga sangat bervariasi. Misalnya, untuk sebuah hiasan replika Candi Borobudur seharga Rp 20.000,00 tetapi dengan kemampuan tawar-menawar maka Anda akan mendapatkan harga yang wajar.





Sumber:

Shintia Novita Devi
4423143957
UJP B 2014
Universitas Negeri Jakarta



3 comments:

  1. Terimakasih atas infonya, ini sangat membantu dan bermanfaat terutama untuk orang orang yg belum terlalu mengetahui info ini.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih atas infonya, ini sangat membantu dan bermanfaat terutama untuk orang orang yg belum terlalu mengetahui info ini.

    ReplyDelete