Tantangan Pariwisata Untuk Indonesia
Bagian Timur
Sering
terkatakan bahwa Indonesia merupakan potongan surga dengan keindahan, kekayaan,
dan pesona yang sangat luar biasa baik tentang alam maupun budayanya. Hal itu
seharusnya dan memang sedang menjadi daya tarik tersendiri untuk menjadikan
Indonesia sebagai potensi daya tarik wisata Internasional.
Dikemukaan oleh Pendit (1990) bahwa pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi,
karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi,
serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam
usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan, serta
mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sasana budaya,
pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan
dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.
Keppres No. 38
Tahun 2005 juga mengamanatkan bahwa seluruh sektor harus mendukung pembangunan
pariwisata Indonesia. Hal ini merupakan peluang bagi pembangunan kepariwisataan
Indonesia. Apalagi pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi
andalan pembangunan Indonesia.
Progres
demi progres telah dicapai, terkhusus pada bumi Indonesia bagian barat. Jakarta telah mengeluarkan branding dengan
slogan Enjoy Jakarta, dan Jogyakarta dengan Never Ending Asia. Lalu
bagaimana dengan Bumi Indonesia kita di bagian timur? Sudahkah potensinya di
bidang pariwisata tergali dengan maksimal seperti pada bagian Barat? Ataukah
belum, dikarenakan keterbatasan dan masalah? Itulah tantangan sebagai potensi
wisata yang terletak jauh dari pintu utama pariwisata Indonesia yakni Jawa dan Bali.
Indonesia
bagian Timur sama sekali tidak kalah indah dengan Indonesia bagian bagian Barat
yang memiliki Bromo, Bali, Lombok, dan sebagainya. Bumi Indonesia kita juga
memiliki Taman Laut Bunaken, Tanah Toraja, Pulau Taman Laut Banda, Suku Asmat
dan sebagainya. Semua jenis-jenis wisata tersebar di seluruh Indonesia, seperti
a) pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism), b) pariwisata untuk berekreasi (recreation tourism) , c) pariwisata
untuk kebudayaan (culture tourism),
d) pariwisata untuk olahraga (sports
tourism), e) pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism), f) pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism). Hanya saja belum ada pemberdayaan yang
menyeluruh dalam menggali dan mengembangkan potensi wisata Indonesia, terkhusus
bagian Timur.
Berikut
keterbatasan dan masalah menurut masyarakat dan Mari Elka Pangestu pada saat
masih menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang kemudian
menjadi tantangan bagi Indonesia terutama bagian Timur dalam pengembangan
bidang pariwisata :
A.
Masalah
1. Kesulitan Transportasi
Keterbatasan
transportasi dari dan menuju destinasi bagian Timur merupakan kendala yang
kemudian berbuntut panjang. Transportasi dan keterjangkauan merupakan hal
penting dalam hal pariwisata. Sulitnya transportasi dan jarak yang sulit
dijangkau menjadi pertimbangan panjang bagi wisatawan. Bukan tidak mungkin
karena keterbatasan transportasi dan biaya hidup yang tinggi di sebuah
destinasi membuat wisatawan membatalkan rencananya dan berpindah haluan ke destinasi lain.
Sebagai
contoh wisatawan mancanegara yang sudah berada di Ambon dan merencanakan
perjalanan wisata menuju Banda Neira dapat saja segera membatalkan rencananya
dan bertolak terbang menuju Bali karena pesawat menuju Banda Neira baru akan
terbang tiga hari lagi, dengan berbagai kondisi lain tanpa jaminan keselamatan transportasi
dan kesulitan pemenuhan kebutuhan saat
menuju dan sedang berada di destinasi.
Di
samping itu, jadwal pelayaran dan penerbangan dapat berubah karena keterbatasan
armada atau bahkan kerusakan armada. Walaupun terdapat transportasi alternatif
yaitu pelayaran swasta yang beroperasi untuk rute Ambon-Banda atau sebaliknya,
namun kenyamanan dan ketepatan waktu juga menjadi kendala sehingga tetap saja
pariwisata Banda menggantungkan harapannya pada jadwal kapal Pelni maupun
penerbangan udara yang ada. Itu hanyalah salah satu contoh destinasi di Maluku.
Kesulitan transportasi bukan hanya terjadi Maluku, tetapi juga nyaris seluruh
Indonesia bagian Timur. Mengingat umumnya wilayah geografis Indonesia bagian
Timur terdiri dari kepulaun. Keterbatasan
kesediaan transportasi sebenarnya merupakan penghambat untuk meramaikan
destinasi wisata yang ada dengan para wisatawan. Bahkan merupakan kendala yang
besar jika mengharapkan pariwisata sebagai kekuatan ekonomi daerah.
2. Kendala Jarak dan Biaya
Transportasi
Secara
garis besar, potensi pariwisata Indonesia bagian Timur memiliki banyak banyak
hal yang dapat dikembangkan, antara lain meliputi obyek-obyek wisata alam;
wisata seni-budaya; wisata sejarah dan situs purbakala, serta wisata hiburan
dan rekreasi. Semuanya itu tersebar di setiap kepulauan di Indonesia bagian
Timur.
Kondisi geografis Indonesia
bagian Timur yang unik secara pasti akan membatasi upaya pengembangan sektor
pariwisata, tetapi oleh karena hal itu juga Indonesia memiliki potensi wisata
yang menarik. Hanya saja kendala jarak membuat biaya yang tinggi juga. Hal itu
mengakibatkan harga transportasi menjadi mahal, bahkan lebih mahal daripada
biaya akomodasi dan kebutuhan hidup
selama di lokasi destinasi. Biaya yang mahal juga belum menjamin bahwa
sewaktu-waktu dapat menggunakan alat transportasi yang dibutuhkan. Itulah
tantangan untuk Indonesia bagian timur.
3. Kesulitan Sumber Daya Manusia (SDM)
Obyek
wisata yang ada tidak dengan sendirinya dapat memuaskan para wisatawan, akan
tetapi harus lebih dulu “disiapkan”. Ini berarti sumberdaya manusia di bidang
pariwisata menjadi amat menentukan dalam menyiapkan objek-objek wisata yang ada.
Bagaimana suatu tempat, objek, ataupun budaya dalam bermasyarakat dapat
terekspos dan dikenal oleh para wisatawan? Bagaimana semua itu dikemas menarik
sebagai objek daya tarik wisata yang memuaskan? Indonesia bagian Timur memiliki
banyak destinasi wisata luar biasa yang belum terekspose dikarenakan sumber
daya manusia yang kurang pemberdayaan, didikan dan pengetahuan mengenai
industri pariwisata. Kekurangan ini juga disebabkan oleh tidak adanya fasilitas
pendidikan yang diperlukan, sehingga dalam pemenuhan pendidikan mengenai
pariwisata seseorang harus pergi wilayah barat seperti ke Jawa atau Bali. Dan
mayoritas diantaranya tidak akan kembali lagi untuk mengembangkan wisata
daerahnya. Begitupula dengan kemampuan pemerintah daerah, dikarenakan alasan yang
sama.
Beberapa
industri yang ada juga baru dijalankan seadanya berdasarkan pengalaman setiap
hari. Pemberdayaan di bidang pariwisata oleh pemerintah pun tidak ada, sehingga
peran ini diambil alih oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Namun
karena setiap LSM memiliki visi dan misi yang berbeda maka pemberdayaan
masyarakat lokal disesuaikan dengan visi dan misi LSM tersebut, sehingga ada
beberapa bidang pemberdayaan yang
kemudian tidak tercover aktivitas pemberdayaan. Sehingga sejauh ini
sumber daya manusia di bidang pariwisata
Indonesia bagian Timur belum dapat menyiapkan dengan maksimal dan masih jauh
dari harapan untuk bisa mengembangankan bidang kepariwisataan, baik itu dalam
hal kemampuan menyiapkan dan memanajemen, termasuk dalam menjangkau psikologis
wisatawan sehubung dengan industri pariwisata yang menjual jasa pelayanan .
4. Kesulitan Manajemen, Pemasaran dan
Publikasi Pariwisata
Selain orang yang mempersiapkan, persiapan dalam upaya
‘menjual’ destinasi wisata sebagai indutsri juga diperlukan, berupa manajemen
dan pemasaran yang baik. Dua hal ini merupakan hal penting saat suatu daerah
mengharapkan pariwisata sebagai kekuatan dan penghasil pemasukan yang besar di
daerahnya. Tetapi pemerintah Indonesia bagian timur belum memberikan perhatian
yang lebih dalam hal ini. Pada kenyataannya hampir semua orang mengenal dan
mengetahui destinasi-destinasi wisata sepeti Candi Borobudur, Gunung Bromo,
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Gunung Rinjani, Lombok, dan Bali. Hal itu
dapat terjadi karenanya pemasaran yang gencar dan pengemasan yang menarik oleh
masing-masing destinasi wisata Indonesia bagian barat. Jika dibandingkan Jawa
dan Bali, Indonesia
bagian timur masih kurang dari harapan. Hal ini juga sempat disebutkan oleh, Mari Elka Pangestu pada saat masa jabatannya
sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bahwa komukiasi dan publisitas merupakan
tantangan bagi perkembangan dan kemajuan kepariwisataan. Selain
pemasaran dan publikasi, kepariwisataan Indonesia bagian Timur juga kurang dalam
hal “mempersiapkan” dan memanajemen. Masalah ini memang otomatis terjadi ketika
kurangnya pemberdayaan Sumber Daya manusia (SDM) dalam bidang
kepariwisataan. Banyak hal yang perlu
disiapkan agar nantinya banyak wisatawan datang dan mengunjungi destinasi
wisata di daerah Indonesia bagian timur. Bukan hanya itu, manajemen yang dibuat
oleh pemerintah dan masyarakat lokal nantinya tentu saja tidak boleh membiarkan
sekecil apapun celah yang dapat membuat wisatawan kecewa.
B.
SOLUSI
1. Transportasi
Keterbatasan
jumlah transportasi dari dan menuju destinasi, kondisi transportasi yang
terkesan ala kadarnya, kurang terjaminnya keamanan dan keselamatan
transportasi, kendala pada masalah kenyamanan dan ketepatan waktu, juga jadwal
penerbangan maupun pelayaran yang dapat berubah-berubah merupakan kekurangan
dari kepariwisataan di Indonesia bagian timur. Tampak jelas bahwa adanya
kesenjangan di bidang transportasi Indonesia bagian Timur dengan bagian Barat
yang sangat jauh .
Oleh
karena itu, upaya yang perlu dilakukan dimulai dari deregulasi transportasi di
Indonesia bagian Timur. Karena adanya keterbatasan jumlah transportasi, dan
seperti Indonesia bagian barat—luas wilayah air bagian
Timur melebihi luas wilayah darat, bahkan lebih dikarenakan Indonesia timur
yang terdiri dari kepulauan-kepulauan kecil dan berjauhan.
Hal itu tidak selalu harus pemerintah yang bergerak untuk
menyediakan ragam transportasi dan
jumlah yang banyak. Kebijakan dan kegiatan pembangunan kepariwisataan di daerah
harus bertumpu juga pada peran swasta dan masyarakat. Sedangkan sektor
pemerintah mempunyai kewajiban untuk menciptakan iklim pembangunan yang favorabel
dan kondusif bagi sektor swasta dan masyarakat dalam memainkan peran mereka
tersebut. Dengan kawasan destinasi yang didikung oleh pemerintah seperti
tercipta dan diperbaikinya akses jalan, jembatan, dan transportasi yang
disediaan oleh pemerintah (seperti Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia), sektor
masyarakat dan swasta juga kemudian akan tergerak dengan memunculan ragam
transportasi selain yang disediakan oleh pemerintah oleh karena adanya
kerjasama dan prospek yang nyata dalam menyiapkan dan mengembangan kawasan
wisata daerah tersebut.
Tentunya
sejalan dengan cita-cita pemerintah yang menginginkan bidang pariwisata sebagai
penyumbang terbesar dalam pemasukan dana dan kemajuan daerah, prioritasi pada
transportasi juga harus dimulai dengan memperhatikan jumlah, kondisi,
kenyamanan, ketepatan waktu, keamanan, dan kelayakan yang memadai.
2. Jarak dan Biaya
Ketika
jumlah, ragam, kondisi, kenyamanan, keamanan dan keselamatan, serta ketepatan
waktu transportasi tidak lagi jadi masalah, jarak dan biaya dalam
kepariwisataan tidak lagi coock disebut
mahal. Walaupun jarak dan keadaan jalur yang ditempuh jauh dan sulit dikontrol,
tetapi keamanan dan keadaan yang ditawarkan kepada wisatawan tidak lagi sama
bahkan lebih baik. Apalagi jika mengingat kawasan wisata yang ditawarkan, jarak
dan biaya akan tampak seimbang dan layak. Ketika jumlah dan ragam transportasi
juga telah lebih baik, wisatawan yang datang ke kawasan Indonesia bagian timur
juga tidak hanya sedikit dan datang dari beberapa kalangan saja. Sehingga
dengan beberapa pilihan, wisatawan dari segala kalangan dapat mengenal dan
datang ke destinasi yang ditawarkan Indonesia kita bagian timur dan menjalani
perjalan wisata sebagai pemenuhan dalam
kebutuhan mereka.
3. Sumber Daya Manusia
Pelayanan
yang dapat menyentuh psikologis wisatawan, keramah-tamahan, sikap juga tanggung
jawab pramuwisata dan semua orang terlibat yang profesional diperlukan dalam
industri pariwisata. Sehubungan dengan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM), sektor swasta, masyarakat dan bahkan
pemerintah daerah-daerah Indonesia bagian timur juga dapat membangun relasi dan
kerjasama yang baik dengan bidang-bidang
kepariwisataan di Jawa dan Bali seperti perusahaan perjalanan, akomodasi
(hotel, penginapan), dan objek wisata yang ada, hal itu akan membuka peluang
industri, relasi, dan pengalaman kepariwisataan yang dibutuhkan. Sumber Daya
Mausia kawasan Indonesia bagian timur juga dapat membuat pariwisata sebagai
prospek masa depan yang bagus bagi daerahnya dan mengambil pendidikan di luar
daerah. Dan kembali untuk mejadi tenaga terdidik ataupun sebagai pendidik.
Begitu juga Sumber Daya Manusia di Indonesia bagian Barat bisa datang ke daerah
dan mengadakan tukar pikiran dan
pengalaman. Bersamaan dengan itu masing-masing daerah dapat berupaya untuk
mempublikasi dan memajukan pariwisata Indonesia di mata internasional. Dengan
hal in juga, tiap-tiap daerah baik bagian barat maupun timur dapat
meminimalisir distribusi penyebaran wisatawan
yang tidak merata.
Dengan ini Pariwisata yang penuh tantangan, dapat saling menguntungkan dengan kerjasama antara sektor pemerintah
dengan sektor swasta dan masyarakat
4. Manajemen dan Pemasaran Pariwisata
Kurangnya
manajemen dan pemasaran destinasi merupakan tantangan kepariwisataan di
Indonesia bagian timur. Seperti yang disebutkan di atas, kebijakan dan kegiatan
pembangunan kepariwisataan di daerah harus bertumpu juga pada peran swasta dan
masyarakat. Sedangkan sektor pemerintah mempunyai kewajiban untuk menciptakan
iklim pembangunan yang favorable dan kondusif bagi sektor swasta dan masyarakat
dalam memainkan peran mereka tersebut.
Dalam
melakukan manajemen guna mengembangkan kawasan wisata Indonesia bagian timur,
pertama-tama pemerintah perlu melakuan inventarisasi obyek-obyek wisata yang
layak dikembangkan dan membangun berbagai prasarana fisik yang dibutuhkan di
wilayah objek wisata dan sekitar. Setelah itu, tentukan kawasan yang akan
menjadi prioritas. Untuk penentuan prioritas ini diperlukan beberapa
pertimbangan, salah satunya pandangan serta saran-saran dari sektor swasta dan
masyarakat lokal yang mutlak menjadi pertimbangan utama karena merekalah yang
selanjutnya akan mengembangkan berbagai fasilitas pelayanan,
kebutuhan-kebutuhan di tiap kawasan wisata Indonesia bagian Timur seperti attraction, akomodasi (dapat berupa
hotel, penginapan, homestary), food and beverage, perusahaan
perjalanan, pramuwisata, taman, ATM, money
changer, parkir, saran hiburan, fasilitas perbelanjaan souvenir, dan amenities lainnya. Prinsip-prinsip
kelayakan bisnis dan kelayakan sosial serta lingkungan kemudian dijadikan
tolak-ukur keberhasilan yang harus sektor swasta dan masyarakat lokal
perhatikan secara sungguh-sungguh. Sehingga industri yang mereka jalankan bukan
hanya sebatas kegiatan komersil, tetapi juga bersamaan menjaga aset jual
(lingkungan, alam, budaya, sejarah, bermasyarakat) dari destinasi wisata yang
dijual. Apabila skala prioritas telah ditetapkan, tugas utama sektor pemerintah
dearah adalah membangun prasarana fisik dan pelayanan penunjang seperti akses
jalan, jembatan, keamanan dan kesehatan, serta membantu dan mendukung kegiatan
pemasaran melalui promosi dan publikasi. Pemasaran dilakukan dengan gencar,
berkesinambungan, dikemas dengan menarik menyesuaikan dengan kebutuhan dan
pskikologis masyarakat dalam berwisata (bukan hanya wisatawan lokal, tetapi
mancanegara). Hal-hal itu dapat dilakukan dengan memepelajari bagaimana
Indonesia bagian barat menguasai jaringan pemasaran. Atau bahkan dari luar
negeri. Sebagai informasi Pulau dan taman laut Banda, obyek wisata yang
keindahan taman lautnya melebihi keindahan taman laut Karibia. Hal ini
disebabkan karena taman laut Karibia hanya memiliki 17 spesies flora dan fauna
laut, sedangkan Taman Laut Banda memiliki 350 species. Belum lagi keindahan
budaya, agama, alam dan sejarah masa silam masyarakat Banda. Tetapi kelebihan
tersebut hanyalah sebuah kebanggaan, sedangkan kemampuan masyarakat untuk
mengekspos kelebihan itu sebagai suatu obyek wisata masih jauh dari yang kita
harapkan. Karena itu Indonesia masih harus banyak mempelajari lagi manajemen
dan pemasaran dari destinasi lain. Pemasaran dapat dilakukan malalui media masa
dan media sosial, teknologi informasi yang memungkinkan turis mengakses banyak
info mengenai wisata Indonesia, tekhusus Indonesia bagian Timur, pengadaan
pemeran ataupun event, cinderamata
yang dipromosi, dikemas dan didistribusikan dengan strategi yang menarik dan
lain sebagainya.
Itulah
beberapa masalah, yang perlu dianggap sebagai tantangan beserta beberapa
solusinya. Sudah saatnya seluruh daerah
Nusantara mengalami distibusi wisatawan yang merata, saling merangkul dalam
memajukan kepariwisataan Indonesia, menggenapi harapan pemasukan negara melalui
pariwisata, bersamaan dengan memelihara dan melestarikan aset jual industri
pariwisata Indonesia ke kancah internasional!
Saya sebagai orang timur sangat mendukung upaya pariwisata di daerah timur, karena memang betul kalau di daerah timur sangat sulit transportasi,tetapi keindahan timur tidak kalah dr keindahan di bagian indonesia lainnya :) sgt membantu infonya, saya tunggu artikel menarik lainnya yaaa.
ReplyDeleteInfo ini sangat lengkap dan menarik. Terima kasih.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSepakat.
ReplyDeleteTerlebih dalam regulasi dan pertukaran ilmu pariwisata untuk mempercepat perkembangan pariwisata
Informasinya sangat lengkapdan menarik. Terima kasih
ReplyDeleteTerimakasih informasinya sangat menarik dan menambah wawasan.
ReplyDeleteTerima kasih untuk artikelnya, sangat membantu karena sekarang ini periwisata di Indonesia khususnya di bagian timur sedang disoroti, ditambah dengan artikel anda yang membahas mengenai solusi untuk pariwasata di Indonesia. Semoga banyak orang muda yg dapat menginspirasi.
ReplyDeleteWaw gabe amazing
ReplyDelete