Sunday, January 3, 2016

T5_PUTRIALAWIYAH_OBSERVASI BADUY

DESA WISATA BADUY
TEMA : PENGRAJIN GULA MERAH



INFORMASI UMUM DESA BADUY

Desa Baduy merupakan desa wisata yang terletak di wilayah kabupaten Lebak, Banten.  Wilayah Baduy memiliki luas sekitar 5.101,8 hektar  terletak  di sebelah Barat Pulau Jawa, di sekitar Pegunungan Kendeng. Secara administrasi pemerintahan, wilayah ini dikukuhkan menjadi  Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten.   Sebagai suatu desa, wilayah Baduy atau Desa Kanekes terdiri atas beberapa Kampung yang terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni Baduy-Dalam dan Baduy-Luar.  Pengembangan kampung ini hanya terjadi di pemukiman Baduy Luar, sedangkan di Baduy Dalam jumlah kampungnya tetap tidak berubah sepanjang masa, yakni hanya tiga kampung.  Jumlah kampung di Baduy pada tahun 2009 sebanyak 58 kampung, 3 kampung di Baduy Dalam dan 55 kampung di Baduy Luar.

Kekuatan hukum status wilayah Baduy ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32 tahun 2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy.  Hak ulayat ini merupakan kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tamah dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidup dan kehidupan yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional, yang mengikuti aturan negara Indonesia, dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan. Secara nasional, penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi, yaitu "Pu'un".


Sistem Pemerintahan Kenekes


Struktur masyarakat Baduy dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu masyarakat Baduy Dalam dan Masyarakat Baduy Luar.  Wilayah Baduy Dalam memiliki luas 1.975 hektar  dengan jumlah penduduk 1.083 orang (281 KK) yang tersebar di tiga kampung; sedangkan wilayah Baduy Luar luasnya 3.127 hektar dengan jumlah penduduk 10.089 (2.667 KK).  Mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah berladang padi tanah kering. Sistem perladangannya adalah berladang berpindah dengan masa bera (mengistirahatkan lahan) pada saat ini  selama 5 tahun.  Mata pencaharian sampingan saat menunggu waktu panen atau waktu luang adalah membuat kerajinan tangan dari bambu (asepan, boboko, nyiru, dll),  membuat koja (tas dari kulit kayu), masuk ke dalam hutan mencari rotan, pete, ranji, buah-buahan dan madu, berburu, membuat atap dari daun kirai, membuat alat pertanian seperti golok dan kored.
Masyarakat Baduy tidak mengenal sistem pendidikan atau sekolah formal.  Adat melarang warganya untuk bersekolah.  Mereka berpendapat bila orang Baduy bersekolah akan bertambah pintar, dan orang pintar hanya akan merusak alam sehingga akan merubah semua aturan yang telah ditetapkan oleh karuhun


Suasana Desa Baduy


Masyarakat Baduy sangat bergantung pada hasil alam. Terutama pada hasil hutannya.  Banyak yang dihasilkan dari hutan baduy yaitu, duren, kolang kaling, gula aren, bambu yang biasanya dijadikan bahan pokok membuat jembatan, daun kirai untuk bahan pokok atap rumah.





PEMBUATAN GULA MERAH
Di desa Baduy sangat tersebar pohon aren di baduy dalam maupun baduy luar. Pohon aren sangat banyak manfaatnya. Selain buahnya dapat dijadikan kolang kaling, pohon aren juga dapat memproduksi gula merah. Dan pada kesempatan kali ini saya akan membahas sedikit banyaknya tentang proses pembuatan gula merah di Desa Baduy.
Pertama-tama bunga jantan pohon aren dikumpulkan dalam sebuah bumbung bamboo. Untuk mencegah fermentasi pada nira maka ke dalambumbung bambu dimasukan laruatau kawao sebagai pengawet alami. Setelah itu nira dimasak diatas tungku dalam sebuah wajan yang besar. kayu yang bagus untuk memasak nira ini adalah kayu pohon aren yang sudah tua karena kalorinya lebih tinggi sehinga akan mempercepat proses masak. Nira yang dimasak apinya tidak nboleh terlalu besar, karena apabila gulanya hangus maka rasanya akan pahit dan warnanya hitam. Setalah nira sudah berat saat diaduk diwajan maka nira sudah matang. Setelah itu proses terakhir tinggal dimasukan  ke dalam cetakan sehingga berbentuk padat dan siap di pasarkan.
Mengkonsumsi gula merah sangat bagus bagi kesehatan, dapat menambah stamina. Saya mengambil controh dari diri saya sendiri. Saat berjalan kira-kira 12km dari baduy luar menuju baduy dalam saya berjalan sambil mengunyah gula merah yang saya beli dari pemilikn homestay tempat saya menginap. Menurut saya itu sangat berpengaruh karena saya jadi tidak mudah capek dan pola pernafasan saya jadi terjaga sehingga tidak ngos-ngosan.


Proses Pengumpulan Nira


Proses Masak

Proses Pencetakan






Putri Alawiyah
Usaha Jasa Pariwisata (kelas B)
putrialawiyaah@gmail.com








13 comments:

  1. Bagus nih. Nice info. Makasih yaa infonya jd tauu ttg manfaat gula merah yg blm gua tau. Sering2 buat blog ttg informasi2 yg menarik lg ya! Good good

    ReplyDelete
  2. Wah infonya keren bgt, jadi mau pergi ke baduy deh😉

    ReplyDelete
  3. Jadi pengen makan gula merah biar sehat dan nambah stamina😍

    ReplyDelete
  4. pengrajinnya keren yg buat blog nya ga kere

    ReplyDelete
  5. wah bermanfaat sekali kawan infonya,goodjob

    ReplyDelete
  6. Kreatifitas mengelola hasil alam negera sendiri yang sangat membanggakan bagi indonesia

    ReplyDelete
  7. Kreatifitas mengelola hasil alam negera sendiri yang sangat membanggakan bagi indonesia

    ReplyDelete
  8. Wahh keren jd pengen liat gula merah

    ReplyDelete
  9. Thanks infonya, tulisan yg sangat bermanfaat. Ditunggu tulisan selanjutnya

    ReplyDelete
  10. Mantap, representasi masyarakat yang masih bersahabat dengan alam. Keren euy!

    ReplyDelete
  11. Mantap, representasi masyarakat yang masih bersahabat dengan alam. Keren euy!

    ReplyDelete