Sunday, January 3, 2016

T3_Luthfi Maulana Arrahim_Pura Luhur Uluwatu

Pariwisata Budaya di Pura Luhur Uluwatu

Pengantar

Artikel ini saya buat untuk memenuhi tugas matakuliah Wisata Budaya. Cerita ini saya buat atas pengalaman pribadi saya dan ditambah dengan beberapa sumber untuk memperkuat apa yang saya alami selama berada di Pura Luhur Uluwatu.
Selain itu ada beberapa sejarah yang saya ambil untuk menambah ilmu dan pengetahuan kita semua. Di artikel ini ada info tentang akses, penginapan serta tempat makan yang ada dekat dengan obyek tersebut. Saya juga menambahkan beberapa sejarah tentang Tari Kecak dan asal usul Pie Susu menjadi oleh-oleh khas Bali.
Semoga artikel yang saya buat ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi orang banyak. Dan dapat menambah pengetahuan tentang wisata di Pulau Bali khususnya Kabupaten Badung yang katanya adalah kabupaten terkaya di Bali ini. Saya sadar bahwa artikel ini masih kurang dari kata cukup. Maka dari itu saya meminta kesedian teman-teman semua bersedia memberikan saran.
           
Pembahasan

Pura Luhur Uluwatu merupakan sebuah Pura yang berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Nama Uluwatu memiliki arti, Ulu artinya di atas, sedangkan Watu artinya batu. Jadi pengertian Pura Uluwatu adalah pura yang letaknya diatas batu yang terjal. Pura Luhur Uluwatu atau biasa disebut Pura Uluwatu, adalah salah satu Pura Sad Kahyangan Jagat yang dipercaya oleh umat Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin. Pura ini dipercaya sebagai Pura Penyengker pulau Bali.
Pemandangan di Pura Uluwatu
 Pura ini terletak di ujung barat daya pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut. Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura. Untuk masuk Pura ini anda akan dikenakan biaya Rp15.000,- untuk wisatawan lokal dan Rp20.000,- untuk wisatawan mancanegara.
Memasuki Pura yang sakral ini saja Anda akan merasakan aura yang menurut saya sangat magis. Sebelum memasuki kawasan Pura, Penjaga loket akan memberikan Anda sebuah kain berwarna kuning untuk digunakan di pinggang. Menurutnya kain ini bersimbol untuk membuang pikiran jelek pada yang menggunakannya sebelum memasuki kawasan Pura. Bagi yang menggunakan celana pendek diatas lutut atau baju you can see, akan dipinjamkan kain untuk dipakai menutupi beberapa bagian tubuh. Ini adalah salah satu peraturan yang harus ditaati sebagai bentuk rasa hormat saat berada di tempat ibadah.
Pura sendiri berdiri kokoh di atas dan di Ujung tebing yang sangat curam setinngi 97 meter, kelihatan bertengger diatas tebing menonjol ke lautan. Bangunan Pura ini menghadap ke arah timur, berbeda dengan pura lain di Bali yang umumnya menghadap ke arah barat atau ke selatan. Di sepanjang jalan di tepi luar pura terdapat ratusan kera yang berkeliaran. Walaupun tampak jinak, kera-kera tersebut seringkali mengganggu pengunjung dengan menyerobot makanan atau barang-barang yang dikenakan.
Di ujung jalan yang mendaki terdapat dua pintu masuk ke komplek pura, satu terletak di sebelah utara dan satu lagi di sebelah selatan. Pintu masuk tersebut berbentuk gapura bentar dan terbuat dari batu. Di depan gapura terdapat sepasang arca berbentuk manusia berkepala gajah dalam posisi berdiri. Dinding depan gapura dihiasi pahatan yang sangat halus bermotif daun dan bunga.
Sebelah dalam, di balik gapura, terdapat sebuah lorong berlantai batu berundak, menuju ke pelataran dalam. Lorong terbuka ini diteduhi oleh pohon yang ditanam di sepanjang kiri dan kanan lorong. Pelataran dalam merupakan pelataran terbuka. Lantai pelataran tertutup oleh lantai batu yang tertata rapi. Di dekat gapura, di sisi utara, terdapat bangunan kayu. Di sebelah barat, berseberangan dengan jalan masuk, terdapat sebuah gapura paduraksa yang merupakan jalan masuk ke pelataran yang lebih dalam lagi.
Saat saya berlibur ke Pura Uluwatu bersama teman satu team saya
Berbeda dengan gapura luar, gapura ini merupakan gapura beratap yang terbuat dari batu. Ambang pintu berbentuk lengkungan dan dibingkai oleh susunan batu. Di atas ambang terdapat pahatan kepala raksasa. Puncak gapura di berbentuk seperti mahkota dan dihiasi dengan berbagai motif pahatan. Celah di antara gapura dengan dinding di kiri dan kanan pelataran tertutup oleh dinding yang juga dihiasi dengan pahatan.
Di sebelah selatan terdapat pelataran kecil berbentuk memanjang dan menjorok ke arah laut. Di ujung pelataran terdapat sebuah bangunan kayu yang tampak seperti tempat orang duduk-duduk sambil memandang lautan. Sejak dibanunannya, Pura Uluwatu telah banyak kali menjalani pemugaran. Bahkan sekitar tahun 1999, bangunan pura ini sempat terbakar akibat sambaran petir.

Sejarah Berdirinya Pura Luhur Uluwatu

 Tidak diketahui secara jelas kapan Pura Uluwatu dibangun oleh Mpu Kuturan atau Mpu Rajakreta pada masa pemerintahan suami-istri Sri Msula-Masuli pada sekitar abad XI. Namun, ada fakta menarik dari tinggalan historis di Pura Luhur Uluwatu. Tinggalan kuno di pura ini berupa candi kurung atau kori gelung agung yang menjulang megah membatasi areal jaba tengah dengan jeroan pura, diprediksi pura ini sudah ada sejak abad ke-8. Candi kuno itu menatahkan hitungan tahun Isaka dengan candrasangkala gana sawang gana yang berarti tahun Isaka 808 atau sekitar 886 Masehi. Jadi, sebelum datangnya Mpu Kuturan ke Bali.
Tulisan tentang sejarah dibangunnya Pura Luhur Uluwatu
Pura Luhur Uluwatu Berperan mempunyai peranan penting dalam ista dewata Bali. Dalam PadmaBhuana di Bali Purai Uluwatu terletak di daerah barat daya, dimana merupakan tempat memuja dewa Rudra. Selain posisi geografis, keunikan lain dari Pura Luhur Uluwatu adalah arah pemujaan yang menuju Barat Daya. Umumnya, di beberapa prahyangan lainnya di Bali, yang pemujaannya menghadap ke utara dan timur. Ketika kita lihat di sebelah kiri sebelum memasuki candi terdapat pelinggih Dalem Jurit ini dapat ditemukan 3 tugu Tri Murti, merupakan subuah tempat memuja Dewa Siwa Rudra. Di jaba tengah ini kita menoleh ke kiri lagi ada sebuah bak air yang selalu berisi air meskipun musim kering sekalipun. Hal ini dianggap suatu keajaiban dari Pura Luhur Uluwatu. Sebab, di wilayah Desa Pecatu adalah daerah perbukitan batu karang berkapur yang mengandalkan air hujan. Karena ada keajaibannya, maka bak air itu dikeramatkan. Biasanya digunakan untuk kepentingan tirta suci. Kemudian selanjutnya dari jaba tengah terus masuk akan melalui Candi kurung, candi Kurung ini yang menduga dibuat yaitu sekitar abad 11, Masehi jika dihubungkan dengan keberadaan Candi Kurungbersayap yang ada di Pura Sakenan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Candi Kurung bersayap seperti ini ada di Jawa Timur peninggalan purbakala di Sendang Duwur dengan Candra Sengkala yaitu tanda tahun Saka dengan kalimat dalam bahasa Jawa Kuna sbb: Gunaning salira tirtha bayu, artinya menunjukkan angka tahun Saka 1483 atau tahun 1561 Masehi.
Candi Kurung Padu Raksa bersayap di Sendang Duwur sama dengan Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu. Dengan demikian nampaknya lebih tepat kalau dikatakan bahwa Candi Kurung Padu Raksa di Pura Luhur Uluwatu dibuat pada zaman Dang Hyang Dwijendra yaitu abad XVI. Karena Dang Hyang Dwijendra-lah yang memperluas Pura Luhur Uluwatu. Setelah kita masuk ke jeroan (bagian dalam pura) kita menjumpai bangunan yang paling pokok yaitu Meru Tumpang Tiga tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra. Bangunan yang lainnya adalah bangunan pelengkap saja seperti Tajuk tempat meletakkan upacara dan Balai Pawedaan tempat pandita memuja memimpin upacara. Upacara piodalan atau hari raya besar di Pura Uluwatu jatuh pada hari Kliwon, wuku medangsia.
Cerita sejarah Pura Uluwatu ini kemudian berkembang menjadi kepercayaan masyarakat setempat dan Hindu di Bali. Bahwa keberadaan Pura Uluwatu memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan beragama masyarakat Hindu di Bali.

Pemandangan Indah Sunset sekaligus Tari Kecak Uluwatu

Di Pura ini kita bisa melihat birunya Samudera Hindia serta pemandangan Pantai Pecatu yang memiliki ombak yang terbilang ekstrim. Selain itu yang menarik dan menjadi primodana disini adalah saat sore hari menjelang langit berwarna orange saat matahari akan menutup hari, ya melihat pemandangan sunset di temani Tarian Kecak adalah yang menjadi aktifitas wisata di Pura ini setiap hari.
Tari Kecak dan Sunset
Tari Kecak Uluwatu sangat terkenal seantero dunia, bukan saya melebih-lebihkan tetapi memang begitu kenyataannya. Tari Kecak Uluwatu ini di desain dengan sangat menarik, tersedia tempat duduk melingkar tanpa atap. Tempat duduk ini menghadap tanah lapang tempat lahan pertunjukan dengan sebuah tungku sebagai salah satu perlengkapan pertunjukan. Dilatarbelakangi langit senja atau sunset sangat menambah kesan magis di tarian ini. Menjadikan tempat ini harus didatangi bila berkunjung ke Pulau Bali. Jadwal pentas Tari Kecak Uluwatu setiap hari (Kec. Nyepi & Pengerupukan libur) jam 6 sore hingga jam 7 malam. Harga tiket pertunjukan Tari Kecak terbilang cukup mahal yaitu Rp100.000,- untuk semua golongan.
Tari Kecak merupakan seni tari yang sangat khas. Tarian ini di peragakan oleh puluhan penari laki-laki. Mereka mengenakan kain kotak-kotak hitam putih yang dilingkarkan di bagian pinggang, dan duduk melingkar sambil menggerakkan tangan ke atas secara serempak.
Ciri khas dari Tari Kecak adalah tarian ini tidak menggunakan alat musik sebagai pengiring pertunjukan. Iringan tarian ini berasal dari penari yang berseru “cak cak” secara serempak dan menciptaka harmonisasi suara yang sangat indah. Pada tarian ini hadir pula tokoh-tokoh pada kisah Ramayana, seperti Rama, Hanoman, Shinta, dan Sugriwa.
Tari Kecak juga sering disebut dengan "The Monkey Dance" yang merupakan pertunjukan tarian seni khas Bali yang lebih utama menceritakan mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.

Sejarah Tari Kecak

Belum ada yang tahu darimana awal mulanya Tari Kecak muncul dan pertama kali berkembang. Namun terdapat sebuah kesepakatan dari masyarakat Bali, yang menyebutkan bahwa Tari kecak pertama kali berkembang di Bona, Gianyar. Pada awalnya Tari Kecak merupakan suatu seni musik yang di hasilkan dari perpaduan suara yang biasa mengiringi tarian sahyang. Pada mulanya hanya dapat di pentaskan di pura, karena Tarian Sahyang merupakan salah satu tarian sakral. Namun pada tahun 1930an muncul seorang seniman bernama Wayan Limbak yang bekerja sama dengan seorang pelukis dari Jerman yang bernama Walter Spies yang mencoba mengembangkan tarian ini dengan mengambil bagian dari cerita ramayana yang di dramatarikan sebagai pengganti dari tarian sahyang dengan tujuan agar tarian ini dapat dipentaskan di depan khalayak ramai. Bagian cerita yang diambil dan di dramatarikan awalnya adalah ketika Dewi Shinta di culik oleh Raja Rahwan. 
Tari Kecak

Tari Kecak sendiri mulai populer di mancanegara sejak tahun 1970'an ketika Wayan Limbak berkeliling dunia untuk mempromosikan tari ini. Tari kecak di Bali mengalami terus mengalami perubahan dan perkembangan. Perkembangan yang bisa dilihat adalah dari segi cerita dan pementasan. Dari segi cerita untuk pementasan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari Ramayana tapi juga bagian bagian cerita yang lain dari Ramayana.
Kemudian dari segi pementasan juga mulai mengalami perkembangan tidak hanya ditemui di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh Bali terdapat puluhan group kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjar. Kegiatan-kegiatan seperti festival Tari Kecak juga sering dilaksanakan di Bali baik oleh pemerintah atau pun oleh sekolah seni yang ada di Bali. Serta dari jumlah penari terbanyak yang pernah dipentaskan dalam tari kecak tercatat pada tahun 1979 dimana melibatkan 500 orang penari. Pada saat itu dipentaskan kecak dengan mengambil cerita dari Mahabarata.
Namun rekor ini dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan kecak kolosal dengan 5000 penari pada tanggal 29 September 2006, di Tanah Lot, Tabanan, Bali.
  
Akses serta Penginapan Terdekat

Akses menuju Pura Uluwatu tidaklah sulit, hanya sekitar 1 jam saja dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Jalannya pun sudah bagus dan tidak berlubang, serta memiliki track yang baik. Sebenarnya ada beberapa alternatif untuk menuju Pura Luhur Uluwatu, Yang pertama bisa menggunakan Bus Sarbagita yang dikelola oleh pemerintah provinsi Bali. Tarifnya pun hanya Rp3000,- untuk umum dan 2500,- untuk pelajar. Tetapi Bus Sarbagita hanya melayani rute terjauh sampai di GWK (Garuda Wisnu Kencana), setelah itu bisa menggunakan jasa Ojek Motor atau menggunakan aplikasi Online Gojek. Dari GWK hanya berjarak sekitar 11KM dan sudah banyak Gojek yang beroperasi disana dengan harga Rp15.000,- atau menggunakan ojek biasa dengan harga relatif lebih mahal yaitu sekitar Rp20.000 – Rp30.000.
Bagi Anda yang bisa menyetir atau ingin menghemat uang anda (ini juga cara yang saya lakukan menuju Uluwatu), Kita bisa menyewa mobil atau motor di rental, selain itu anda juga bisa pergi ke tempat wisata lain karena anda yang mengemudikan sendiri. Saat itu saya menggunakan motor karena saya hanya berdua dengan teman saya saja. Kita bisa menemukan rental motor di sepanjang jalan Legian dengan harga terjangkau, hanya sekitar Rp50.000 – Rp80.000/hari. Bila Anda menyewa lebih dari 3 hari maka anda akan mendapat harga lebih murah. Jaminan pun hanya cukup KTP dan tinggalkan nomor telephone anda sudah bisa menyewa motor.
Alternatif lainnya bisa menggunakan jasa taxi yang ada disana tetapi mungkin cukup mahal bagi kamu yang ingin menghemat selama berpergian di Bali. Mungkin harga pp taxi bisa sama dengan anda menyewa mobil disana. Untuk biaya parkir kendaraan disana terjangkau, yaitu untuk bus Rp10.000,- Mobil Rp2.000,- dan motor Rp1.000,- serta area parkir di sini lumayan luas dan memiliki toilet umum.
Bagi yang memiliki niat untuk menginap dekat dengan Pura Uluwatu, dan memiliki budget lebih mungkin Anda bisa menginap di Puri Uluwatu Villas. Penginapan bintang 3 ini memiliki view serta fasilitas lengkap. Dengan harga Rp 1,106,405/night untuk domestik dan Rp1,229,339 untuk wisatawan asing, Anda sudah bisa menginap disana dengan banyak fasilitas. Fasilitasnya antara lain adalah kolam renang, Wi-fi tempat umum dan kamar, bar tepi kolam serta antar – jemput Bandara. Dari penginapan ini hanya butuh waktu 7-10 menit berjalan kaki sampai di Pura Uluwatu, selain itu Puri ini dekat juga dengan beberapa pantai seperti Pantai Bluepoint dan Pantai Dreamland (New Kuta) atau bisa juga menuju Garuda Wisnu Kencana.
Jalur menuju Pura Luhur Uluwatu dari Bandara, sumber: google maps
Selain Puri Uluwatu Villas, masih banyak lagi penginapan yang lumayan untuk merogoh kantong anda. Lokasinya pun masih di dekat Uluwatu dan Jimbaran, seperti Watermark Hotel & Spa Bali, Sari Segara Resort & Hotel, Kupu-Kupu Jimbaran – Beach Club & Spa L’OCCITANE, Ungasan Hotel Convention & Center, Flamingo Dewata Villas dan juga DenBukit Suite Jimbaran yang memiliki harga kamar mulai dari Rp500.000an/night hingga Rp3jutaan/night.
Itulah beberapa resort dan hotel yang cukup terkenal dan mewah. Tetapi jangan khawatir bagi travelers yang hanya memiliki kantong pas-pasan. Anda bisa menginap di daerah dekat Bandara yang memiliki harga cukup terjangkau. Misalnya Horison Jimbaran Hotel yang berada di Jl. Uluwatu 1 No 389, Kedonganan,, Jimbaran. Fasilitasnya juga sangat lengkap, mulai dari kolam renang, Wifi hingga antar - jemput Bandara. Harga kamarnya pun mulai dari Rp300.000,- hingga 1jutaan/night. Atau anda yang pergi backpaker seperti saya, maka saya sarankan untuk menginap di CT1 Penginapan Bed & Breakfast yang berada di Jalan Raya Tuban no 62, Kuta, Indonesia. Penginapan ini dekat dengan Joger dan juga Krisna sebagai pusat oleh-oleh di Bali. Walaupun hanya dengan fasilitas tempat tidur dan breakfast, penginapan ini cocok dengan anda yang ingin mengirit atau tidak ingin keluar uang banyak. Harganya mulai dari Rp150.000,- hingga 250.000,-/night. Lokasinya sangat strategis dekat dengan Bandara. Dari penginapan ini juga ke Pantai Kuta hanya berjalan kaki 10 menitpun sampai. Tidak jauh dari pusat jajanan atau beachwalkmall sertan banyak tempat jajanan di sekitarnya.

Wisata Kuliner

Bagi anda yang senang Wisata Kuliner, masih di daerah Pura atau tepatnya di area Parkir Pura, terdapat tempat makan yang cukup terkenal (saat itu saya tidak makan disana) yaitu Warung Nasi Ayam Kedewatan Uluwatu. Nasi kedewatan berasal dari desa Kedewatan Gianyar Bali. Nasi kedewatan adalah sejenis nasi campur berisi daging ayam serta disajikan bersama telur, lawar, sate lilit, dan sambal matah. Ciri khas dari nasi ayam kedewatan adalah dari rasa pedasnya. Lawar adalah campuran sayur, parutan kelapa, dan daging ayam. Ayam yang digunakan adalah ayam betina yang belum bertelur. Sate lilit adalah gilingan ikan laut yang dijadikan sate kemudian di bakar. Awal mulanya nasi kedewatan di jual dengan lauk telur pindang yang direbus dengan ramuan serai dan kunyit. Setelah 10 tahun menjual nasi dengan telur pindang Metri kemudian meningkat menjual nasi ayam. Nasi kedewatan berbeda dengan ayam betutu, ayam kare dan ayam goreng. Bumbunya menggunakan base genep. Yang terdiri dari lengkuas, kunyit, jahe, merica, ketumbar, cengkeh, kapulaga, mesui, jangu, bawang, kesuna atau bawang putih, dan serai. Semua bumbu tidak digiling atau ditumbuk, tapi dirajang halus diatas talenan, kemudian seluruh bumbu dimasukkan dalam rongga dada ayam yang dipotong tanpa membelahnya.
Selain itu di dekat area obyek wisata juga terdapat Cafe Uluwatu Indah yang berada di JL. Uluwatu, No. 2008, Pecatu Bali. Hanya 5menit setelah keluar dari area parkir. Jika kalian menyukai masakan western dan siap merogoh kantong lebih dalam maka kalian harus datang kesini, karena cafe ini termasuk tempat yang mewah serta favorit bagi wisatawan mancanegara. Menu andalannya adalah Lobster Saus Barbeque.
Bagi kalian yang menuju Jimbaran atau Kuta, Anda bisa mampir ke tempat Nasi Jinggo Simpangan Pak Alit dan Bu Kasih yang sudah ada sejak tahun 2002. Tempat makan ini berada di Banjar Simpangan Jl Uluwatu 109. Bukanya jam 7 malam sampai jam 1 pagi. Nasi jenggo (atau nasi jinggo) adalah makanan siap saji khas Bali yang dikemasan daun pisang dengan porsi kecil. Sebelum krismon tahun 1997, nasi jenggo dijual per porsi seharga Rp 1500,- (dalam bahasa Hokkien, jeng go memiliki arti "seribu lima ratus"). Kini, harga satu porsi nasi jenggo adalah sekitar Rp 2000,- sampai Rp 4000,-. Karena porsi nasi jenggo sangat sedikit, pembeli biasanya membeli nasi jinggo sebanyak beberapa bungkus agar dapat kenyang. Selain dijual di jalan, kini nasi jinggo menjadi sajian alternatif untuk berbagai upacara religius seperti ngaben, perayaan ulang tahun, dan rapat. Nasi jinggo disajikan dalam kemasan daun pisang. Isinya adalah nasi putih sekepalan tangan dengan lauk-pauk dan sambal. Lauk-pauk yang digunakan biasanya adalah sambal goreng tempe, serundeng, dan ayam suwir. Penjual nasi jinggo sekarang juga menjual nasi jinggo dengan nasi kuning, sementara lauknya divariasi dengan daging sapi atau babi. Selain itu, nasi jinggo juga bisa disajikan dengan mie goreng dan telur.
Menyusuri sejarah nasi jinggo, ternyata cukup unik dan sudah lumayan lama yaitu tahun 1980an. Menurut para penjual, nasi jinggo pertama kali dijual di Jalan Gajah Mada, Denpasar. Di tempat tersebut terdapat Pasar Kumbasari yang beraktifitas selama 24 jam. Banyak orang di pasar yang begadang dan perlu makanan pengganjal perut di malam hari. Penjual nasi jinggo pertama kali adalah sepasang suami-istri yang berjualan dari sore hingga malam. Kreasi mereka sangat disukai sehingga ini banyak penjual nasi jinggo, tidak hanya di Denpasar tetapi juga kota-kota lain di Bali, bahkan hingga di luar Pulau Bali seperti di Kediri.
Tidak ada yang tahu pasti darimana asal nama nasi jinggo berasal. Salah satu versi menyebutkan bahwa jinggo berasal dari bahasa Hokkien yang berarti "seribu lima ratus", sesuai dengan harga pasaran nasi jinggo sebelum krisis moneter di Indonesia. Versi lain menyebutkan nama jinggo berasal dari judul film "Djanggo" yang populer pada masa itu. Versi ketiga menyatakan bahwa nama Jenggo berasal dari kata "jagoan", yaitu para pengendara motor asli Bali. Nasi jinggo ini merupakan makanan favorit para pengendara motor tersebut sehabis plesiran malam.

Sentra Oleh-oleh

Dan saat ingin membawa oleh-oleh dari Bali, Anda tidak perlu repot karena banyak sekali tempat pusat oleh-oleh yang ada di Bali. Tetapi bila di Pura Uluwatu mungkin tidak ada benda atau souvenir yang khas Uluwatu yang bisa di bawa pulang. Tetapi kalian jangan bersedih karena masih ada pusat oleh-oleh lain yang cukup terkenal seperti Khrisna dan juga Joger. Apalagi yang seru adalah Krisna yang ada di Jalan Tuban, Kuta buka 24jam. Ya bagi kalian yang tidak sempat karena terlalu malam sampai penginapan, jangan khawatir! Disini kalian bebas datang jam berapa saja, saya saja pernah berkunjung ke Khrisna jam 1 pagi! Tetapi hanya di Krisna Tuban yang buka 24jam, di cabang lain seperti Sunsine Road jam buka hanya sampai jam 10 malam saja.
Jika yang terdekat adalah Nirmala Oleh-oleh Khas Bali yang berada di Jl. Raya Kampus Unud, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Buka dari jam 7 pagi hingga jam 10 malam. Nirmala Plaza terdapat baju, pie susu hingga makanan khas Bali lainnya. Selain itu ada juga tempat oleh-oleh lain seperto Agung Bali, Hawai Bali dan lainnya.
Omong-omong tentang Pie Susu Bali, saya ingin menceritakan sedikit tentang asal usul makanan yang terbuat dari susu dan telur ini. Sebenarnya sampai saat ini masih menjadi pertanyaan mengapa pie susu akhirnya menjadi oleh-oleh khas Bali, sementara pie susu sendiri sudah lebih dulu dikenal di luar negeri, dengan sebutan egg tart, seperti di Hongkong dan portugis.
Ya, egg tart yang ada di Hongkong bisa dibilang merupakan cikal bakal dari pie susu yang ada di Bali. Di Hongkong sendiri, pie susu ini diperkenalkan pada tahun 1940-an oleh Tengs Cha Chaan, dan mulai populer pada tahun 1960-an. Meski dianggap sebagai cikal bakal dari pie susu Bali, namun pie susu asal Hongkong juga dianggap sebagai adaptasi dari dari tart custard yang berasal dari Inggris. Apalagi Hongkong juga dulunya merupakan bekas jajahan dari Inggris. Pie susu dari Hongkong ini berbentuk layer (puff pastry) yang menjadi kulit luarnya dengan isi custard telur.
Sementara pie susu dari portugis dikenal dengan sebutan pastel de nata, yang juga dipercaya masuk ke Hongkong melalui koloni Portugis yang berada di Makau. Bedanya dengan pie susu Hongkong adalah kerak luarnya yang lebih berupa shortcrust pastry.
Pie Susu Bali dipercaya merupakan gabungan dari pie susu Hongkong dan Barat. Pie susu Bali memiliki kerak luar yang berupa shortcrust pastry dengan isian egg custard yang tidak terlalu tinggi sehingga lebih renyah dan tidak terlalu eneg karena terlalu tebal.
Sumber: dokumen pribadi
****

Pura Luhur Uluwatu adalah 1 dari 9 Pura penjuru mata angin yang menyeimbangkan Pulau Bali. Sudah memang seharusnya kita menjaga dan menghormati tempat suci nan luhur itu. Pariwisata berbasis budaya memang perlu untuk memperkenalkan Pura bukan hanya dari keindahannya saja tetapi juga dari nilai sejarah, religi, serta masyarakatnya.

Percaya atau tidak, tetapi memang sungguh Pura Luhur Uluwatu memiliki sebuah magis yang membuat siapa saja pasti ingin kembali lagi ke sana karena memiliki pemandangan sunset yang indah dan juga tempat yang sangat asri.  

DAFTAR PUSTAKA


·         http://tarikecakuluwatu.com/

14 comments:

  1. Artikel ini sangat bermanfaat memberikan wawasan tentang budaya, penjabaran berdasarkan pengalaman pribadi oleh saudara luthfi ini membuat pembaca menjadi tertarik untuk ketempat wisata tersebut.

    ReplyDelete
  2. Wah bagus fi, berdasarkan cerita pribadi ditambah beberapa sejarah yang menambah pengetahuan.. lanjut fi, ga kuy hahaha

    ReplyDelete
  3. Mantap !!!! Bisa jdi bahan referensi

    ReplyDelete
  4. Wah gue juga udh prnh kesini, tmptnya emg bagus.. tebingnya ituloh keren

    ReplyDelete
  5. Wah gue juga udh prnh kesini, tmptnya emg bagus.. tebingnya ituloh keren

    ReplyDelete
  6. Masha Allah cantiknya Indonesiaku. Thanks yaa informasinya. Jadi bisa nambah referensi buat liburan semester tahun ini. Selain bisa liburan melepaskan penat. Dengan membaca artikel ini saya jadi tahu sejarah2nya dari Pura Luhur Uluwatu yg bisa menambah wawasan saya juga

    ReplyDelete
  7. belom pernah ke sana, tapi dari ulasannya jadi tertarik hehe

    ReplyDelete
  8. Wah keren penulisannya dikemas dengan sangat rapih keren bisa tau semuanya dengan hanya membaca , thanks

    ReplyDelete
  9. baguss banget ka maullll. jadi kangen disana :(

    ReplyDelete
  10. wah pas kebali saya gk sempet kesanan. padahal ada tempat baggus lainnya

    ReplyDelete
  11. Bagus, jadi pengen kesana lg

    ReplyDelete
  12. Bisaaaa jadi referensi trip nih, info nyaaa menarik

    ReplyDelete
  13. Semua paparan diatas sangat menarik,dikemas sedemikian rupa menjadi penulisan yg bagus, Pemandangan, keindahan, budaya, tempat oleh-oleh disana cukup menarik, bisa dijadikan Referensi liburan semester ganjil nih �� Makasih info"nya ndut

    ReplyDelete
  14. Artikel yg luar biasa. Mengangkat topik kearifan lokal yg detail. Wajib dikunjungi saat berada di Bali! :')

    ReplyDelete