BADUY
Suku Baduy selalu memiliki keunikan tersendiri
yang membuat banyak orang berbondong-bondong untuk melihat kearifan lokal suku
Baduy. Budaya yang khas, alam yang masih terjaga, masyarakat Baduy yang masih
memegang teguh adat istiadatnya, membuat Baduy selalu dilirik oleh wisatawan.
Suku Baduy yang merupakan suku tradisional di
Provinsi Banten hampir mayoritasnya mengakui kepercayaan Sunda wiwitan.
kepercayaan ini yaitu meyakini adanya Allah sebagai “Sang Hyang Batara Tunggal” atau disebut pencipta alam semesta dan
melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi Adam sebagai leluhur yang mewarisi
kepercayaan turunan ini. Kepercayaan sunda wiwitan berorientasi pada bagaimana
menjalani kehidupan yang mengandung ibadah dalam berperilaku, pola
kehidupan sehari-hari,langkah dan
ucapan, dengan melalui hidup yang mengagungkan kesederhanaan (tidak
bermewah-mewah) seperti tidak mengunakan listrik,tembok, mobil dll.
Sunda wiwitan yaitu pada pemujaan kepada arwah nenek moyang
(animisme) yang pada perkembangan dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu, dan
Islam. kepercayaan sunda wiwitan masyarakat Baduy memiliki pikukuh atau
ketentuan adat mutlak yang dianut. Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanékés tersebut adalah konsep "tanpa
perubahan apapun", atau perubahan sesedikit mungkin.
Dalam kemasyarakatan Baduy seperti halnya
orang Islam, mereka juga dsunat, percaya adanya hidup, mati, sakit, dan nasib,
yang semua itu berada pada kekuasaan Sang
Hyang Batara Tunggal. Berikut
pembahasan tentang pemulasaraan jenazah dan mendoakan arwah di masyarakat Suku
Baduy :
Kematian
Pengertian
Pemulasaraan :
Asal kata dari Pusara, Pusara
adalah kubur, jadi sebelum di kuburkan, maka jenazah di rawat; di bersihkan,
dimandikan, dikafani dan di shalatkan ( Pemulasaraan = sebelum dikubur, jenazah
di pemulasarai).
Menurut kamus Bahasa Indonesia
arti dari Pemulasaraan (perawatan, merawat) jenazah adalah perawatan jenazah
yang meliputi kegiatan memandikan,mengkafani, menyembahyangi, dan pemakaman
jenazah.
Dalam masalah
kematian orang Baduy berpendapat bahwa apabila manusia telah sampai pada
ajalnya, rohnya akan kembali kepada Sang Pencipta yakni Batara Tunggal. Dalam keyakinannya merekapun mempunyai nabi, yaitu
Nabi Adam. Di samping kepercayaan kepada Batara
Tunggal.
Pemulasaraan
Jenazah dan Mendoakan Arwah di masyarakat Baduy :
Masyarakat suku
Baduy juga memiliki istiadat pada setiap masa, baik itu pada masa tanam, panen,
hari besar, siklus manusia (kelahirran, pernikahan, kematian), dan lain-lainnya.
Ketika ada salah satu masyarakat Baduy yang meninggal dunia, masyarakat tidak
membuat suasanan hiruk-pikuk atau tangisan. Justru suasananya tenang dan tertib
sambil diiringi dengan kegiatan pengurusan jenazah sebagai tanda duka mereka. Dalam
kosakata mereka dikenal istilah kaparupuhan
(kehilangan) untuk peristiwa kematian dan ngahiyang
(mendiang). Pengurusan jenazah orang Kanékés dilakukan oleh orang khusus yang
jabatannya panghulu. Ia dipandang
dapat membersihkan si mati dari dosa-dosa yang melekat pada tubuhnya.
Proses pemakaman
berlangsung singkat. Pertama-tama jenazah itu dimandikan akan dibungkus kain
putih dan dimandikan dengan air bersih di tempat pemandian setinggi dada,
kemudian dibungkus dengan kain kafan, selanjutnya dikuburkan di tempat khusus.
Keberangkatan jenazah ke kuburan dipimpin oleh jaro tangtu dan diiringi ceurik
panglayungan (tangisan jenazah) yang dilakukan salah seorang anggota
keluarga si mati. Jenazah orang Kanékés dikuburkan arah barat-timur dengan
kepala di hadapkan ke arah barat dan kaki kea rah timur (mengikuti arah
matahari terbenam). Posisi penguburannya berbaring dengan wajah menghadap ke utara.
Setelah mayat
tersebut dikuburkan maka masyarakat Kanekes pun menutupnya dengan meratakan
kembali tanah tersebut seperti awal tanah tersebut di gali, tidak ada gundukan,
papan nama, atau pohon yang ditanam untuk menandakan bahwa itu adalah kuburan.
Upacara kematian
diadakan pada hari pertama, ketiga, dan ketujuh. Pada hari ketiga, akan
diadakan selametan. Pada hari
ketujuh, kuburan tetap dirawat. Yang menjadi unik adalah setelah kuburan
kembali benar-benar menjadi rata, daerah itu boleh diinjak-injak dan bahkan
bisa digunakan sebagai lading atau artinya dapat difungsikan kembali sebagai
lahan biasa.
Lalu apabila
keluarga akan berziarah, maka cukuplah mendoakannya hanya dari rumah
mereka. Masyarakat Kanekes melakukan hal tersebut bukan tanpa dasar, masyarakat
Kanekes melakukan pola penguburan tersebut karena mereka berpegang teguh pada
apa yang nenek moyang mereka ajarkan yakni :
“Neda Agungna Parahun, neda Panjangna Hampura,
bisi nebuk sisikuna, bisi nincak lorongannana – lojor teu meunang dipotong,
pondok teu meunang disambung, nu enya ku dienyakeun, nu henteu kudu
dihenteukeun”
“ ….
– panjang jangan dipotong, pendek jangan disambung, yang benar
dilakukan, yang tidak benar jangan dilakukan”
Pada intinya
masyarakat Kanekes sangat menghormati apa yang Tuhan telah berikan kepada
mereka, mereka benar-benar memegang anggapan bahwa mereka tidak punya hak untuk
merusak apa yang telah Tuhan mereka ciptakan, mereka sangat menghormati semesta
alam jadi dengan mereka menggali tanah pun sebenarnya mereka telah melukai
alam, maka apa yang telah ada di alam ini harus tetap sama seperti itu. Jadi
ketika penguburan tersebut, jika mereka tambahkan dengan gundukan atau patokan
seperti batu atau pohon, artinya mereka telah merubah apa yang telah ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Ribka
Hotma Gabe
Program
Studi Usaha Jasa Pariwisata – Universitas Negeri Jakarta 2014
Fakultas
Ilmu Sosial
Ciye gabe ciye~~~
ReplyDeleteGreat info! Memang saat ini masih sedikit informasi mengenai kehidupan masyarakat asli suku Baduy. Apalagi dengan beberapa kebiasaan mereka yang berbeda jauh sekali dengan masyarakat perkotaan.
ReplyDeleteApa yang sudah saudari sampaikan melalui essai ini cukup menarik dimana saudari mempublikasikan tentang budaya Baduy. Akan tetapi, perlu diperhatikan lagi dari sisi ketatabahasaan yang mana banyak huruf kapital, dalam kurung, dll.Kemudian usahakan ke depan lebih spesifik lagi dalam menerangkan apa yang mau dipublikasikan dari Suku Baduy, apakah budaya pemakamannya? atau yang lain? Keseluruhan saya suka membacanya. YC.
ReplyDeleteTerimakasih share informasinya. Banyak hal yang masih belum kita ketahui tentang kehidupan dan kebudayaan Suku Baduy. Semoga dalam artikel selanjutnya bisa menyampaikan informasi tentang Suku baduy lebih spesifik dan terperinci. Terimakasih, semangaaatt:)
ReplyDeleteSungguh menarik suku baduy setelah membaca artikel anda ini. Banyak keunikan yang tidak saya ketahui mengenai suku baduy. Terimakasih atas pengetahuan sosial ini.
ReplyDeleteTerima kasih untuk infonya, sangat bermanfaat. Ditunggu ya tulisan selanjutnya :)
ReplyDeleteTerimakasih infonya
ReplyDeleteArtikel yang bagus☺
ReplyDeleteDitunggu info menarik lainnya dari suku baduy yaa di artikel selanjutnya. Sukses untukmu!☺
Menarik sekali, membahas upacara kematian suku baduy, diceritakan dengan sangat spesifik. Good Luck ya
ReplyDeletesunggu sangat menarik sekali artikel tentang suku baduy ini, semoga bisa lebih dikupas lagi ya tentang keunikan" lainnya dari suku baduy, semangat dan sukses!
ReplyDeleteWow, upacara kematian di suku baduy ternyata seperti itu. Unik banget dan keren sekali adat istiadat di suku baduy ya. Makasih penulis atas infonya yg sgt membantu :)
ReplyDeleteTerima kasih atas infonya yang sangat lengkap ini.
ReplyDeleteTerima kasih atas infonya yang sangat lengkap ini.
ReplyDeleteterima kasih untuk informasinya yaaa .. sangat bermanfaat ������
ReplyDeleteWalaupun Suku Baduy merupakan suku yang terisolasi dari dunia luar, tapi ada satu hal baik yang perlu kita tiru dari cara hidup mereka yaitu tentang kesederhanaan.
ReplyDeleteMakasih untuk infonya.. :)
Terima kasih infonya. Memang masih sedikit sekali informasi tentang suku baduy ini. Sukses selalu :)
ReplyDeleteArtikel yang menarik, suku baduy adalah salah satu suku yang unik di Indonesia
ReplyDeleteDitunggu artijel selanjutnya
Sukses buat Ribka Hotma Gabe
Makasih banget atas infonya, lebih tau lagi tentang indonesia:)
ReplyDeleteBaru tau tentang adat acara kematian suku baduy...terimakasih ya buat info ini:)
ReplyDeleteWaw jadi pingin ke baduy
ReplyDeleteWii gitu tohh budaya suku baduy..tambahin fotonya dong biar ga penasaran dengan suasana di suku2 baduy sana;)
ReplyDeleteBagus banget artikelnya 😊
ReplyDelete