Monday, January 4, 2016

T3_Berliana Indah Rena_Pariwisata Sejarah dan Budaya Indonesia



Pariwisata Sejarah Dan Budaya Kampung Bena, Flores

Hallo semua apa kabar? Perkenalkan nama saya Berliana Indah Renata, kalian dapat memanggil dengan Berliana. Mahasiswa Usaha Jasa Pariwisata Universitas Negeri Jakarta yang sekarang sudah berumur 19 tahun :D. Sebelumnya mungkin kalian sudah mengenal saya dari postingan tahun lalu saat saya berbagi cerita tentang pengalaman selama memandu wisata (Guiding). Nah izinkan saya sekarang untuk menceritakan kembali salah satu kekayaan budaya Indonesia.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala anugerah dan rahmatNya kepada kita semoga kita selalu dalam perlindunganNya serta selalu dalam keadaan bersyukur. Tanpa pertolonganNya mungkin tulisan ini tidak terselesaikan dengan baik karena telah melewati beberapa hambatan. Postingan ini saya buat untuk menambah wawasan tentang salah satu  wilayah kampung tradisional yang ada di negeri kita sendiri, yaitu saya akan membahas tentang Pariwisata Dan Budaya di Kampung Bena, Flores. Walaupun postingan ini masih memiliki banyak kekurangan maka saya dengan senang hati menerima saran dan kritik dari para pembaca yang meluangkan sedikit waktunya untuk membaca postingan ini. Terima kasih.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, bahasa. Sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu telah dipelajari.
Pulau Flores sendiri merupakan bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini dibagi menjadi delapan kabupaten dari barat ke timur sebagai berikut: Manggarai Barat dengan ibukota Labuan Bajo, Manggarai dengan ibukota Ruteng, Manggarai Timur dengan ibukota Borong, Ngada dengan ibukota Bajawa, Nagekeo dengan ibukota Mbay, Ende dengan ibukota Ende, Sikka dengan ibukota Maumere,Flores Timur dengan ibukota Larantuka dan kabupaten lembata dengan ibukota lewoleba.
Flores dari bahasa Portugis yang berarti "bunga" berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Flores termasuk dalam gugusan Kepulauan Sunda Kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah sekitar 14.300 km². Penduduk di Flores, pada tahun 2007, mencapai 1,6 juta jiwa. Puncak tertinggi adalah Gunung Ranakah (2350 m) yang merupakan gunung tertinggi kedua di Nusa Tenggara Timur, sesudah Gunung Mutis, 2427 m di Timor Barat. Pulau Flores bersama Pulau Timor, Pulau Sumba dan Kepulauan Alor merupakan empat pulau besar di Provinsi NTT yang merupakan salah satu provinsi kepulauan di Indonesia dengan 566 pulau. Flores, dengan luas, jumlah penduduk dan sumber daya baik alam maupun manusia yang dinilai cukup memadai, kini tengah mempersiapkan diri menjadi sebuah provinsi pemekaran di NTT.
Di ujung barat dan timur Pulau Flores ada beberapa gugusan pulau kecil. Di sebelah timur ada gugusan Pulau Lembata, Adonara dan Solor, sedangkan di sebelah barat ada gugusan Pulau Komodo dan Rinca. Sebelah barat pulau Flores, setelah gugusan pulau-pulau kecil tersebut, terdapat pulau Sumbawa (NTB), sedangkan di sebelah timur setelah gugusan pulau-pulau kecil tersebut, terdapat kepulauan Alor. Di sebelah tenggara terdapat pulau Timor. Di sebelah barat daya terdapat pulau Sumba, di sebelah selatan terdapat laut Sawu, sebelah utara, di seberang Laut Flores terdapat Sulawesi. Suku bangsa Flores adalah percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis. Dikarenakan pernah menjadi Koloni Portugis, maka interaksi dengan kebudayaan Portugis sangat terasa dalam kebudayaan Flores, baik melalui genetik, agama, dan budaya.
Di Flores sendiri terkenal dengan banyaknya flora dan fauna yang unik berasal dari daerah itu Flores memiliki satu dari sekian satwa langka dan dilindungi di dunia yakni Varanus komodoensis atau lebih dikenal dengan Biawak raksasa. Raptil ini hidup di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, keduanya berada di Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat. Selain Pulau Komodo dan Pulau Rinca yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Flores juga memiliki satu Taman Nasional lagi yang terletak di Kabupaten Ende, yakni Taman Nasional Kelimutu. Daya tarik utama Taman Nasional Kelimutu adalah Danau Tiga Warna-nya yang selalu berubah warna air danaunya.
Akan tetapi sesungguhnya di dalam Kawasan Taman Nasional Kelimutu itu tumbuh dan berkembang secara alami berbagai jenis spesies tumbuhan dan lumut. Oleh karena itu pada awal tahun 2007, pihak pengelola Taman Nasional Kelimutu melai mengadakan identifikasi terhadap kekayaan hayati TN Kelimutu untuk kemudian dikembangkan menjadi Kebun Raya Kelimutu. Jadi, nantinya para wisatawan yang datang ke Kawasan Wisata Alam Kelimutu, selain dapat menikmati keajaiban Danau Tiga Warna, juga dapat mengamati keanekaragaman hayati dalam Kebun Raya Kelimutu.
Di Mataloko, Kabupaten Ngada terdapat sumber panas bumi yang saat ini sedang dikembangkan menjadi sumber listrik. Di Soa, sebelah timur kota Bajawa, ibu kota kabupaten Ngada terdapat tempat pemandian air panas alami. Banyak turis asing yang datang ke sana. Di Riung, utara kabupaten Ngada, terdapat taman laut 17 Pulau yang seindah Taman laut Bunaken di Manado. Yang unik dari taman laut ini adalah terdapat sebuah pulau yang bernama pulau Kelelawar yang menjadi tempat tinggal ribuan kelelawar.
Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km dari selatan Bajawa. Kabupaten Ngada sendiri adalah sebuah kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupatennya adalah Bajawa. Luas wilayah 3.037,9 km² dengan jumlah penduduk ± 250.000 jiwa. Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar, yaitu Suku Nagekeo, Suku Bajawa dan Suku Riung. Masing-masing suku ini mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini, seperti rumah adat, bahasa yang berbeda satu sama lainnya, tarian, pakaian adat dan lain-lain.
Perkampungan Desa Tradisional Kampung Bena, Flores
 Kampung Bena ini terletak di puncak bukit dengan pemandangan gunung Inerie. Keberadaannya di bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama pemuja gunung sebagai tempat para dewa. Menurut penduduk kampung ini, mereka meyakini keberadaan Yeta, yaitu dewa yang bersinggasana di gunung ini yang melindungi kampung mereka. Kampung ini saat ini terdiri kurang lebih 40 buah rumah yang saling mengelilingi. Badan kampong ini tumbuh memanjang, dari utara ke selatan. Pintu masuk kampung hanya dari utara saja. Sementara ujung lainnya di bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
Kampung Bena ini juga sudah masuk dalam daerah tujuan wisata Kabupaten Ngada. Ternyata kampung ini menjadi langganan tetap wisatawan dari Jerman dan Italia. Ditengah-tengah kampung atau lapangan terdapat beberapa bangunan yang mereka menyebutnya bhaga dan ngadhu. Bangunan bhaga bentuknya mirip pondok kecil (tanpa penghuni). Sementara ngadhu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat.
Kampung tradisional bernama Bena ini harus menjadi salah satu tujuan wajib saat kalian mengunjungi Pulau Flores. Di sini waktu seakan terhenti dimana kehidupan dari masa zaman batu masih dapat kalian nikmati dan resapi bersama keramahan penduduknya yang mengesankan dengan senyum di mulut dan gigi yang berwarna merah karena mengkonsumsi sirih pinang. Bukankah sangat menarik untuk menikmati kemewahan dan kemegahan salah satu warisan budaya nusantara yang mengagumkan di kampung Bena?
Berada dan berporoskan pada Gunung Inerie (2245 mdpl) yang masih dalam status aktif. Gunung ini nampak hijau kekuningan karena sebagian besar berupa lahan gundul, walau masih menyisakan hutan di bagian puncaknya. Gunung ini akan tampak seperti segitiga sempurna dengan sisi yang rapi jika kita melihatnya dari lokasi tertentu (persis seperti lukisan anak TK yang biasa menggambar gunung berbentuk segitiga dengan penggaris). Gunung Inerie terakhir meletus pada tahun 1970. Gunung berapi ini menjadi penting bagi masyarakat Bena, karena mereka meyakini bahwa Zeta yaitu dewa pelindung mereka tinggal di gunung tersebut. Tetapi ada beberapa info bahwa gunung ini memiliki hutan lebat di sebelah baratnya saja. Sementara itu, di lereng bagian selatannya berupa perkebunan. Bagi warga Bena Gunung Inerie dianggap sebagai hak mama (Ibu) dan Gunung Surulaki dianggap sebagai hak bapa (Ayah).
Kampung Bena di Bajawa adalah salah satu dari desa tradisional Flores yang masih tersisa karena meninggalkan jejak-jejak budaya megalitikum yang mengagumkan. Desa ini lokasinya hanya 19 km dari kota Bajawa di Pulau Flores. Kota Bajawa yang terletak di cekungan seperti sebuah piring yang dipagari barisan pegunungan. Kota ini sudah banyak dikunjungi wisatawan apalagi cuacanya cukup dingin, sejuk, dan berbukit-bukit, mirip seperti di Kaliurang, Yogyakarta. Mayoritas penduduk kampung Bena adalah penganut agama katolik karena terdapat Gua Maria diujung deretan pemukiman daerah tersebut, akan tetapi mereka tetap menjalakan kepercayaan leluhur termasuk adat dan tradisinya. Umumnya penduduk Bena, pria dan wanita, memiliki mata pencaharian sebagai peladang dengan kebun-kebun yang menghijau tumbuh di sisi-sisi ngarai yang mengelilingi kampung . Tetapi untuk kaum wanita masih ditambah juga dengan kegiatan bertenun, itulah nilai-nilai tradisi dan gaya hidup tradisional menjadi yang menjadi daya tarik kampung ini. Selama turun temurun mereka mewariskan adat dan tradisi nenek moyang termasuk mewariskan keahlian menenun bagi tiap wanita yang tinggal di sana. Pemandangan wanita menenun di teras rumah panggung di kampung Bena adalah pemandangan lazim yang kita temui. Mereka menenun menggunakan teknik tradisional dan menjual hasil tenunannya dangan menggantungkannya di muka rumah. Harganya yang ditawarkan sangat wajar jika kita menilik proses pengerjaannya yang masih handmade dan memakan waktu lama.
Wanita Kampung Bena yang sedang bertenun
Pada awalnya hanya ada satu klan di kampung ini yaitu klan Bena. Setiap suku (klen) memiliki rumah keluarga inti, ”Sao Meze”. Nenek moyang perempuan disebut ”sao saka pu’u”, dengan miniatur tusuk rambut di atas atap rumah dan dengan kelapa muda berukuran kecil. Rumah inti nenek moyang laki-laki disebut ”sao saka lobo”, dengan tampilan patung pria berbalut ijuk, di mana tangan sambil memegang parang dan tombak. Perkawinan dengan suku lain melahirkan klan-klan baru yang sekarang ini membentuk keseluruhan penduduk kampung Bena. Oh iya dan perlu diketahui kampung Bena ini sama sekali belum tersentuh oleh kemajuan teknologi.
Kehidupan di Kampung Bena dipertahankan bersama budaya zaman batu yang tidak banyak berubah sejak 1.200 tahun yang lalu. Di sini ada 9 suku yang menghuni 45 unit rumah, yaitu: suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Pembeda antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah. Setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Rumah suku Bena sendiri berada di tengah-tengah. Karena suku Bena dianggap suku yang paling tua dan pendiri kampung itu maka karena itu pula dinamai dengan Bena.
Saat ini Kampung Bena dihuni 326 jiwa dalam 120 keluarga. Akan tetapi, ikatan adat dari kampung ini lebih luas lagi karena ada ribuan jiwa lainnya yang merupakan keturunan warga Bena bermukim di luar kampung adat.Warga kampung Bena menganut sistem kekerabatan dengan mengikuti garis keturunan pihak ibu atau matriakat. Lelaki kampung Bena yang menikah dengan wanita suku lain maka akan menjadi bagian dari klan istrinya. Khusus untuk wanita di Bena mereka wajib untuk memiliki keahlian menenun dengan bermotifkan kuda dan gajah sebagai ciri khasnya.
Untuk petualang dan pendaki berdatangan ke Gunung Inerie saat musim kemarau (antara Juni hingga Agustus). Dari atas puncaknya terlihat pemandangan indah dari segala arah termasuk kota Bajawa di sebelah barat laut. Di bagian selatan terlihat birunya Laut Sawu yang menempel rapat di kaki gunung ini.Tahun 1882 dan 1970 Gunung Inerie pernah meletus dan kini meninggalkan jejak keindahan dan kemegahannya dengan bumbu tanah subur di sekilingnya. Coba bayangkan bagaimana ukuran batang bambu yang tergolong sangat besar tumbuh di sekitarnya gunung ini.
Di sini dapat kalian puaskan untuk mengamati berhamparan bebatuan megalith tertata untuk upacara adat dengan formasi yang memukau.Temukan kemewahan dan kemegahan budaya dari zaman batu dipertontonkan.Warga Bena sejak dahulu menganggap bahwa gunung, batu, dan hewan-hewan harus dihormati sebagai bagian dari kehidupan.
Saat kalian menjejakkan kaki di beranda depan Kampung Bena maka tersaji pemandangan rumah adat beratap serat ijuk berjejeran nampak berumpak-umpak. Badan kampung memanjang dari utara ke selatan dengan pintu masuk kampung hanya dari utara.Di ujung lainnya di bagian selatan adalah puncaknya sekaligus tepian tebing terjal.
Kampung Bena memiliki panjang 375 meter dan lebar 80 meter. Setidaknya ada lebih dari 45 rumah yang mengelilingi perkampungan ini ditemani keaslian budaya megalit. Disini dapat terlihat 9 tingkat ketinggian tanah di kampung ini sekaligus  membedakan 9 suku yang mendiaminya dan setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian tertentu.
Arsitektur bangunannya masih sangat sederhana yang hanya memiliki satu pintu gerbang untuk masuk dan keluar, Menurut catatan Pemerintah Kabupaten Ngada, Kampung Bena diperkirakan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu. Hingga kini pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Dimana masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Bangunan arsitektur Bena tidak hanya merupakan hunian semata, namun memiliki fungsi dan makna mendalam yang mengandung kearifan lokal dan masih relevan diterapkan masyarakat pada masa kini dalam pengelolaan lingkungan binaan yang ramah lingkungan.
Rumah keluarga inti laki-laki dinamakan sakalobo, berupa patung pria di atas rumah yang memegang parang dan lembing.Sementara itu, rumah keluarga inti perempuan disebut sakapu’u. Anda juga akan melihat banyak tanduk kerbau, rahang dan taring babi dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena. Tanduk, rahang, dan taring babi tersebut berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan oleh masing-masing suku saat upacara adat.
Ngadhu berdiri di depan setiap rumah adat dimana bangunan ini menjadi simbol nenek moyang laki-laki. Ngadhu adalah rumah berpayung dengan satu tiang kayu yang diukir, akar kayu tersebut harus dibuat bercabang dua dan ditanam dengan darah babi atau ayam.Ngadhu yang beratap serat ijuk ini memiliki tiang tunggal dari jenis kayu khusus yang keras karena berfungsi juga sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika upacara adat.
Seperti juga ngadhu yang berdiri di halaman depan rumah adat Flores, bagha adalah simbol nenek moyang perempuan. Bhaga berupa miniatur rumah adat yang dipersiapkan untuk menerima laki-laki yang menikahi wanita di kampung ini.Setiap rumah adat ditandai dengan ukiran (weti) dan di atapnya terdapat senjata yang berguna untuk melindungi penghuninya dari roh-roh jahat.Miniatur bhaga juga memiliki makna sebagai motivasi hidup bagi anak-anak mereka dan sebagai pengingat bahwa kemanapun mereka pergi maka harus tetap diingat bahwa kampung ini adalah tempat asal mereka. Karena ada 9  suku di Kampung Bena maka terdapat sembilan pasang ngadu dan bagha.
Di tepi paling atas tepat di ujung tertinggi Kampung Bena orang tidak akan mengira ada sebuah tempat yang menyajikan panorama mengagumkan. Dari atas bukit ini jurang mengaga menjembatani rentetan gunung dan Laut Sawu di sebelah kanannya.Pastikan Anda berfoto dengan latar yang luar biasa tersebut.
Mengunyah pinang dan sirih muda dipadu kapur barus adalah kebiasaan sehari-hari yang diwariskan dari nenek moyang mereka. Mengunyah ramuan ini akan memberi rasa segar dengan bonus jejak warna merah di gigi. Memamah sirih pinang tidak mengenal waktu, kegiatan tersebut dapat dilakukan pagi, siang, sore bahkan malam hari. Percampuran antara daun sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit tembakau menghasilkan residunya berupa ludah yang berwarna merah dan sisa-sisa serat dari buah pinang. Rasanya tidaklah manis tetapi pengalaman mencicipinya bisa jadi menorehkan pengalaman termanis saat Anda berkunjung ke Kampung Bena.
Kemiri (Aleuritis molucana) yang dijemur adalah pemandangan yang pasti akan Anda temukan di Bena. Warga Kampung Bena mengolah biji kemiri yang mengandung racun ringan dengan memanaskan tanpa minyak atau air hingga biji hangat. Pemanasan alami dengan menjemurnya di bawah terik Matahari akan menguraikan toksin. Bijinya kemiri dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah dan minyak yang diekstrak dari bijinya dapat digunakan sebagai bahan campuran cat.
Nilai yang dapat kita diketahui bahwa masyarakat Bena tidak mengeksploitasi lingkungannya yaitu lahan pemukiman yang dibiarkan sesuai kontur asli tanah berbukit. Bentuk kampung Bena menyerupai perahu karena menurut kepercayaan megalitik perahu dianggap punya kaitan dengan wahana bagi arwah yang menuju ke tempat tinggalnya. Namun nilai yang tercermin dari perahu ini adalah sifat kerjasama, gotong royong dan mengisyaratkan kerja keras yang dicontohkan dari leluhur mereka dalam menaklukkan alam mengarungi lautan sampai tiba di Bena. Dan pada tahun 1995 Kampung Bena telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
Oh iya ada salah satu kegiatan kampung Bena, yaitu pesta adat yang dinamakan Reba. Reba dilangsungkan pada akhir Desember atau awal Januari. Dahulu pesta ini diadakan minimal 1 minggu dengan mengorbankan hewan ternak sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, kini pesta tersebut tidak boleh lebih dari 3 hari karena pemerintah membatasi jumlah hewan ternak yang dikorbankan, dan jangan tinggalkan sampah di tempat ini tetapi bawalah cerita dan kenangan, lalu apresiasi karya tenunan luar biasa dari warga Bena yang digantung di depan rumah mereka. Kalian dapat melakukan tawar menawar dalam jual belinya untuk menemukan harga yang wajar dan sesuai.
Untuk transportasi yang dapat diakses menuju kesana, kalian dapat menyewa kendaraan untuk berkeliling di Bajawa. Lokasi Kampung Bena sekira hanya 19 km dari kota Bajawa. Pemandangan menuju Kampung Bena diperkaya titik-titik indah panorama alam. Jangan sungkan untuk meminta supir agar memberitahu sudut-sudut yang bagus untuk mengabadikan keindahan alamnya dengan kamera kalian. Dan perlu diketahui beberapa dari Kampung Bena ialah ada kesepakatan tidak tertulis agar warga kampung Bena tidak mengganggu wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Akan tetapi, itu jadinya membosankan. Karenanya, kita harus mampu memberanikan diri menyapa mereka dan nantikan senyum dan keramahan berbinar dari wajah-wajah yang santun itu.
Nah demikianlah sedikit informasi tentang pariwisata sejarah dan budaya Kampung Bena di Flores, ternyata Indonesia benar-benar memiliki kekayaan budaya dan alam yang luar biasa bukan? Selain bersyukur kepada Tuhan atas segalanya yang ada di Indonesia ini, marilah kita sama-sama melestarikan dan ikut menjaga kekayaan dari budaya negri sendiri. Dan kiranya pemerintah daerah maupun lembaga lainnya di Indonesia dapat memperhatikan dengan baik kampung tradisional maupun kampung adat lainnya selain Kampung Bena. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ini, saran dan kritik apapun sangat bermanfaat sekali. Terima kasih.

 Berliana Indah Renata
4423143960
UJP 2014 (B)


berlianaindah1@gmail.com
facebook/path : Berliana Indah Renata
ig/skype : berlianair

Daftar Pustaka

No comments:

Post a Comment