Monday, January 4, 2016

Tugas3 - Wisata Budaya Papua

Keindahaan Indonesia Bagian Timur 

Papua memang memiliki daya tarik dan eksotisme tersendiri.Selain memiliki pemandangan yang luar biasa sebagai pemanja mata, provinsi paling ujung Indonesia ini juga memiliki keunikan dari suku yang bermukim di dalamnya.Salah satunya adalah Suku Dani.Secara geografis, suku dani mendiami sebuah wilayah pegunungan tengah papua, atau lebih tepatnya di Lembah Baliem, Wamena, Papua.Letaknya yang berada di pegunungan tinggi dengan sebagian puncaknya yang diselimuti salju serta lembah yang luas menjadikan daerah tempat bermukimnya suku dani beriklim tropis basah.Suhu udara di wilayat tersebut rata-rata 17 derajat Celcius.

Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu.Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan.Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.

Kemudian penyidik asal Amerika Serikat yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1935.kemudian juga telah diketahui bahwa penduduk Suku Dani adalah para petani yang terampil dengan menggunakan kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa dibawa ke para misionaris yang membangun pusat Misi Protestan di Hetegima sekitar tahun 1955. Kemudian setelah bangsa Belanda mendirikan kota Wamena maka agama Katholik mulai berdatangan.
Meskipun banyak orang menyebut mereka dengan sebutan Suku Dani, namun orang Suku Dani sendiri menyebut mereka sebagai Suku Parim.Suku Dani atau Suku Parim ini termasuk suku yang masih memegang teguh kepercayaan mereka.Salah satunya adalah selalu memberi hormat pada orang-orang yang sudah meninggal. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengadakan upacara serta penyembelihan babi.

Suku Dani juga merupakan salah satu suku di Papua yang masih mengenakan Koteka yang terbuat dari kunden kuning.Para wanitanya pun masih menggunakan pakaian berjuluk wah yang berasal dari rumput/ serat dan tinggal di Honai-Honai (sebuah gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).

pakaian adat suku dani


rumah honai


Sebagian masyarakat Suku Dani sudah memeluk agama Kristen, akibat pengaruh misionaris Eropa yang pernah datang ke lokasi tersebut sekitar tahun 1935.Kendati demikian Suku Dani masih memiliki kepercayaan adat yang lebih dikenal dengan konsep yang dinamakan Atou yang dipercaya bahwa segala kesaktian yang dimiliki oleh para leluhur suku Dani diberikan secara turun temurun kepada kaum lelaki. Kesaktian tersebut antara lain kesaktian menjaga kebun, kesaktian mengobati atau menyembuhkan penyakit sekaligus menghindarinya, serta kesaktian untuk memberi kesuburan pada tanah yang digunakan untuk bercocok tanam. Suku Dani juga memiliki simbol yang mereka namakan Kaneka.Lambang tersebut dipakai saat upacara tradisi yang bersifat keagamaan.

Hubungan Keluarga Suku Dani
  1. Budaya suku Dani dalam menjalani hubungan antar masyarakat menggunakan sistem yang terbagi dalam tiga jenis tingkat hubungan kekeluargaan, yaitu :
  2. Hubungan kekeluargaan yang paling kecil. Meliputi sebuah kumpulan yang terdiri dari dua sampai tiga keluarga yang secara bersama-sama tinggal di sebuah komplek yang ditutup dengan pagar. Sistem ini dinamakan ukul atau klan yang kecil.
  3. Hubungan antar suku Dani yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok ukul. Hubungan ini diberi nama ukul oak atau ukul besar.
  4. Hubungan teritorial, yaitu kesatuan dari teritorial paling kecil suku Dani. Merupakan gabungan dari ukul besar yang diberi nama uma. Kelompok ini selalu dipimpin oleh laki-laki.
Memilih Pemimpin Suku Dani

Agar selalu hidup secara rukun dan damai dengan menjunjung semangat kebersamaan, orang suku Dani membuat semacam organisasi yang diketuai oleh kepala suku. Dia dipilih secara turun temurun dan mendapat panggilan Ap Kain. Untuk menjalankan tugasnya, Ap Kain dibantu oleh tiga kepala suku yang lain di bawah kedudukannya. Mereka ini mendapat julukan Ap Menteg, Ap Horeg dan Ap Ubaik. Tugas mereka adalah mengurus perawatan kebun dan binatang ternak babi.Selain itu juga menjadi penengah sekaligus hakim ketika ada perselisihan antar suku Dani.
Meski dipilih melalui jalur keturunan, ketua suku yang terpilih tetap harus memenuhi berbagai syarat. Antara lain adalah memiliki pengetahuan tinggi tentang ilmu pertanian, ramah dan rendah hati, terampil berburu, punya nyali yang tinggi, bisa melakukan komunikasi dengan baik dan punya keberanian tinggi untuk melakukan perang ketika ada masalah dengan suku lain.

Meskipun sebagian telah menganut agama Kristen, namun suku yang tinggal di hutan-hutan dengan iklim tropis yang sangat kaya akan flora dan fauna ini masih melakukan serangkaian upacara adat, salah satunya adalah Rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara adat yang dilakukan untuk menghormati para leluhur. Di Rekwasi, para prajurit biasanya akan membuat tanfa dengan lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bunga-bungaan di bagian tubuh mereka. Saat melakukan upacara ini, para peserta juga melengkapi dirinya dengan senjata tradisional seperti tombak, kapak, parang, dan juga busur beserta anak panahnya.



Selain dari kepercayaan diatas, penduduk suku dani dikenal masih memikili adat tradisional yang boleh dibilang cukup ekstrim, yakni tradisi potong jari. Meski tradisi tersebut sekarang telah dilarang, namun bekas pelaksanaan tradisi tersebut masih dapat kita lihat dari kaum wanita suku dani yang telah berusia lanjut, dimana sebagian besar dari mereka tidak memiliki ruas jari lengkap karena telah dipotong.Tradisi potong jari kaum suku dani merupakan sebuah simbol dari kepercayaan yang mereka yakini, yakni sebagai perwujudan rasa sedih,kehilangan,dan penyesalan dari penduduk suku dani ketika ada salah satu anggota keluarganya yang meninggal

tradisi potong jari
Masih terkait dengan keunikan dan kekhasan kaum suku dani, salah satu hal yang cukup dikenal adalah kebiasaan mereka mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan atau kisah-kisah sedih untuk menyemangati dan juga perintang waktu ketika mereka bekerja. Untuk alat musik yang mengiringinya, suku dani memiliki sebuah alat musik tradisional yang dinamakan " pikon ", yakni satu alat yang diselipkan diantara lubang hidung dan telinga mereka. Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi ganda sebagai isyarat kepada teman atau lawan di hutan kala berburu.
pikon alat musik tradisional suku dani
.

Bakar Batu, Pesta Makanan Lezat dan Sehat di Papua

bakar batu 


Bakar Batu, tradisi dari Suku Dani (Sastri/detikTravel)
Tak sampai situ, bagian atas ubi ditutup lagi dengan menggunakan rumput dan batu-batu panas. Asyiknya, wisatawan boleh membantu Mama dan mencoba langsung kegiatan Bakar Batu ini.
Saat ubi matang, para Mama akan membuka jerami tersebut dan menghidangkan ubi-ubi yang masih panas. Asap mengepul dan aroma wanginya membuat siapa pun tak sabar ingin melahap. Nyam! Rasanya sangat enak!
Rasa enak tersebut didapat dari proses memasak secara alami. Tanpa bahan pengawet atau perasa tambahan, rasa ubinya benar-benar nikmat. Tak perlu takut kehabisan, para Mama selalu menyediakan banyak ubi yang siap dimasak kembali.

Selain itu, ada nilai positif dari Bakar batu ini.Bakar Batu juga melambangkan gotong royong antar sesama. Para pria mencari kayu bakar dan membuat api, serta para Mama bersama-sama membakar ubi. Rasa kekeluargaan begitu erat akan terasa saat Anda menyantap ubi tersebut di tengah-tengah mereka. Dari pedalaman Papua, ada pelajaran tentang kebersamaan.Enaknya ubi dari Bakar Batu juga mengingatkan, kalau budaya dan tradisi leluhur memberikan banyak nilai-nilai luhur. Tanpa harus bahan kimia, ubi tersebut sangat nikmat walau hanya dibakar dengan api

Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau.
Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:
  • Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap
  • Kebun-kebun di lereng gunung
  • Kebun-kebun yang berada di antara dua uma
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat.Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang.Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun.Bagi suku Dani, babi berguna untuk:
  1. dimakan dagingnya
  2. darahnya dipakai dalam upacara magis
  3. tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
  4. tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
  5. sebagai alat pertukaran/barter
  6. menciptakan perdamaian bila ada perselisihan
  7. membuat coffee untuk dewa mereka
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya.Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.

Ritual-Upacara Kematian

Pada seluruh masyarakat didunia dan terlebih khusus di daerah Papua, terdapat berbagai macam adat-istiadat tertentu yang harus dijalani dalam kehidupan sehari-hari dari setiap masyarakat. Didalam setiap kehidupan manusia selalu terdapat saat-saat yang penting yang harus dihadapi dan dijalani secara bertahap dari masa lalu ke masa yang akan di hadapinya, yaitu sejak seseorang itu lahir, menjalani masa anak-anak, remaja, dewasa dan masa tuanya. Dalam setiap tahap-tahap ini, ada berbagai macam adat-istiadat tertentu yang harus dijalaninya, seperti upacara-upacara inisiasi dan sebagainya, karena adanya kepercayaan-kepercayaan bahwa ada berbagai macam tantanagan dan bahaya yang akan ditemui saat menjalani dan memasuki setiap tahap kehidupan. Untuk menolak bahaya-bahaya tersebut maka manusia menciptakan usaha untuk menyelamatkan diri dari bahaya-bahaya tersebut seperti upacara-upacara (ritual ), baik yang dilakukan bersama maupun sendiri.
Seperti dengan suku-suku bangsa lain didunia dan di Papua, pada umumnya, pada orang Dani juga menjalani proses lingkaran hidup individu (individual life cycle), namun tidak sama halnya dengan masyarakat/suku bangsa lain, yang melakukan ritual-ritual khusus, sejak seorang anak berada dalam kandungan ibunya, kelahirannya, masa anak-anak, dewasa, kawin, beranak sampai meninggal.
Seorang wanita Dani akan melahirkan anaknya dalam ebe ae, yang dibantu oleh beberapa orang wanita. Kelahiran bayi ini tidak disertai upacara/ritual khusus dan ari-ari serta tali pusar yang terlepas beberapa hari akan dihanyutkan dalam sungai begitu saja. Dan beberapa hari setelah proses kelahiran, wanita tersebut sudah bisa kembali untuk bekerja. Mereka juga tidak melakukan upacara dalam pemberian nama, nama yang mereka anggap baik, itulah yang akan menjadi nama dari anak tersebut. Setelah seorang anak berusia 2-3 tahun, jika dia seorang wanita, ia sudah harus mulai menggunakan rok jerami (sale), sedangkan untuk anak pria, dia baru memakai alat penutup alat kelamin pada usia 5-6 tahun.
Pada suku Dani, mereka mengenal satu peristiwa yang sangant penting dalam kehidupan anak pria Dani yaitu upacara Waya hagat-abin, yaitu suatu upacara Inisiasi, upaacara ini dilakukan ketika seorang anak berusia antara 5-10 tahun. Upacara inisiasi ini biasanya diadakan bersamaan dengan pesta ebe-ako atau pesta babi.Dan upacara ini biasanyan berlangsung selama 9 hari atau lebih. Acara-acara dalam upacara orang Dani, biasanya ditujukan untuk menyalakan semangat berperang dan untuk memberi pengertian mengenai berperang kepada anak-anak pria, yaitu misalnya upacara pemberian busur panah secara perlambang, adanya latihan perang-perangan, latihan ketabahan, pelajaran menari dan menyanyi nyanyian perang kepada anak-anak. Upacara ini lebih bertujuan untuk mengajarkan kepada anak-anak pria secara dini untuk hidup dalam masyarakat, yang berkisar sekitar perang, hidup berdisiplin, menahan diri dan belajar menderita dalam keadaan yang sulit.
Sedangkan untuk anak-anak wanita, mereka tidak menjalani upacara Waya-hagat abin, tetapi mereka menjalani upacara dalam pesta hotale, yaitu pada waktu ia mendapat haid pertama (eket-web).Selain upacara-upacara tersebut diatas, ada juga upacara perkawinan (yokal isin) yaitu upacara memakaikan pakaian untuk wanita yang sudah menikah dan yang teakhir adalah upacara kematian.

Ritual Kematian
Peristiwa yang paling terakhir dalam suatu lingkaran hidup yaitu kematian, yang merupakan peristiwa sedih yang dinyatakan dalam upacara berkabung. Pada orang Kapauku di daerah danau Paniai, jenazah orang Dani akan dibakar.
Pada upacara pembakaran jenzah, tubuh orang yang meninggal dihias dan didudukkan diatas suatu singgasana ( bea). Upacara ini dilakukan disuatu lapangan dipusat perkampungan. Para kerabat dan orang-orang yang datang untuk melayat akan duduk mengelilingi bea dan menangis sekeras-kerasnya. Tubuh para wanita dilumuri dengan lumpur putih tanda berkabung dengan nyanyian-nyanyian kematian dan ratapan.Dan pada siang harinya beberapa orang dukun melakukan upacara memotong satu ruas jari dari tiap anggota keluarga inti orang yang meninggal dengan menggunakan kapak batu tetapi ada juga yang menggunakan bambu. Dan luka dari pemotongan itu akan di balut dengan sejenis daun. Jerit tangis dari anak-anak yang menjalani pemotongan jari ini, akan menghilang diantara orang-orang yang sedang melayat. Biasanya jari-jari yang dipotong, bukan hanya sekali saja, tetapi tergantung berapa banyak kerabat terdekat yang meninggal, mereka akan melakukan lagi ritual pemotongan jari. Bahkan sampai jari mereka habis. Dan apabila jari-jari mereka telah dipotong habis, mereka akan memotong lagi sebagian dari telingan mereka.


Setelah itu, mereka akan melakukan upacara pembakaran jenazah dan para kerabat orang yang meninggal membakar daging babi di dalam lubang-lubang yang mereka gali di dalam tanah dan sebagian akan disajikan untuk ruh ( ame), orang yang meninggal. Sore harinya daging yang telah masak itu dimakan bersama dan menjelang senja semua perhiasan yang dikenakan pada jenazah diambil dan tubuh jenazah itu digosok dengan minyak babi.Setelah itu dimulai pembakaran jenazah, yang diiringi dengan jerit tangis orang-orang yang datang melayat.

Itulah keindahan dan juga keunikan dari indonesia bagian timur tepatnya di suku dani banyak yang dapat kita pelajari tentang kehidupan yang masih sangat kental dengan budaya dan adat istiadatnya. 

Masih banyak keunikan tradisi warisan leluhur yang tersimpan pada Suku Dani yang dijaga dengan sangat baik oleh warganya. Mereka percaya bahwa menghormati para nenek moyang serta leluhur merupakan cara yang tepat dalam menghargai alam serta isinya

Sumber: http://palingindonesia.com/mengenal-suku-dani-di-tanah-papua/
photo courtesy of: http://trek-papua.com/


No comments:

Post a Comment