Monday, January 4, 2016

T5_Berliana Indah Renata_Observasi Baduy



DIALOG DENGAN JARO SAMI DI CIBEO

Hallo…apa kabar semua? Perkenalkan kembali nama saya Berliana Indah Renata, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Para pembaca bisa memanggil saya Berliana. Kalau kalian masih mengingat posting saya tentang pengalaman saya memandu wisata, menceritakan info tentang wisata budaya di Banyumas, atau tentang wisata budaya di kampung Bena di Flores. Sekarang saya akan menceritakan kembali sedikit pengalaman saya sewaktu berkunjung ke suku Baduy bersama dosen dan teman – teman Usaha Jasa Pariwisata.
Pada tanggal 22 Desember-24 Desember 2015 atas rencana mata kuliah pemanduan wisata budaya, saya dan teman- teman melalukan observasi daerah tujuan wisata ke suku Baduy. Benar- benar kesempatan yang luar biasa dan tak akan terlupakan karena dapat berkunjung ke daerah tersebut untuk mempelajari banyak hal yang membuat kami semakin menyadari betapa luar biasanya kebudayaan yang ada di Indonesia.
Perjalanan kami tempuh dimulai  dari Jakarta kami berangkat dengan menggunakan kereta api lokal menuju Rangkas Bitung selama 1 sampai 2 jam lamanya kemudian dari stasiun Rangkas Bitung perjalanan kami lanjutkan kembali dengan menggunakan mobil ELF menuju desa Ciboleger, tidak bisa diceritakan bagaimana sensasi perjalanan menuju ke desa tersebut, mungkin kalian akan menemukan sensasi mengerikan sekaligus menyenangkan apabila kalian juga sudah merasakannya. Sesampainya di Ciboleger kami beristirahat sejenak kemudian perjalanan kami lanjutkan kembali dengan berjalan kaki menuju desa Baduy Luar tempat kami nanti akan menginap selama 3 hari 2 malam. Selama disana kami juga mengunjungi desa Baduy Dalam yang dimana perjuangan untuk bisa sampai kesana ditempuh berjalan kaki selama 4 jam. Wah bisa dibayangkan bagaimana kami menyusuri jalanan yang medan nya cukup membuat lelah tetapi terbayar dengan pemandangan indah yang kami rasakan selama perjalanan.
Pertama saya akan sedikit menjelaskan tentang suku Baduy, suku Baduy merupakan kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat desa Baduy memiliki kehidupan yang sederhana, yang hanya bergantung pada alam. Mereka mengisolasi atau  menutup diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional. Tetapi walaupun menutup diri, untuk sistem pendidikan, perlu diketahui pendidikannya orang Baduy Dalam tidak boleh bersekolah formal akan tetapi orang Baduy Luar ada yang bersekolah formal. Namun, biarpun mereka tidak sekolah formal mereka pun mengenyam pengetahuan dari sekolan non-formal yang diberikan oleh orang tua serta masyarakat sekitar. Pelajaran-pelajaran non-formal yang diberikan bisa berupa pelajaran tentang kehidupan. Ada juga pelajaran manji buru atau pelajaran mengenai ritual-ritual untuk menjaga diri dan juga menolong orang lain. Bahkan hampir 20% orang Baduy dapat melakukan medis sendiri atau mereka disebut sebagai dukun paraji. Jadi kalau mereka sakit mereka mencari obat atau ramuan sendiri untuk menyembuhkannya menggunakan bahan yang di ambil dari alam.
Desa Baduy sendiri dibagi menjadi 2, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Desa Baduy memiliki populasi sekitar 12.000 ribu jiwa, dengan 3.405 kepala keluarga dari 64 kampung yang ada. Baduy Luar memiliki 61 kampung sedangkan Baduy Dalam memiliki 3 kampung (Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana). Luas Baduy sekitar 5.360 ha dan dibagi menjadi 3.000 ha pelindung alam yang perlu dilestarikan dan diamankan. Masyarakat Baduy itu cinta damai, tidak ada kekerasan dan perkelahian meskipun mereka sering membawa golok. Mereka juga sangat mementingkan kesatuan dan persatuan serta kegotong royongan. Dalam hal pembentukan rumah pun mereka tidak merusak alam karena mereka cintta tanah air jadi harus melestarikan alam.
Baduy Luar dan Dalam itu sebenarnya sama saja, yang membedakan adalah pakaian yang dikenakan. Jika Baduy Dalam menggunakan baju putih, kain hitam (untuk bawahan), dan kain putih (untuk ikat kepala). Sedangkan Baduy Luar mengenakan pakaian hitam dan ikat kepala Biru Tua. Meskipun baju luarnya hitam tetapi dalamnya harus putih. Hatinya pun sama seperti itu, biarpun rupanya jelek tetapi hatinya harus putih dan bersih. Untuk bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda. Sebenarnya orang Baduy Luar bukan lah pelarian dari Baduy Dalam melainkan mereka bertugas sebagai pendamping untuk menjaga dan mendampingi Baduy Dalam dari dunia luar.
Yang menjadi pembeda antara Baduy Luar dan Baduy Dalam, mereka selain pakaiannya yaitu jika orang Baduy Dalam berkunjung ke daerah lain misalkan ke Jakarta, maka mereka tidak diperkenankan menggunakan kendaraan umum, melainkan harus berjalan kaki. Sedangkan orang Baduy Luar boleh menggunakan kendaraan. Selain itu rumah orang Baduy Dalam dalam pembuatannya tidak menggunakan paku hanya tatah dan baliung saja, serta menggunakan tali rotan atau ijuk untuk mengikatnya.
Untuk struktur oraganisasi yang ada terdapat pu’un, serat, bersa selapan, jaro tangtu (sebagai pemangku adat), kemudian juga ada jaro tujuh sebagai lembaga adat  dan juga bertugas untuk menghukum seseorang dari masyarakat Baduy yang melanggar hukum adat. Biasanya seorang jaro itu berasal dari keturunan dan yang kedua bukan dari keturunan melainkan ditunjuk. Setelah memilih jaro baik itu dari keturunan atau ditunjuk semua tokoh masyarakat, RT, RW berkumpul untuk melihat penunjukkan dari pilihan pu’un terhadap sang jaro tersebut. Jaro ini memiliki tugas seperti untuk mengumpulkan tokoh masyarakat seperti RT RW. Dan kalau ada penentuan adat dia diundang ke Baduy Dalam untuk bermusyawarah di Balai Pertemuan.
Nah, pada saat kami berkunjung ke Baduy Dalam, setelah melewati perjalanan yang cukup menguras keringat tiba lah kami semua di desa Cibeo.  Di desa tersebut kami berkesempatan mencicipi durian yang sedang panen besar dan makan siang perbekalan kami di rumah Mang Arja, salah satu penduduk Baduy Dalam yang senantiasa menemani kami dan mengizinkan kami berkunjung ke rumahnya. Setelah itu kami diberi kesempatan untukberbincang dengan Jaro Sami. Kami banyak bertanya banyak hal, tentunya tetap memikirkan takut bila tersinggung dengan pertanyaan kami. Tetapi dengan bantuan dosen kami pak Shobirien, beliau menyampaikan setiap pertanyaan kami kepada Jaro karena Jaro sendiri menggunakan bahasa sunda. Karena teknologi tidak boleh masuk ke baduy dalam, maka hanya beberapa saja pertanyaan kami semua yang masih saya ingat. Diantaranya adalah:
1.       Ada berapa rumah yang terdapat di desa Cibeo? Sampai sekarang ini di Cibeo terdapat 95 rumah. Tetapi rumah di Baduy bisa bertambah dan bisa berkurang apabila yang punya rumah meninggal dan tidak punya keturunan, maka rumah akan dibongkar.
2.       Bolehkah orang Baduy dalam menikah dengan orang diluar Baduy? menurut Jaro jika pihak laki-laki maupun perempuan menikahi orang diluar Baduy nantinya tidak diperbolehkan lagi tinggal di Baduy dalam.
3.       Kalau ada masyarakat Baduy dalam yang melanggar peraturan, bagaimana sanksinya? Lalu bagaimana bila wisatawan yang melanggarnya? Kalau masyarakat Baduy ada yang melanggar, maka akan diasingkan di Baduy luar untuk dipekerjakan disana dan tidak diijinkan masuk ke Baduy dalam selama 40 hari. Lalu jika wisatawan yang melanggar, maka pembawa rombongan wisatawan tersebutlah yang akan diberi teguran/peringatan.
4.       Berapa kali desa Cibeo berpindah tempat? Desa Cibeo telah 3 kali berpindah tempat, karena mencari tempat yang lebih luas, tetapi masih di lingkungan Baduy dalam.
5.       Bagaimana kita dapat mengetahui bulan kawalu dalam pertanggalan Baduy? kita dapat mengetahui bulan kawalu dengan mubculnya bintang kidang (rasi orion) dan bintang kartika,namun merekalebih sering melihat bintang kidang sebagai patokan awal mula mucul bulan kawalu.
6.       Bagaimana cara melihat bintang kidang sebagai proses penentuan pembukaan perladangan? Mereka melihatnya hanya dengan mata telanjang, dimana ciri-ciri bentuk bintang kidang yaitu 3 bintang yang berjajar saat berada pas di tengah-tengah. Itu tandanya proses perladangan dapat dimulai.
7.       Bagaimana urutan bulan yang ada dalam pertanggalan Baduy? kalender bulan di Baduy berpatokan pada perputaran bulan (komariah) yang terdiri dari 12 bulan, yaitu: kapat, kalima, kanem, katujuh, kadalapan,kasalapan, kasapuluh, hapit lemah, hapit kayu, kasa, karo, dan katiga.
Sekian informasi tentang Baduy dan dialog bersama Jaro Sami di Cibeo. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca yang telah meluangkan waktunya membaca postingan saya. Terima kasih.
Salah satu foto di Baduy Luar, karena tidak dapat berfoto di Baduy Dalam :(

15 comments:

  1. Enak ya bisa jalan-jalan....bener tuh infonya kalo paraji bisa melakukan hal medis sendiri, mereka juga banyak bantu persalinan loh kadang-kadang. Postingannya menarik nih!😊

    ReplyDelete
  2. Baduy dalem pasti bagus banget ya, sayang gabisa foto baduy dalam
    Thanks for your information ber ��

    ReplyDelete
  3. Ingin kesana. Thank you untuk informasinya.

    ReplyDelete
  4. wahh menarik sekali, informasinya sangat bermanfaat.

    ReplyDelete
  5. wahhh seru juga kalau bisa kesana langsung melihat kehidupan Suku Baduy.

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. alur cerita membuat penasaran untuk datang kesana. sukses utk perkuliahan nya mbak!

    ReplyDelete
  8. alur cerita membuat penasaran untuk datang kesana. sukses utk perkuliahan nya mbak!

    ReplyDelete
  9. Infonya lumayan bagu, tapi bahasanya jangan terlalu formal. Ber, perhatikan lagi sasaran pembacanya ya, soalnya kalau sasaran lo anak kuliahan, terlalu kaku. Pasti bisa lebih ciamik lagi.

    Suku baduy ya, gue juga udh pernah ke sana dan tempat foto yg dipakai itu sama persis sama yg gue pakai juga sama anak2 aiesec hampir 2 th lalu. Makasih info2 tambahannya. Moga makin hebat ya penelusuran budayanya. Kusuka aktifitasmu. Moga trs berlanjut bukan krn tgs kuliah aja. Go go! :)

    ReplyDelete
  10. Waah asik banget! Jadi pengen kesana juga :' Makasih infonya, sangat menarik ;)

    ReplyDelete
  11. infonya bermanfaat kok,jadi pengen kesana makasih infonya

    ReplyDelete
  12. Waaah, dapet banyak pengalaman pasti di sana yaa. Apalagi jarak baduy dalam yang jauh. Jadi pengen ke sana�� Infonya bermanfaat banget nih beng. Thank you yaa��

    ReplyDelete
  13. Wah... Terimakasih untuk info dan cerita pengalamannya. Sangat menarik.

    ReplyDelete