Dialog
dengan Jaro Saijah di Kadu Ketug
Halo, apa kabar para petualang! Kali ini saya akan
menceritakan petualangan saya bersama teman-teman Pariwisata UNJ 2014 menjajaki
desa adat Baduy. Petualangan yang sangat mengasikkan dan juga sangat menantang,
di Baduy Anda akan diajak untuk kembali ke alam, dimana tidak ada gadget, makan
seadanya, dan pengalaman mandi yang luar biasa. Namun, sebelum itu saya akan menjelaskan mengenai Desa Adat
Baduy terlebih dahulu.
Desa Adat Baduy merupakan kelompok masyarakat adat
Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat desa Baduy memiliki
kehidupan yang sederhana, yang hanya bergantung pada alam. Mereka mengisolasi
atau menutup diri dari pengaruh dunia
luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional. Desa Baduy
sendiri dibagi menjadi 2, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Sebelum sampai ke
desa Baduy saya akan menceritakan persiapan yang kami lakukan.
Dalam tugas ini awalnya kami dibagi menjadi 2 kelas dan
diberikan pilihan untuk mengobservasi sebuah desa adat, pilihannya antara lain
: Desa Cigugur, Desa Ciptarasa, dan Desa Baduy. Kelas A memilih Cigugur untuk
di obseravsi sedangkan kelas B memilih Ciptara. Namun, karena berbagai alasan
akhirnya kami satu angkatan memilih Desa Baduy untuk di observasi bersama-sama.
Selain observasi kami juga ditugaskan untuk memandu di Desa Baduy tersebut.
Setelah berbagai persiapan kami lakukan, tibalah
saatnya kami berangkat menuju Desa Baduy. Pada hari Selasa, 22 Desember 2015
pukul 08.00 WIB Kami berangkat menggunakan Kereta Api Rangkas Jaya kelas
ekonomi dengan harga tiket Rp. 15.000,-. Kami berangkat dari stasiun Tanah
Abang menuju ke stasiun Rangkas Bitung. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam
sampai kami tiba di stasiun.
Setelah itu kami berpindah transportasi menggunakan
mobil elf atau mini bus untuk menuju ke Desa Ciboleger yang merupakan Desa
pertama sebelum menuju ke Baduy. Sekitar 3 jam kemudian kami sampai di Desa
Ciboleger. Kemudian kami makan siang dan sholat terlebih dahulu. Setelah
semuanya selesai kami semua mulai berjalan menuju Desa Baduy, namun sebelum itu
kami bertemu dan melakukan dialog terlebih dahulu dengan Jaro Saijah yang
merupakan kepala desa.
Jaro Saijah merupakan informan pertama kami sebelum
memasuki Desa Baduy. Ia menjelaskan tentang adat istiadat yang ada di Baduy.
Berikut dialog kami dengan beliau.
Desa Baduy memiliki populasi sekitar 12.000 ribu jiwa,
dengan 3.405 KK (Kepala Keluarga) dari 64 kampung yang ada. Baduy Luar memiliki
61 kampung sedangkan Baduy Dalam memiliki 3 kampung (Cibeo, Cikeusik, dan
Cikertawana). Luas Baduy sekitar 5.360 ha dan dibagi menjadi 3.000 ha pelindung
alam yang perlu dilestarikan dan diamankan.
Masyarakat Baduy itu cinta damai, tidak ada kekerasan
dan perkelahian meskipun mereka sering membawa golok. Mereka juga sangat
mementingkan kesatuan dan persatuan serta kegotong royongan. Dalam hal
pembentukan rumah pun mereka tidak merusak alam karena mereka cintta tanah air
jadi harus melestarikan alam.
Baduy Luar dan Dalam itu sebenarnya sama saja, yang
membedakan adalah pakaian yang dikenakan. Jika Baduy Dalam menggunakan baju
putih, kain hitam (untuk bawahan), dan kain putih (untuk ikat kepala).
Sedangkan Baduy Luar mengenakan pakaian hitam dan ikat kepala Biru Tua.
Meskipun baju luarnya hitam tetapi dalamnya harus putih. Hatinya pun sama
seperti itu, biarpun rupanya jelek tetapi hatinya harus putih dan bersih. Untuk
bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda.
Sebenarnya orang Baduy Luar bukanlah pelarian dari
Baduy Dalam melainkan mereka bertugas sebagai pendamping untuk menjaga dan
mendampingi Baduy Dalam dari dunia luar. Yang menjadi pembeda antara mereka
selain pakaiannya yaitu jika orang Baduy Dalam berkunjung ke daerah lain
misalkan ke Jakarta, maka mereka tidak diperkenankan menggunakan kendaraan umum
jadi harus jalan kaki. Sedangkan orang Baduy Luar boleh menggunakan kendaraan.
Selain itu rumah orang Baduy Dalam dalam pembuatannya tidak menggunakan paku
hanya tatah dan baliung saja, serta menggunakan tali rotan atau ijuk untuk
mengikatnya.
Untuk mata pencarian masyarakat Baduy kebanyakan
bertani, berladang, atau beedagang. Untuk berladang yang diutamakan
penanamannya yaitu Padi, Pisang, Kayu, dan lain-lain. Sedangkan untuk berdagang
biasanya ada yang membuat gula aren. Hasil pertanian yang di dapatkan (selain
padi) biasanya akan dijual keluar desa seperti pisang, pete, durian, dan hasil
panen lainnya.
Untuk pendidikannya orang Baduy Dalam tidak boleh
bersekolah formal akan tetapi orang Baduy Luar ada yang bersekolah formal.
Namun, biarpun mereka tidak sekolah formal mereka pun mengenyam pengetahuan
dari sekolan non-formal yang diberikan oleh orang tua serta masyarakat sekitar.
Pelajaran-pelajaran non-formal yang diberikan bisa berupa pelajaran tentang
kehidupan. Ada juga pelajaran manji buru atau
pelajaran mengenai ritual-ritual untuk menjaga diri dan juga menolong orang
lain. Bahkan hampir 20% orang Baduy dapat melakukan medis sendiri atau mereka
disebut sebagai dukun paraji. Jadi
kalau mereka sakit mereka mencari obat atau ramuan sendiri untuk
menyembuhkannya menggunakan bahan yang di ambil dari alam.
Dalam struktur oraganisasi terdapat pu’un, serat, bersa
selapan, jaro tangtu (sebagai pemangku adat), kemudian juga ada jaro tujuh
sebagai lembaga adat dan juga bertugas
untuk menghukum seseorang dari masyarakat Baduy yang melanggar hukum adat.
Biasanya seorang jaro itu berasal dari keturunan dan
yang kedua bukan dari keturunan melainkan ditunjuk. Setelah memilih jaro baik
itu dari keturunan atau ditunjuk semua tokoh masyarakat, RT, RW berkumpul untuk
melihat penunjukkan dari pilihan pu’un terhadap sang jaro tersebut. Jaro ini
memiliki tugas seperti untuk mengumpulkan tokoh masyarakat seperti RT RW. Dan
kalau ada penentuan adat dia diundang ke Baduy Dalam untuk bermusyawarah di
Balai Pertemuan.
Jadi untuk strukturnya ada 2 sistem, yaitu sistem
organisasi di dalam masyarakat Baduy baik itu Baduy Dalam dan Baduy Luar, dan
sistem organisasi yang kedua antara Desa Baduy dengan pemerintahan.
Untuk kepercayaan di Baduy mereka menganut agama Islam
wiwitan (Islamnya itu membaca 2 kalimat syahadat sedangkan wiwitan itu sebagai
suku) dan juga berdoa ke nenek moyang (Karuhun).
Menurut mereka Nabi Adam itu ada 4, yaitu Adam Tatol, Adam Serepi, Adam Hawa,
dan Adam Tunggal. Nabi Adam yang berada di Baduy disebut Adam Tunggal dan Adam
yang ada di Sunda Wiwitan berasal dari Baduy.
Peralatan rumah tangga Baduy seperti : hawu (kompor
tipu), seeng, asepan (bambu untuk meniup kompor), tihit (kipas dari bambu),
serta panglari. Untuk peralatan bertani mereka menggunakan arit (parang) dan oret
(untuk mengambil padi). Sedangkan kesenian di Baduy berupa angklung, kecapi,
sulinh, karinding, dan kromong. Biasanya kromong dimainkan saat acara
pernikahan atau pembukaan dalam upacara penanaman padi.
Di baduy terdapat berbagai acara adat seperti kawalu,
seren taun, serta seba. Kawalu adalah
bulan dimana mereka mempersiapkan diri untuk mulai menanam kembali. Biasanya
diadakan selama 3 bulan, dan pada saat Kawalu tamu atau rombongan tidak
diperbolehkan untuk masuk ke Baduy Dalam. Setelah itu ada pula seren taun
dimana mereka mengadakan upacara syukuran atas kekayaan hasil panen yang mereka
miliki. Dan juga acara Seba dimana mereka menghormati pemerintahan dengan
datang ke Gubernur atau Bupati untuk memeberi hasil panen yang mereka punya.
Dalam hal hukum adat biasanya merupakan tugas dari jaro
tujuh. Misalnya saja ada masyarakat Baduy yang berzina maka ia akan dihukum
selama 40 hari di lembaga adat dan melakukan mandi kembang (cebor) untuk menyucikan diri, kemudian
membaca 2 kalimat syahadat. Jika yang berzina itu nenek kakeknya dan mereka
belum di hukum maka anak serta cucunya akan mendapat hukum karma. Dan jika ada
orang Baduy yang membunuh, hukumannya berupa ia harus membuat 100 tumpeng untuk
menyempurnakan diri kembali. Namun, selama ini belum ada masyarakat Baduy yang
membunuh biarpun mereka sering membawa golok.
Untuk adat pernikahannya di Baduy ada 2 cara, yaitu
dijodohkan dan cari jodoh. Jika dijodohkan maka kedua orang tua harus
bermusyawarah kepada orang tua anak yang
ingin dijodohkan. Karena di Baduy mereka tidak boleh pacaran dulu, harus
terpisah, tidak boleh main gelap-gelapan, hanya boleh berbicara saja. Dalam
bahasa Baduynya disebut Nganyang. Saat
acara pernikahannya di hadiri oleh saksi, wali, serta hakim. Jadi di Baduy juga
ada surat nikahnya.
Biasanya pengantin wanita akan diberikan gelang dari
kain yang di lilit di tanganynya 3 hari sebelum ia menikah. Setelah diadakannya
upacara pernikahan selama 3 bulan tidak ada yang boleh menggelar acara seperti
selamatan, sunatan, membuat rumah, dan lain-lain. Di bualan Kawalu juga hal-hal
seperti ini tidak boleh dilakukan.
Untuk prosesi kematiannya orang Baduy hanya mengurusi
jenazah selama 7 hari saja, setelahya kuburannya dibiarkan saja. Dan mereka hanya
berdoa di rumah saja.
Itulah sedikit percakapan kami dengan Jaro Saijah
selaku jaro pemerintah atau juga sebagai dutanya pu’un serta sebagai kepala
desa atau wakil pemerintahan di desa Baduy. Adapun beberapa aturan-aturan
masyarakat adat Baduy, yaitu :
1.
Melapor kepada kepala desa Kanekes.
2.
Mengisi buku tamu yang telah disediakan.
3.
Menghargai serta menghormati adat istiadat masyarakat baduy selama ada di
Baduy.
4.
Tidak membawa radio tip serta tidak membunyikan
selama berada di wilayah Baduy.
5.
Tidak membawa gitar serta memainkan selama
berada di wilayah Baduy.
6.
Tidak membawa alat pengeras suara untuk di
wilayah baduy dalam, Cibeo, Cikeusik, Cikatawana, dan hutan lindung,
7.
Tidak membawa senapan angin atau sejenisnya.
8.
Tidak membuang sampah sembarang terutama dari
bahan kaleng atau plastik.
9.
Tidak membuang sampah atau sejenisnya ke sungai.
10.
Tidak membuang puntung rokok yang masih menyala.
11.
Tidak menebang pohon sembarangan dan tidak
mencabut sepanjang jalan yang dilalui dan merusaknya.
12.
Para pengunjung dilarang memasuki hutan
larangan, seperti hutan lindung dan hutan tutupan.
13.
Tidak membawa dan mengkonsumsi minuman yang
memabukkan.
14.
Tidak membawa dan mengkonsumsi obat-obatan
terlarang seperti narkoba, sabu-sabu dan lain-lain.
15.
Tidak melanggar norma asusila. Menginap di Baduy,
pria dan wanita harus terpisah terkecuali suami dan istri.
16.
Tidak menggunakan sabun, sampo, odol, jika mandi
di sungai khusus di Baduy dalam.
17.
Bagi orang kulit putih atau bukan orang
indonesia dilarang memasuki baduy dalam. Di Baduy dalam dilarang memotret atau
membuat rekaman video, membuat film, dan suara.
18.
Pada bulan Kawalu menurut penanggalan Baduy
selama 3 bulan, baduy dalam tertutup bagi tamu rombongan, hanya tamu
berkeperluan pribadi.
19.
Untuk para peneliti, harus membuat surat
keterangan penelitian dari masing-masing lembaga atau kampus.
20.
Mematuhi peraturan undang-undang yang berlaku di
indonesia dan aturan adat setempat.
21.
Menjaga stabilitas keamanan, ketentraman,
ketertiban umum, dan kebersihan.
22.
Melaksanakan perintah atau ajaran agama secara
tertib dan tidak mencolok.
Ketentuan tersebut di atas hanya sebagian kecil dari
aturan adat masyarakat baduy, untuk lebih jelas bisa ditanyakan pada pemuka
adat setempat dan aparat desa kanekes. Melapor kepada kepala adat desa kanekes
sebelum atau sesudah melaksanakan kegiatan. Demikian izin saba budaya ini agar
diperhatikan dan di taati oleh para pengunjung ke baduy.
Setelah dibacakannya aturan masyarakat adat Baduy kami
pun melanjutkan perjalanan kembali menuju ke Desa Marengo yang merupakan salah
satu desa adat Baduy Luar. Untuk pembahasan selanjutnya akan diterangkan oleh
teman saya yang lainnya yang akan memposting berbagai tulisan mengenai Baduy.
So, tetap di blog yang sama yaaa! See you on the next trip!
Anisa Dyah Ayu Kartika Sari
Usaha Jasa Pariwisata UNJ 2014
anisadyahayu.kartikasari@yahoo.com
Dokumentasi
Tiket Kereta Api menuju Rangkas Bitung |
Perjalanan kami di Stasiun Rangkas Bitung |
Tugu Selamat Datang di Desa Ciboleger |
Ketika mulai memasuki Kampung Adat Baduy |
Dialog bersama Jaro Saijah di Kadu Ketug |
Baduy Luar, Desa Marengo |
Sangat menarikkk
ReplyDeleteBerarti kalo org baduy ke jakarta ga boleh naik kendaraan dong ? Kan jauh
ReplyDeleteIya ga boleh naik kendaraan yan, kasian ya. Tapi mereka kuat ko
ReplyDeleteTernyata ga seprimitif yg gua bayangin sblmnya. Thx tulisannya.
ReplyDeleteJadi tau tentang masyarakat baduy, semoga tetap lestari. Thanks infonya
ReplyDeleteBagus infonya .. menarik.. masih bisa melihat masyarakat yg menjaga adat istiadat nya ..
ReplyDeleteBuat pemula yg mau mencoba trip ke kawasan pedalaman seperti nya baduy cocok .. Thanks ya info dan Tulisan nya
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya selaku penggiat pariwisata di indonesia. Saya sangat berkesan terhadap tulisan/cerita saudari anisa terhadap kehidupan suku baduy. Dan secara tidak langsung memberi informasi kepada orang lain dan mempromosikan baduy ke salah satu destinasi tempat wisata yg ada di indonesia
ReplyDeleteMenarik. Jadi tau kehidupan suku baduy. Thanks ya infonya
ReplyDeleteTernyata di zaman semodern ini masih ada aja ya masyarakat yg hidup secara sederhana dan tradisional, salut deh sama baduy
ReplyDeleteIa seperti itu cuma perjalanan aja yg rumit ke baduy dalam
ReplyDeleteSaya selaku penggiat pariwisata di indonesia. Saya sangat berkesan terhadap tulisan/cerita saudari anisa terhadap kehidupan suku baduy. Dan secara tidak langsung memberi informasi kepada orang lain dan mempromosikan baduy ke salah satu destinasi tempat wisata yg ada di indonesia
ReplyDeleteSebelumnya thanks buat anisa atas infonya
ReplyDeleteCerita ini bagus buat d jadiin contoh masyarakat perkotaan suku baduy tau mana yg akan berdampak negatif buat masyakat perkotaan jngn klah sma suku baduy pdalaman jngn buang smapah smbarangan.
Thank anisa kalian luar biasa slain memberi info ini slah stu conto kalian mendestinasikan wisata yg ada d indonesia
Sangat menarik infonya dan saya jadi tau tentang adatistiadat di baduy , thanks ya
ReplyDeleteorang baduy tu hebat ya sampai sekarang msh mempertahankan budaya aslinya. Salut sama mereka
ReplyDeleteMasyarakat baduy emg keren mereka masih mempertahankan budayanya dan adat istiadatnya di jaman modern seperti ini
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletebagus tulisannya jadi kita tauu gimana adat disana. thank u buat tulisannya ! ;);
ReplyDelete