Wisata Objek Magelang
Kabupaten
Magelang adalah sebuah Kabupaten di provinsi Jawa
Tengah. Ibu kota Kabupaten ini adalah Kota Mungkid. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang di utara,Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali di timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo di selatan,Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Temanggung di barat, serta Kota
Magelang yang berada di
tengah-tengahnya.
Candi Borobudur, sebuah mahakarya peninggalan Dinasti Syailendra yang kini menjadi kebanggaan Indonesia dan dunia, berada di wilayah Kabupaten Magelang.
Candi Borobudur
Candi
Buddha terbesar di dunia yang berdiri megah ibarat puzzle raksasa. Tersusun
dari 2 juta balok batu vulkanik, dipahat sedemikian rupa sehingga saling
mengunci satu dengan yang lain. Candi Borobudur mirip bangunan piramida
Cheops di Gizeh Mesir, bedanya, Borobudur memiliki pola kepunden berundak.
Candi Borobodur adalah monumen Buddha terbesar di dunia.
Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824.
Candi Borobudur dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun
sebelum katedral-katedral agung di Eropa.
Candi Gunung Wukir
Candi Hindu yang
berada di Dusun Canggal, Desa Kadiluwih,
Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah. Candi ini berada di atas Bukit Wukir, yang oleh
masyarakat sekitar disebut Gunung Wukir,
di lereng barat Gunung
Merapi. Lokasi ini berada di sebelah timur laut
Kecamatan Muntilan Kabupaten
Magelang. Candi Gunung Wukir dapat dicapai dengan angkutan umum ke arah
Kecamatan Ngluwar hingga
Desa Kadiluwih Dusun Canggal, yang disambung dengan berjalan kaki ke atas bukit
lebih kurang 300 meter dpl.
Candi ini merupakan candi tertua yang dapat dihubungkan
dengan angka tahun. Berdasarkan prasasti
Canggal yang ditemukan pada tahun 1879 di reruntuhan,
candi ini didirikan pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari
zaman Kerajaan Mataram Kuno,
yaitu pada tahun 732 M
(654 tahun Saka). Prasasti ini
memiliki banyak informasi berkait dengan Kerajaan
Medang atau Mataram Hindu. Berdasarkan prasasti ini,
Candi Gunung Wukir mungkin memiliki nama
asli Shiwalingga atau Kunjarakunja.
Kompleks tempat reruntuhan candi ini berada mempunyai
ukuran 50 m × 50 m. Bangunan candi sendiri terbuat dari jenis batuandesit setidaknya
terdiri atas satu candi induk dan tiga candi perwara.
Selain prasasti, di kompleks candi ini juga ditemukan yoni, lingga (lambang
dewa Siwa),
dan arca lembu betina atau Nandi.
Candi Mendut
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja
Indra dari dinasti Syailendra.
Di dalam prasasti Karangtengah yang
bertarikh 824Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci
bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli
arkeologi Belanda bernama J.G.
de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi
Mendut.
Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang
ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada
sebuah basement yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh.
Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di
atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya
bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa
kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah. Tinggi
bangunan adalah 26,4 meter.
Hiasan
yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan
ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa dewata gandarwa dan apsara atau bidadari,
dua ekor kera dan seekor garuda. Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief
cerita Pancatantra dan jataka.
Dinding
candi dihiasi relief Boddhisatwa di antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapāṇi
dan Manjuśri. Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari,
Harītī (seorang yaksiyang
bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan Āţawaka. Buddha dalam
posisidharmacakramudra.
Di
dalam induk candi terdapat arca Buddha besar berjumlah tiga: yaitu Dhyani
Buddha Wairocanadengan sikap tangan (mudra) dharmacakramudra.
Di depan arca Buddha terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa,
lambang Buddha. Di sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan
sebelah kanan arca Wajrapāņi.
Persis di sebelah candi
Mendut terdapat vihara Buddha
Mendut. Vihara ini dahulunya adalah sebuah biara Katholik yang kemudian
tanahnya dibagi-bagi kepada rakyat pada tahun 1950-an.
Lalu tanah-tanah rakyat ini dibeli oleh sebuah yayasan Buddha dan di atasnya
dibangun vihara. Dalam vihara ini terdapat asrama, tempat ibadah, taman, dan
beberapa patung Buddha. Beberapa di antaranya adalah sumbangan dari Jepang.
Candi
Pawon
Letak
Candi Pawon ini berada di antara Candi
Mendut dan Candi
Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari
Candi Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah barat.
Di dalam bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga
sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari
Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan
relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit
pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah
burung/berkepala manusia berbadan burung).
Candi Ngawen
candi Buddha yang
berada kira-kira 5 km sebelum candi
Mendut dari arah Yogyakarta,
yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa
Sailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Menurut Soekmono keberadaan
candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah bangunan suci yang tersebut
dalam prasasti Karang Tengah pada
tahun 824 M, yaituVenuvana (Sanskerta: 'Hutan Bambu').
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di
antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada
keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang
sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya.
Beberapa relief pada
sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari,
dan kala-makara.
Candi Asu
candi peninggalan
budaya Hindu yang
terletak di Desa Candi Pos, Kelurahan Sengi, kecamatan
Dukun, Kabupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah. Nama candi tersebut
merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya. Disebut Candi
Asu karena dahulu di dekat candi tersebut terdapat banyak anjing.
Candi ini terletak di
lereng Gunung Merapi di
dekat pertemuan Sungai Pabelan dan Sungai Telingsing,
kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari Candi
Ngawen. Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu
lainnya, yaitu Candi Pendem dan Candi Lumbung.
Candi Asu menghadap ke
barat. Candi ini berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi 7,94 meter.
Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap
candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang. Dengan
ukuran tersebut, candi ini termasuk candi kecil. Di dekat Candi Asu telah
diketemukan dua buah prasasti batu
berbentuk tugu (lingga), yaitu prasasti Sri Manggala I (874 M)
dan Sri Manggala II (874 M).
Candi Retno
Candi ini merupakan sebuah bangunan dengan peninggalan masa
Indonesia klasik yang memiliki latar belakang agama hindu yang memiliki latar
belakang Agama Hindu. Luas bangunan Candi ini seluas 36m2 dengan
luas 300m2.
Sumber :
Shintia Novita Devi
4423143957
UJP B 2014
Universitas Negeri Jakarta
Artikelnya menarik
ReplyDeleteWah jadi pengen keliling jawa tengah
ReplyDeleteOh jadi banyak Candi yaa di Jawa selain Borobudur dan Prambanan. Thanks ilmunyaaa ^_^
ReplyDeleteWah ternyata di Magelang ada banyak candi ya, ga cuma borobudur. Recommended nih
ReplyDeleteArtikelnya jd nambah pengetahuan tentang candi2 yg ada di magelang. Thanks ya
ReplyDeleteTerimakasih atas infonya, ini sangat membantu dan bermanfaat terutama untuk orang orang yg belum terlalu mengetahui info ini.
ReplyDelete