Monday, January 4, 2016

T5_Rieka Ockti Dahliana_Obervasi Baduy_Pakaian Orang Baduy Luar


Pakaian Orang Baduy Luar


Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang berada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.  Selain kebudayaan selain kebudayaan  kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. 
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berlimpah jika dibandingkan dengan bangsa manapun di dunia. Setiap suku yang berada di Indonesia mempunyai cirri khas tersendiri seperti cirri khas busana maupun kain yang dimiliki, warisan budaya bangsa Indonesia yang menjadi cirri berbusana hadir pada aneka rgam jenis kain tenun yang tersebar di beberapa daerah seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi serta beberapa di daerah jawa.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pakaian dan kain tenun yang menjadikan ciri-ciri orang baduy.
Baduy merupakam sebuan yang sangat melekat bagi orang-orang yang tinggal di sekitar kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, suku baduy terkenal sebagai sebuah suku yang unik dibandingkan dengan masyarakat yang ada di sekitar baduy, demikian juga dengan orang Banten. Keuinikan mereka dapat terlihat jelas dari segi pakaian, bentuk rumah, adat istiadat yang dijalankan, kepercayaan hingga penggunaan bahasa. Mereka sering sekali disebut sebagai urang kanekes atau dalam bahasa artinya orang kanekes, urang rawean, urang tangtu dan sebagainya, julukan tersebut diberikan atas nama asli kampung mereka.
Ciri khas orang Baduy yang tinggal di pegunungan Kendeng ini adalah masih kokohnya tradisi yang diwariskan oleh karuhun (nenek moyang) mereka. Bagaimana mereka berladang, memperlakukan alam, dan memperlakukan sesama telah dikukuhkan sebagai sebuah keyakinan yang mencerminkan nilai tradisi dan budaya. Salah satu tradisi yang dinilai masih bertahan adalah cara mereka berbusana dan aktivitas membuat kain dengan cara ditenun; tenun Baduy.
Salah satu kain atau busana yang akan saya bahas kali ini adah pakaian adat masyarakat Baduy luar, meskipun kain tenun baduy tidak begitu dikenal dan dimengerti oleh masyarakat kebanyakan tetapi kain tenun khas baduy ini mempunyai cirri khas tersendiri baik dari segi bahan yang digunakan, ragam hias dan hal hal yang menjadi dasar pembuatannya.
Tenun baduy/ kain tenun yang mereka pergunakan dalam kehidupan sehari hari mengandung makna simbolis yang sangat berhubungan erat dengan tradisi dan kepercayaan orang baduy dan fungsi-fungsi sebagai identitas diri mereka dari mana asal mereka dan siapa mereka. Perbedaan pakaian antara Baduy luar dan Baduy dalam ialah warna kain dan tenunan yang mereka kenakan.
Hasil gambar untuk kain baduy luar
Seni tenun Baduy telah bersatu dengan tradisi dan dalam keseharian mereka, menenun merupakan kegiatan wanita Baduy Dalam ataupun Baduy luar. Menenun pun juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Kain tenun sebagai fungsi utama untuk dijadikan pkaian masyarakat Baduy, Tenun Baguy amat sederhana jika dilihat dan dibandingkan dengan kain-kain yang sudah banyak orang tau seperti kain ulos. Namun kerajinan tangan ini adalah hasil karya cipta tinggi. Dalam pakaian adat baduy menyimpan ribuan tabu dalam alam kosmologinya.
Di setiap kegiatan ritual kain ini selalu digunakan dan menjadi suatu keharusan untuk memakai kain tenun tersebut kain ini berhubungan dengan kepercayaan, sepotong kain tenun khas Baduy selalu menjadi bagian dan mempunyai peran tersendiri. Keragaman dan keunikan kain tenun Baduy merupakan cerminan dari filosofi hidup mereka. Serta merupakan kreasi dari bentuk-bentuk simbolis yang tertuang dalam adat hingga keseharian mereka.
Bagi suku Baduy Luar, busana yang mereka pakai adalah baju kampret berwarna hitam. Ikat kepalanya juga berwarna biru tua dengan corak batik. Desain bajunya terbelah dua sampai ke bawah, seperti baju yang biasa dipakai khalayak ramai. Sedangkan potongan bajunya mengunakan kantong, kancing dan bahan dasarnya tidak diharuskan dari benang kapas murni. Cara berpakaian suku Baduy Luar Panamping memamg ada sedikit kelonggaran bila dibandingkan dengan Baduy Dalam. Terlihat dari warna, model ataupun corak busana Baduy Luar, menunjukan bahwa kehidupan mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar. 


Busana laki-laki Baduy biasanya selalu membawa golok jika hendak berpergian yang di selipkan di balik pinggangnya serta dilengkapi dengan membawa tas kain atau tas koja yang di sandang di pundaknya, sedangkan untuk busana wanita sendiri mereka menggenakan busana semacam sarung warna biri kehitam-hitaman dari tumit sampai dada tetapi ada juga wanita yang sudah mengenakan pakaian modern seperti kaos karena mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar.

Hasil gambar untuk busana wanita baduy luarBagi wanita yang sudah menikah, biasanya membiarkan dadanya terbuka, sedangkan bagi para gadis buah dadanya harus tertutup. Untuk pakaian bepergian, biasanya wanita Baduy memakai kebaya, kain tenunan sarung berwarna biru kehitam-hitaman, karembong, kain, ikat pinggang dan selendang yang dibuatnya sendiri.

Sarung/samping adalah cirri khas busana dari suku Baduy, sarung atau samping khas baduy amat lah sederhana, terutama pada tenunan kain samping aros dan sarung poleng hideung yang bernama biru tua atau hitam yang dihiasi motif kotak-kotak berwarna hitam atau hanya bermotif polos, samping pada umumnya berwarna dasar hitam dipadu dengan garis-garis kecil warna biru terang. Samping dapat dijahit dibuat menjadi sarung atau kulot (semacam rok pada wanita) .

Hasil gambar untuk kain tenun baduy luar
Bertenun biasanya dilakukan oleh wanita pada saat setelah panen. Jenis busana yang dikerjakan antara lain, baju, kain sarung, kain wanita, selendang dan ikat kepala. Selain itu, ada kerajinan yang dilakukan oleh kalangan pria di antaranya adalah membuat golok dan tas koja, yang terbuat dari kulit pohon teureup atau pun benang yang dicelup. 


REFERENSI : 
https://www.travelerien.com/


Rieka Ockti Dahliana
Usaha Jasa Pariwisata B/4423143951
Riekaockti@yahoo.co.id

No comments:

Post a Comment