Pakaian
Orang Baduy Luar
Keragaman budaya atau “cultural
diversity” adalah keniscayaan yang berada di bumi Indonesia. Keragaman budaya
di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Selain kebudayaan selain kebudayaan kelompok
sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang ada didaerah tersebut.
Dengan
jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di
Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang
bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah,
pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban
kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.
Bangsa Indonesia
memiliki keanekaragaman budaya yang berlimpah jika dibandingkan dengan bangsa
manapun di dunia. Setiap suku yang berada di Indonesia mempunyai cirri khas
tersendiri seperti cirri khas busana maupun kain yang dimiliki, warisan budaya
bangsa Indonesia yang menjadi cirri berbusana hadir pada aneka rgam jenis kain
tenun yang tersebar di beberapa daerah seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi serta
beberapa di daerah jawa.
Pada kesempatan
kali ini saya akan membahas tentang pakaian dan kain tenun yang menjadikan ciri-ciri
orang baduy.
Baduy merupakam
sebuan yang sangat melekat bagi orang-orang yang tinggal di sekitar kendeng di
Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, suku baduy terkenal sebagai sebuah suku
yang unik dibandingkan dengan masyarakat yang ada di sekitar baduy, demikian
juga dengan orang Banten. Keuinikan mereka dapat terlihat jelas dari segi
pakaian, bentuk rumah, adat istiadat yang dijalankan, kepercayaan hingga
penggunaan bahasa. Mereka sering sekali disebut sebagai urang kanekes atau
dalam bahasa artinya orang kanekes, urang rawean, urang tangtu dan sebagainya,
julukan tersebut diberikan atas nama asli kampung mereka.
Ciri khas orang
Baduy yang tinggal di pegunungan Kendeng ini adalah masih kokohnya tradisi yang
diwariskan oleh karuhun (nenek moyang) mereka. Bagaimana mereka berladang,
memperlakukan alam, dan memperlakukan sesama telah dikukuhkan sebagai sebuah
keyakinan yang mencerminkan nilai tradisi dan budaya. Salah satu tradisi yang
dinilai masih bertahan adalah cara mereka berbusana dan aktivitas membuat kain
dengan cara ditenun; tenun Baduy.
Salah satu
kain atau busana yang akan saya bahas kali ini adah pakaian adat masyarakat
Baduy luar, meskipun kain tenun baduy tidak begitu dikenal dan dimengerti oleh
masyarakat kebanyakan tetapi kain tenun khas baduy ini mempunyai cirri khas
tersendiri baik dari segi bahan yang digunakan, ragam hias dan hal hal yang
menjadi dasar pembuatannya.
Tenun baduy/
kain tenun yang mereka pergunakan dalam kehidupan sehari hari mengandung makna simbolis
yang sangat berhubungan erat dengan tradisi dan kepercayaan orang baduy dan
fungsi-fungsi sebagai identitas diri mereka dari mana asal mereka dan siapa
mereka. Perbedaan pakaian antara Baduy luar dan Baduy dalam ialah warna kain
dan tenunan yang mereka kenakan.
Seni tenun
Baduy telah bersatu dengan tradisi dan dalam keseharian mereka, menenun
merupakan kegiatan wanita Baduy Dalam ataupun Baduy luar. Menenun pun juga
memiliki nilai estetika yang tinggi. Kain tenun sebagai fungsi utama untuk
dijadikan pkaian masyarakat Baduy, Tenun Baguy amat sederhana jika dilihat dan
dibandingkan dengan kain-kain yang sudah banyak orang tau seperti kain ulos. Namun
kerajinan tangan ini adalah hasil karya cipta tinggi. Dalam pakaian adat baduy
menyimpan ribuan tabu dalam alam kosmologinya.
Di setiap
kegiatan ritual kain ini selalu digunakan dan menjadi suatu keharusan untuk
memakai kain tenun tersebut kain ini berhubungan dengan kepercayaan, sepotong
kain tenun khas Baduy selalu menjadi bagian dan mempunyai peran tersendiri. Keragaman
dan keunikan kain tenun Baduy merupakan cerminan dari filosofi hidup mereka. Serta
merupakan kreasi dari bentuk-bentuk simbolis yang tertuang dalam adat hingga
keseharian mereka.
Bagi suku Baduy Luar,
busana yang mereka pakai adalah baju kampret berwarna hitam. Ikat kepalanya
juga berwarna biru tua dengan corak batik. Desain bajunya terbelah dua sampai
ke bawah, seperti baju yang biasa dipakai khalayak ramai. Sedangkan potongan
bajunya mengunakan kantong, kancing dan bahan dasarnya tidak diharuskan dari
benang kapas murni. Cara berpakaian suku Baduy Luar Panamping memamg
ada sedikit kelonggaran bila dibandingkan dengan Baduy Dalam. Terlihat dari
warna, model ataupun corak busana Baduy Luar, menunjukan bahwa kehidupan mereka
sudah terpengaruh oleh budaya luar.
Busana laki-laki Baduy
biasanya selalu membawa golok jika hendak berpergian yang di selipkan di balik
pinggangnya serta dilengkapi dengan membawa tas kain atau tas koja yang di
sandang di pundaknya, sedangkan untuk busana wanita sendiri mereka menggenakan
busana semacam sarung warna biri kehitam-hitaman dari tumit sampai dada tetapi
ada juga wanita yang sudah mengenakan pakaian modern seperti kaos karena mereka
sudah terpengaruh oleh budaya luar.
Bagi wanita yang sudah
menikah, biasanya membiarkan dadanya terbuka, sedangkan bagi para gadis buah
dadanya harus tertutup. Untuk pakaian bepergian, biasanya wanita Baduy memakai
kebaya, kain tenunan sarung berwarna biru kehitam-hitaman, karembong, kain,
ikat pinggang dan selendang yang dibuatnya sendiri.
Sarung/samping adalah cirri
khas busana dari suku Baduy, sarung atau samping khas baduy amat lah sederhana,
terutama pada tenunan kain samping aros dan sarung poleng hideung yang bernama
biru tua atau hitam yang dihiasi motif kotak-kotak berwarna hitam atau hanya
bermotif polos, samping pada umumnya berwarna dasar hitam dipadu dengan
garis-garis kecil warna biru terang. Samping dapat dijahit dibuat menjadi
sarung atau kulot (semacam rok pada wanita) .
Bertenun biasanya dilakukan
oleh wanita pada saat setelah panen. Jenis busana yang dikerjakan antara lain,
baju, kain sarung, kain wanita, selendang dan ikat kepala. Selain itu, ada
kerajinan yang dilakukan oleh kalangan pria di antaranya adalah membuat golok
dan tas koja, yang terbuat dari kulit pohon teureup atau pun benang yang
dicelup.
REFERENSI :
https://www.travelerien.com/
Rieka Ockti Dahliana
Usaha Jasa Pariwisata B/4423143951
Riekaockti@yahoo.co.id
No comments:
Post a Comment