Monday, January 4, 2016

Tugas 4 Wisata Budaya di Banyuwangi

OBJEK DAYA TARIK WISATA
DESTINASI WISATA BUDAYA: BANYUWANGI
Mata Kuliah Pariwisata Budaya


BANYUWANGI

Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan perhubungan utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).

Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah Suku Osing, namun terdapat Suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, suku Mandar, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa - desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan Bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing Banyak mendiami di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Rogojampi, Giri, Kalipuro, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.
Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, diantaranya:

•           The Sunrise of Java 
Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di pulau Jawa.

•           Kota Osing
Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura.

1.1.1.   Wisata
Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti

•           Kawah Ijen
•           Pantai Boom
•           Pantai Plengkung
•           Pantai Rajegwesi
•           Pulau Merah
•           Watu Dodol
•           Teluk Hijau
•           Pantai Lampon
•           Pantai Blimbingsari
•           Rawa Bayu
•           Tabuhan Island
•           Air Terjun Lider
•           Wisata Osing
•           Wisata arung jeram Kali Badeng
•           Taman Blambangan
•           Taman Sritanjung
•           Taman Tirtawangi
•           Alam Indah Lestari
•           Taman Nasional Alas Purwo
•           Taman Nasional Meru Betiri
•           Savanna Sadengan
•           Taman Jawatan


Tetapi hanya beberapa yang termasuk dalam wisata budaya di Banyuwangi, diantaranya  adalah wisata Osing, Napak Tilas, festival Kuwung, Gandrung Ider Bumi, dan sebagainya.

Wisata Budaya Banyuwangi :

•           Wisata Suku Osing

Desa Wisata Osing atau Using berada di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur; memiliki luas 117.052 m2 memanjang hingga 3 km di kedua sisinya. Penduduk di desa ini merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ada tistiadat dan budaya khas sebagai satu suku, yang dikenal sebagai suku Osing (Using). Pemerintah menetapkannya, sebagai daerah cagar budaya dan mengembangkannya sebagai Desa Wisata Suku Osing (Using).
Asal mula nama desa Kemiren disebutkan berasal dari kondisi desa yang banyak ditumbuhi tanaman kemiri dan durian. Menurut sejarah masyarakat Desa Kemiren berasal dari orang-orang yang mengasingkan diri dari kerajaan Majapahit setelah kerajaan ini mulai runtuh sekitar tahun 1478 M. Selain menuju ke daerah di ujung timur Pulau Jawa ini, orang-orang Majapahit juga mengungsi ke Gunung Bromo (Suku Tengger) di Kabupaten Probolinggo, dan Pulau Bali. Kelompok masyarakat yang mengasingkan diri ini kemudian mendirikan kerajaan Blambangan di Banyuwangi yang bercorak Hindu-Buddha seperti halnya kerajaan Majapahit. Kemudian masyarakat Kerajaan Blambangan berkuasa selama dua ratusan tahun sebelum jatuh ke tangan kerajaan Mataram Islam pada tahun 1743 M.

 
Desa Wisata Osing (http://kenali-negrimu.blogspot.com 

Dapat diketemukan beragam kebiasaan dan upacara adat istiadat masyarakat Osing yang masih dilaksanakan dan dipertahankan antara lain:

1.         Makan Sirih


                                             Kegiatan Nyirih  (http://siskanurifah.wordpress.com)

Mempersiapkan Nyirih, terdiri dari tembakau, daun sirih dan kapur/injet (http://siskanurifah.wordpress.com)
2.         Bercocok Tanam
Panggung angklung paglak setinggi 10 meter, dengan pilar hanya terbuat dari bambu. Sajian musik ini, diperuntukkan untuk mengiringi saat panen tiba. Sebagai ungkapan terimasih.
(http://siskanurifah.wordpress.com)
Bapak-bapak suku Osing bermain angklung paglak
(http://siskanurifah.wordpress.com)

Panggung angklung paglak setinggi 10 meter, dengan pilar hanya terbuat dari bambu. Sajian musik ini, diperuntukkan untuk mengiringi saat panen tiba. Sebagai ungkapan terimasih.

Dalam bercocok tanam, masyarakat Kemiren menggelar tradisi selamatan sejak menanam benih, saat padi mulai berisi, hingga panen. Saat masa panen tiba, petani menggunakan ani-ani diiringi tabuhan angklung dan gendang yang dimainkan di pematang-pematang sawah. Saat menumbuk padi, para perempuan memainkan tradisi gedhogan, yakni memukul-mukul lesung dan alu sehingga menimbulkan bunyi yang enak didengar.

Bapak-bapak suku Osing bermain angklung paglak
(http://siskanurifah.wordpress.com)

3.         Siklus Kehidupan Manusia

a.         Upacara Masa Kehamilan

Upacara yang diadakan sejak wanita mengandung untuk pertama kalinya hingga kandungan tersebut berusia sekitar sembilan bulan.

Dalam jangka waktu tersebut, diadakan upacara ataupun selamatan bersamaan dengan usia kandungan. Usia kandungan yang dianggap penting, dan oleh sebab itu diadakan upacara yaitu upacara selamatan usia kandungan 4 bulan, kemudian upacara Neloni, atau Telonan, yaitu ketika usia kandungan sudah tiga bulan. Seorang ibu yang sudah mengandung tiga bulan sudah nampak perubahan jasmaninya.

Antara bulan ke 4 sampai bulan ke 6, tidak diadakan upacara, dan ketika kandungan sudah berumur 7 bulan, barulah diadakan upacara. Upacara kandungan tujuh bulan itu disebut Pitonan Piton-piton atau Tingkeban.

Dalam upacara Tingkeban itu, diadakan upacara yang agak meriah. Biasanya suami-istri dimandikan bersama (siraman), memecah cengkir gading, upacara yang mengharapkan jenis kelamin apa yang diduga akan lahir, laki-laki atau perempuan. Kemudian upacara menjual rujak. Menjelang masa kelahiran masih ada upacara yang harus dilakukan yaitu upacara Procotan.

b.         Upacara Kelahiran dan Masa Bayi

Upacara kelahiran dan masa bayi, meliputi upacara atau selamatan yang diselenggarakan sejak bayi lahir hingga berusia satu tahun. Beberapa upacara yang harus dilakukan adalah Brokohan pada masyarakat Jawa Mataraman yaitu upacara menyambut kelahiran bayi. Pada masyarakat Osing dikenal dengan selamatan Jenang Abang Mapag Bayi, kemudian diberi nama sesuai dengan hari kelahirannya. Misalnya hari Jum’at dinamakan Jumahir bagi bayi laki-laki dan Jumati bagi perempuan. Kemudian upacara itu dilanjutkan dengan upacara Mendem ari-ari, atau menanam tembuni (placentia). Ari-ari anak perempuan ditanam di dalam rumah, sementara anak laki-laki ditanam di luar rumah.

Pada waktu bayi mengalami pupak puser, yaitu tanggalnya tali pusat bayi, diadakan selamatan, dan biasanya bayi berumur 5 hari atau sepasar. Dalam upacara sepasaran, biasanya dilakukan selamatan pemberian nama kepada bayi. Upacara Cuplak Puser dalam masyarakat Osing disebut Nyukit Lemah. Pada saat ini bayi perempuan dilakukan khitan atau sunat. Sebelum cuplak puser, setiap sore, ayah bayi melakukan upacara obor-obor.

Setelah bayi berumur sekitar 35 hari, atau selapan, diadakan upacara atau selamatan Selapanan. Dalam upacara itu, bayi dicukur rambutnya untuk pertama kali atau disebut Mbuwang Rambut Bajang. Namun untuk beberapa daerah, mencukur rambut itu dilakukan bersamaan waktunya dengan Sepasaran. Kemudian bayi itupun diturunkan di tanah untuk pertama kalinya. Upacara itu disebut Mudhun Lemah atau Tedak Siten pada masyarakat Jawa Mataraman atau menginjak tanah, dalam upacara itu, diramalkan tentang nasib serta jenis mata percaharian bayi tersebut apabila sudah dewasa. Mudhun lemah pada masyarakat Osing Desa Kemiren tergolong unik, terdapat :
•           Jenang lintang
•           Alu berjumlah 4 buah
•           Selametan tumpeng serakat
•           Selametan tumpeng suwung

Adakalanya masa anak ini, diadakan upacara mbuwang jangan.

c.         Upacara Masa Kanak-Kanak

Upacara masa kanak-kanak, terdiri dari beberapa upacara atau selamatan, sejak usia sekitar satu setengah tahun hingga berumur sekitar 12 tahun. Menurut adat, masa kanak-kanak itu ukurannya tidak jelas, demikian pula upacara yang harus dilakukan terhadapnya.

Upacara Nyapih, artinya memisahkan si anak dari ibunya untuk tidak menetek lagi. Antara anak laki-laki dan perempuan ada perbedaan usia dimulainya upacara Nyapih. Anak laki-laki lebih cepat disapih dibandingkan dengan anak perempuan. Hal itu menurut anggapan, makin lama anak laki-laki diberi susu oleh ibunya, akan berakibat kelambatan berpikirnya dan bahkan dapat menyebabkan kecerdasannya berkurang.

d.         Upacara Masa Remaja

Upacara masa remaja menginjak dewasa, dilakukan pada waktu si anak memasuki akil-balig. Bagi anak perempuan, tanda kedewasaan atau keperawanan itu dimulai apabila anak perempuan sudah mengalami menstruasi yang pertama kali. Dalam masyarakat Osing haid pertama itu disebut Munggah perawan atau Sukeran untuk masyarakat Jawa Mataraman. Peristiwa itu ditandai dengan upacara atau selametan Jenang abang dan Jenang putih.

Bagi anak laki-laki, tanda memasuki masa remaja, mulai anak itu dikhitan atau disunat. Namun untuk beberapa daerah masyarakat Osing Banyuwangi, khitan itu diadakan semasa anak masih bayi atau pada masa kanak-kanak yaitu sekitar umur 8 tahun. Namun dahulu khitan itu dilaksanakan apabila anak sudah menginjak usia 15 tahun. Menurut anggapan masyarakat jika anak itu dikhitan terlalu muda, pertumbuhan badannya menjadi lamban (kecentet). Upacara khitan masyarakat Osing di Desa Kemiren dengan melaksanakan beberapa upacara antara lain :
•           Ngirim donga
•           Soben-soben
•           Kebat-kebat (termasuk njenang, nyawur, ngincok, katikan, ngerempah, masang penetep)
•           Sedekah
•           Ngoloni
•           Ngarak sunat
•           Tangkeb-tangkeb
•           Selametan jenang sumsum
•           Sepasaran
•           Selapanan
Upacara ini memerlukan waktu sampai satu minggu lebih. Bagi anak perempuan semacam khitan itu diadakan ketika anak berusia sekitar sepasar atau selapan, dan upacara itu disebut Nyunat. Upacara itu hanya dilakukan dalam kalangan keluarga terbatas saja.

Bagi anak perempuan, masih harus mengalami upacara Ngasab atau Pangur atau Pasah untu bagi masyarakat Jawa Mataraman, yaitu meratakan gigi bagian ujungnya. Di Madura upacara itu disebut Papar gigi’. Upacara itu masih dilakukan dalam keluarga dimana anak gadisnya sudah mendapatkan kain kotor yang pertama kali. Diasab dalam masyarakat Osing bisa dilakukan saat upacara pernikahan.

Upacara lain yang biasanya juga diadakan pada saat anak menjelang dewasa, yaitu upacara Ngruwat atau Nglukat. Ngruwat itu dilakukan oleh keluarga jika mempunyai anak hari kelahiran dan hari pasarannya sama dengan orang tuanya ataupun ibunya. Di samping itu, jika anak itu anak tunggal, anak kembar, baik laki-laki maupun perempuan semuanya. Menurut adat, upacara ngruwat itu dilakukan bilamana seorang anak termasuk: Ondal-andil (Ontang-anting) yaitu anak tunggal, Ontang-anting tunggak aren, Pendawa Lima, Pendawa adang, Pendawa epil-epil, Kendhana-kedhini, Kembang sepasang, Uger-uger lawang, Sendang kapit pancuran, Pancuran kapit sendang, Pancuran mas, Pancuran inten, dan sebagainya.

e.         Upacara Masa Dewasa

Upacara pernikahan juga disebut Manten Osing. Masyarakat Osing menggelar hajat mantenan dengan sangat patuh pada adat leluhurnya. Prosesinya bisa memakan waktu 1 minggu lebih. Upacaranya meliputi :

Ngarak Temanen Suku Osing (http://kabarinews.pointsoftouch.com)

•           Ngirim donga
•           Hataman
•           Sedekah
•           Selametan pecel pitik
•           Kebat-kebat (dari njenang dan sebagainya)
•           Ngasab
•           Paju dandang
•           Dumpilan
•           Ngarak manten
•           Mbuwang kuro

Jika dalam temanten itu terdapat anak bungsu, diadakan upacara Ngosek ponjen. Jika ragil bertemu ragil (bungsu) dari kedua mempelai, ada upacara Perang bangkat. Perkawinan anak pertama dengan anak pertama ada upacara perang tamper, ada peras pikul, peras suwun, dan sebagainya.

f.          Upacara Masa Tua

Pada masyarakat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, ada upacara Semoyo putu yang dilakukan jika suami-istri telah menikahkan semua anaknya, dari anak-anaknya itulah mereka berarti telah memiliki cucu. Semoyo putu juga biasa disebut Semoyo mantu. Upacaranya terdiri :
•           Sedekah (ada tumpeng serakat, pecel pitik, jenang pancawarna, jenang sengkala)
•           Siraman
•           Peras
•           Sego golong
•           Dan lain-lain

4.         Kesenian
Tari Ayam Jago (http://siskanurifah.wordpress.com)

Tari Gandrung (http://siskanurifah.wordpress.com)


Tari Barong
(http://siskanurifah.wordpress.com)
Kirab Tumpung Gunungan hasil bumi
http://banyuwangitourism.com/news/

Napak Tilas Gelaran yang di laksanakan setiap tahunnya ini, diikuti oleh seluruh masyarakat Banyuwangi. Menempuh jarak sejauh 3km, ratusan masyarakat antusias mengikuti acara tersebut dengan berbagai kostum yang mereka gunakan baik dari peserta perorangan maupun beregu. Selain itu, acara ini untuk memperingati perang puputan Bayu melawan tentara Belanda pada tahun 1771 lalu. Menempuh jarak 7 Km yang terdiri atas 2 Km jalan aspal dan 5 Km jalan setapak di tengah hutan mulai dari Lapangan Sragi hingga wana wisata Rowo Bayu, Tempat petilasan Prabu Tawangalun.

Namun ada yang berbeda dari Napak Tilas sebelumnya, warga desa Songgon juga mengelar kirab Pusaka dan kirab Tumpung Gunungan hasil bumi. Kirap yang menempuh jarak 3 Km ini juga finis di tempat yang sama, ratusan pusaka yang dikirap ini adalah pusaka peninggalan leluhur saat perang menghadapi tentara Belanda.

•           Festival Kuwung

Festival paling tua di kota yang biasa dijuluki “Sunrise of Java”. Pawai yang sudah dikenal sebagai agenda wisata tahunan Banyuwangi menjadi etalase yang memamerkan keaslian Banyuwangi, baik kekayaan budaya, adat, maupun potensi unggulan yang ditampilkan oleh perwakilan 24 kecamatan se-Kabupaten Banyuwangi.

Diawali dengan penampilan ritual adat Seblang Olehsari yang diperagakan para gadis muda yang menggambarkan tonggak sejarah Gandrung, pawai itu diikuti ratusan penari Gandrung dan berbagai atraksi adat lainnya seperti adat budaya kebo-keboan dan upacara kemanten Using.

Seribu peserta berpawai melintasi sepanjang jalan protokol sejauh dua kilometer. Pawai menempuh rute dari depan kantor bupati Banyuwangi di Jalan A Yani, Jalan PB Sudirman, Jalan Satsuit Tubun, dan berakhir di Taman Blambangan

Selain berbentuk parade berjalan, Festival Kuwung juga dikemas dengan parade mobil hias secara kolosal, memamerkan potensi lokal seperti kerajinan maupun destinasi wisata. Iringan musik khas seperti hadrah, kundaran, dan jaranan memeriahkan festival budaya autentik Banyuwangi.

•           Barong Ider Bumi

Barong Ider Bumi adalah agenda tahunan yang rutin diadakan oleh masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Acara ini diadakan dengan swadaya masyarakat dan pemerintah Kabupaten Banyuwangi memasukkan atraksi Barong Ider Bumi sebagai salah satu rangkaian agenda Pariwisata Banyuwangi Festival. Barong adalah semacam kostum dengan topeng dan pernak-pernik sebagai gambaran hewan yang menakutkan. Dalam kepercayaan masyarakat suku Osing, Barong dipercaya sebagai lambang kebaikan yang mempunyai kemampuan untuk mengusir roh-roh jahat. Masyarakat suku Osing percaya jika mengadakan tradisi Barong Ider Bumi, maka kehidupan setahun kedepan akan membahagiakan. Tradisi Budaya ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Yang Kuasa atas Karunia-NYA yang telah memberikan kententraman dan kemakmuran pada warga Desa Kemiren. Selain itu juga suku Osing percaya kalau tradisi ini digunakan untuk menghilangkan bala bencana. Tradisi Barong Ider Bumi dilaksanakan pada dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Kata Ider Bumi merupakan penggabungan dari dua kata yaitu Ider dan Bumi. Ider berarti mengelilingi / berkelling, dan Bumi artinya jagat/ tempat berpijak. Ider Bumi mempunyai arti mengelilingi tempat yang dipijak, intinya arti dari Barong Ider Bumi adalah mengarak barong mengelilingi desa. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa rombongan yang mengiringi barong saat berkelling desa. Di barisan depan adalah beberapa tokoh adat yang membawa bokor (warga Kemiren menyebutnya Lukiran) yang berisi uang logam Rp.100 berjumlah Rp.99.000 tepat, yang sudah dicampur beras kuning dan bunga sembilan warna. Lalu ada barisan 7 orang nenek yang mengenakan selendang berwarna putih polos dengan corak garis hitam yang disebut Selendang Solok.

Saat mengikuti iring-iringan barong, nenek-nenek tersebut sambil nginang/nyusur, dengan mengunyah daun sirih bercampur kapur gamping yang biasa dilakukan dalam masyarakat sejak dulu untuk menjaga keawetan gigi. Sebelum barong diarak keliling Desa, para sesepuh memainkan angklung di Balai desa untuk memulai ritual. Setelah itu, seluruh warga Desa Kemiren keluar rumah lalu mulai berbaris mengajak barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah barat menuju tempat.

KESIMPULAN

Indonesia negara berjuta-juta potensi wisata, baik lekuk keindahan alam dan ragam budaya tidak terkecuali Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Banyuwangi sebagai kawasan multikultural akibat sejarah dan perkembangannya merupakan kawasan potensi daya tarik wisata yang menarik. Selain kawah Ijen, Pulau Merah, Pantai Plengkung, dan masih banyak lagi, Banyuwangi juga khas dan popular dengan kekayaan buday suku Osing sebagai penduduk dominan di kabupaten tersebut.

Wisata Osing pun berperan sebagai wisata cagar budaya. Berisi muatan kegiatan dan ragram wisata yang mengeksplore kehidupan dan budaya suku Osing, kebiasaan dan upacara adat yang masih dilakukan sampai saat ini berdasarkan siklus kehidupan manusia, serta kesenian-kesenian suku Osing seperti Tari Gandrung, Tari Ayam Jago, dan Tari Barong. Di samping tari Barong terdapat juga Barong Ider Bumi. Barong adalah semacam kostum dengan topeng dan pernak-pernik sebagai gambaran hewan yang menakutkan. Dalam kepercayaan masyarakat suku Osing, Barong dipercaya sebagai lambang kebaikan yang mempunyai kemampuan untuk mengusir roh-roh jahat. Masyarakat suku Osing percaya jika mengadakan tradisi Barong Ider Bumi, maka kehidupan setahun kedepan akan membahagiakan. Tradisi Budaya ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Yang Kuasa. Tradisi Barong Ider Bumi dilaksanakan pada dua hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Selain itu Napak Tilas, acara ini untuk memperingati perang puputan Bayu melawan tentara Belanda pada tahun 1771 lalu. Perang   Puputan Bayu adalah peperangan yang terjadi antara pasukan VOC Belanda  dengan pejuang-pejuang Blambangan pada tahun 1771-1772 di bayu (Kecamatan Songgon sekarang).

Masih sangat banyak budaya yang dilestarikan oleh kabupaten Banyuwangi sampai saat ini. Keindahan dan keunikan ragam budaya yang kaya ini kemudian dikemas dengan menarik dalam beberapa event, festival, bahkan desa adat. Oleh karena itu, patutlah kita juga bangga dengan kekayaan ragam budaya negara kita Indonesia, dan melestarikannya sama seperti masyarakat Banyuwangi dan masyarakat daerah lainnya dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA

http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2014/05/desa-wisata-kemiren-suku-osing-using.html
http://sunriseofjava.com/berita-178-menengok-desa-wisata-kemiren.html
http://banyuwangitourism.com/news/memperingati-hari-jadi-banyuwangi-harjaba-yang-ke-242-banyuwangi-gelar-napak-tilas.html
http://banyuwangitourism.com/content/barong-ider-bumi


20 comments:

  1. Sudah bagus. Trimakasih memberi info tentang Banyuwangi

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Tulisan yang menarik, terus semangat dalam menulis.

    ReplyDelete
  4. Sangat menginspirasi kalangan muda untuk mengenal lebih dekat gambaran budaya Banyuwangi yang tak kalah dari sisi kualitas.

    ReplyDelete
  5. Terimakasih atas informasinya ribka hotma gabe... :*

    ReplyDelete
  6. Pas saya baca ini, saya langsung penasaran dgn budaya banyuwangi secara langsung, bermanfaat banget infonya. Ternyata banyuwangi itu tdk kalah unik dan menarik dar kota-kota lain yg ada di indonesia. Terima kasih untuk infonya :)

    ReplyDelete
  7. Infonya sangat lengkap sekali, terima kasih gabe

    ReplyDelete
  8. Infonya sangat lengkap sekali, terima kasih gabe

    ReplyDelete
  9. Ternyata Banyuwangi sangat kaya akan budaya dan destinasi wisata, merupakan The Sunrise of Java lagi. Banyuwangi keren.. :)

    Makasih infonya sangat menambah wawasan saya

    ReplyDelete
  10. Ternyata banyuwangi mempunyai budaya dan destinasi yg tidak kalah dari kota-kota lain di indonesia jadi wajar saja mereka merupakan the sunrise of java.

    ReplyDelete
  11. Membahas kebudayaan banyuwangi secara detail, keren!! Terimakasih infonya :)

    ReplyDelete
  12. terimakasih utk informasinya.
    saran saya utk menambah foto dalam momen festival kuwung. karena biasanya festival itu ramai dan menarik. oke. sekian

    ReplyDelete
  13. Bermanfaat banget nih, bisa untuk referensi wisata dan menulis juga. Thanks banget infonya.

    ReplyDelete
  14. Ternyata banyak sekali tempat wisata di banyuwangi dan ternyata tarian barong dr banyuwangi? Wow info yg menarik

    ReplyDelete
  15. Jadi lebih tau tentang banyuwangi...ah pengen kesana mau liat sunrisenya hehe.. Makasih ya infonya, jd lebih tau tentang banyuwangi

    ReplyDelete
  16. Waw jadi pingin punya pacar org banyuwangi

    ReplyDelete
  17. Wahh keren yaa bayuwangi jadi pengen rencana liburan kesana ..ihiyyy

    ReplyDelete
  18. Artikel yang bagus membahas daerah di ujung timur Jawa

    ReplyDelete
  19. waah infonya sangat berguna.. jadi nambah lagi ilmunya☺

    ReplyDelete