Simbiosis suku Baduy dalam dan suku Baduy Luar.
Hay gaess !!!
perkenalkan nama saya Thesar Mahardika saya merupakan Mahasiswa UNJ semester 3
prodi Usaha Jasa Pariwisata Angkatan 2014. Pada postingan kali ini saya akan
membahas simbiosis suku baduy luar dan
suku baduy dalam. Simbiosis merupakan pola intreaksi yang sangat erat dan
khsusus dua mahluk yang berlainan jenis.
Suku Baduy merupakan
kelompok masyarakat adab sub-etnis sunda di wilayah kabupaten lebak, banten.
Populasi merekam sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah
salah satu suku yang menerapakan isolasi dari dunia luar. suku baduy terbagi
menjadi 2 suku yaitu suku baduy dalam dan suku baduy luar.
Suku baduy dalam dengan batasan hukum yang tetap, tegas, serta
mengikat ke semua pihak dan semua aspek kehidupannya. Sedangkan Baduy Luar
adalah komunitas Baduy yang dipersiapkan sebagai penjaga, penyangga, penyaring,
pelindung sekaligus penyambung silaturahmi yang intensif dengan pihak luar
sebagai bentuk penghargaan, kerja sama, dan partisipasi aktif dalam kegiatan
kenegaraan untuk menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu suku bangsa yang
sama – sama memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara Indonesia
lainnya. Mereka sangat memegang teguh pikukuh karuhun, yakni suatu doktrin yang
mewajibkan mereka melakukan berbagai hal sebagai amanat leluhurnya. Pikukuh
karuhun tersebut antara lain mewajibkan mereka untuk: 1. Betapa bagi
kesejahteraan dan keselamatan pusat dunia dan alam semesta, 2. Memelihara
sasaka pusaka buana, 3. Mengasuh ratu memelihara menak, 4. Menghormati guriang
dan melaksanakan muja, 5. Melakukan serba setahun sekali, 6. Menyelenggarakan
dan menghormati upacara adat ngalaksa, 7. Mempertahankan dan menjaga adat bulan
kawalu. Masyarakat Baduy meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan dan
dipelihara oleh kekuasaan Tunggal Maha Pencipta yang mereka sebut Adam Tunggal.
Mereka juga mempercayai roh – roh nenek moyang mereka dengan sebutan guriang
yang selalu menjaga dan mendampingi kehidupan mereka. Di samping itu, mereka
menganggap bahwa Nabi Adam adalah leluhur dan diakui sebagai Nabinya. Sedangkan
Nabi Muhammad dipandang sebagai saudara muda dari keturunan mereka yang
memiliki amanat sebagai penutup kesempurnaan perjalanan sejarah keyakinan
manusia untuk mengkiblati Ka’bah, sehingga pada upacara tertentu mereka
mengenal dan membaca Dua Kalimah Sahadat sebagai penyempurna dari sahadat –
sahadat lainnya. Keyakinan dan kepercayaan semua itu mereka namakan Agama Islam
Sunda Wiwitan.
Dua komunitas kesukuan baduy yang ada sekarang dengan jalinan kehidupan
yang harmonis antara keduanya, saling membantu, saling menghargai dan saling
menyelamatkan, hidup rukun dan damai jauh dari perselisihan, persengketaan, dan
kegaduhan secara filosofi adalah gambaran dan petunjuk pada kita bahwa Yang
Maha Kuasa menciptakan alam semesta dan kehidupan ini selalu berpasang –
pasangan untuk menjadi satu kesatuan yang kokoh, untuk direnungi, dihayati, dan
ditafakuri. Masyarakat Baduy Dalam dengan segala ketaatan, kepatuhan, serta
keikhlasan untuk selalu menunaikan amanat leluhur serta berani menerima
konsekuensi atas piliha hidupnya adalah salah satu contoh potret kehidupan
masyarakat yang kehidupan kesehariannya dilandasi oleh kesadaran, keteguhan,
dan kejujuran atas keyakinan yang mereka yakini kebenarannya. Sedangkan Baduy
Luar adalah salah satu contoh dan potret nyata masyarakat yang setia sebagai
saudara untuk selalu menjaga, melindungi, serta membantu berbagai kebutuhan,
harapan, dan permasalahan Baduy Dalam walaupun mereka memiliki perbedaan dalam
arti kebebasan atau keringanan pelaksanaan hukum adat dalam bentuk kegiatan
gotong royong dan/ atau dalam bentuk musyawarah di lembaga adat. b.
Perbandingan Antara Suku Baduy Dalam dengan Suku Baduy Luar Perbedaan
Persamaan/ Keseragaman Baduy Dalam Baduy Luar
Suku baduy dalam tidak
boleh menggunakan kendaraan - Dilarang memiliki alat – alat elektronik seperti
radio, HP, foto, dan lain – lain. - Dilarang poligami dan tindakan asusila -
Dilarang memiliki dan menggunakan perhisan emas buat wanita, merokok bagi laki
– laki - Warga tidak diperkenankan membuka warung untuk berdagang. 7. Pola
Hidup - dengan segala keterbatasan, ketat, dan banyaknya larangan hukum adat,
maka pola hidup sehari – hari warga baduy dalam sangat sederhana dan simple,
ikhlas dan menerima hidup apa adanya, ketaatan dan kepatuhan kepada hukum adat
tinggi sekali, sikap tolerasi dan budaya gotong royong masih kuat, disiplin terhadap
waktu. memiliki alat elektronik modern terutama radio, televisi, sampai saat
ini masih dilarang. 6. Pola hidup - Mengingat kelonggaran hukum adat maka pola
hidup baduy luar sudah mengadopsi model atau gaya hidup modern, tetapi masih
dalam batas – batas normal disesuaikan dengan hukum adat yang berlaku. Beberapa
individu dan kelompok sudah memulai menjalin kerjasama dalam berdagang juga
sudah berorientasi pada bisnis (pola hidup konsumtif).
masyarakat di Baduy.
Pandangan masyarakat Baduy relatif sama terhadap hubungan antara kehidupan
sosial budaya, ekonomi, serta pengelolaan lingkungan. Mereka mampu membuat
instrumen-instrumen yang menjamin keberlanjutan kehidupan disana. Mereka tidak
pernah mengenal istilah pembangunan berkelanjutan yang dideklarasikan oleh
Negara-negara anggota UN di Rio de Janerio atau Education for Sustainable
Development yang dibawa oleh UNESCO. Meskipun demikian dengan belajar dari
keyakinan dan tata nilai mereka mampu membuat intrumen-instrumen untuk
menciptakan sustainable development di wilayah mereka. Ada tiga aspek kehidupan
yang diciptakan oleh masyarakat Baduy untuk menciptakan keberlanjutan kehidupan
mereka, yaitu sistem sosial dan budaya yang sangat kuat, pengaturan sistem
ekonomi berbasis pada pemenuhan kebutuhan primer, dan pengaturan pengelolaan
lingkungan hidup. Ketiga aspek tersebut ditata oleh mereka untuk menjamin
terciptanya kehidupan yang layak bagi masyarakat Baduy. C. Agama, Ideologi dan
Budaya Baduy adalah masyarakat yang meyakini Nabi Adam sebagai leluhur langsung
mereka da mengklaim mereka sebagai komunitas paling tua di dunia atau suatu
kelompok keturuan dari manusia pertama yang diturunkan Allah ke muka bumi ini
dengan sebutan Adam Tunggal, kemudian tanah ulayat yang sekarang mereka tempati
diyakini juga sebagai tanah awal diturunkannya Adam Tunggal ke muka bumi ini
sehingga wilayah tersebut mereka anggap sebagai intinya jagat dan cikal adanya
manusia di muka bumi ini. Seluruh keyakinan itu mereka namakan Agama Slam Sunda
Wiwitan. Agama Slam Sunda Wiwitan adalah ajaran khusus yang diperuntukkan untuk
kesukuan mereka dan tidak untuk disebarkan kepada masyarakat luar. Ajaran ini
juga melekat pada kehidupan sehari – hari mereka dalam bentuk kegiatan –
kegiatan adat, ajaran ini lebih menekankan pada bagaimana manusia ini menjaga
dan memelihara dan lingkungan. Keyakinan dalam kehidupan yang menghargai alam
sebagai pelindung kehidupan mereka, memunculkan banyak ritual-ritual serta
aturan-aturan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka berpendapat kerusakan pada
alam berarti kerusakan pada manusia yang ada di dalamnya. Bencana alam hanya
akan muncul
. ketika manusia mulai mengusik ketenangan alam. Ketakutan mereka pada
bencana-bencana alam yang muncul justru semakin mendekatkan mereka pada alam
dan menghindari dari kerusakan-kerusakan. Dikatakan oleh pemimpin mereka bahwa
alam bukanlan sumber daya yang harus dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya, tetapi alam merupakan titipan dari Tuhan untuk dijaga manusia
untuk generasi yang akan datang. Dengan filosofi seperti itu mereka menjaga
kelestarian lingkungan di Desa Kanekes secara turun temurun. Masyarakat Baduy
memiliki kepercayaan, bahwa mereka tercipta di bumi sebagai kelompok penjaga
alam baik hutan dan air di lingkungannya. Mereka beranggapan bahwa Desa Kanekes
merupakan salah titik pusat alam di dunia, sehingga jika titik pusat tersebut
rusak karena ulah manusia maka Pulau Jawa akan terjadi bencana dan kehancuran.
Kepercayaan dan anggapan tersebut mendorong masyarakat Baduy untuk secara
mati-matian menjaga kelestarian lingkungannya. Dari alam mereka mampu memenuhi
kebutuhan dasar sehari-hari, yaitu makan, tempat tinggal, dan pakaian. Bagi
mereka kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup di dunia adalah tiga hal
tersebut, sehingga selebihnya bukanlah kebutuhan tetapi keinginan atau nafsu
manusia. Tidak ada usaha masyarakat Baduy untuk memperkaya diri, tetapi hanya
memenuhi kebutuhan dasar mereka saja. Meskipun hidup dalam kondisi seperti itu,
masyarakat Baduy hidup sangat mandiri tidak pernah berharap atau meminta
bantuan dari luar. Kemandirian untuk menolak bantuan terutama dari luar ini
berhubungan dengan dua hal, pertama mereka memiliki prinsip bahwa lebih baik
menolong daripada ditolong dan kedua mereka mencoba melakukan filter terhadap
modernisasi. Prinsip lebih baik menolong ini bukan sekedar slogan tetapi
benar-benar merupakan spirit yang diterapkan diseluruh aspek kehidupan.
Sementara penolakan atau penerimaan bantuan dari luar harus mendapatkan izin
dari pemimpin tertinggi mereka. Masyarakat Baduy sangat ketat sekali untuk
melakukan filterisasi budaya dari luar. Pemerintah Indonesia pernah menawarkan
bantuan untuk melakukan perkerasan terhadap jalan di Baduy, tetapi mereka
menolaknya dengan alasan bahwa perkerasan jalan akan mengubah kondisi alam yang
juga akan memberikan dampak perubahaan kebiasaan hidup mereka.
KESIMPULAN : Kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua
atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan
yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Dinamika kelompok berarti
suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai
hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.
Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang
berlangsung dalam situasi yang diambil secara bersama – sama. Baduy merupakan
suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak,
Banten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan
salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga
memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.
Terdapat dua macam kelompok di baduy yaitu Baduy dalam dan baduy luar.Baduy
dalam dapat dikatakan representasi dari masyarakat Baduy masa lalu yang
mendekati pada pewaris asli budaya dan amanat leluhur kesukuan mereka.
Penetapan secara khusus wilayah perkampungan Baduy Dalam yang hanya berlokasi
di tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik dengan batasan hukum
yang tetap, tegas, serta mengikat ke semua pihak dan semua aspek kehidupannya. Sedangkan
Baduy Luar adalah komunitas Baduy yang dipersiapkan sebagai penjaga, penyangga,
penyaring, pelindung sekaligus penyambung silaturahmi yang intensif dengan
pihak luar sebagai bentuk penghargaan, kerja sama, dan partisipasi aktif dalam
kegiatan kenegaraan untuk menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu suku
bangsa yang sama – sama memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga
negara Indonesia lainnya.
Suku
Baduy Luar
Daftar Pustaka
Prodi : usaha jasa pariwisata UNJ kelas A angkatan 2014
Nim : 4423143975
suku baduy dalam luar biasa masih bisa mempertahankan adaistidatnya samapi sekarang
ReplyDeleteikatan persaudaraan baduy dalam dan luar top dech.
ReplyDeletehidup suku baduy.khususnya untuk baduy dalam semoga tetap menjaga peninggalan para leluhur.
ReplyDeletebaru tau kalau kehidupan baduy begini.
ReplyDeleteorang baduy dalam kuat banget dah jalannya.baduy memang nilai adat nya masih sangat kental sekali.
ReplyDeletekepingin ke baduy dech.kayaknya seru bertemu langsung dengan orang baduynya/
ReplyDeletekehidupan baduy sangat senderhana sekali.kok bisa gitu ya.
ReplyDeleteorang baduy solidaritas sangat tinggi walaupun hidup di tengah-tengah kesederhanaan.
ReplyDeleteindonesia bangga mempunyai suku baduy.semoga suku baduy akan selalu ada dengan adatistiadatnya yang kental.
ReplyDeleteKeren
ReplyDeletejadi ingin merasakan menjadi orang baduy nih. hihi
ReplyDelete