Pemanduan Wisata Budaya
“KUDUS”
Kabupaten
Kudus (bahasa Jawa: Hanacaraka ꦑꦸꦢꦸꦱ꧀; Latin Kudus) adalah
sebuah Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Ibukota Kabupaten ini adalah Kota Kudus, terletak di jalur pantai timur laut Jawa Tengah antara Kota semarang dan Kota Surabaya. Kota ini berJarak 51 kilometer
dari timur kota semarang.
Kabupaten
Kudus berbatasan dengan Kabupaten Pati di timur, Kabupaten Grobongan dan Kabupaten Demak di Selatan, serta Kabupaten Jepara di barat. Kudus dikenal sebagai kota penghasil Rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah dan juga dikenal sebagai kota Santri. Kota ini adalah pusat perkembangan Agama Islam pada abad
pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari adanya tiga makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu.
1. Asal Nama Kudus
Dahulu Kota
Kudus bernama Kota Tajug.
Disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak Tajug, Tajug merupakan
bentuk atap arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat.
Tajug dahulunya dijadikan tempat bersembahyang warga Hindu di daerah
tersebut. Dengan demikian kota Tajug dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan
tertentu, kota ini dianggap suci bagi warga setempat yang merupakan beragama Hindu.
Ja'far
Shadiq (Sunan Kudus) tidak menghilangkan makna kekeramatan dan kesucian kota
Tajuk, terbukti Ja'far Shadiq (Sunan Kudus) menamai kota tersebut dengan nama
Kota Kudus berasal dari bahasa Arab yang berarti Suci. Kudus bukan satu-satunya kabupaten
yang menyandang nama Arab di Tanah Jawa karena Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal juga berasal dari Bahasa Arab.Pada mulanya Sunan Kudus yang sedang mencari ilmu di Arab ,tepatnya di Palestina, di kota Yerusalem menghadapi sebuah wabah, lalu ditugaskan pemimpin daerah
itu untuk menghentikannya, dan berhasil memusnahkan wabah tersebut. Atas nama
balas budi, pemimpin daerah itu memberi tanah kepada dia, tapi dia menolak. Sunan Kudus lebih suka membina tanah di tanah jawa, lalu pemimpin
daerah itu memberi sebuah piagam batu, sebagai tanda hadiah kepemilikan tanah.
Setelah pulang ke jawa, Sunan Kudus berdakwah di Kota Tajug (nama Kota Kudus sebelum islam),
lalu berdakwah, dan membangun masjid di sana. Kini masjid itu dikenal sebagai Masjid Menara Kudus,
dan piagam kepemilikan tanah itu ditempatkan di atas mihrab, dan menandai
berdirinya Kota Kudus. Sebenarnya disebut Al-Quds, tapi karena lidah orang
Jawa, cukup disebut Kudus saja.
2. Rumah Adat Kudus
·
Ciri khas dari rumah adat Kudus
Rumah
Adat Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan pada tahun
1500 – an M, dibangun dengan bahan baku 95 % berupa kayu jati (Tectona grandis)
berkualitas tinggi dengan teknologi pemasangan sistem “knoc-down” (bongkar
pasang tanpa paku). Rumah Adat Kudus merupakan salah satu rumah tradisional
yang terjadi akibat endapan suatu evolusi kebudayaan manusia, dan terbentuk
karena perkembangan daya cipta masyarakat pendukungnya. Proses akulturasi
arsitektur tradisional asli Kudus memakan waktu yang cukup panjang, mengingat
banyaknya kebudayaan asing (Hindu, Cina, Eropa, dan Persia / Islam) yang masuk
ke kawasan Kudus dengan waktu yang cukup panjang.
3. Ivent Tradisional di Kudus
1.
Dhandhangan
Dhandhangan (juga
ditulis dandangan) merupakan festival yang diadakan
di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, untuk menandai
dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadan. Masjid
Menara Kudus biasanya menjadi pusat keramaian pada acara ini. Menurut
tradisi, nama dhandhangan diambil dari suara beduk masjid
tersebut saat ditabuh untuk menandai awal bulan puasa.
Awalnya, dhandhangan adalah tradisi berkumpulnya
para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan
untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.
Selanjutnya, kesempatan ini juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di
sekitar masjid sehingga akhirnya kini dikenal masyarakat sebagai pasar
malam yang ada setiap menjelang Ramadan.
Pada perayaan ini beragam barang
dijual dan pada masa kini sering diikutkan berbagai sponsor dari sejumlah
industri besar. Meskipun demikian, ada satu mainan yang selalu terkait dengan
festival ini, yaitu kepala "Barongan Gembong Kamijoyo". Selain itu,
diadakan pula berbagai acara kebudayaan seperti festival rebana dan pawai (kirab).
2.
Ampyang Maulid
Ampyang Maulid adalah sebuah perayaan di Kabupaten Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon guna memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Ampyang
maulid menjadi salah satu budaya yang dilestarikan sampai sekarang dan
diperingati setiap tanggal 12 Robi’ul
Awwal. Pada peserta acara ini meliputi
musholla-musholla serta dukuh yang berada di kawasan Loram Kulon. Namun lama
kelamaan tradisi ini justru makin berkembang sehingga menyebabkan para peserta
bertambah, mulai dari madrasah-madrasah bahkan organisasi serta lembaga-lembaga luar Loram Kulon.
Karakteristik Ampyang Maulid dapat diartikan sebagai perayaan
yang bernuansa da’wah Islamiyah yang dilaksanakan oleh Masyarakat Desa Loram Kulon dalam rangka memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW di Masjid Wali Loram Kulon.
4.
Objek Wisata di Kudus
1.
Masjid Menara Kudus
Masjid
Menara Kudus (disebut juga dengan Masjid Al Aqsa dan Masjid
Al Manar) adalah sebuah mesjid yang dibangun olehSunan
Kudus pada tahun 1549 Masehi atau
tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul
Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak
di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa
Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa
bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara
budaya Islam dengan budaya Hindu. Pada masa kini, masjid ini
biasanya menjadi pusat keramaian pada festival dhandhangan yang
diadakan warga Kudus untuk menyambut bulan Ramadan.
2.
Tugu
Identitas Kudus
Tugu Identitas Kudus terdapat di
tengah kota Kabupaten Kudus tepatnya di depan Matahari Departement
Store. Tugu ini dibangun mulai tanggal 25 Mei 1986 dan peresmiannya dilakukan
oleh Gubernur Jawa Tengah, H. Ismail, pada tanggal 28 September 1987. Bentuk keseluruhan
Tugu Identitas Kudus merupakan stylisasi Menara Kudus, yang selama ini telah
dinyatakan sebagai bentuk bangunan yang menjadi ciri khas daerah Kudus dan
telah menjadi Lambang Daerah Kabupaten Kudus.
3.
Museum Kretek
Museum Kretek adalah sebuah museum yang terletak di Kudus, Jawa
Tengah, Indonesia.
Bangunan
Museum Kretek yang berdiri di atas areal seluas 2 H ini
terbilang sangat indah dan megah. Di depannya ada dua bangunan terpisah
berasitektur rumah adat Kudus dan surau gaya Kudus.
Lokasi Museum ini tak terlalu sulit untuk dijangkau, baik dengan kendaraan
pribadi maupun umum. Kota Kudus terletak 50 km timur Semarang, paling tidak
bisa menghabiskan waktu kurang dari satu jam dari Semarang.
Museum kretek didirikan bertujuan
untuk menunjukan bahwa kretek berkembang sangat pesat di tanah
jawa khususnya di kota kudus. Di museum ini diperkenalkan mulai dari
sejarah tentang kretek hingga proses produksi rokok kretek, mulai dari pembuatan
secara manual sampai menggunakan teknologi modern. Di sana juga bisa
ditemukan siapa saja tokoh-tokoh yang berperan besar dalam
memajukan bisnis rokok di Indonesia.
Interior museum dipenuhi dengan
patung-patung dan berbagai macam perlengkapan pembuatan rokok. Patung-patung
itu adalah hasil karya seniman-seniman Kudus, khususnya dari kalangan pendidik.
Nama: Muhammad
Arifta
4423143965
Usaha Jasa Pariwisata 2014 A
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment