MENGENAL LEBIH DEKAT KEBUDAYAAN SUNDA DI KAMPUNG SINDANGBARANG BOGOR
Tulisan ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah wisata budaya. Untuk itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Shobirienur Rasyid selaku dosen mata kuliah Budaya Indonesia yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini kepada saya. Tak ketinggalan, juga kepada
semua pihak yang ikut terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan tugas ini.
Saya berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kekayaan budaya yang terdapat
di Kampung Sindangbarang Bogor ini.
Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran membangun
guna sempurnanya tulisan ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
PEMBAHASAN
Indonesia memang kaya akan budaya. Disetiap sudut
kota, pasti selalu saja ada budaya menarik yang bisa diulik. Hal ini memang
terbukti, untuk menjajal pengalaman berwisata budaya, tidak perlu jauh-jauh
sampai ke pedalaman terasing, sebagai permulaan, Bogor bisa menjadi salah satu
pilihan tepat untuk menghabiskan waktu liburan, terutama untukmu yang tinggal
di Jabodetabek.
Ya, kota yang selama ini dikenal sebagai penyebab
banjir Ibukota, rupanya cukup menjadi destinasi favorit wisatawan untuk
menghabiskan waktu liburan bersama keluarga. Hal ini disebabkan karena Bogor
memang terkenal dengan wisata alam dan buatannya. Namun, tahukah kamu jika
Bogor memiliki sisi lain berupa destinasi wisata budaya lokal yang telah
digarap dengan baik oleh masyarakat setempat? Penasaran? Simak terus ya..
Jika kamu ingin mendapat pengalaman liburan
sekaligus menyelami kearifan lokal dan budaya masyarakat sunda secara mendalam,
kamu wajib mengunjungi kampung Budaya Sindangbarang yang berlokasi di Jalan E
Sumawijaya, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Jaraknya
tidak terlalu jauh dari pusat Kota bogor, namun untuk menuju lokasi, kamu harus
menghadapi jalan yang berkelok-kelok, dan tidak ada angkutan umum yang melewati
kawasan tersebut. Direkomendasikan untuk menggunakan sepeda motor hingga ke
lokasi. Karena selain cepat, sepeda motor mampu menjamah jalan kecil hingga
sampai ke depan Kampung Budaya Sindang Barang.
Berikut aku lampirkan peta lokasi Sindangbarang
supaya memudahkanmu dalam menjajal destinasi ini :
Peta lokasi Sindangbarang
via http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/
|
GAMBARAN UMUM DESTINASI
Kampung Sindangbarang yang
menawan via indonesiaexplorer.net/
|
Saat memasuki Kampung Budaya Sindang Barang rasanya
seperti menemukan jejak kasepuhan Sunda yang telah lama hilang. Pemandangan
indah dengan udara sejuk khas pegunungan di kaki Gunung Salak menjadi daya
tarik lainnya. Kampung budaya ini selalu terbuka untuk siapapun yang ingin
mempelajari lebih dalam tentang tradisi Sunda Bogor sekaligus mengulik tentang
sejarah kasepuhan Sunda Bogor di masa lalu.
Kampung budaya Sindangbarang menyajikan delapan
macam jenis kesenian Sunda yang sudah direvitalisasi dan dilestarikan oleh para
penduduknya. Disini juga terdapat berbagai situs-situs purbakala peninggalan
dari kerajaan Pajajaran yang berupa bukit-bukit berundak.
Nama Sindangbarang sendiri telah tercatat dalam
Babad Pakuan/Padjajaran sebagai salah satu daerah penting kerajaan Sunda dan
Padjajaran. Hal ini terjadi karena di Sindangbarang terdapat salah satu keraton
kerajaan tempat tinggal salah satu istri dari Prabu Siliwangi yang bernama Dewi
Kentring Manik Mayang Sunda. Sedangkan penguasa Sindangbarang saat itu adalah
Surabima Panjiwirajaya atau Amuk Murugul. Bahkan Putra Prabu Siliwangi dan
Kentring manik Mayang Sunda yang bernama Guru Gantangan lahir dan dibesarkan di
Sindangbarang. Sampai saat ini masih ada peninggalan purbakala berupa Taman Sri
bagenda di Sindangbarang, yaitu taman yang berupa kolam dengan panjang 15 X 45
meter, dan 33 buah titik Punden Berundak.
Agar nilai-nilai budaya ini tidak hilang, akhirnya
terdapat ide untuk membangun ulang Kampung Budaya ini. Didiskusikan dengan para
budayawan Sunda, seperti almarhum Anis Djati Sunda, Eman Sulaeman, Inoci,
Hendra, Ukat serta kokolot Sindangbarang, akhirnya diputuskan untuk melakukan
pembangunan kembali dimulai pada 2007 di atas lahan milik keluarga Sumawijaya
di Kampung Sindangbarang, Desa Pasir Eurih. Daerah ini dipilih karena merupakan
lokasi situs sejarah Pakuan Sindangbarang. Tercatat ada 78 situs, antara lain,
berupa Punden Leuweung Karamat, batu tapak, menhir, mata air Jalatunda, Taman
Sri Bagenda, punden Majusi, bukit kecil berundak, dolmen dan punden Surawisesa.
Pembangunan Kampung Budaya Sindangbarang ini juga
melibatkan penduduk setempat, dan mendapat bantuan tenaga teknis dari Kasepuhan
Cipta Gelar Sukabumi. Bahkan, sebagian material bangunan, seperti atap injuk dari
pohon Aren berasal dari Pegunungan Halimun sedangkan kayu diambil dari Banten
Selatan.
SEJARAH
Kampung Sindangbarang adalah kampung tertua di
Bogor, sudah ada sejak jaman kerajaan Sunda. Kampung ini diyakini sudah ada
sejak abad ke-XII. Menurut latar belakang sejarah yang terpapar dalam Babat
Padjajaran dan tertulis juga dalam pantun Bogor, Sindang Barang diyakini
sebagai kerajaan bawahan Prabu Siliwangi dengan Kutabarang sebagai ibukotanya.
Selain itu, tempat ini merupakan keraton tempat tinggal salah satu isteri dari
prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Berlatar sejarah
tersebut, kini Sindang Barang menjelma menjadi kampung budaya yang bertekad
meneruskan kearifan lokal dari akar tradisi leluhur mereka. Sehingga budaya dan
kesenian khas Sunda masih tetap terjaga. Situs purbakalanya pun masih tetap
lestari. Peninggalan jaman Kerajaan Sunda yang terlihat saat trekking melewati
sawah dan sungai di Sindangbarang.
KESENIAN
Kampung budaya Sindangbarang ini menyajikan beragam
kesenian khas Sunda, diantaranya :
PAREBUT SEENG
Parebut Seeng via http://siliwangitrans.com/ |
Di Sindangbarang, biasanya kesenian ini diadakan
sehari sebelum hari pernikahan (akad nikah), yaitu pada upacara besanan. Sesuai
dengan perkembangan zaman, akhirnya kesenian ini dilakukan pada saat sebelum
akad nikah. Di halaman depan rumah, calon pengantin perempuan didampingi kedua
orang tua, para sesepuh, dan bobotoh
(penyemangat). Sedangkan yang menyambut kedatangan rombongan calon pengantin
pria adalah seorang pendekar. Pihak tuan rumah dalam acara ini harus menyediakan
sebuah hawu atau tungku tradisional sebagai persyaratan. .
Rombongan calon pengantin pria terdiri dari :
- kedua orang tua calon pengantin pria
- para kerabat dan para sesepuh lainnya
- bobotoh atau pendekar yang mengepit sebuah seeng (dandang)
- pembawa dongdang berisi berbagai macam peralatan rumah tangga
- pemain reog
Setelah kedua pihak saling berhadapan dan
berbasa-basi melalui juru bicaranya masing-masing, pihak calon pengantin pria mengemukakan
maksud kedatangannya serta pihak calon
perempuan memberikan jawabannya.
Kemudian acara dilanjutkan dengan atraksi adu laga parebut seeng. Sebuah
seeng atau dandang diikatkan pada punggung pendekar dari pihak tamu, sementara
pendekar dari pihak tuan rumah harus dapat merebutnya. Kedua pendekar saling memperagakan
kepandaian silatnya masing-masing diiringi
bunyi gendang pencak. Adu laga
tersebut akan berakhir apabila seeng tersebut dapat direbut oleh pendekar dari
calon pengantin perempuan. Seni atraksi
parebut seeng kadang-kadang ditampilkan oleh dua atau tiga pasangan yang
dimainkan secara bergiliran atau
bersamaan.
Setelah atraksi parebut seeng ini selesai, kemudian
diteruskan dengan acara puncak yaitu akad nikah.
Sejarah Parebut Seeng
Parebut seeng merupakan salah suatu jenis atraksi
pertunjukan seni yang terdapat di Kabupaten Bogor. Dalam peragaannya kesenian ini memperlihatkan
gerak atau jurus-jurus dasar silat. Awalnya kesenian ini tumbuh di
Cimande. Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor yang merupakan pusat seni
bela diri yang terkenal. Di tempat
tumbuhnya sendiri seni ini disebut tepak
seeng dan ditampilkan pada acara-acara pernikahan. Kesenian ini kemudian
menyebar ke berbagai tempat seiring dengan penyebaran ilmu bela diri pencak
silat itu sendiri. Sekitar tahun 1925-an
salah seorang warga Sindangbarang Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari (waktu itu termasuk Kecamatan
Ciomas) yang bernama Bapak Ujang Aslah bermukim di Cimande belajar pencak silat
aliran Cimande dari Abah Haji Hasbulloh.
Setelah lima tahun mempelajari persilatan kemudian ia kembali ke kampungnya dan mulai mengajarkan persilatan
aliran Cimande. Seiring berjalannya waktu dan usianya makin menua akhirnya dia
menurunkan ilmunya kepada murid-muridnya di antaranya kepada Sdr. Ukat S. Berkat usaha-usahanya seni parebut seeng tersebut
dapat diangkat kembali tepatnya mulai tahun 2006. Selain itu sebelumnya di bawah asuhan Lurah Pasireurih yaitu Bapak Etong
Sumawijaya, sejak tahun 1950-1970-an
pencak silat aliran Cimande berikut atraksi tepak seeng yang kemudian
dinamakan parebut se’eng serta berbagai jenis kesenian tradisional lainnya
berkembang dan menyebar ke berbagai
tempat. Berbagai macam kesenian tradisional
sering dipertunjukkan pada acara-acara seperti acara sidekah bumi (seren
taun), acara 17 Agustusan, besanan, dan
lain-lain
Kegiatan almarhum Bapak Etong Sumawijaya dalam bidang kesenian tersebut dilanjutkan
oleh salah seorang cucunya yang bernama Maki Sumawujaya hingga saat ini.
ANGKLUNG GUBRAK
Angklung Gubrak via http://www.indonesiakaya.com/ |
Angklung Gubrag merupakan kesenian yang sudah ada
sejak zaman kasepuhan. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk seni dari pola
kehidupan masyarakat Sunda yang agraris. Dahulu, ketika ingin menanam dan
memanen padi, masyarakat Sunda menggunakan angklung gubrag sebagai iringan.
Bagi masyarakat Sunda tempo dulu, hal-hal yang berkaitan dengan perladangan
dianggap sebagai suatu yang sakral. Karena diangggap sakral, maka setiap
masyarakat yang hendak menanam dan memanen padi harus dilalui dengan sebuah
ritual.
Abah Ukat, salah seorang dari kampung Budaya
Sindang Barang mengatakan, sejak dulu orang Sunda menentukan hari tanam dengan
menggunakan ilmu perbintangan, kalau bintangnya sudah terlihat, maka besoknya
masyarakat sudah mulai nandur (nanam). Jika jatuhnya hari Minggu, maka ketika
nandur diharuskan menghadap ke selatan karena sudah ada hitung-hitungannya,
tiap-tiap hari itu mempunyai hitung-hitungan yang berbeda. Pada saat nandur
itulah, masyarakat menggunakan angklung gubrag sebagai iring-iringannya
Penggunaan angklung gubrag sebagai iring-iringan
saat nandur bukan tanpa alasan. Masyarakat Sunda meyakini bahwa suara rampak
yang keluar dari angklung gubrag dipercaya dapat menggetarkan tumbuhan,
sehingga padi dapat cepat tumbuh
SENI GONDANG
Kesenian Gondang via http://bandung.panduanwisata.id/ |
Kesenian Gondang biasa dilakukan sehabis panen,
karena hasil padi yang melimpah. Juga merupakan luapan kegembiraan serta rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan hanya para penduduk yang panen saja
yang bergembira , tetapi juga merupakan suatu kesempatan bagi kaum muda untuk
mendapatkan pasangan. Adapun alat-alat kesenian Gondang diantaranya adalah
Lisung, Halu, Kecapi, Kendang, Goong, Kohkol dan Angklung Buncis.
“Awalnya merupakan suatu penghormatan terhadap Dewi
Sri yang dalam mitologi Sunda dipercaya sebagai Dewi Padi. Yang melakukan
gondang yaitu wanita yang dianggap suci atau sudah tidak menstruasi
(menopause). Itu dulu waktu di Jaman Prabu Siliwangi,” (pikiran-rakyat.com)
UPACARA ADAT
Serentaun via http://www.budayaindonesia.net/ |
Setiap setahun sekali, di Sindangbarang terdapat
Upacara Adat Seren Taun, yaitu merupakan upacara pesta panen raya masyarakat
adat Sunda Ladang pada jaman dahulu kala sebagai ungkapan rasa syukur atas
hasil panen yang diperoleh. Upacara ini telah berlangsung sejak kejayaan
kerajaan Pajajaran dan masih tetap berlangsung hingga kini. Diselenggarakan
setiap tahun pada bulan Muharam. Pada upacara Seren Taun semua masyarakat desa
Pasir Eurih terlibat, bahkan tamu-tamu dari seluruh Jawa Barat pun selalu hadir
untuk menyaksikan.
Perjalanan Seren Taun yang digelar selama tujuh
hari berturut-turut tersebut antara lain yaitu Neteukeun Imah Gede (upacara
pembukaan Seren Taun), Ngembang Imah Bali ke Makam Leluhur (ziarah ke makam
leluhur warga Sindangbarang yang terletak di Gunung Salak), Sawer Sudat Imah
Gede (upacara sudat/ sunat menurut tradisi budaya Bogor), Sebret Kasep Bale
Pangriungan (pelaksanaan sudat/ sunat di Bale Pangriungan), Ngukuluan Imah
Kolot (mengambil air dari tujuh sumber mata air), Sedekah Kue Imah Gede (warga
berkumpul di alun-alun untuk melaksanakan sedekah kue), dan Majiekeun Pare
Alun-Alun Kajeroan (upacara puncak).
Berbagai kesenian Sunda juga ditampilkan seperti
Rampak Kendang, Reog Anak-anak, Angklung Gubrag Cipining, Pencak Silat dan
sebagainya.
Sejarah Seren Taun
Pelaksanaan Seren Taun di Sindangbarang telah
digelar sejak zaman keemasan Kerajaan Pajajaran. Tiga puluh dua tahun setelah
Kerajaan Pajajaran hancur, Seren Taun sempat juga diadakan di berbagai daerah
semisal di Kuta Batu, Cibeureum, Cipakancilan dan Sindangbarang sebagai
pusatnya. Hal ini terus berlanjut sampai masuknya Islam di Sindangbarang dan
sempat dihentikan selama kurang lebih 5 tahun.
Dalam kurun waktu dihentikannya Seren Taun
tersebut, terjadi kegagalan panen berturut-turut hingga Seren Taun kembali
diadakan dengan format berbeda yaitu beralih konsep menjadi sedekah bumi. Hal
ini pun berlanjut sampai tahun 1970.
Tahun 1971 Seren Taun sempat ditinggalkan
penduduknya seiring menghilangnya satu-persatu rumah panggung adat Sunda.
Hingga di tahun 2006, sejumlah tokoh adat yang masih hidup dan budayawan Jawa
Barat yaitu Anis Djatisunda berusaha merevitalisasikan Seren Taun di
Sindangbarang sampai hari ini.
Makna Seren Taun
Menyimak pasang surutnya perlintasan sejarah Seren
Taun, membuat kita tersadar bahwa sebuah warisan budaya bisa saja punah bila
tak ada kesadaran dari kita untuk senantiasa melestarikannya. Kontribusi kita
sangatlah berarti, sebab dengan begitulah warisan budaya yang kita miliki bisa
terus bertahan hingga hari ini.
Seren Taun sebagai warisan budaya, mengandung arti
serah terima tahun yg lalu kepada tahun yang baru, sebagai wahana syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas hasil pertanian yang diperoleh pada tahun ini dan
berharap lebih baik lagi pada tahun berikutnya. Artinya juga, bahwa Seren Taun
hendak mengingatkan kita akan keseimbangan kosmologi antara manusia dengan
alamnya, dan terutama antara manusia dengan penciptanya.
Keseimbangan kosmologi inilah yang agaknya kian
diabaikan masyarakat dunia sehingga menimbulkan berbagai bencana alam,
pemanasan global, degradasi moral dan kehampaan nilai-nilai spiritualitas yang
tengah diidap kebanyakan masyarakat modern abad ini.
Tepat rasanya jika menyebut Seren Taun merupakan
budaya yang perlu dijaga agar senantiasa
bernafas dan terjaga
keeksistensiannya.
BANGUNAN DAN BENTUK RUMAH
Rumah di Kampung
Sindangbarang via http://kp-sindangbarang.com/
|
Rumah di Kampung Sindangbarang via
http://kp-sindangbarang.com/
Di atas lahan seluas 8.600 meter yang dipagari
pohon hias dan bambu, kita akan langsung disuguhi alun-alun (lapangan) berumput
hijau serta deretan bangunan tradisional Sunda.
Konsep bangunan tradisional Sunda Bogor memiliki
perbedaan dengan rumah adat Sunda di Jawa Barat lainnya. Ciri khasnya ada pada
suhunan yang disebut Gado Bangkong. Filosofinya yaitu agar penduduk ‘siap
siaga’ ketika ada ancaman
Dilansir dari http://www.ahmadtaufik.com/, terdapat
20 bangunan adat. Bagian depan kanan lapangan, berdiri enam bangunan tempat
menyimpan hasil panen yang di sebut Leuit. Samping kiri menghadap alun-alun
terdapat bangunan tempat tinggal Pupuhu (kepala kampung), Imah Gede namanya. Di
sisinya ada Girang Serat, tempat orang yang tugasnya membantu Pupuhu.
Di sebelah Girang Serat, ada bangunan bernama Saung
Talu, berfungsi untuk pementasan seni dan menyimpan alat-alatnya. Di bagian
dalam kanan, sejajar Leuit, berderet rapih bangunan rumah untuk para kokolot.
Sementara di bagian yang lain, tampak rumah kecil
tanpa pintu namun memiliki jendela pada sisi depan bagian atasnya. Rumah yang
seratus persen terbuat dari bahan alami ini mempunyai fungsi utama sebagai
tempat penyimpanan hasil panen atau lumbung padi milik masyarakat Kampung
Sindang Barang. Tepat di sebelah lumbung padi, terdapat Bale Pesanggerahan.
Rumah ini biasa digunakan sebagai tempat menginap para tamu kehormatan yang
datang ke Kampung Budaya Sindangbarang.
Di bagian lainnya, berturut-turut terdapat rumah
souvenir dan bale pertirtaan. Rumah souvenir merupakan tempat penjualan berbagai
pernak-pernik hasil karya masyarakat Desa Pasir Eurih dan Kampung Sindang
Barang sendiri. Sementara bale pertirtaan biasanya digunakan sebagai tempat
untuk menjamu para tamu yang baru datang. Meski demikian, tidak jarang bangunan
yang lebih mirip pendopo ini juga digunakan sebagai tempat pameran dan berbagai
acara internal tamu yang datang.
Selanjutnya yang tak kalah penting, panggung
pementasan menjadi bagian yang sangat penting dari Kampung Budaya Sindang
Barang. Berbagai kesenian asli Sunda seperti kesenian calung, hingga angklung
gubrag menjadi hiburan menarik yang selalu dipentaskan di kampung budaya ini.
Menariknya, di atas panggung selalu tersedia satu set gamelan tatalu yang bisa
dimainkan oleh para tamu yang datang.
AKTIVITAS YANG DAPAT DILAKUKAN
Tinggal bersama dengan kokolot adalah salah satu
dari aktivitas yang bisa kamu lakukan. Karena ini adalah kampung budaya maka
wisatawan yang berkunjung juga akan merasakan suasana kehidupan perkampungan
sehari-hari. Wisatawan juga akan tinggal bersama dengan kokolot dan seniman
yang tinggal di kampung budaya. Tamu yang datang berkunjung akan menemukan para
ibu-ibu yang sedang menumbuk padi di saung lisung, memasak yang masih
menggunakan kayu bakar dan Hawu (sebuah kompor tradisional sunda), melihat para
petani yang sedang bercocok tanam, belajar kesenian tradisional dan lain
sebagainya.
Selain itu kegiatan lain yang bisa dilakukan yaitu
sebagai berikut dilansir dari http://kp-sindangbarang.com/ :
1. Treking
Suasana treking di kampung Sindangbarang via http://hellobogor.com/ |
Kamu bisa dapat mencoba treking kesitus purbakala
di sekitar kampung ini, dengan jalan melintasi daerah persawahan, sungai besar
dan sungai kecil atau ke gunung salak dengan jarak tempuh mencapai 3 sampai
dengan 6 jam.
2. Belajar karawitan
Belajar gamelan sunda dibimbing oleh intruktur yang
merupakan lulusan sekolah karawitan. Akan menjadikan pengalaman tersendiri
kamu.
Karawitan sendiri yaitu merupakan seni suara daerah
baik vokal atau instrumental yang mempunyai klarifikasi dan perkembangan dari
daerahnya itu sendiri. Karawitan di bagi 3, yaitu :
- Karawitan Sekar
Karawitan Sekar merupakan salah satu bentuk
kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan terhadap unsur vokal atau
suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal.
- Karawitan Gending
Yang dimaksud dengan karawitan vokal atau lebih
dikenal dalam karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam
substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya
akan berbeda dengan bicara biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar
merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat erat
berhubungan langsung dengan indra pendengaran. Dia sangat erat bersentuhan
dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu akrab
berdampingan
- Karawitan Sekar Gending.
Karawitan Sekar Gending adalah salah satu bentuk
kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan antara karawitan sekar
dan gending.
3. Belajar tari klasik atau kreasi
Salah satu tarian
menyambut tamu via http://www.tempatwisatadibogor.net/
|
Untuk senatiasa melestarikan kesenian tradisional
yang ada di kampung budaya ini, maka diselenggarakan juga pelatihan tari dan
gamelan yang ditujukan untuk para generasi muda secara gratis, anak-anak muda
yang sudah mahir dalam bidang kesenian masing-masing diperbolehkan untuk ikut
serta dalam sebuah pementasan untuk menyambut tamu atau wisatawan yang datang.
4. Rafting
Kamu bisa menguji nyalimu dengan mengikuti rafting
di sungai Ciberang dengan instruktur yang berpengalamanhanya 1 jam perjalanan
dari kampung Sindangbarang.
5. Naik Motor
Rasakan sensasi naik motor sendiri berkeliling ke
daerah gunung salak untuk dapat melihat pemandangan alam yang indah.
6. Membaca Buku Di Perpustakaan
Isilah waktu santaimu dengan membaca di
perpustakaan yang kami memiliki koleksi buku-buku mengenai budaya, sejarah dan
sastra sunda dengan jumlah koleksi yang mencapai 100 buah.
FASILITAS
1. Alun-Alun
Bermain Bakiak
Bersama via http://wisata.kompasiana.com
|
Tersedia lapangan yang luas untuk beraktivitas
olahraga atau permainan tradisional.
2. Arena treking
Untuk kamu yang selalu berhadapan dengan kegilaan
dan kemacetan ibukota, kamu bisa merasakan sensasi baru dengan treking di
jalanan yang dikelilingi kebun yang hijau. Ditempat ini kita akan disuguhkan
dengan suasana pedesaan masa lampau yang masih asri.
3. Ruang Diskusi
Terdapat fasilitas untuk ruang diskusi, berkumpul
dan pertemuan dengan nama bale pangriungan. Tersedia akses internet gratis di
bale pangriungan ini.
4. Tempat menginap (Homestay)
Homestay Sindangbarang via http://sassidm.blogspot.co.id |
Kamu bisa memilih paket menginap di beberapa rumah
panggung yang tersedia, untuk empat orang hingga untuk enam orang. Harga sewa
rumah sudah termasuk tiga kali makan dan kegiatan penuh yang ditawarkan kampung
Sindangbarang.
TEMPAT MENARIK
1. Wisata kuliner
Via http://kp-sindangbarang.com/ |
Di jalan Suryakencana kamu dapat mencoba
macam-macam wisata kuliner dari yang harganya murah sampai dengan yang mahal.
Tersedia pula tempat jajanan 24 jam di pasar Devries.
2. Taman Sri Bagenda
Merupakan sisa Taman Kerajaan Sunda pada jaman
dahulu kala. Berupa kolam yang panjang dan lebarnya mencapai 40×15 m. Sumber
airnya berasal dari Sumur Jalatunda
3. Wisata belanja Tajur
Hanya berjarak 4 km dari kampung Sindangbarang, kamu
bisa mencoba belanja pada factory outlet yang tersebar di daerah tajur yang
menjual baju, tas dan perlengkapan lainnya dengan harga murah.
4. Kebun Sayur
Merupakan perkebunan sayuran milik penduduk
setempat. Kebanyakan merupakan kebun Kangkung dan Bayem.
5. Sumur Jalatunda
Merupakan sumber air dari jaman Kerajaan Sunda,
airnya bening dan bersih konon dahulu kala calon raja-raja harus bertapa selama
40 hari di dalam sumber air ini sebelum menjadi Raja.
6. Curug Nangka
Adalah air terjun di gunung salak, dapat dicapai
dengan kendaraan hanya setengah jam perjalanan dari kampung budaya. Pemandangan
yang indah dan cuaca yang sejuk di curug nangka merupakan sensasi tersendiri.
Seluruh kegiatan Wisata Budaya baik dalam bentuk kedatangan
wisatawan hingga festival budaya yang diselenggarakan di Kampung Budaya
Sindangbarang adalah murni dilakukan oleh para kokolot dari Kampung Budaya
dalam rangka mencari biaya untuk pemeliharaan rumah-rumah adat yang telah
dibangun oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemkab Bogor dan tidak
digunakan untuk tujuan komersil.
Menurut http://www.ragamtempatwisata.com/, dana
yang telah terkumpul dari hasil kunjungan para wisatawan dipergunakan untuk :
- Operasional Kampung Budaya, termasuk mengganti ongkos para pengurus, listrik, pelatihan kesenian, perbaikan dan bangunan, Mendata Situs purbakala dan lain sebagainya.
- Melakukan Revitalisasi kesenian tradisional Sunda, antara lain seperti Parebut Se'eng, Seni Gondang, Kendang Pencak, Angklung gubrag, Seni Reog, Rampak Gendang, Calung, Jaipong.
- Untuk Pagelaran Seni Tradisi Adu jaten Parebut Se'eng (Adu kekuatan merebutkan se'eng "penanak nasi"), Lomba Tutunggulan, Seminar Budaya dan juga Kegiatan Upacara Adat Seren Taun.
- Dengan berkunjung menuju Kampung Budaya Sindangbarang berarti kamu turut berkontribusi dalam membantu memperpanjang usia bangunan-bangunan adat di Kampung Budaya ini serta melestarikan kesenian tradisional Sunda.
****
Sekali lagi kita melihat bahwa nafas kebudayaan
masih tersebar dimana-mana. Dalam implementasinya, kegiatan yang berkenaan
dengan pelaksanaan kesenian lokal masih dilakukan hingga saat ini. Hal ini
menyiratkan gemerlap harapan bahwa proses transfer ilmu budaya lokal masih
berjalan dan tak lekang oleh zaman. Salah satu yang berhasil menerapkannya
yaitu Kampung Budaya Sindangbarang Bogor ini. Ia mampu mengemasnya menjadi
suatu destinasi menarik yang layak diulik.
Sheila Nurul Astari - 4423143964
Usaha Jasa Pariwisata (A)
Twitter : @sheilasta
SUMBER :
http://kp-sindangbarang.com/?page_id=26/ diakses
pada 3 Januari pukul 08.50
http://visitbogor.com/wisata/wisata-budaya-sunda-di-kampung-budaya-sindang-barang.html
diakses pada 3 Januari pukul 08.52
http://www.ragamtempatwisata.com/2013/09/wisata-kampung-budaya-sindangbarang-bogor.html,/
diakses pada 3 Januari pukul 08.53
https://id.wikipedia.org/wiki/Karawitan/ diakses pada 3 Januari pukul 09.20
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/menyambangi-bekas-kasepuhan-sunda-di-kampung-budaya-sindang-barang/
diakses pada 3 Januari pukul 09.22
http://hellobogor.com/menyambangi-kampung-budaya-sindangbarang-bogor/
diakses pada 3 Januari pukul 09.23
https://papathong.wordpress.com/2009/10/11/sejarah-parebut-se%E2%80%99eng-di-desa-sindangbarang/
diakses pada 3 Januari pukul 09.24
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/angklung-gubrag-kesenian-yang-lahir-dari-budaya-tanam-masyarakat-adat/
diakses pada 3 Januari pukul 09. 26
makin cinta sama kebudayaan Sunda deh
ReplyDeleteMan tap..
ReplyDeleteBagus Sheil! Keep it up
ReplyDelete