Sunday, January 3, 2016

T3_Sheila Nurul Astari_Wisata Budaya di Bogor


MENGENAL LEBIH DEKAT KEBUDAYAAN SUNDA DI KAMPUNG SINDANGBARANG BOGOR


Tulisan ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah wisata budaya. Untuk itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Shobirienur Rasyid selaku dosen mata kuliah Budaya Indonesia yang telah membimbing dan memberikan tugas ini kepada saya. Tak ketinggalan, juga kepada semua pihak yang ikut terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan tugas ini.

Saya berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kekayaan budaya yang terdapat di Kampung Sindangbarang Bogor ini.

Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran membangun guna sempurnanya tulisan ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

PEMBAHASAN

Indonesia memang kaya akan budaya. Disetiap sudut kota, pasti selalu saja ada budaya menarik yang bisa diulik. Hal ini memang terbukti, untuk menjajal pengalaman berwisata budaya, tidak perlu jauh-jauh sampai ke pedalaman terasing, sebagai permulaan, Bogor bisa menjadi salah satu pilihan tepat untuk menghabiskan waktu liburan, terutama untukmu yang tinggal di Jabodetabek.

Ya, kota yang selama ini dikenal sebagai penyebab banjir Ibukota, rupanya cukup menjadi destinasi favorit wisatawan untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga. Hal ini disebabkan karena Bogor memang terkenal dengan wisata alam dan buatannya. Namun, tahukah kamu jika Bogor memiliki sisi lain berupa destinasi wisata budaya lokal yang telah digarap dengan baik oleh masyarakat setempat? Penasaran? Simak terus ya..

Jika kamu ingin mendapat pengalaman liburan sekaligus menyelami kearifan lokal dan budaya masyarakat sunda secara mendalam, kamu wajib mengunjungi kampung Budaya Sindangbarang yang berlokasi di Jalan E Sumawijaya, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota bogor, namun untuk menuju lokasi, kamu harus menghadapi jalan yang berkelok-kelok, dan tidak ada angkutan umum yang melewati kawasan tersebut. Direkomendasikan untuk menggunakan sepeda motor hingga ke lokasi. Karena selain cepat, sepeda motor mampu menjamah jalan kecil hingga sampai ke depan Kampung Budaya Sindang Barang.

Berikut aku lampirkan peta lokasi Sindangbarang supaya memudahkanmu dalam menjajal destinasi ini :


Peta lokasi Sindangbarang via http://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/


GAMBARAN UMUM DESTINASI


Kampung Sindangbarang yang menawan via indonesiaexplorer.net/  


Saat memasuki Kampung Budaya Sindang Barang rasanya seperti menemukan jejak kasepuhan Sunda yang telah lama hilang. Pemandangan indah dengan udara sejuk khas pegunungan di kaki Gunung Salak menjadi daya tarik lainnya. Kampung budaya ini selalu terbuka untuk siapapun yang ingin mempelajari lebih dalam tentang tradisi Sunda Bogor sekaligus mengulik tentang sejarah kasepuhan Sunda Bogor di masa lalu.

Kampung budaya Sindangbarang menyajikan delapan macam jenis kesenian Sunda yang sudah direvitalisasi dan dilestarikan oleh para penduduknya. Disini juga terdapat berbagai situs-situs purbakala peninggalan dari kerajaan Pajajaran yang berupa bukit-bukit berundak.

Nama Sindangbarang sendiri telah tercatat dalam Babad Pakuan/Padjajaran sebagai salah satu daerah penting kerajaan Sunda dan Padjajaran. Hal ini terjadi karena di Sindangbarang terdapat salah satu keraton kerajaan tempat tinggal salah satu istri dari Prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Sedangkan penguasa Sindangbarang saat itu adalah Surabima Panjiwirajaya atau Amuk Murugul. Bahkan Putra Prabu Siliwangi dan Kentring manik Mayang Sunda yang bernama Guru Gantangan lahir dan dibesarkan di Sindangbarang. Sampai saat ini masih ada peninggalan purbakala berupa Taman Sri bagenda di Sindangbarang, yaitu taman yang berupa kolam dengan panjang 15 X 45 meter, dan 33 buah titik Punden Berundak.

Agar nilai-nilai budaya ini tidak hilang, akhirnya terdapat ide untuk membangun ulang Kampung Budaya ini. Didiskusikan dengan para budayawan Sunda, seperti almarhum Anis Djati Sunda, Eman Sulaeman, Inoci, Hendra, Ukat serta kokolot Sindangbarang, akhirnya diputuskan untuk melakukan pembangunan kembali dimulai pada 2007 di atas lahan milik keluarga Sumawijaya di Kampung Sindangbarang, Desa Pasir Eurih. Daerah ini dipilih karena merupakan lokasi situs sejarah Pakuan Sindangbarang. Tercatat ada 78 situs, antara lain, berupa Punden Leuweung Karamat, batu tapak, menhir, mata air Jalatunda, Taman Sri Bagenda, punden Majusi, bukit kecil berundak, dolmen dan punden Surawisesa.

Pembangunan Kampung Budaya Sindangbarang ini juga melibatkan penduduk setempat, dan mendapat bantuan tenaga teknis dari Kasepuhan Cipta Gelar Sukabumi. Bahkan, sebagian material bangunan, seperti atap injuk dari pohon Aren berasal dari Pegunungan Halimun sedangkan kayu diambil dari Banten Selatan.


SEJARAH

Kampung Sindangbarang adalah kampung tertua di Bogor, sudah ada sejak jaman kerajaan Sunda. Kampung ini diyakini sudah ada sejak abad ke-XII. Menurut latar belakang sejarah yang terpapar dalam Babat Padjajaran dan tertulis juga dalam pantun Bogor, Sindang Barang diyakini sebagai kerajaan bawahan Prabu Siliwangi dengan Kutabarang sebagai ibukotanya. Selain itu, tempat ini merupakan keraton tempat tinggal salah satu isteri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Berlatar sejarah tersebut, kini Sindang Barang menjelma menjadi kampung budaya yang bertekad meneruskan kearifan lokal dari akar tradisi leluhur mereka. Sehingga budaya dan kesenian khas Sunda masih tetap terjaga. Situs purbakalanya pun masih tetap lestari. Peninggalan jaman Kerajaan Sunda yang terlihat saat trekking melewati sawah dan sungai di Sindangbarang.

KESENIAN

Kampung budaya Sindangbarang ini menyajikan beragam kesenian khas Sunda, diantaranya :

PAREBUT SEENG

 
Parebut Seeng via http://siliwangitrans.com/ 

Di Sindangbarang, biasanya kesenian ini diadakan sehari sebelum hari pernikahan (akad nikah), yaitu pada upacara besanan. Sesuai dengan perkembangan zaman, akhirnya kesenian ini dilakukan pada saat sebelum akad nikah. Di halaman depan rumah, calon pengantin perempuan didampingi kedua orang tua, para sesepuh,  dan bobotoh (penyemangat). Sedangkan yang menyambut kedatangan rombongan calon pengantin pria adalah seorang pendekar. Pihak tuan rumah dalam acara ini harus menyediakan sebuah hawu atau tungku tradisional sebagai persyaratan. .

Rombongan calon pengantin pria terdiri dari :
  1. kedua orang tua calon pengantin pria
  2. para kerabat dan para sesepuh lainnya
  3. bobotoh atau pendekar yang mengepit sebuah seeng (dandang)
  4. pembawa dongdang berisi berbagai macam  peralatan rumah tangga
  5. pemain reog

Setelah kedua pihak saling berhadapan dan berbasa-basi melalui juru bicaranya masing-masing,  pihak calon pengantin pria mengemukakan maksud kedatangannya serta  pihak calon perempuan memberikan jawabannya.  Kemudian acara dilanjutkan dengan atraksi adu laga parebut seeng. Sebuah seeng atau dandang diikatkan pada punggung pendekar dari pihak tamu, sementara pendekar dari pihak tuan rumah harus dapat merebutnya.   Kedua pendekar saling memperagakan kepandaian silatnya masing-masing diiringi  bunyi gendang pencak.  Adu laga tersebut akan berakhir apabila seeng tersebut dapat direbut oleh pendekar dari calon pengantin perempuan. Seni atraksi  parebut seeng kadang-kadang ditampilkan oleh dua atau tiga pasangan yang dimainkan  secara bergiliran atau bersamaan.

Setelah atraksi parebut seeng ini selesai, kemudian diteruskan dengan acara puncak yaitu akad nikah.
Sejarah Parebut Seeng

Parebut seeng merupakan salah suatu jenis atraksi pertunjukan seni yang terdapat di Kabupaten Bogor.  Dalam peragaannya kesenian ini memperlihatkan gerak atau jurus-jurus dasar silat.  Awalnya kesenian ini tumbuh di  Cimande. Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor yang merupakan pusat seni bela diri yang terkenal.  Di tempat tumbuhnya sendiri seni ini disebut  tepak seeng dan ditampilkan pada acara-acara pernikahan. Kesenian ini kemudian menyebar ke berbagai tempat seiring dengan penyebaran ilmu bela diri pencak silat itu sendiri.  Sekitar tahun 1925-an salah seorang warga Sindangbarang Desa Pasireurih, Kecamatan  Tamansari (waktu itu termasuk Kecamatan Ciomas) yang bernama Bapak Ujang Aslah bermukim di Cimande belajar pencak silat aliran Cimande dari Abah Haji Hasbulloh.

Setelah lima tahun mempelajari persilatan  kemudian ia kembali ke  kampungnya dan mulai mengajarkan persilatan aliran Cimande. Seiring berjalannya waktu dan usianya makin menua akhirnya dia menurunkan ilmunya kepada murid-muridnya di antaranya kepada Sdr. Ukat S.  Berkat usaha-usahanya seni parebut seeng tersebut dapat diangkat kembali tepatnya mulai tahun 2006.  Selain itu sebelumnya di bawah asuhan  Lurah Pasireurih yaitu Bapak Etong Sumawijaya, sejak tahun 1950-1970-an  pencak silat aliran Cimande berikut atraksi tepak seeng yang kemudian dinamakan parebut se’eng serta berbagai jenis kesenian tradisional lainnya berkembang   dan menyebar ke berbagai tempat. Berbagai macam kesenian tradisional   sering dipertunjukkan pada acara-acara seperti acara sidekah bumi (seren taun), acara 17 Agustusan,  besanan, dan lain-lain
Kegiatan almarhum Bapak Etong Sumawijaya  dalam bidang kesenian tersebut dilanjutkan oleh salah seorang cucunya yang bernama Maki Sumawujaya hingga saat ini.

ANGKLUNG GUBRAK

Angklung Gubrak via  http://www.indonesiakaya.com/

Angklung Gubrag merupakan kesenian yang sudah ada sejak zaman kasepuhan. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk seni dari pola kehidupan masyarakat Sunda yang agraris. Dahulu, ketika ingin menanam dan memanen padi, masyarakat Sunda menggunakan angklung gubrag sebagai iringan. Bagi masyarakat Sunda tempo dulu, hal-hal yang berkaitan dengan perladangan dianggap sebagai suatu yang sakral. Karena diangggap sakral, maka setiap masyarakat yang hendak menanam dan memanen padi harus dilalui dengan sebuah ritual.

Abah Ukat, salah seorang dari kampung Budaya Sindang Barang mengatakan, sejak dulu orang Sunda menentukan hari tanam dengan menggunakan ilmu perbintangan, kalau bintangnya sudah terlihat, maka besoknya masyarakat sudah mulai nandur (nanam). Jika jatuhnya hari Minggu, maka ketika nandur diharuskan menghadap ke selatan karena sudah ada hitung-hitungannya, tiap-tiap hari itu mempunyai hitung-hitungan yang berbeda. Pada saat nandur itulah, masyarakat menggunakan angklung gubrag sebagai iring-iringannya

Penggunaan angklung gubrag sebagai iring-iringan saat nandur bukan tanpa alasan. Masyarakat Sunda meyakini bahwa suara rampak yang keluar dari angklung gubrag dipercaya dapat menggetarkan tumbuhan, sehingga padi dapat cepat tumbuh

SENI GONDANG
 
Kesenian Gondang via http://bandung.panduanwisata.id/

Kesenian Gondang biasa dilakukan sehabis panen, karena hasil padi yang melimpah. Juga merupakan luapan kegembiraan serta rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan hanya para penduduk yang panen saja yang bergembira , tetapi juga merupakan suatu kesempatan bagi kaum muda untuk mendapatkan pasangan. Adapun alat-alat kesenian Gondang diantaranya adalah Lisung, Halu, Kecapi, Kendang, Goong, Kohkol dan Angklung Buncis.

“Awalnya merupakan suatu penghormatan terhadap Dewi Sri yang dalam mitologi Sunda dipercaya sebagai Dewi Padi. Yang melakukan gondang yaitu wanita yang dianggap suci atau sudah tidak menstruasi (menopause). Itu dulu waktu di Jaman Prabu Siliwangi,” (pikiran-rakyat.com)

UPACARA ADAT

Serentaun via http://www.budayaindonesia.net/

Setiap setahun sekali, di Sindangbarang terdapat Upacara Adat Seren Taun, yaitu merupakan upacara pesta panen raya masyarakat adat Sunda Ladang pada jaman dahulu kala sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Upacara ini telah berlangsung sejak kejayaan kerajaan Pajajaran dan masih tetap berlangsung hingga kini. Diselenggarakan setiap tahun pada bulan Muharam. Pada upacara Seren Taun semua masyarakat desa Pasir Eurih terlibat, bahkan tamu-tamu dari seluruh Jawa Barat pun selalu hadir untuk menyaksikan.

Perjalanan Seren Taun yang digelar selama tujuh hari berturut-turut tersebut antara lain yaitu Neteukeun Imah Gede (upacara pembukaan Seren Taun), Ngembang Imah Bali ke Makam Leluhur (ziarah ke makam leluhur warga Sindangbarang yang terletak di Gunung Salak), Sawer Sudat Imah Gede (upacara sudat/ sunat menurut tradisi budaya Bogor), Sebret Kasep Bale Pangriungan (pelaksanaan sudat/ sunat di Bale Pangriungan), Ngukuluan Imah Kolot (mengambil air dari tujuh sumber mata air), Sedekah Kue Imah Gede (warga berkumpul di alun-alun untuk melaksanakan sedekah kue), dan Majiekeun Pare Alun-Alun Kajeroan (upacara puncak).

Berbagai kesenian Sunda juga ditampilkan seperti Rampak Kendang, Reog Anak-anak, Angklung Gubrag Cipining, Pencak Silat dan sebagainya.

Sejarah Seren Taun

Pelaksanaan Seren Taun di Sindangbarang telah digelar sejak zaman keemasan Kerajaan Pajajaran. Tiga puluh dua tahun setelah Kerajaan Pajajaran hancur, Seren Taun sempat juga diadakan di berbagai daerah semisal di Kuta Batu, Cibeureum, Cipakancilan dan Sindangbarang sebagai pusatnya. Hal ini terus berlanjut sampai masuknya Islam di Sindangbarang dan sempat dihentikan selama kurang lebih 5 tahun.

Dalam kurun waktu dihentikannya Seren Taun tersebut, terjadi kegagalan panen berturut-turut hingga Seren Taun kembali diadakan dengan format berbeda yaitu beralih konsep menjadi sedekah bumi. Hal ini pun berlanjut sampai tahun 1970.

Tahun 1971 Seren Taun sempat ditinggalkan penduduknya seiring menghilangnya satu-persatu rumah panggung adat Sunda. Hingga di tahun 2006, sejumlah tokoh adat yang masih hidup dan budayawan Jawa Barat yaitu Anis Djatisunda berusaha merevitalisasikan Seren Taun di Sindangbarang sampai hari ini.

Makna Seren Taun

Menyimak pasang surutnya perlintasan sejarah Seren Taun, membuat kita tersadar bahwa sebuah warisan budaya bisa saja punah bila tak ada kesadaran dari kita untuk senantiasa melestarikannya. Kontribusi kita sangatlah berarti, sebab dengan begitulah warisan budaya yang kita miliki bisa terus bertahan hingga hari ini.

Seren Taun sebagai warisan budaya, mengandung arti serah terima tahun yg lalu kepada tahun yang baru, sebagai wahana syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil pertanian yang diperoleh pada tahun ini dan berharap lebih baik lagi pada tahun berikutnya. Artinya juga, bahwa Seren Taun hendak mengingatkan kita akan keseimbangan kosmologi antara manusia dengan alamnya, dan terutama antara manusia dengan penciptanya.

Keseimbangan kosmologi inilah yang agaknya kian diabaikan masyarakat dunia sehingga menimbulkan berbagai bencana alam, pemanasan global, degradasi moral dan kehampaan nilai-nilai spiritualitas yang tengah diidap kebanyakan masyarakat modern abad ini.

Tepat rasanya jika menyebut Seren Taun merupakan budaya yang perlu dijaga agar senantiasa 
bernafas dan terjaga keeksistensiannya.

BANGUNAN DAN BENTUK RUMAH

Rumah di Kampung Sindangbarang via http://kp-sindangbarang.com/

Rumah di Kampung Sindangbarang via http://kp-sindangbarang.com/

Di atas lahan seluas 8.600 meter yang dipagari pohon hias dan bambu, kita akan langsung disuguhi alun-alun (lapangan) berumput hijau serta deretan bangunan tradisional Sunda.

Konsep bangunan tradisional Sunda Bogor memiliki perbedaan dengan rumah adat Sunda di Jawa Barat lainnya. Ciri khasnya ada pada suhunan yang disebut Gado Bangkong. Filosofinya yaitu agar penduduk ‘siap siaga’ ketika ada ancaman

Dilansir dari http://www.ahmadtaufik.com/, terdapat 20 bangunan adat. Bagian depan kanan lapangan, berdiri enam bangunan tempat menyimpan hasil panen yang di sebut Leuit. Samping kiri menghadap alun-alun terdapat bangunan tempat tinggal Pupuhu (kepala kampung), Imah Gede namanya. Di sisinya ada Girang Serat, tempat orang yang tugasnya membantu Pupuhu.

Di sebelah Girang Serat, ada bangunan bernama Saung Talu, berfungsi untuk pementasan seni dan menyimpan alat-alatnya. Di bagian dalam kanan, sejajar Leuit, berderet rapih bangunan rumah untuk para kokolot.

Sementara di bagian yang lain, tampak rumah kecil tanpa pintu namun memiliki jendela pada sisi depan bagian atasnya. Rumah yang seratus persen terbuat dari bahan alami ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyimpanan hasil panen atau lumbung padi milik masyarakat Kampung Sindang Barang. Tepat di sebelah lumbung padi, terdapat Bale Pesanggerahan. Rumah ini biasa digunakan sebagai tempat menginap para tamu kehormatan yang datang ke Kampung Budaya Sindangbarang.

Di bagian lainnya, berturut-turut terdapat rumah souvenir dan bale pertirtaan. Rumah souvenir merupakan tempat penjualan berbagai pernak-pernik hasil karya masyarakat Desa Pasir Eurih dan Kampung Sindang Barang sendiri. Sementara bale pertirtaan biasanya digunakan sebagai tempat untuk menjamu para tamu yang baru datang. Meski demikian, tidak jarang bangunan yang lebih mirip pendopo ini juga digunakan sebagai tempat pameran dan berbagai acara internal tamu yang datang.

Selanjutnya yang tak kalah penting, panggung pementasan menjadi bagian yang sangat penting dari Kampung Budaya Sindang Barang. Berbagai kesenian asli Sunda seperti kesenian calung, hingga angklung gubrag menjadi hiburan menarik yang selalu dipentaskan di kampung budaya ini. Menariknya, di atas panggung selalu tersedia satu set gamelan tatalu yang bisa dimainkan oleh para tamu yang datang.

AKTIVITAS YANG DAPAT DILAKUKAN

Tinggal bersama dengan kokolot adalah salah satu dari aktivitas yang bisa kamu lakukan. Karena ini adalah kampung budaya maka wisatawan yang berkunjung juga akan merasakan suasana kehidupan perkampungan sehari-hari. Wisatawan juga akan tinggal bersama dengan kokolot dan seniman yang tinggal di kampung budaya. Tamu yang datang berkunjung akan menemukan para ibu-ibu yang sedang menumbuk padi di saung lisung, memasak yang masih menggunakan kayu bakar dan Hawu (sebuah kompor tradisional sunda), melihat para petani yang sedang bercocok tanam, belajar kesenian tradisional dan lain sebagainya.

Selain itu kegiatan lain yang bisa dilakukan yaitu sebagai berikut dilansir dari http://kp-sindangbarang.com/ :

1. Treking

Suasana treking di kampung Sindangbarang via http://hellobogor.com/

Kamu bisa dapat mencoba treking kesitus purbakala di sekitar kampung ini, dengan jalan melintasi daerah persawahan, sungai besar dan sungai kecil atau ke gunung salak dengan jarak tempuh mencapai 3 sampai dengan 6 jam.

2. Belajar karawitan

Belajar gamelan sunda dibimbing oleh intruktur yang merupakan lulusan sekolah karawitan. Akan menjadikan pengalaman tersendiri kamu.

Karawitan sendiri yaitu merupakan seni suara daerah baik vokal atau instrumental yang mempunyai klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Karawitan di bagi 3, yaitu :

- Karawitan Sekar
Karawitan Sekar merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal.

- Karawitan Gending
Yang dimaksud dengan karawitan vokal atau lebih dikenal dalam karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda dengan bicara biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat erat berhubungan langsung dengan indra pendengaran. Dia sangat erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu akrab berdampingan

- Karawitan Sekar Gending.
Karawitan Sekar Gending adalah salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan antara karawitan sekar dan gending.

3. Belajar tari klasik atau kreasi

Salah satu tarian menyambut tamu via http://www.tempatwisatadibogor.net/

Untuk senatiasa melestarikan kesenian tradisional yang ada di kampung budaya ini, maka diselenggarakan juga pelatihan tari dan gamelan yang ditujukan untuk para generasi muda secara gratis, anak-anak muda yang sudah mahir dalam bidang kesenian masing-masing diperbolehkan untuk ikut serta dalam sebuah pementasan untuk menyambut tamu atau wisatawan yang datang.

4. Rafting

Kamu bisa menguji nyalimu dengan mengikuti rafting di sungai Ciberang dengan instruktur yang berpengalamanhanya 1 jam perjalanan dari kampung Sindangbarang.

5. Naik Motor

Rasakan sensasi naik motor sendiri berkeliling ke daerah gunung salak untuk dapat melihat pemandangan alam yang indah.

6. Membaca Buku Di Perpustakaan

Isilah waktu santaimu dengan membaca di perpustakaan yang kami memiliki koleksi buku-buku mengenai budaya, sejarah dan sastra sunda dengan jumlah koleksi yang mencapai 100 buah.

FASILITAS

1. Alun-Alun

Bermain Bakiak Bersama via http://wisata.kompasiana.com 

Tersedia lapangan yang luas untuk beraktivitas olahraga atau permainan tradisional.

2. Arena treking

Untuk kamu yang selalu berhadapan dengan kegilaan dan kemacetan ibukota, kamu bisa merasakan sensasi baru dengan treking di jalanan yang dikelilingi kebun yang hijau. Ditempat ini kita akan disuguhkan dengan suasana pedesaan masa lampau yang masih asri.

3. Ruang Diskusi

Terdapat fasilitas untuk ruang diskusi, berkumpul dan pertemuan dengan nama bale pangriungan. Tersedia akses internet gratis di bale pangriungan ini.

4. Tempat menginap (Homestay)

Homestay Sindangbarang via http://sassidm.blogspot.co.id

Kamu bisa memilih paket menginap di beberapa rumah panggung yang tersedia, untuk empat orang hingga untuk enam orang. Harga sewa rumah sudah termasuk tiga kali makan dan kegiatan penuh yang ditawarkan kampung Sindangbarang.

TEMPAT MENARIK

1. Wisata kuliner

  Via http://kp-sindangbarang.com/
Di jalan Suryakencana kamu dapat mencoba macam-macam wisata kuliner dari yang harganya murah sampai dengan yang mahal. Tersedia pula tempat jajanan 24 jam di pasar Devries.

2. Taman Sri Bagenda

Merupakan sisa Taman Kerajaan Sunda pada jaman dahulu kala. Berupa kolam yang panjang dan lebarnya mencapai 40×15 m. Sumber airnya berasal dari Sumur Jalatunda

3. Wisata belanja Tajur

Hanya berjarak 4 km dari kampung Sindangbarang, kamu bisa mencoba belanja pada factory outlet yang tersebar di daerah tajur yang menjual baju, tas dan perlengkapan lainnya dengan harga murah.

4. Kebun Sayur

Merupakan perkebunan sayuran milik penduduk setempat. Kebanyakan merupakan kebun Kangkung dan Bayem.

5. Sumur Jalatunda

Merupakan sumber air dari jaman Kerajaan Sunda, airnya bening dan bersih konon dahulu kala calon raja-raja harus bertapa selama 40 hari di dalam sumber air ini sebelum menjadi Raja.

6. Curug Nangka

Adalah air terjun di gunung salak, dapat dicapai dengan kendaraan hanya setengah jam perjalanan dari kampung budaya. Pemandangan yang indah dan cuaca yang sejuk di curug nangka merupakan sensasi tersendiri.

Seluruh kegiatan Wisata Budaya baik dalam bentuk kedatangan wisatawan hingga festival budaya yang diselenggarakan di Kampung Budaya Sindangbarang adalah murni dilakukan oleh para kokolot dari Kampung Budaya dalam rangka mencari biaya untuk pemeliharaan rumah-rumah adat yang telah dibangun oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemkab Bogor dan tidak digunakan untuk tujuan komersil.

Menurut http://www.ragamtempatwisata.com/, dana yang telah terkumpul dari hasil kunjungan para wisatawan dipergunakan untuk :

  1. Operasional Kampung Budaya, termasuk mengganti ongkos para pengurus, listrik, pelatihan kesenian, perbaikan dan bangunan, Mendata Situs purbakala dan lain sebagainya.
  2. Melakukan Revitalisasi kesenian tradisional Sunda, antara lain seperti Parebut Se'eng, Seni Gondang, Kendang Pencak, Angklung gubrag, Seni Reog, Rampak Gendang, Calung, Jaipong.
  3. Untuk Pagelaran Seni Tradisi Adu jaten Parebut Se'eng (Adu kekuatan merebutkan se'eng "penanak nasi"), Lomba Tutunggulan, Seminar Budaya dan juga Kegiatan Upacara Adat Seren Taun.
  4. Dengan berkunjung menuju Kampung Budaya Sindangbarang berarti kamu turut berkontribusi dalam membantu memperpanjang usia bangunan-bangunan adat di Kampung Budaya ini serta melestarikan kesenian tradisional Sunda.


****

Sekali lagi kita melihat bahwa nafas kebudayaan masih tersebar dimana-mana. Dalam implementasinya, kegiatan yang berkenaan dengan pelaksanaan kesenian lokal masih dilakukan hingga saat ini. Hal ini menyiratkan gemerlap harapan bahwa proses transfer ilmu budaya lokal masih berjalan dan tak lekang oleh zaman. Salah satu yang berhasil menerapkannya yaitu Kampung Budaya Sindangbarang Bogor ini. Ia mampu mengemasnya menjadi suatu destinasi menarik yang layak diulik.


Sheila Nurul Astari - 4423143964
Usaha Jasa Pariwisata (A)
Twitter : @sheilasta



SUMBER :
http://kp-sindangbarang.com/?page_id=26/ diakses pada 3 Januari pukul 08.50
https://id.wikipedia.org/wiki/Karawitan/  diakses pada 3 Januari pukul 09.20



3 comments: