Sunday, January 3, 2016

Tugas 3 - Pariwisata Sejarah dan Budaya Indonesia

Kesenian Wisata Budaya Suku Rote Ndao – NTT

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “ Kesenian Wisata Budaya Suku Rote  “ dan tulis di blog dengan tujuan agar banyak para pembaca yang tadi tidak mengenal dengan jelas Jaya Pura akan lebih mengenalnya dan setelah membaca blog saya banyak wisatawan yang berkunjung ke Jaya Pura untuk menikmati objek – objek wisata yang di sana, dan agar pemerintah Jaya Pura lebih mengembangkan lagi tempat – tempat wisata yang belum terkenal dengan cara mengekspor melalui media iklan.
Makalah ini berisikan tentang  Sejarah Suku Rote , kebudaya, keseni dan adat Istiadat, serta rumah adat Suku Rote . Diharapkan tulisan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.  Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 3 Januari 2016
                                                                                                                                

                                                                                                                                       Penulis




PEMBAHASAN

Hello semua Perkenalkan nama saya Karina Ginting, saya biasa di panggil dengan sebutan Ginting oleh teman-teman saya, karena Ginting merupakan nama marga bagi orang sumatera utara dan Saya lahir di Jakarta pada tanggal 7 Febuary 1995 saya anak ke dari 2 bersaudara, kami berdua perempuan, Status saya sebagai mahasiswa usaha jasa pariwisata di Unversitas Negeri Jakarta atau yang biasa di kenal dengan UJP 2014. Awalnya saya tidak begitu tau jelas mengenai jurusan yang saya pilih, karena tadinya jurusan ini bukan pilihan yang pertama, melainkan pilihan yang ke dua bagi pada saat menggikuti tes seksi masuk universitas, orang tua saya selalu menyakinkan saya bahwa pilihan yang saya dapat tidak salah dan dari situ saya mulai menyukai pariwisata seperti pepatah yang mengatakan “ My life is my adventure ”. Mari para pembaca kita kupas satu persatu keunikan apa saja yang ada di Pulau Rote.
Pulau rote dalam wilayah pemerintahannya memiliki wilayah 6 kecamatan, 65 desa dengan luas seluruhnya 1280 km2  jumlah penduduk sampai tahun 1987 sebanyak  68.440  jwa. Pulau-pulau kecil yang mengelilingi pulau rote antara lain pulau ndao, ndana, nuse, Usu, manuk, doo, Helina, Landu.ada pulau yang berpenduduk dan ada pula yang tidak berpenduduk.

Wilayah kecamatan Rote Timur dengan nusak-nusak Landu, Ringgaou, Bilba, Oepao. Kecamatan Rote Tengah dengan nusak-nusak Termanu, Talae, Bokai, Keka. Kecamatan Pantai Baru dengan nusak Korbafo, Diu, Lelenuk. Kecamatan Lobalain dengan nusak Lole, Ba’a, Lelain. Kecamatan Rote Barat Laut dengan nusak Dengka, Oenale, dan Ndao.kecamatan Rote Barat Daya dengan nusak Tie dan Delha. Nusak, yang menjadi wilayah kesatuan adat pada mulanya berasal dari filosofis kehidupan orang rote melalui prinsip hidup mereka yakni:moa tua do lefe bafi yang artinya kehidupan dapat bersumber  cukup dari mengiris tuak dan memelihara babi.dan memang secara tradisional orang-orang Rote memulai perkampungan melalui pengelompokkan keluarga batih dari pekerjaan mengiris tuak tersebut.


v  Sejarah
Suku Rote atau Orang Rote berdiam di Pulau Roti, Ndao dan sebagian pantai barat Pulau Timor, di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Daerah mereka termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang. ada anggapan para ahli bahwa penduduk di pulau-pulau itu sebenarnya berasal dari Pulau Seram di Maluku Tengah, Jumlah populasinya sekitar 88.000 jiwa.

Asal-usul Nama Pulau Rote di Rote Ndao Dalam buku Land Taal & Volkenkunde Van Netherlands Indie (1854) dinyatakan bahwa pada sekitar abad 3 sesudah penduduk mendiami Pulau Rote, disebelah utara Pulau Rote muncul kapal-kapal Portugis sedang berlabuh dan mereka membutuhkan air minum. Di pantai mereka bertemu seorang nelayan dan bertanya, “Pulau ini bentuknya bagaimana?“ Nelayan ini menyangka bahwa mereka menanyakan namanya, sehingga nelayan itu menjawab, “Rote“ (Rote is Mijn Naam). Kapten (nakhoda) kapal Portugis ini menyangka bahwa bentuk pulau itu Rote, segera ia menamakan pulau itu Rote. Demikian seterusnya pulau ini disebut Rote.


Dalam arsip pemerintah Hindia Belanda pulau ini ditulis dengan nama ..“Rotti atau Rottij“ kemudian menjadi “Roti“. Akan tetapi, masyarakat Rote yang mempunyai sembilan dialek seringkali mereka menyebut pulau ini “Lote‘, khusus bagi mereka yang tidak bisa menyebut huruf “R“, padahal nama asli dari pulau ini adalah “Lolo Neo Do Tenu hatu“ (gelap) ada juga yang menyebut ..“Nes Do Male“ (layu), dan lainnya menyebut “Lino Do Nes“ (pulau yang sunyi dan tidak berpenghuni). Perbedaan dialek itu sebagian besar bersifat fonetis. Dialek-dialek Dengka dan Oenale menyimpang lebih banyak daripada dialek-dialek lainnya.

  v Bahasa Suku Rote
Bahasa Roti termasuk rumpun bahasa Austronesia dan terbagi ke dalam beberapa dialek, seperti Unale, Ti, Termanu, Ringgou, Dengka, Ba'a, Bilba, Kolbaffo, Dela, Lole, Keka, Diu, Lelenuk, Talae, Landu. Ahli lain menggolongkan bahasa mereka menjadi dialek Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Lobalain, Rote Tengah, Rote Timur dan dialek Pantai Baru.

  vMata Pencaharian Utama Suku Rote
Mata pencaharian utama masyarakat Suku Rote adalah bercocok tanam di ladang, dengan tanaman seperti jagung, padi ladang, dan ubi kayu. Selain itu banyak pula di antara mereka yang bekerja sebagai penyadap nira lontar dan beternak kerbau, sapi, kuda dan ayam. Kaum wanita Suku Rote pandai menenun kain dengan motif tradisional, menganyam barang dari pandan dan sebagainya. Baca juga Sejarah Suku Atoni Di Nusa Tenggara

vKekerabatan Dalam Suku Rote
Keluarga-keluarga inti orang Rote mendiami sebuah rumah, biasanya didirikan sekitar rumah pihak laki-laki. Secara kekerabatan mereka tergabung ke dalam klen-klen yang disebut leo. Setiap leo patrilineal ini dipimpin oleh seorang laki-laki senior yang disebut manek atau mane leo. Kesatuan tempat tinggal atau kampung yang mereka sebut nggolok terletak didataran yang cukup subur dan dekat dengan sumber air minum. Setiap kampung dipimpin oleh seorang kepala yang mereka sebut temukung, ia dibantu oleh beberapa orang tokoh yang disebut manaholo, manek dan fetor. Baca juga Sejarah Suku Kedang Nusa Tenggara Timur

vAgama Dan Sistem Kepercayaan Suku Rote
Sistem kepercayaan lama masyarakat Suku Rote mengenal adanya Sang Pencipta yang disebut Lamatuan atau Lamatuak. Manusia memandang Lamatuan ini sebagai Manadu (Pencipta), Mansula (Pengatur atau Penyelenggara) dan Manfe (Pemberi Berkah). Ketiga wujud Lamatuan tersebut mereka simbolkan dengan sebuah tiang bercabang tiga yang diletakkan di dalam rumah, di sebelah kanan pintu masuk. Segala sesuatu dalam kehidupan mereka dikaitkan kepada sistem kepercayaan tersebut. Sekarang banyak pula Orang Rote yang sudah memeluk agama Protestan, Katolik dan Islam.

Di pulau Rote juga terdapat berbagai kesenian salah satunya adalah tari-tarian daerah-nya yang begitu mengugah dan yang begitu indah di lihat mata.

v Tari-tarian dari pulau Rote TEOTONA


Tarian Perang Tradisional, TEOTONA ini, penarinya terdiri dari pria dan wanita yang menarikan dari tarian ini adalah mereka melakukan gerakannya secara bersamaan. Tarian ini menceritakan tentang peperangan, ketika perang telah usai dan tiba saatnya bagi para pahlawan perang dari suku Rote Oenale ini untuk pulang kembali ke wilayah mereka, maka yang pertama kali menyambut kedatangan kembali para pahlawan perang ini adalah Tarian TEOTONA, kegembiraan begitu ekspresif terpancar dari mimik dan gerak para penarinya.



Ini adalah busana pakian adat Rote,mereka memakai sarung dan selempang dari tenun ikat yang buat dan di tambah dengan beberapa asesori-asesoris yang mereka gunakan, seperti bulak molik,habas,pending(ikat pinggang),ti'i langga.

v Rumah adat Rote
Rumah yang berbentuk panggung seperti yang ditemui di beberapa daerah lain seperti sumba, manggarai, ngada.rumah adat Rote disebut di-hak karena bertiang empat. Karena fungsinya berbeda maka rumah adat khusus untuk kepala adat atau kepala suku mane-feto dinamai di-nek.
Inti dari rumah adat dihak itu terletak pada uma lai (panggung berlantai papan) yang telah di pilah-pilah dalam fungsinya masing-masing. Yakni :
1) sesoik muki dan sesoik dulu masing-msing berarti tempat tidur kiri dan tempat tidur kanan, digunakan oleh lelaki dewasa yang belum menikah.letak sosok mengapit pintu masuk, kemudian pada bagian kiri agak ke tengah ada uma langgak (tempat menaruh mayat mati normal)
2) dan (3) ada pula uma dalek (tempat khusus bagi gadis); rao yang terletak  dekat uma dalek sebelah kanan antara dapur/ perapian termasuk tempat bersalin bagi para ibu (dekat api supaya mudah di ukup/ dimandikan air panas setelah melahirkan)  
5) ada pula uma tena dalek diantara tiang depan
6) di inak semacam beranda tengah antara 4 tiang induk. Dalam pembangunan rumah adat sangat diperhatikan letak kayu/ spar dodoik ona mak (spar anak yatim piatu) fungsinya mencegah bakal orang tua yang meninggal dan rumah yang di huni itu memiliki anak yatim piatu

Rumah Musalaki
Sumber : 
http://gambarrumahh.com/gambar-rumah-adat-rote-ntt/
Ada beberapa rangkaian upacara adat kematian orang rote:
1.      Lakape, dilakukan pada waktu sebelum dan sesudah penguburan, saat ini disajikan pelbagai masakan makanan yang enak yang sebenarnya diperuntukkan bagi bekal penghapus dosa yang meninggal dunia- diberikan pada pelayat. Upacara membersihkan dosa / silih dosa dilakukan dengan Lakape No (mencuci rambut dengan santan kelapa ). Pelayat menari kebalai diiringi gong, gendang / tandak bersama yang diikuti pri dan wanita, tua dan muda.
2.      Mok  Bingga, acara ini dipimpin oleh Ibu ataupun saudara lelakinya bertujuan memisahkan arwah orang  yang meninggal dan yang masih hidup. Dilakukan sesudah jenasah dikebumikan. Sang Ibu membawa sebotol gula air (tua nasu), seekor hewan kurban, sayur daun kelor, dibawah pimpinan mane songgo didoakan mantranya. Selesai keluarga makan bersama dalam satu nyiru dan minum bersama  tua nasu dari botol tadi.
3.      Tuna latek faha kapa langak merupakan adat kebiasaan memadatkan kuburan dengan menyembelih kerbau, biasanya pelayat bubar sesudah kubur dipadatkan tanahnya. Dibunuh juga hewan kecil ( kambing , domba ) dari keluarga berduka dan dibagi kepada pelayat sebagai rasa terima kasih (tife kopa lates ). Para lelaki menyusun batu di tepi kuburan.
4.      Natu Buku Balek di mana mane songgo minta kesediaan bertemu dengan arwah dan memohon agar arwah tidak boleh lagi mengganggu lagi keluarga yang masih hidup. Biasanya diadakan sehari semalam ataupun beberapa hari lamanya , jamnya tepat jam 12 malam. Tanda akhir keduakaanpun dinyatakan oleh mane songgo pada sore harinya ada acara tambahan yang penting yaitu Buku Bakek semacam pembayaran hutang, para pelayat dan keluarga menyumbang uang atau apa saja sebagai tanda balasan atas jasa-jasa dari saudara mereka yang sudah meninggal dunia.
Perkawinan merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan yang dinantikan tidak saja oleh pengantin etapi oleh para orang tua yang ingin mendapatkan cucu dari perkawinan mereka. Ada beberapa tahap urusan  perkawinan di Rote-Ndao yang secara tradisional dikenal dimasyarakat luas antara lain:
1.tahap meminang disebut mbotik
2. jika diterima masuk tahap kedua perundingan belis
3. tahap ketiga trang kampung
            Adat perkawinan sororat dan levirat diijinkan, yaitu perkawinan berganti tikar yang disebut alu anak. Menurut adat rote juga diperkenankan jika seorang yang sudah beristri ingin menikah lagi dari adik perempuan dari istrinya maka berlaku ketentuan hukum adat dangga lena atau nala langgak di mana lelaki harus menyerahkan satu ekor kerbau kepada keluarga.
Tempat Parawisata
Selain dari itu Rote memiliki beberapa tempat parawiasata yakni:
1.      Nemberalla bech (Rote barat) Tempatnya sangat strategis, pasirnya putihdan gelombang air laut sangat cocok untuk bermain sky.
2.      Bo’a (Rote barat) Tempat selancar.
3.       Lua Lemba Sebuah gua yang memiliki kedalaman ± 30m dan didalam terdapat air dimana air tersebut digunakan oleh masyarakat sekitar. Gua tersebut berada di desa Sedeoen (Rote barat) 
4.       Batu termanu (Rote tengah)





Batu Termanu Sualai adalah batu rejeki bagi penduduk Rote Ndao. Batu Termanu Sualai merupakan tempat pemujaan orang Rote Tengah, di mana lokasi pemujaan terletak di puncak. Batu ini menurut cerita rakyat; dahulunya sering berpindah-pindah mengelilingi Pulau Rote dan ketika tiba di Rote Tengah, batu ini berhenti karena ritual/upacara adat untuk menyambut kedatangannya sangat disenangi oleh penunggu obyek wisata ini. Berjarak + 15 km dari kota Ba’a dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor + 15 menit.
Kedua batu ini satu jenis pria yang berada di pinggir pantai Lely dan satu jenis wanita terletak di sebelah kanan agak ke dalam laut. Mulanya Batu Termanu ini dari  Vietnam pindah ke Maluku, suatu ketika pindah ke Rote Barat Laut (Oelaba) lalu berpindah lagi ke Termanu (Rote Tengah). Karena keadaan seperti itu maka orang Rote menganggap sebagai Batu Kramat dimana para tua-tua adat sering berdoa di kaki batu untuk memohon turunnya hujan.
Aktivitas: untuk menjelajah lokasi ini anda dapat menghubungi penjaga situs (jupel), Sdr. Noldy Fanggidae.
Akomodasi (penginapan di sekitar Obyek Wisata):  Untuk penginapan anda dapat menginap di Hotel Tiberias yang jarak dengan situs ini + 300 m. Hotel ini adalah salah satu 
hotel terbaik dengan harga kamar berkisar antara Rp .250.000. s/d Rp.500.000/malam Anda dapat menghubungi pemilik atas nama Baba Tje.

Sumber Referensi :
  
Nama Karina Ginting
4423143948 UJP A 2014
karinaginting02@yahoo.com

No comments:

Post a Comment