Sunday, January 3, 2016

T5_Sabilah Ulfa Harnum_HASIL OBSSERVASI BADUY



HASIL OBSERVASI SUKU BADUY
LEUIT SUKU BADUY
Assalamualaikum wr.wb salam sejahtera untuk kita semua.
Pada kesempatan kali ini perkenankan saya untuk memperkenalkan diri nama saya sabilah ulfa harnum mahasiswi Usaha Jasa Pariwisata UNJ yang Insya Allah sebentar lagi akan beranjak ke semester 4. Sekarang saya akan mereview beberapa hasil observasi yang saya dan mahasiswa pariwisata unj lakukan di suku baduy, senang sekali rasanya saat menceritakan pengalaman saya saat berada di sana, karena banyak pengalaman unik dan menyenangkan yang tidak mungkin saya lupakan. Baduy adalah salah satu suku yang tinggal dipedalaman hutan di daerah lebak banten, untuk menempuh desa kanekes tempat suku baduy tinggal sangat susah, perjalanan dari Jakarta kami tempuh dengan menggunakan kereta api lokal menuju rangkas bitung selama 1 sampai 2 jam lamanya kemudian dari stasiun rangkas perjalanan kami lanjutkan kembali dengan menggunakan mobil ELF menuju desa ciboleger, tidak bisa diceritakan bagaimana sensasi perjalanan menuju ke desa tersebut, mungkin anda akan menemukan sensasi mengerikan sekaligus menyenangkan apabila anda juga sudah merasakannya. Sesampainya di ciboleger kami beristirahat sejenak kemudian perjalanan kami lanjutkan kembali dengan berjalan kaki menuju desa baduy luar tempat kami nanti akan menginap selama 3 hari 2 malam. Mungkin sensasi perjalanan dari stasiun rangkas menuju desa ciboleger yang saya ceritakan tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perjalanan kami menuju desa baduy luar dan baduy dalam bayangkan kami harus berjalan kaki selama kurang lebih 4 jam dan melewati beberapa lembah dan bukit dan berjalan menyusuri sungai yang sangat jernih dan asri. Saya sampai bisa mengisi ulang air minum yang saya bawa untuk cadanagan air selama perjalanan. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana serunya perjalanan kami selama disana. 
                Suku baduy adalah kelompok masyarakat adat sub-etnis sunda yang bertempat tinggal di desa lebak banten tepatnya dipegunungan kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek sunda banten yang unik dari suku ini adalah mereka tidak gemar berbicara tapi perilakunya sangat sopan dan ramah saya kira cerita tentang penduduknya yang pendiam itu hanya isapan jempol belaka namun saat saya berkunjung kesana ternyata memang seperti itu keadannya apalagi kaum ibunya, saat saya ingin berbincang dan bertanya Tanya kepada ibu pemilik rumah tempat saya menginap rupanya beliau tidak bersedia memberikan banyak komentar beliau bilang “saya pemalu orangnya jadi Tanya yang lain saja yah” tentu sambil menyunggingkan senyumnya. Agama yang dianut suku ini adalah sunda wiwitan Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa pun", atau perubahan sesedikit mungkin:Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
Berbicara tentang suku baduy maka banyak sekali hal yang bisa saya ceritakan, salah satunya tentang leuit atau lumbung padi yang dimiliki oleh seluruh masyarakat suku baduy, padi merupakan makanan pokok di suku baduy. padi juga mempunyai peran penting dalam sektor perekonomian orang baduy, selain  menanam pohon buah-buahan seperti rambutan, salak dan durian mereka juga menanam padi untuk kebutuhan sehari-hari. Yang unik dari padi di suku ini adalah mereka menanam padi tadah hujan atau padi huma artinya padi itu tidak ditanam seperti padi pada umumnya. Padi ini dibiarkan tumbuh sendiri dan tidak diberi pupuk kimia tapi hanya mengandalkan air hujan yang turun saja.untuk masa panen memang lebih lama yaitu sekitar 8 sampai 12 bulan, tetapi untuk soal rasa jangan pernah dipertanyakan. Karena pasti tidak akan kecewa jika sudah pernah merasakannya. karena begitu dekatnya mereka dengan alam maka salah satu cara mereka mengabdi atau melestarikan alam adalah dengan cara menanam padi tadah hujan atau padi huma tersebut.
Untuk menyimpan padi –padi tersebut mereka menggunakan leuit atau lumbung padi. Leuit  adalah gudang untuk menyimpan padi kering setelah dijemur yang digunakan hanya untuk keperluan besar seperti hajatan serta membantu tetangga yang kesusahan.Leuit juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan gabah yang memiliki kemampuan tahan cuaca, tahan hama penyakit, dan memiliki sistem tata udara yang baik, sehingga gabah kering dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Karena begitu pentingnya arti leuit bagi masyarakat suku baduy maka dapat dipastikan setiap rumah mempunyai leuit, maka tidak heran krisis pangan tidak begitu berpengaruh bagi kehidupan suku baduy. Satu hal yang patut diteladani dari kehidupan suku baduy adalah selain mencintai alam mereka juga menghargai hasil yang diberikan oleh alam dan menjaganya untuk kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Menurut cerita yang saya dengar banyak padi-padi yang tersimpan hingga puluhan tahun lamanya di lumbung padi tersebut. Menurut keyakinan mereka semakin lama padi tersebut disimpan maka semakin enak pula rasanya. Konstruksi bangunan leuit seluruhnya terbuat dari bambu pada bagian bawahnya untuk menjaga pondasi agar tetapm kokoh mereka tidak menggali tanah untuk pondasi. Batu hanya diletakan di atas tanah. Jika kontur tanah tidak rata, maka bukan tanah yang menyesuaikan sehingga diratakan, tetapi batu dan tiang kayu yang menyesuaikan. Jadi, panjang pendeknya batu mengikuti kontur tanah. Saya akan menjelaskan bagian-bagian dari leuit tersebut.

  • Hatep: atap terbuat dari ilalang atau pelepah daun kering yang biasanya diganti setiap 3 sampai 4 tahun sekali atau sesuai dengan kebutuhan. 
  •  Layes: bahan untuk mengikat bambu, mereka tidak menggunakan tali sintetis untuk mengikat bambu melainkan memakai tali pengikat yang berasal  dari akar tumbuh tumbuhan
  • Panglari: untuk menyangga layes
  • Tihang: tiang

Pintu yang ada di leuit berada di atapnya mengapa ditaruh diatas, karena agar leuit berfungsi secara sempurna dan dapat menampung banyak gabah didalamnya. Daya tahan leuit bisa mencapai 10 tahun, yang diganti hanya atapnya saja, bahan kayunya atau tiangnya berasal dari kayu laban, pohon aren dan bambu.
Banyak yang bisa kita pelajari dari filosofi sebuah pembangunan leuit diantaranya yaitu untuk membangun sebuah rumah atau lumbung padi tidak perlu menggali tanah hanya butuh sebuah batu untuk mengokohkannya. Hal ini dilakukan agar tanah leluhurnya tetap ramah dan lestari hingga anak cucunya kelak.
Contoh Leuit


Sabilah Ulfa Harnum
4423143947
Usaha Jasa Pariwisata
sabilah.ulfa@gmail.com

1 comment:

  1. Menakjubkan inilah warisan budaya indonesia yg sangat menarik untuk di kunjungi,semoga tidak akan lekang di makan waktu

    ReplyDelete