HASIL OBSERVASI SUKU BADUY
LEUIT
SUKU BADUY
Assalamualaikum wr.wb salam sejahtera untuk kita semua.
Pada
kesempatan kali ini perkenankan saya untuk memperkenalkan diri nama saya
sabilah ulfa harnum mahasiswi Usaha Jasa Pariwisata UNJ yang Insya Allah
sebentar lagi akan beranjak ke semester 4. Sekarang saya akan mereview beberapa
hasil observasi yang saya dan mahasiswa pariwisata unj lakukan di suku baduy,
senang sekali rasanya saat menceritakan pengalaman saya saat berada di sana,
karena banyak pengalaman unik dan menyenangkan yang tidak mungkin saya lupakan.
Baduy adalah salah satu suku yang tinggal dipedalaman hutan di daerah lebak
banten, untuk menempuh desa kanekes tempat suku baduy tinggal sangat susah,
perjalanan dari Jakarta kami tempuh dengan menggunakan kereta api lokal menuju
rangkas bitung selama 1 sampai 2 jam lamanya kemudian dari stasiun rangkas
perjalanan kami lanjutkan kembali dengan menggunakan mobil ELF menuju desa
ciboleger, tidak bisa diceritakan bagaimana sensasi perjalanan menuju ke desa
tersebut, mungkin anda akan menemukan sensasi mengerikan sekaligus menyenangkan
apabila anda juga sudah merasakannya. Sesampainya di ciboleger kami
beristirahat sejenak kemudian perjalanan kami lanjutkan kembali dengan berjalan
kaki menuju desa baduy luar tempat kami nanti akan menginap selama 3 hari 2
malam. Mungkin sensasi perjalanan dari stasiun rangkas menuju desa ciboleger
yang saya ceritakan tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perjalanan
kami menuju desa baduy luar dan baduy dalam bayangkan kami harus berjalan kaki
selama kurang lebih 4 jam dan melewati beberapa lembah dan bukit dan berjalan
menyusuri sungai yang sangat jernih dan asri. Saya sampai bisa mengisi ulang
air minum yang saya bawa untuk cadanagan air selama perjalanan. Bisa dibayangkan
sendiri bagaimana serunya perjalanan kami selama disana.
Suku
baduy adalah kelompok masyarakat adat sub-etnis sunda yang bertempat tinggal di
desa lebak banten tepatnya dipegunungan kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m
di atas permukaan laut. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan
mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain
itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.
Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek sunda banten yang unik
dari suku ini adalah mereka tidak gemar berbicara tapi perilakunya sangat sopan
dan ramah saya kira cerita tentang penduduknya yang pendiam itu hanya isapan
jempol belaka namun saat saya berkunjung kesana ternyata memang seperti itu
keadannya apalagi kaum ibunya, saat saya ingin berbincang dan bertanya Tanya
kepada ibu pemilik rumah tempat saya menginap rupanya beliau tidak bersedia
memberikan banyak komentar beliau bilang “saya pemalu orangnya jadi Tanya yang
lain saja yah” tentu sambil menyunggingkan senyumnya. Agama yang dianut suku
ini adalah sunda wiwitan Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan
berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme)
yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha,
Hindu.
Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat
mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi
terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep
"tanpa perubahan apa pun", atau perubahan sesedikit mungkin:Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu
beunang disambung.(Panjang tidak bisa/tidak boleh
dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
Berbicara
tentang suku baduy maka banyak sekali hal yang bisa saya ceritakan, salah
satunya tentang leuit atau lumbung padi yang dimiliki oleh seluruh masyarakat
suku baduy, padi merupakan makanan pokok di suku baduy. padi juga mempunyai
peran penting dalam sektor perekonomian orang baduy, selain menanam pohon buah-buahan seperti rambutan,
salak dan durian mereka juga menanam padi untuk kebutuhan sehari-hari. Yang
unik dari padi di suku ini adalah mereka menanam padi tadah hujan atau padi
huma artinya padi itu tidak ditanam seperti padi pada umumnya. Padi ini
dibiarkan tumbuh sendiri dan tidak diberi pupuk kimia tapi hanya mengandalkan
air hujan yang turun saja.untuk masa panen memang lebih lama yaitu sekitar 8
sampai 12 bulan, tetapi untuk soal rasa jangan pernah dipertanyakan. Karena
pasti tidak akan kecewa jika sudah pernah merasakannya. karena begitu dekatnya
mereka dengan alam maka salah satu cara mereka mengabdi atau melestarikan alam
adalah dengan cara menanam padi tadah hujan atau padi huma tersebut.
Untuk menyimpan padi –padi
tersebut mereka menggunakan leuit atau lumbung padi. Leuit adalah gudang untuk menyimpan padi kering
setelah dijemur yang digunakan hanya untuk keperluan besar seperti hajatan
serta membantu tetangga yang kesusahan.Leuit juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan gabah yang memiliki kemampuan tahan cuaca, tahan hama penyakit, dan
memiliki sistem tata udara yang baik, sehingga gabah kering dapat disimpan
dalam jangka waktu yang lama. Karena begitu pentingnya arti leuit bagi
masyarakat suku baduy maka dapat dipastikan setiap rumah mempunyai leuit, maka
tidak heran krisis pangan tidak begitu berpengaruh bagi kehidupan suku baduy. Satu
hal yang patut diteladani dari kehidupan suku baduy adalah selain mencintai
alam mereka juga menghargai hasil yang diberikan oleh alam dan menjaganya untuk
kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Menurut cerita yang saya dengar banyak
padi-padi yang tersimpan hingga puluhan tahun lamanya di lumbung padi tersebut.
Menurut keyakinan mereka semakin lama padi tersebut disimpan maka semakin enak
pula rasanya. Konstruksi bangunan leuit seluruhnya terbuat dari bambu pada
bagian bawahnya untuk menjaga pondasi agar tetapm kokoh mereka tidak menggali
tanah untuk pondasi. Batu hanya diletakan di atas tanah. Jika kontur tanah
tidak rata, maka bukan tanah yang menyesuaikan sehingga diratakan, tetapi batu
dan tiang kayu yang menyesuaikan. Jadi, panjang pendeknya batu mengikuti kontur
tanah. Saya akan menjelaskan bagian-bagian dari leuit tersebut.
- Hatep: atap terbuat dari ilalang atau pelepah daun kering yang biasanya diganti setiap 3 sampai 4 tahun sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
- Layes: bahan untuk mengikat bambu, mereka tidak menggunakan tali sintetis untuk mengikat bambu melainkan memakai tali pengikat yang berasal dari akar tumbuh tumbuhan
- Panglari: untuk menyangga layes
- Tihang: tiang
Pintu yang ada
di leuit berada di atapnya mengapa ditaruh diatas, karena agar leuit berfungsi
secara sempurna dan dapat menampung banyak gabah didalamnya. Daya tahan leuit
bisa mencapai 10 tahun, yang diganti hanya atapnya saja, bahan kayunya atau
tiangnya berasal dari kayu laban, pohon aren dan bambu.
Banyak yang
bisa kita pelajari dari filosofi sebuah pembangunan leuit diantaranya yaitu
untuk membangun sebuah rumah atau lumbung padi tidak perlu menggali tanah hanya
butuh sebuah batu untuk mengokohkannya. Hal ini dilakukan agar tanah leluhurnya
tetap ramah dan lestari hingga anak cucunya kelak.
Contoh Leuit
Sabilah Ulfa Harnum
4423143947
Usaha Jasa Pariwisata
sabilah.ulfa@gmail.com
Menakjubkan inilah warisan budaya indonesia yg sangat menarik untuk di kunjungi,semoga tidak akan lekang di makan waktu
ReplyDelete