Monday, January 4, 2016

T3_Reza Achmad_Pariwisata Sejarah

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga tulisan ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan saya semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi tulisan agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. 








Jakarta, Desember 2015







PEMBAHASAN

PESONA KOTA GORONTALO







`Gorontalo adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sebelumnya, semenanjung Gorontalo (Hulontalo) merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah di Era Reformasi, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000 dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia. Ibukota Provinsi Gorontalo adalah Kota Gorontalo (sering disebut juga Kota Hulontalo) yang terkenal dengan julukan "Kota Serambi Madinah". `Seperti halnya daerah lain di Nusantara, Provinsi Gorontalo pun memiliki simbol pemaknaan harkat dan martabat, baik itu melalui Hewan ataupun Tumbuhan. Adapun Simbol atau Lambang Khas daerah Gorontalo yaitu:
Burung Maleo
  • Sayap Burung Maleo
  • Ukiran Bambu berkepala Buaya
  • Pohon Pinang

Ø  Sejarah
Menurut catatan sejarah, Jazirah Semenanjung Gorontalo (Gorontalo Peninsula) terbentuk kurang lebih 1300 tahun lalu, dimana Kerajaan Suwawa telah ditemukan berdiri pada sekitar tahun 700 Masehi atau pada abad ke-8 Masehi. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya makam para Raja di tepian hulu sungai Bulawa. Tidak hanya itu, makam Raja Suwawa lainnya dapat kita temukan di hulu sungai Bone, yaitu makam Raja Moluadu (salah seorang Raja di Kerajaan Suwawa) bersama dengan makam istrinya dan anaknya. Namun, sebagai salah satu jazirah tertua di Sulawesi dan Nusantara, Semenanjung Gorontalo pun tidak hanya memiliki catatan sejarah pada prasasti makam-makam Rajanya dahulu, melainkan pula memiliki situs prasejarah yang telah ditemukan. Situs Oluhuta, merupakan sebuah situs prasejarah dan memiliki makam prasejarah di dalamnya. hal ini dapat menjadi bukti bahwa Gorontalo telah memiliki peradaban yang sangat lampau.
Sementara itu, Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Pulau Sulawesi selain Kota Makassar, Parepare dan Manado. Diperkirakan, Kota Gorontalo sudah terbentuk sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1500-an pada abad ke-16. Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Timur Indonesia, selain Ternate (sekarang bagian dari Provinsi Maluku Utara) dan Bone (sekarang bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan). Seiring dengan penyebaran agama tersebut, Kota Gorontalo akhirnya menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah "Tomini-Bocht" seperti Bolaang Mongondow (Sulawesi utara), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Hal ini dikarenakan, Kota Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis, posisinya menghadap langsung ke Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).
Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow. Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
  • Pohala'a Gorontalo
  • Pohala'a Limboto
  • Pohala'a Suwawa
  • Pohala'a Boalemo
  • Pohala'a Atinggola
Berdasarkan klasifikasi adat yang dibuat oleh Mr.C.Vollenhoven, maka Semenanjung Gorontalo termasuk kedalam 19 wilayah adat di Indonesia. Antara agama dengan adat di Gorontalo pun menyatu dengan istilah "Adat bersendikan Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :
  • Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi Hulontalo.
  • Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang goa yang berjalan lalu lalang.
  • Berasal dari "Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
  • Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
  • Berasal dari "Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu.
  • Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
  • Berasal dari "Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Jadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata "Hulontalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :
  • Onder Afdeling Kwandang
  • Onder Afdeling Boalemo
  • Onder Afdeling Gorontalo
Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
  • Distrik Kwandang
  • Distrik Limboto
  • Distrik Bone
  • Distrik Gorontalo
  • Distrik Boalemo
Gubernur Jenderal De Graeff yang berparade di jalan-jalan Gorontalo (1926)
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
  • Afdeling Gorontalo
  • Afdeling Boalemo
  • Afdeling Buol
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia. Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.

Ø  Bahasa
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo, Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile). Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Manado, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam penuturan Orang Gorontalo.
Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus Bahasa Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia serta Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil diterbitkan dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal penerbitan Al-Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan Hulontalo). Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo masih terus dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar. Meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat sepenuhnya ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul) akibat dari afiliasi agama Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo sebenarnya memiliki aksara lokal sebagai identitas kesukuan yang sangat tinggi nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-Gorontalo".
Adapun contoh penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari yang harus tetap dilestarikan:
  • Permisi.... = Tabi' ....
  • Silahkan... = Toduwolo ....
  • Terima Kasih... = Odu'olo ...
  • Iya ... = Jo ... (Kata Jo digunakan oleh laki-laki saat menjawab sesuatu)
  • Iya ... = Saaya ... (huruf 'a' diawal dibaca panjang, kata Saaya digunakan oleh perempuan saat menjawab sesuatu)
Ø  Kesenian dan kebudayaan
·         Lagu Daerah
Gorontalo sebagai salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi memiliki aneka ragam kesenian daerah, baik tari, lagu, alat musik tradisional, adat-istiadat, upacara keagamaan, rumah adat, dan pakaian adat. Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga. Sedangkan lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku), Ambikoko, Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang), Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta (Sup Jagung).
·         Alat musik
Gorontalo merupakan salah satu propinsi baru memisahkan diri dari propinsi Sulawesi Utara pada tahun 2001, memiliki jenis kebudayan dan adat istiadat yang beraneka ragam. Salah satu kesenian sebagai bagian dari kebudayaan daerah Gorontalo yang cukup terkenal yaitu musik tradisional Polopalo. Menurut masyarakat Gorontalo, musik tradisional Polopalo merupakan musik asli rakyat Gorontalo, namun pada perkembangannya, ternyata ditemui ada alat musik daerah lain yang hampir serupa dengan musik ini yakni alat musik Sasaheng dari Sangihe Talaud dan Bonsing dari Bolaang Mongondow.
Alat musik tradisional Polopalo merupakan alat musik jenis idiofon atau golongan alat musik yang sumber bunyinya diproleh dari badannya sendiri (M. Soeharto 1992 : 54), Dalam artian bahwa ketika Polopalo tersebut di pukul atau sebaliknya memperoleh pukulan, bunyinya akan dihasilkan dari proses bergetarnya seluruh tubuh Polopalo tersebut.
Pada era tahun 60-an sampai sekitaran tahun 90-an, Polopalo biasanya dimainkan pada waktu – waktu tertentu, yang pada hari tersebut merupakan hari yang spesial menurut masyarakat Gorontalo. Contohnya, pada waktu masyarakat daerah Gorontalo telah selesai melaksanakan panen raya atau pada waktu bulan t’rang (bulan purnama). Tradisi memainkan musik Polopalo dilaksanakan tanpa menunggu perintah atau komando, dalam hal ini masyarakat tergerak dengan sendirinya karena merasa harus bergembira bersama dalam mensyukuri hari yang indah atau hari yang spesial tersebut. Biasanya musik tradisonal Polopalo itu dimainkan kira – kira pukul 22.00 sampai pukul 01.00 waktu setempat.
Musik Polopalo saat ini agaknya kurang diminati masyarakat. Kemungkinan penyebabnya antara lain, alat musik ini hanya dimainkan sendiri dengan variasi nada terbatas. Untuk lebih diminati, kemungkinan pengembangannya pada bentuk komposisi musik, yang diharapkan dapat menggugah generasi muda sebagai penerus kebudayaan, yang sehari-harinya mereka banyak mengkonsumsi berbagai aliran musik baru yang beraneka ragam. Oleh sebab itu pengambangan musik Polopalo diharapkan akan menghasilkan harmonisasi dan improvisasi variatif mengikuti perkembangan musik pada umumnya.


·         Tarian Adat
Tari Saronde adalah tari pergaulan keakraban dalam acara resmi. Tarian ini diangkat dari tari adat malam pertunangan pada upacara adat perkawinan daerah Gorontalo. Saronde sendiri terdiri dari musik dan tari dalam bentuk penyajiannya. Musik mengiringi tarian Saronde dengan tabuhan rebana dan nyanyian vokal, diawali dengan tempo lambat yang semakin lama semakin cepat. Dalam penyajiannya, pengantin diharuskan menari, demikian juga dengan orang yang diminta untuk menari ketika dikalungkan selendang oleh pengantin dan para penari dan diiringin oleh musik khas suara rebana
Pakaian Adat
Tari Dana-dana merupakan Tarian pergaulan remaja gorontalo yang berkembang dari masa kemasa, tarian ini melambangkan cinta kasih dan kekeluargaan
·         Upacara Adat
Masyarakat suku Gorontalo terkenal sebagai masyarakat yang tidak pernah terjadi konflik atau perselisihan antar suku atau antar individu dalam masyarakat. Sistem kekerabatan yang sudah melekat erat terus dipelihara dengan baik sehingga masyarakat sudah terbiasa gotong royong dan terbiasa menyelesaikan masalah secara musyawarah dan secara mufakat. Beberapa kebiasaan dan kebudayaan yang dilestarikan oleh suku Gorontalo adalah sebagai berikut:
1.       Tata dan aturan dalam upacara perkawinan. Dalam melakukan upacara perkawinan, ada banyak aturan dan tata cara yang harus dilakukan oleh mempelai suku Gorontalo. Kebanyakan dari tata aturan dan upacara perkawinan suku Gorontalo masih memegang tradisi turun temurun yang terus dilestarikan sebagai salah satu kebudayaan Indonesia. Berikut adalah beberapa tata cara pelaksanaan upacara perkawinan suku Gorontalo:
Upacara diadakan di rumah kedua mempelai, yakni mempelai pria dan wanita secara bergantian.
Upacara pernikahan bisa berlangsung lebih dari dua hari.
Para kerabat bergotong royong dalam mempersiapkan acara pernikahan ini beberapa hari sebelum pernikahan dilaksanakan.
Kedua mempelai menggunakan pakaian adat yang diberi nama Bili’u.
Tempat pelaminan yang digunakan pada saat resepsi menggunakan adat Gorontalo.
2.       Tondhalo (upacara tujuh bulanan). Setiap daerah memiliki acara adat tersendiri dalam mewujudkan rasa syukur atas kehamilan yang berusia tujuh bulan. Termasuk dalam masyarakat suku Gorontalo yang memiliki upacara adat yang diberi nama Tondhalo. Syarat yang harus dilakukan dalam upacara adat ini adalah sebagai berikut:
Kedua orang tua jabang bayi harus menggunakan pakaian adat Gorontalo.
Ada seorang anak perempuan yang digendong oleh ayah jabang bayi mengelilingi rumah, lalu akhirnya masuk ke dalam kamar menemui ibu yang sedang mengandung.
Setelah calon ayah dan anak perempuan yang digendongnya bertemu dengan ibu yang mengandung jabang bayi, maka tali yang terbuat dari daun kelapa yang melingkari perut ibu tersebut dipotong atau diputuskan.
Adanya tujuh jenis makanan yang dihidangkan dalam tujuh nampan yang berbeda.
Makanan ini dibagikan kepada seluruh undangan termasuk anak kecil yang digendong tadi.
3.       Aqiqah. Upacara aqiqah pada umumnya biasa dilakukan setelah bayi berusia empat puluh haru. Namun ada juga masyarakat yang melakukannya pada saat bayi kurang dari empat puluh hari atau bahkan lebih dari empat puluh hari. Tentu saja ini disesuaikan dengan kemampuan si orang tua bayi. Masih ada beberapa upacara adat masyarakat Gorontalo yang lain, namun tidak mungkin dibahas satu persatu disini karena keterbatasan tempat. Dalam artikel berikutnya kita akan membahas mengenai rumah adat, bahasa dan perkembangan masyarakat suku Gorontalo.

·         Rumah Adat
DULOHUPA - Gorontalo memiliki rumah adatnya sendiri, yang disebut Bandayo Pomboide dan Dulohupa. Rumah adat ini terletak di tepat di depan Kantor Bupati Gorontalo, Jalan Jenderal Sudirman, Limboto. Dulohupa terletak di di Kelurahan Limba U-2, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Akan tetapi, rumah adat Dulohupa yang satu ini kini tinggal kenangan karena sudah diratakan dengan tanah. Rumah adat ini digunakan sebagai tempat bermusyawarat kerabat kerajaan pada masa lampau.
Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan, untuk memvonis para pengkhianat negara melalui sidang tiga alur pejabat pemerintahan, yaitu Buwatulo Bala (Alur Pertahanan / Keamanan), Buwatulo Syara (Alur Hukum Agama Islam), dan Buwatulo Adati (Alur Hukum Adat).
Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialek Gorontalo.
Penarikan garis keturunan yang berlaku di masyarakat Gorontalo adalah bilateral, garis ayah dan ibu. Seorang anak tidak boleh bergurau dengan ayahnya melainkan harus berlaku taat dan sopan. Sifat hubungan tersebut berlaku juga terhadap saudara laki-laki ayah dan ibu.
Menurut masyarakat Gorontalo, nenek moyang mereka bernama Hulontalangi, artinya ‘pengembara yang turun dari langit’. Tokoh ini berdiam di Gunung Tilongkabila. Kemudian dia menikah dengan salah seorang perempuan pendatang yang bernama Tilopudelo yang singgah dengan perahu ke tempat itu. Perahu tersebut berpenumpang delapan orang. Mereka inilah yang kemudian menurunkan orang Gorontalo, tepatnya yang menjadi cikal bakal masyarakat keturunan Gorontalo saat ini. Sejarawan Gorontalo pun cenderung sepakat tentang pendapat ini karena hingga saat ini ada kata bahasa Gorontalo, yakni 'Hulondalo' yang bermakna 'masyarakat, bahasa, atau wilayah Gorontalo'. Sebutan Hulontalangi kemudian berubah menjadi Hulontalo dan akhirnya menjadi Gorontalo.


BANTAYO PO BOIDE - Rumah adat Gorontalo yang satu ini bisa dijumpai berdiri gagah di depan rumah dinas Bupati Gorontalo. Dalam artian harfiah, kata Bandayo berarti gedung atau juga bisa diartikan sebagai bangunan. Sementara kata Pomboide atau Po Boide berarti sebagai tempat untuk bermusyawarah. Jadi, meski merupakan dua bangunan berbeda, namun Doluhapa dan Bandayo Pomboide memiliki fungsi yang kurang lebih sama. Dahulu, Bandayo Pomboide ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan pagelaran budaya khas Gorontalo. Berbeda dari Doluhapa, bagian dalam si Bandayo Pomboide ini memiliki banyak sekat sehingga ada beragam ruangan dengan fungsi yang juga beragam.
·         Pakaian Adat
Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun yang lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut Bili’u atau Paluawala. Pakaian adat ini umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan, dan hijau






·         Kerajinan Tangan
Sebagian masyarakat Gorontalo bekerja sebagai pengrajin anyaman, seperti peci anyaman yang terbuat dari kayu keranjang karena sebagian besar warga Gorontalo beragama Muslis dan peci tersebut bertuliskan Provinsi Gorontalo. Setiap daerah pasti memiliki ciri khasnya masing-masing. begitu pula dengan jazirah semenanjung Gorontalo. Masyarakat Gorontalo memiliki ciri khas "sandang" atau pakaian bersama aksesoris yang melengkapinya. Adapun kerajinan tangan khas masyarakat Gorontalo yaitu:
-Upiya Karanji atau Songkok Gorontalo, songkok ini terbuat dari anyaman rotan dan sangat nyaman digunakan karena memiliki sirkulasi udara yang sangat baik. Presiden RI ke-4, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gusdur pun setia menggunakan Songkok Gorontalo ini.
-Sulaman Karawo atau Sulaman Kerawang, Sulaman khas Gorontalo ini menjadi kekayaan budaya tersendiri dan bernilai seni tinggi. Kini sulaman Karawo tidak hanya diminati di dalam negeri namun juga di luar negeri.
-Batik Gorontalo, Batik Gorontalo pada dasarnya sama dengan Batik pada umumnya, yang membedakannya hanya pada motif atau corak yang dimuat pada kain batik itu sendiri.
·         Pariwisata
1.       Taman laut Olele
Perjalanan pengunjung yang melalui pesisir pantai Gorontalo akan membawa pengunjung pada sebuah pemandangan yang eksotik, laut yang biru dan tenang berada di kawasan Teluk Tomini yang kaya akan ikannya. Disini pengunjung dapat memuaskan diri bermain snorkling melihat eksotiknya pemandangan taman bawah laut.  Disinyalir Taman Laut Olele lebih alami di banding dengan taman laut lain yang ada di Indonesia. Taman Laut Olele berada di Desa Olele Kec. Kabila Bone ± 20 Km dari Kota Gorontalo.

2.       Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Dulu taman ini bernama Dumoga Bone adalah sebuah taman rekreasi yang mempunyai aneka ekologi langka. Secara geografi kawasan ini terletak diperbatasan peralihan geografi daerah Indomalayan di sebelah Barat, Papua-Australia sebelah Timur (Wallaceae Area). pengunjungakan dibuat takjub saat memasuki kawasan cagar alam ini. Terdapat berbagai jenis anggrek, serta aneka tanaman hias dan bunga bangkai (Amorphophallus companulatus).
3.       Menara Mulia
Apabila pengunjung ingin menikmati suasana yang sedikit berbeda,pengunjung bisa mencoba menjelajahi pemandangan Danau Limboto yang indah. pengunjung bisa menaiki Menara Kemuliaan, melihat menggunakan teleskop dari ketinggian 60 meter. Di dalam Menara Mulia terdapat cindera mata yang diperlihatkan dan juga beberapa restoran dengan kuliner khas Gorontalo.
4.       Benteng danau Limboto Otanaha
Memiliki ciri khas arsitektur eropa, temboknya kokoh, pintu dan jendelanya tinggi. Benteng Danau Limboto Otanaha merupakan sebuah tempat wisata Gorontalo berupa bangunan sejarah peninggalan kolonial Belanda. Sampai saat ini tempat ini masih dijaga dan dilestarikan sebagai tempat wisata di Gorontalo. Benteng ini berlokasi di desa sebelah barat kota, daerah Dembe I, sekitar 8 Km dari kota Gorontalo.


5.       Tangga 2000 dan Jejak kaki Lahilote
Dilihat dari atas ketinggian, wisata tangga 2000 dan juga jejak kaki Lahilote ini, dapat pengunjung nikmati pemandangan indah danau Tomini. Merasakan semilir dinginnya angin yang menerpa pohon kelapa pada saat malam hari. Terdapat sebuah batu yang berukuran besar nampak seperti jejak kaki manusia, menurut cerita, “Lahilote” merupakan jejak kaki seorang pria menikah dengan seorang malaikat yang jatuh ke bumi.





PENUTUP

Kesimpulan yang bisa saya ambil berdasarkan data diatas bahwa Gorontalo adalah sebuah provinsi di Indonesia, yang sebelumnya belum menjadi provinsi sendiri. Gorontalo memilki keberagaman kesenian dan kebudayaan yang bisa kita pelajari. Dari kesenian dan kebudayaan yang dimiliki oleh Gorontalo kita jadi bias lebih belajar mengenai banyaknya keunikan yang ada di Indonesia ini. Dan Gorontalo memiliki banyak sekali tempat wisata yang patut kita kunjungi jika kita ke Gorontalo. Jika ada niatan untuk bepergian ke Pulau Sulawesi jangan lupa kunjungi Gorontalo.
Sekian informasi yang bisa saya berikan, jika banyak kekurangan mohon dimaafkan. Wasalamualaikum wr.wb



DAFTAR PUSTAKA



1 comment: