Sosok Kang Arja,
sosok lelaki baduy dalam
Selamat pagi dunia. Selamat pagi
semua insan pelaku pariwisata. Sangat senang pada kesempatan kali ini diberi
kesempatan untuk mereview hasil observasi dan perjalanan ke suku Baduy. Sebuah
suku yang berdomisili di pedalaman hutan di daerah Banten. Sebuah masyarakat
yang dengan ketat mengatur kehidupannya berdasarkan apa yang diajarkan oleh
para leluhur. Sebuah masyarakat yang mengabdi kepada tuhan dengan cara menjaga
apa yang telah diberikan dan diciptakan oleh tuhan. Sebuah masyarakat yang rela
menempuh jarak yang tak biasa untuk menyambung hidupnya
Sebelumnya saya ingin
memperkenalkan diri. Perkenalkan sama saya Fajar Ramadhan. Bisa di panggil
Fajar, Jafar, Rama dan yang lainnya. Saya adalah mahasiswa D3 Usaha Jasa
Pariwisata angkatan 2014. Saat ini saya sedang menjalani kuliah semester 3.
Semester yang bisa bilang semester yang akan “membunuh” para mahasiswa, yang
setiap bagiannya semakin mencekik. Namun dengan demikian, itu semua terjadi
dilakukan agar kita bisa semakin kompetitif dalam program studi yang sedang
kita jalani, sayang saja dilakukannya dengan cara yang salah. Saya kira cukup
segitu saja perkenalan saya. Mari kita mulai mengerjakan tugas ini dimulai
dengan mengenal suku Baduy terlebih dahulu.
Orang Baduy/Badui adalah
suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di
wilayahKabupaten Lebak,Banten.
Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah
satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia
luar. Suku baduy terdiri dari 64 RT dengan luas 5100 hektar. Selain itu mereka
juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy
dalam. Kita hanya boleh melakukan pengambilan gambar ketika masih dibadui luar.
Setelah melewati jembatan yang menandakan masuk ke baduy dalam, kita sama
sekali tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi seperti handphone,
pengeras suara (headset dll). Bila kita kedapatan menggunakan alat komunikasi
dan alat elektronik. Orang Baduy tidak akan menegur kita, namun kita akan
langsung di blacklist dan tidak akan pernah boleh menginjakan kaki lagi ke
baduy.
Sebutan "Baduy"
merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat
tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang
merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah
karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari
wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang
Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka,
atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka sepertiUrang Cibeo. Orang
Baduy rata-rata menggunakan bahasa Sunda dan lebih kepada Sunda Kasar.
Perbedaan bahasa yang digunakan antara Baduy Luar dan Baduy dalam tidak terlalu
banyak, hanya bisa kita lihat dari perilakunya. Berkaitan dengan mata
pencaharian, masyarakat baduy rata-rata bercocok tanam seperti menanam padi,
buah durian, dan madu hutan. Mereka juga memproduksi kerajinan tangan seperti
kain. Dan satu hal yang paling dikenal dari masyarakat Baduy adalah larangan
bagi masyarakat Baduy dalam yang diharuskan jalan kaki ketika pergi kemanapun
termasuk ke Jakarta.
Mari
kita kembali ke cerita perjalanan kami. Memulai perjalanan dari Stasiun Tanah
Abang jam 6 pagi. Kami berkumpul dan melanjutkan perjalanan menuju Stasiun
Rangkas Bitung. Dari Stasiun Rangkas Bitung, kami menuju Ciboleger dengan
menggunakan kendaraan elf dengan menempuh waktu selama 1,5 jam. Sesampainya di
Ciboleger, kami langsung menuju tempat registrasi dengan jarak tempuh 10 menit.
Disana kami juga berbincang-bincang dengan narasumber disana. Setelah
registrasi selesai, kami langsung menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam lagi
dengan jalan kaki menuju Baduy Luar karena home stay kami berada di Baduy Luar.
Oia saya lupa, sejak dari Stasiun Rangkas Bitung, kami ditemani seorang tour
guide yang berasal dari suku Baduy Luar yang bernama Kang Arji. Beliau memang
di tunjuk oleh seluruh masyarakat baduy sebagai tour guide yang mewakili Baduy.
Beliau memiliki tugas menemani dan memandu tamu yang akan mengunjungi Baduy. Ketika
dalam perjalanan menuju Baduy Luar, kami juga ditemani sesosok lelaki yang berasal
dari Baduy dalam. Lelaki yang kelihatan tua, sedikit kurus menurut saya dengan
mengenakan pakaian khas Baduy dalam. Walaupun kelihatan sudah tua dan dengan
cara jalannya terdapat sedikit gangguan, namun Beliau masih sangat kuat untuk
menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Singkat
cerita sampailah kami pada pagi hari. Pada pagi itu kami berencana akan
mengunjungi Baduy dalam, kami memulai perjalanan jam 8 pagi. Perjalanan berat
sudah ada di dalam pikiran kami karena kami harus menempuh perjalanan selama 3
jam 30 menit. Ditambah lagi selama perjalanan kami diharuskan mengguiding
dengan tema yang telah di tentukan sebelumnya. Materi untuk guiding ini kami
dapatkan dari observasi di Baduy Luar pada hari sebelumnya.
Kembali
lagi ke cerita perjalanan. Mulailah kami melakukan perjalanan dengan berjalan
perkelompok. Dan sangat kebetulan sekali kelompok saya ditemani oleh sosok
lelaki menarik yang saya ceritakan tadi. Lelaki yang berasal dari Baduy Dalam. Seorang
lelaki pendiam yang sangat misterius. Ketika dalam perjalanan, beliau juga
kebanyakan hanya diam saja selama perjalanan. Dialah yang menjadi penunjuk
jalan bagi kami menuju Baduy dalam. Sesekali kami secara bergantian mencoba
bertanya kepada beliau seputar hal tentang Baduy namun beliau menjawab pertanyaan
kami hanya seperlunya saja. Sangat singkat dan jelas. Malah kebanyakan hanya
memberikan jawaban iya atau tidak. Dan ternyata memang seperti itulah sosok
orang-orang di Baduy dalam. Sangat “irit” dalam berbicara dan terlebih yang
menjadi kendala adalah kita harus
menggunakan bahasa sunda untuk berkomunikasi dengan mereka.
Ditengah-tengah
perjalanan, tiba-tiba kang arja memotek sebuah tumbuhan yang ada di pinggir
jalan yang kita lalui, lalu beliau menjelaskan bahwa tumbuhan itu bisa
digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit. Sayangnya saya lupa menanyakan apa
nama dari tumbuhan yang beliau tunjukan itu karena perhatian kami sudah tersita
kepada beliau ketika menjelaskan. Setelah itu beliau seperti biasa lagi. Hanya
diam dan terus berjalan. Tak banyak lagi kami berkomunikasi dengan beliau
selama perjalanan berangkat maupun pulang dari Baduy dalam. Namun beliau dengan
setia menemani kita sampai di hari ketiga ketika kami akan melakukan perjalanan
pulang. Ketika berpamitan kepada beliau, saya cukup merasa sedikit sedih karena
harus berpisah secepat ini karena sebenarnya kita bisa mendapatkan pengalaman
luar biasa lainnya bila sedikit lebih lama bersama beliau disana. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada beliau karena telah setia menemani kita dan saya
juga tak lupa berterima kasih kepada kang Arji sebagai tour guide kami.
Menurut saya Kang Arja adalah
sosok orang yang baik hati. Walaupun saya belum terlalu mengenalnya karena waktu
untuk berkomunikasinya yang sangat kurang, namun saya dapat merasakan kedekatan
dengan beliau dengan waktu yang cukup sempit ini. Kurasa ini saja yang bisa
saya ceritakan tentang sosok Kang Arja. Mungkin saya harus meminta maaf karena
tidak bisa menceritakan terlalu banya tentang beliau namun setidaknya kita bisa
mengetahui sedikit hal tentang beliau.
DAFTAR
PUSTAKA
Fajar Ramadhan
4423143919
UJP B 2014
Universitas Negeri Jakarta
Ternyata namanya kanekes toh...baru tau saya.. Good!
ReplyDeleteCeritanya bagus, namun untuk pemilihan bahasa tolong diperhatikan lg
ReplyDeleteperjalanan yg sangat indahh
Deleteperjalanan yg sangat indahh
DeletePerjuangan sekali untuk pergi ke baduy. Tapi bisa jadi pengalaman yg sangat berharga bila sudah menginjakan kaki disana. Jadi pengen ke baduy.. Haha
ReplyDeleteNice experience.. sukses untuk kedepannya~
ReplyDeleteTertarik.. ☺
ReplyDeleteArtikel yang cukup menarik dan menanmbah pengetahuan suku baduy bagi para pembaca.
ReplyDeletePostingannya bagus untuk menambah pengetahuan
ReplyDeleteNiceeee thanks banget buat infonya sangat bermanfaat untuk pembaca, sukses terus!
ReplyDeleteArtikelnya bagus, pengetahuan saya jadi bertambah deh mengenai suku baduy. Thanks for the nice article ☺
ReplyDeleteTerus sebarkan tentang budaya Indonesia agar mancanegara tau akan kaya nya budaya di Indonesia
ReplyDeleteTerus kembangkan bisnis pariwisata Indonesia
ReplyDeletenice Fajar,
ReplyDeleteLebih keren lagi kalau fokus menceritakan masyarakat Baduy nya.
It's such memorable tour isn't it?
ReplyDeleteI have been to Baduy before, from your story it reminds me a lot of memory, hope that you could explore more about Indonesia soon! Goodluck !
Baduy ethnics are well-known as the native tribe of Sundanese. They dont want to have any interferes from outside world. Therefore, their ethnics and cultures should be preserved in Indonesia. Hope you can do other tribal ethnics like Dayaknese or other in Papua.
ReplyDeleteJadi berasa ikutan jelajahin Baduy ketika baca artikelnya. Nice!
ReplyDeletePengalaman dan tulisan yg bagus untuk mengenal suku dan budaya indonesia. Terus berkontribusi dlm memperkenalkan pariwisata indonesia ;) goodluck!
ReplyDelete