Sunday, January 3, 2016

TUGAS 5 - OBSERVASI BADUY


Sosok Kang Arja, sosok lelaki baduy dalam

Selamat pagi dunia. Selamat pagi semua insan pelaku pariwisata. Sangat senang pada kesempatan kali ini diberi kesempatan untuk mereview hasil observasi dan perjalanan ke suku Baduy. Sebuah suku yang berdomisili di pedalaman hutan di daerah Banten. Sebuah masyarakat yang dengan ketat mengatur kehidupannya berdasarkan apa yang diajarkan oleh para leluhur. Sebuah masyarakat yang mengabdi kepada tuhan dengan cara menjaga apa yang telah diberikan dan diciptakan oleh tuhan. Sebuah masyarakat yang rela menempuh jarak yang tak biasa untuk menyambung hidupnya

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Perkenalkan sama saya Fajar Ramadhan. Bisa di panggil Fajar, Jafar, Rama dan yang lainnya. Saya adalah mahasiswa D3 Usaha Jasa Pariwisata angkatan 2014. Saat ini saya sedang menjalani kuliah semester 3. Semester yang bisa bilang semester yang akan “membunuh” para mahasiswa, yang setiap bagiannya semakin mencekik. Namun dengan demikian, itu semua terjadi dilakukan agar kita bisa semakin kompetitif dalam program studi yang sedang kita jalani, sayang saja dilakukannya dengan cara yang salah. Saya kira cukup segitu saja perkenalan saya. Mari kita mulai mengerjakan tugas ini dimulai dengan mengenal suku Baduy terlebih dahulu.

Orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayahKabupaten Lebak,Banten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Suku baduy terdiri dari 64 RT dengan luas 5100 hektar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam. Kita hanya boleh melakukan pengambilan gambar ketika masih dibadui luar. Setelah melewati jembatan yang menandakan masuk ke baduy dalam, kita sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi seperti handphone, pengeras suara (headset dll). Bila kita kedapatan menggunakan alat komunikasi dan alat elektronik. Orang Baduy tidak akan menegur kita, namun kita akan langsung di blacklist dan tidak akan pernah boleh menginjakan kaki lagi ke baduy.

Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka sepertiUrang Cibeo. Orang Baduy rata-rata menggunakan bahasa Sunda dan lebih kepada Sunda Kasar. Perbedaan bahasa yang digunakan antara Baduy Luar dan Baduy dalam tidak terlalu banyak, hanya bisa kita lihat dari perilakunya. Berkaitan dengan mata pencaharian, masyarakat baduy rata-rata bercocok tanam seperti menanam padi, buah durian, dan madu hutan. Mereka juga memproduksi kerajinan tangan seperti kain. Dan satu hal yang paling dikenal dari masyarakat Baduy adalah larangan bagi masyarakat Baduy dalam yang diharuskan jalan kaki ketika pergi kemanapun termasuk ke Jakarta.

                Mari kita kembali ke cerita perjalanan kami. Memulai perjalanan dari Stasiun Tanah Abang jam 6 pagi. Kami berkumpul dan melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Rangkas Bitung. Dari Stasiun Rangkas Bitung, kami menuju Ciboleger dengan menggunakan kendaraan elf dengan menempuh waktu selama 1,5 jam. Sesampainya di Ciboleger, kami langsung menuju tempat registrasi dengan jarak tempuh 10 menit. Disana kami juga berbincang-bincang dengan narasumber disana. Setelah registrasi selesai, kami langsung menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam lagi dengan jalan kaki menuju Baduy Luar karena home stay kami berada di Baduy Luar. Oia saya lupa, sejak dari Stasiun Rangkas Bitung, kami ditemani seorang tour guide yang berasal dari suku Baduy Luar yang bernama Kang Arji. Beliau memang di tunjuk oleh seluruh masyarakat baduy sebagai tour guide yang mewakili Baduy. Beliau memiliki tugas menemani dan memandu tamu yang akan mengunjungi Baduy. Ketika dalam perjalanan menuju Baduy Luar, kami juga ditemani sesosok lelaki yang berasal dari Baduy dalam. Lelaki yang kelihatan tua, sedikit kurus menurut saya dengan mengenakan pakaian khas Baduy dalam. Walaupun kelihatan sudah tua dan dengan cara jalannya terdapat sedikit gangguan, namun Beliau masih sangat kuat untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh.

                Singkat cerita sampailah kami pada pagi hari. Pada pagi itu kami berencana akan mengunjungi Baduy dalam, kami memulai perjalanan jam 8 pagi. Perjalanan berat sudah ada di dalam pikiran kami karena kami harus menempuh perjalanan selama 3 jam 30 menit. Ditambah lagi selama perjalanan kami diharuskan mengguiding dengan tema yang telah di tentukan sebelumnya. Materi untuk guiding ini kami dapatkan dari observasi di Baduy Luar pada hari sebelumnya.

                Kembali lagi ke cerita perjalanan. Mulailah kami melakukan perjalanan dengan berjalan perkelompok. Dan sangat kebetulan sekali kelompok saya ditemani oleh sosok lelaki menarik yang saya ceritakan tadi. Lelaki yang berasal dari Baduy Dalam. Seorang lelaki pendiam yang sangat misterius. Ketika dalam perjalanan, beliau juga kebanyakan hanya diam saja selama perjalanan. Dialah yang menjadi penunjuk jalan bagi kami menuju Baduy dalam. Sesekali kami secara bergantian mencoba bertanya kepada beliau seputar hal tentang Baduy namun beliau menjawab pertanyaan kami hanya seperlunya saja. Sangat singkat dan jelas. Malah kebanyakan hanya memberikan jawaban iya atau tidak. Dan ternyata memang seperti itulah sosok orang-orang di Baduy dalam. Sangat “irit” dalam berbicara dan terlebih yang menjadi kendala adalah kita harus  menggunakan bahasa sunda untuk berkomunikasi dengan mereka.

                Ditengah-tengah perjalanan, tiba-tiba kang arja memotek sebuah tumbuhan yang ada di pinggir jalan yang kita lalui, lalu beliau menjelaskan bahwa tumbuhan itu bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit. Sayangnya saya lupa menanyakan apa nama dari tumbuhan yang beliau tunjukan itu karena perhatian kami sudah tersita kepada beliau ketika menjelaskan. Setelah itu beliau seperti biasa lagi. Hanya diam dan terus berjalan. Tak banyak lagi kami berkomunikasi dengan beliau selama perjalanan berangkat maupun pulang dari Baduy dalam. Namun beliau dengan setia menemani kita sampai di hari ketiga ketika kami akan melakukan perjalanan pulang. Ketika berpamitan kepada beliau, saya cukup merasa sedikit sedih karena harus berpisah secepat ini karena sebenarnya kita bisa mendapatkan pengalaman luar biasa lainnya bila sedikit lebih lama bersama beliau disana. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada beliau karena telah setia menemani kita dan saya juga tak lupa berterima kasih kepada kang Arji sebagai tour guide kami.
               
Menurut saya Kang Arja adalah sosok orang yang baik hati. Walaupun saya belum terlalu mengenalnya karena waktu untuk berkomunikasinya yang sangat kurang, namun saya dapat merasakan kedekatan dengan beliau dengan waktu yang cukup sempit ini. Kurasa ini saja yang bisa saya ceritakan tentang sosok Kang Arja. Mungkin saya harus meminta maaf karena tidak bisa menceritakan terlalu banya tentang beliau namun setidaknya kita bisa mengetahui sedikit hal tentang beliau.


DAFTAR PUSTAKA





Fajar Ramadhan
4423143919
UJP B 2014
Universitas Negeri Jakarta

18 comments:

  1. Ternyata namanya kanekes toh...baru tau saya.. Good!

    ReplyDelete
  2. Ceritanya bagus, namun untuk pemilihan bahasa tolong diperhatikan lg

    ReplyDelete
  3. Perjuangan sekali untuk pergi ke baduy. Tapi bisa jadi pengalaman yg sangat berharga bila sudah menginjakan kaki disana. Jadi pengen ke baduy.. Haha

    ReplyDelete
  4. Nice experience.. sukses untuk kedepannya~

    ReplyDelete
  5. Artikel yang cukup menarik dan menanmbah pengetahuan suku baduy bagi para pembaca.

    ReplyDelete
  6. Postingannya bagus untuk menambah pengetahuan

    ReplyDelete
  7. Niceeee thanks banget buat infonya sangat bermanfaat untuk pembaca, sukses terus!

    ReplyDelete
  8. Artikelnya bagus, pengetahuan saya jadi bertambah deh mengenai suku baduy. Thanks for the nice article ☺

    ReplyDelete
  9. Terus sebarkan tentang budaya Indonesia agar mancanegara tau akan kaya nya budaya di Indonesia

    ReplyDelete
  10. Terus kembangkan bisnis pariwisata Indonesia

    ReplyDelete
  11. nice Fajar,
    Lebih keren lagi kalau fokus menceritakan masyarakat Baduy nya.

    ReplyDelete
  12. It's such memorable tour isn't it?
    I have been to Baduy before, from your story it reminds me a lot of memory, hope that you could explore more about Indonesia soon! Goodluck !

    ReplyDelete
  13. Baduy ethnics are well-known as the native tribe of Sundanese. They dont want to have any interferes from outside world. Therefore, their ethnics and cultures should be preserved in Indonesia. Hope you can do other tribal ethnics like Dayaknese or other in Papua.

    ReplyDelete
  14. Jadi berasa ikutan jelajahin Baduy ketika baca artikelnya. Nice!

    ReplyDelete
  15. Pengalaman dan tulisan yg bagus untuk mengenal suku dan budaya indonesia. Terus berkontribusi dlm memperkenalkan pariwisata indonesia ;) goodluck!

    ReplyDelete