Monday, January 4, 2016

T4_AchmedH.Edinbur_Cianjur



Wisata Sejarah & Budaya Cianjur

              Cianjur dikenal dan lekat dengan pameo ngaos, mamaos dan maenpo. Ngaos adalah tradisi mengaji sebagai salah satu pencerminan kegiatan keagamaan. Mamaos adalah pencerminan kehidupan budaya daerah dimana seni mamaos Tembang Sunda Cianjuran berbibit buit ( berasal )dari tatar Cianjur. Sedangkan maenpo adalah seni beladiri tempo dulu asli Cianjur yang sekarang lebih dikenal dengan seni beladiri Pencak Silat.

Luas wilayah Kabupaten Cianjur 361.435 hektar. Secara administrative Kabupaten Cianjur dibagi kedalam 32 Kecamatan, 6 Kelurahan dan 354 Desa. Terdapat 2.745 Rukun Warga (RW) dan 10.138 Rukun Tetangga (RT), dengan jumlah penduduk Kabupaten Cianjur Tahun 2014 adalah 2.624.279 jiwa yang terdiri 1.395.845 laki-laki (53%) dan 1.228.434 perempuan (47%)..

Lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu sekitar 14,60 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80 % disusul sektor perdagangan sekitar 24,62%. 

Sawah nan subur : Sebagai daerah agraris Kab.Cianjur
Merupakan penghasil padi berkualitas.
Secara administratif Pemerintah kabupaten Cianjur terbagi dalam 30 Kecamatan , dengan batas-batas administratif :
Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.
Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.



Text Box:
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.
Secara geografis , Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah pembangunan yakni wilayah utara, tengah dan wilayah selatan.
Wilayah Utara
Meliputi 15 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang,Gekbrong Cibeber, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Cugenang , Sukaresmi,Cipanas dan Pacet.
Wilayah Tengah
Meliputi 9 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka Mulya, Tanggeung, Pagelaran,Leles, Cijati dan Kadupandak.
Wilayah Selatan
Meliputi 6 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun , Naringgul dan Cikadu.
Sebagaimana daerah beriklim tropis, maka di wilayah Cianjur utara tumbuh subur tanaman sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah-buahan. Sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah-buahan. Potensi lain di wilayah Cianjur Selatan antara lain obyek wisata pantai yang masih alami dan menantang investasi.

Sebagai daerah agraris yang pembangunananya bertumpu pada sektor pertanian, kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi. Produksi padi pertahun sekitar 625.000 ton dan dari jumlah sebesar itu telah dikurangi kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi sekitar 40 %. Produksi pertanian padi terdapat hampir di seluruh wilayah Cianjur.


Kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara. Di kedua Kecamatan ini, didominasi oleh tanaman sayuran dan tanaman hias. Dari wilayah ini pula setiap hari belasan ton sayur mayur dipasok ke Jabotabek. 
Pengembangan usaha perikanan air tawar dan laut di Kabupaten Cianjur cukup potensial. Baik untuk usaha berskala kecil maupun besar. Beberapa faktor pendukungnya adalah : jumlah penduduk yang relatif besar serta tersedianya lahan budi daya ikan air tawar dan ikan laut. Usaha pertambakan ikan dan penagkapan ikan laut memiliki peluang besar di wilayah Cianjur selatan, khususnya di sepanjang pantai Cidaun hingga Agrabinta. Di wilayah ini, mulai dirintis dan di kembangkan pertambakan budi daya udang. Sedangkan budi daya ikan tawar terbuka luas di cianjur utara dan cianjur tengah. Di wilayah ini terdapat budi daya ikan hias, pembenihan ikan, mina padi, kolam air deras dan keramba serta usaha jaring terapung di danau Cirata, yang sekaligus merupakan salah satu obyek wisata yang mulai berkembang.
http://www.cianjurkab.go.id/images/tentang_cianjur/bonsai.jpg
Petani Bunga : Untuk menggunting dan merangkai setangkai
Bonsai pun diperlukan kelembutan Berkat ketekunan
tercipta Bonsai dengan harga yag relatif mahal.


http://www.cianjurkab.go.id/images/tentang_cianjur/bunga.jpg
Setiap jengkal tanah adalah bunga,
banyak terdapat di wilayah Cipanas Kecamatan Pacet..
Sementara itu , potensi perkebunan di Kabupaten Cianjur cukup besar dimana sekitar 19,4 % dari seluruh luas merupakan areal perkebunan . Selama in dikelola oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) seluas 10.709 hektar, Perkebunan Besar Swasta (PBS) sekitar 20.174 hektar dan Perkebunan Rakyat (PR) seluas 37.167 hektar. Peningkatan produksi perkebunan, terutama komoditi teh cukup baik. Produktivitas teh rakyat mampu mencapai antara 1.400 - 1.500 kg teh kering per hektar. Sedangkan yang di kelola oleh perkebunan besar rata-rata mencapai di atas 2.000 kg per hektar.




WISATA SEJARAH & BUDAYA


Makam Dalem Cikundul





Dari kejauhan nampak di atas sebuah bukit yang sekelilingnya menghijau ditumbuhi pepohonan yang rindang, berdiri sebuah bangunan cukup megah dan kokoh. Bangunan yang sangat artistik dengan nuansa Islam itu, tiada lain makam tempat dimakamkannya Bupati Cianjur Pertama, R. Aria Wira Tanu Bin Aria Wangsa Goparana (1677 - 1691) yang kemudian terkenal dengan nama Dalem Cikundul. 

Areal makam yang luasnya sekitar 300 meter itu, berada di atas tanah seluas 4 hektar puncak Bukit Cijagang, Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalongkulon, Cianjur, Jawa Barat atau sekitar 17 Km kearah utara dari pusat kota Cianjur. 

Makam Dalem Cikundul, sudah sejak lama dikenal sebagai obyek wisata ziarah. Dalem Cikundul, konon tergolong kepada syuhada sholihin yang ketika masih hidup dan kemudian menjadi dalem dikenal luas sebagai pemeluk agama Islam yang taat dan penyebar agama Islam. 

Catatan sejarah dan cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, tahun 1529 kerajaan Talaga direbut oleh Cirebon dari Negara Pajajaran dalam rangka penyebaran agama Islam, yang sejak itu, sebagian besar rakyatnya memeluk agama Islam. Tetapi raja-raja Talaga, yaitu Prabu Siliwangi, Mundingsari, Mundingsari Leutik, Pucuk Umum, Sunan Parung Gangsa, Sunan Wanapri, dan Sunan Ciburang, masih menganut agama lama, yaitu agama Hindu. 

Sunan Ciburang memiliki putra bernama Aria Wangsa Goparana, dan ia merupakan orang pertama yang memeluk agama Islam, namun tidak direstui oleh orang tuanya. Akhirnya Aria Wangsa Goparana meninggalkan keraton Talaga, dan pergi menuju Sagalaherang. 

Di Sagalaherang, mendirikan Negara dan pondok pesantren untuk menyebarkan agama Islam ke daerah sekitarnya. Pad a akhir abad 17, ia meninggal dunia di Kampung Nangkabeurit, Sagalaherang dengan meninggalkan dua orang putra-putri, yaitu, Djayasasana, Candramanggala, Santaan Kumbang, Yudanagara, Nawing Candradirana, Santaan Yudanagara, dan Nyai Mas Murti. 

Aria Wangsa Goparana, menurunkan para Bupati Cianjur yang bergelar Wira Tanu dan Wiratanu Datar serta para keturunannya. Putra sulungnya Djayasasana dikenal sangat taqwa terhadap Allah SWT, tekun mempelajari agama Islam dan rajin bertapa. Setelah dewasa Djayasasana meninggalkan Sagalaherang, diikuti sejumlah rakyatnya. Kemudian bermukim di Kampung Cijagang, Cikalongkulon, Cianjur, bersama pengikutnya dengan bermukim di sepanjang pinggir-pingir sungai. 

Djayasasana yang bergelar Aria Wira Tanu, menjadi Bupati Cianjur atau Bupati Cianjur Pertama (1677 ­1691), meninggal dunia antara tahun 1681 -1706 meninggalkan putra-puteri sebanyak 10 orang, masing-masing Dalem Anom (Aria Natamanggala), Dalem Aria Martayuda (Dalem Sarampad), Dalem Aria Tirta (Di Karawang), Dalem Aria Wiramanggala (Dalem Tarikolot), Dalem Aria Suradiwangsa (Dalem Panembong), Nyai Mas Kaluntar , Nyai Mas Karangan, Nyai Mas Djenggot dan Nyai Mas Bogem. Dia juga memiliki seorang istri dari bangsa jin Islam, dan memiliki tiga orang putra-putri, yaitu Raden Eyang Suryakancana, yang hingga sekarang dipercayai bersemayam di Gunung Gede atau hidup di alam jin. Putri kedua, Nyi Mas Endang Kancana alias Endang Sukaesih alias Nyai Mas Kara, bersemayam di Gunung Ceremai, dan Andaka Warusajagad (tetapi ada juga yang menyebutkan bukan putra, tetapi putri bernama Nyai Mas Endang Radja Mantri bersemayam di Karawang). 

Bertitik tolak dari situlah, Dalem Cikundul sebagai leluhurnya sebagian masyaraka Cianjur, yang tidak terlepas dari berdirinya pedal em an (kabupaten) Cianjur. Maka Makam Dalem Cikundul dijadikan tempat ziarah yang kemudian oleh Pemda Cianjur dikukuhkan sebagai obyek wisata ziarah, sehingga banyak dikunjungi penziarah dari pelbagai daerah. 

Makam Dalem Cikundul, semula kondisinya sangat sederhana. Tahun1985 diperbaiki oleh Ny Hajjah Yuyun Muslim Taher istrinya Prof Dr Muslim Taher (Aim) Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta. Biaya perbaikannya menghabis kan sekitar Rp125 juta. Ny Hajjah Yuyun Muslim Taher marupakan donator tetap, dan ia pun merupakan keturunan dari Dalem Cikundul.







ISTANA PRESIDEN CIPANAS



http://www.cianjurkab.go.id/images/pariwisata/istana_presiden.jpg

Istana Presiden Cipanas : Istana ini dibangun pada tahun 1740 oleh Van Heuts di atas tanah seluas 25 Ha. Istana Presiden Cipanas atau lebih dikenal sebagai Istana Cipanas terletak di kaki Gunung Gede, 103 km dari Jakarta ke arah Bandung, atau 17 km dari kota Cianjur. Walau tidak dipakai, Istana Cipanas tetap terpelihara dengan baik. Pemandangan di sekitar istana yang ditumbuhi sayur-sayuran, buah-buahan serta tanaman hias memberi nuansa asri. Istana megah yang dibangun pada 1740 ini dapat dikunjungi umum dengan izin khusus dari Sekretaris Negara. 

Kompleks Istana Cipanas berdiri diatas tanah seluas 26 hektar, terdiri atas gedung induk dan tujuh buah paviliun, dilengkapi sarana olahraga. Luas gedung merupakan bangunan panggun sluas 950 m2, terdiri beberapa ruangan. Terletak pada ketinggian 1.100 meter, sejauh mata memandang tampak sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman keras yang ditata dalam sebuah hutan kecil. 
Setiap ruangan diisi perangkat mebel, ukiran Jepara dan koleksi lukisan-lukisan karya para maestro, seperti Basuki Abdullah, Dullah, Sudjojono dan Lee Man Kong. Sedangkan bangunan-bangunan paviliun masing-masing diberi nama tokoh-tokoh pewayangan. Beberapa paviliun baru selesai dibangun tahun 1916 dan ada dua yang terbaru dibangun pada 1984. keseluruhan bangunan tampak begitu mewah dan artistik. Di bagian belakang istana terdapat kolam air mancur bergaris tengah 27 m.





MASJID AGUNG CIANJUR


Mesjid Agung Cianjur yang megah terletak di pusat Kota Cianjur yang dibangun pertama kali tahun 1810 M. oleh penduduk Cianjur yang tidak tercatat namanya. Dibangun di atas tanah wakaf Ny. Raden Bodedar binti Kangjeng Dalem Sabiruddin, Bupati Cianjur ke - 4. 

Luas Mesjid semula 400 meter. yang berkembang menjadi 2500 meter dan mengalami beberapa perbaikan sampai terakhir yang sangat besar yang ketujuh kali dari tahun 1993 sampai tahun 2000 atau kurang lebih tujuh tahun dengan biaya sekitar Rp. 10 Miliar. Design dan stylasinya memadukan gaya dan ciri khas mesjid tempo dulu dengan gaya arsitektur modern dan dapat menampung sekitar 4000 jemaah.
















SITUS GUNUNG PADANG




Situs Gunung Padang di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, Cianjur, merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Ini mengingat luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dengan luas areal situs sendiri kurang lebih sekitar 3 ha. 

Keberadaan situs ini peratama kali muncul dalam laporan Rapporten van de oudheid-kundigen Dienst (ROD), tahun 1914, selanjutnya dilaporkan NJ Krom tahun 1949. pada tahun 1979 aparat terkait dalam hal pembinaan dan penelitian benda cagar budaya yaitu penilik kebudayaan setempat disusul oleh ditlinbinjarah dan Pulit Arkenas melakukan peninjauan ke lokasi situs. Sejak saat itu upaya penelitian terhadap situs Gunung Padang mulai dilakukan baik dari sudut arkeologis, historis, geologis dan lainnya.

Bentuk bangunan punden berundaknya mencerminkan tradisi megalitik (mega berarti besar dan lithos artinya batu) seperti banyak dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat. Situs Gunung Padang yang terletak 50 kilometer dari Cianjur konon merupakan situs megalitik paling besar di Asia Tenggara. Di kalangan masyarakat setempat, situs tersebut dipercaya sebagai bukti upaya Prabu Siliwangi membangun istana dalam semalam. 

Dibantu oleh pasukannya, ia berusaha mengumpulkan balok-balok batu yang hanya terdapat di daerah itu. Namun, malam rupanya lebih cepat berlalu. Di ufuk timur semburat fajar telah menggagalkan usaha kerasnya, maka derah itu kemudian ia tinggalkan. Batu-batunya ia biarkan berserakan di atas bukit yang kini dinamakan Gunung Padang. Padang artinya terang. 

Punden berundak Gunung Padang, dibangun dengan batuan vulkanik masif yang berbentuk persegi panjang. 

Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran berbeda-beda. Batu-batu itu sama sekali belum mengalami sentuhan tangan manusia dalam arti, belum dikerjakan atau dibentuk oleh tangan manusia. 

Balok-balok batu yang jumlahya sangat banyak itu tersebar hampir menutupi bagian puncak Gunung Padang. Penduduk setempat menjuluki beberapa batu yang terletak di teras-teras itu dengan nama-nama berbau Islam. Misalnya ada yang disebut meja Kiai Giling Pangancingan, Kursi Eyang Bonang, Jojodog atau tempat duduk Eyang Swasana, sandaran batu Syeh Suhaedin alias Syeh Abdul Rusman, tangga Eyang Syeh Marzuki, dan batu Syeh Abdul Fukor.

DESA BUDAYA

Desa Sukaratu merupakan bagian dari administratif Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur. Sekilas, karakter desa ini tak jauh berbeda dengan desa lainnya di Cianjur. Namun karena kepedulian berbagai pihak, wilayah itu dideklarasikan sebagai Desa Budaya, Terpadu, dan Mandiri. 
Kala itu di satu sudut lahan di Desa Sukaratu terlihat keriuhan. Sekelompok bocah asyik memainkan berbagaikaulinan urang lembur (permainan tradisional). Senyum semringah mereka membuncah kala permainan yang mereka mainkan berhasil dilakukan dengan baik. Sebut saja egrang, bakiak raksasa, galah pepe, sondah, gatrik, luncat tinggi, atau sosorodotan.

Bagi anak-anak zaman sekarang, permainan-permainan itu mungkin kurang begitu familiar. Bocah zaman sekarang lebih mengenal permainan serba elektronik seperti PlayStation atau gadget lainnya.
Tepatnya di Kampung Cibeuleung, permainan-permainan tradisional anak-anak itu masih dilestarikan. Bukan tanpa sebab permainan tersebut masih dilestarikan. Ternyata Desa Sukaratu saat ini menjadi Desa Budaya, Terpadu, dan Mandiri. 

Masih banyaknya budaya-budaya lokal yang dilestarikan di desa itu, menjadikan wilayah itu banyak dikunjungi wisatawan. Tidak hanya wisatawan domestik, tapi juga wisatawan mancanegara. Nilai jual pelestarian budaya di desa itu masih tinggi. 

Tercatat wisatawan yang pernah berkunjung ke Desa Sukaratu antara lain berasal dari Belanda, Kanada, Amerika, Jepang, dan India. Tak salah jika saat ini Desa Sukaratu diplot menjadi rintisan desa wisata dan budaya di Cianjur. Nilai jualnya tak hanya ada pada kaulinan urang lembur saja, tapi juga di desa ini terdapat peninggalan sejarah seperti Sanghyang Tapak, Batu Datar, hingga Makam Kabayan.

Untuk tiba di Desa Sukaratu, membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari Cianjur kota menggunakan kendaraan bermotor. Suasananya masih kental dengan atmosfer kawasan perdesaan. Di kanan kiri jalan menuju Desa Sukaratu, kita masih bisa melihat hamparan areal persawahan yang masih tertata rapi. Apa yang menjadi keberhasilan di Desa Sukaratu ini tak terlepas dari kepedulian salah seorang warga setempat. 

Ibu Herawati. Bersama suaminya, Wawan, Herawati merintis tanah kelahirannya agar bisa diperhitungkan, minimalnya di Cianjur. Upayanya berhasil. Apalagi,Ibu Hera mendapatkan dukungan dari Paguyuban Pasundan. Saat ini, Ibu Hera dipercaya memegang jabatan Direktur Eksekutif Punggawa Ratu Pasundan.
Ada empat hal penting yang ada di Desa Sukaratu, yakni sejarah, flora dan fauna, serta budaya. Konon, di desa ini dulunya sempat ada kerajaan kecil bernama Gedug Harimun di bawah Kerajaan Pajajaran.

Saat itu raja yang berkuasa adalah Rangga Gading dan Degdeg Daya. Berbagai peninggalan sejarah kerajaan itu masih ada, seperti Goa Suryakencana di Gunung Kencana dan Batu Patilasan Menghilang atau Menghiyang Raja Rangga Gading.
Begitu pula dalam aspek flora dan fauna. Menurut Ibu Hera, Desa Sukaratu dikelilingi wilayah pegunungan, yakni Gunung Bubut, Gunung Kencana, dan Gunung Gajah. Karena dikelilingi tiga gunung, sehingga tidak sedikit hewan liar yang terlindungi masih ada di tiga gunung itu. Sedangkan dalam konteks budaya, desa kami masih memelihara tradisi kaulinan urang lembur seperti Jajangkungan, Sondah, Serseran, Wawayangan, serta lainnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjCj0LNvjHlpBkYrmgt3TIWM5XhNIuJNghLC68iI7mNNAcCYK2hTXVEOf1fkKxSw3KZXFDCwHZVtE_a-iIeNYjmZTv5UUsN8TN5rzKHNU6jzFbvfZmHHAellsCq_DKZkusbmJkVDIpbGM5/s1600/Wisata+(benny+bastiandy).JPG

Daya Tarik Kaulinan Urang Lembur
SETIDAKNYA ada 22 jenis kaulinan urang lembur yang masih dilestarikan di Desa Sukaratu. Tentunya, kaulinan urang lembur ini menjadi satu di antara daya tarik wisatawan.
Digagasnya pendeklarasian Desa Sukaratu sebagai desa budaya, terpadu, dan mandiri itu, tidak lain karena potensi yang dimiliki wilayah tersebut cukup mumpuni. Misalnya saja potensi lahan padi Pandanwangi, sebagai ikon beras unggulan Cianjur yang sudah terkenal seantero Indonesia.
Di dunia, hanya ada dua negara yang masih mempunyai lahan mengandung regina, yakni Siberia dan Indonesia. Di Indonesia, lahan itu berada di Kabupaten Cianjur, yaitu di kawasan Kecamatan Warungkondang dan Gekbrong. Potensi-potensi desa semacam inilah yang perlu dioptimalkan. Tujuannya nanti pada perkembangan perekonomian masyarakat itu sendiri.
Begitu juga dalam bidang budaya dan pariwisata, di mana potensinya dinilai bisa menjadi daya tarik wisatawan. Seni Rengkong Kenteng dan Sang Hyang Tapak, misalnya.







HELARAN FESTIVAL BUDAYA CIANJUR & KESENIAN KUDA KOSONG


Event Helaran Festival budaya Cianjur biasa digelar setiap tahun dimana menjadi ajang ekspresi seniman lokal menunjukkan hasil karyanya.  Cianjur sebagai salah satu potensi daerah yang memiliki kesenian dan kebudayaan terlihat pada gelaran tersebut. Festival tahunan itu pun dianggap sakral karena hanya pada momentum tersebut kesenian khas Cianjur, salah satunya pawai "Kuda Kosong' dipertunjukkan.
Bagi masyarakat di luar wilayah Cianjur, budaya Kuda Kosong mungkin tidak begitu familiar mendengarnya. Ibarat sayur tanpa garam, sebuah arak-arakan dalam berbagai momentum di Cianjur seakan tidak akan semarak tanpa kehadiran Kuda Kosong. Kuda kosong atau Pawai kuda kosong adalah budaya dan tradisi turun temurun di Cianjur. budaya asli dari Cianjur ini, biasanya di adakan satu tahun sekali. biasanya di gelar bertepatan dengan hari jadi Kota Cianjur, atau pelaksanaan nya sering di satukan dengan perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu pada 17 Agustus setiap tahunnya.
Text Box:  Budaya ini sudah sedemikian melekat bagi masyarakat Cianjur. Tidak hanya kalangan generasi tua, kalangan muda pun tidak asing lagi dengan Kuda Kosong. Wajar, jika tanpa kehadiran Kuda Kosong, sebuah pawai arak-arakan berbagai momentum, diibaratkan sayur tanpa garam, terasa hambar.
Berdasarkan data dari berbagai sumber, konon tradisi budaya Kuda Kosong sudah ada sejak zaman dulu. Kuda Kosong selalu digelar pada setiap upacara kenegaraan Cianjur. Tujuannya, mengenang sejarah perjuangan para Bupati Cianjur tempo dulu. Saat Cianjur dijabat Bupati RA Wiratanu, bupati diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di Jawa Tengah.
Dalem Pamoyanan RAA Wiratanudatar II yang dianggap sakti mandraguna, rutin ditugaskan untuk menyerahkan upeti itu. Jenis upeti adalah sebutir beras, lada, dan sebutir cabai. Sambil menyerahkan tiga butir hasil palawija itu, Kanjeng Dalem Pamoyanan selalu menyatakan, rakyat Cianjur miskin hasil pertaniannya. Biar miskin, rakyat Cianjur punya keberanian besar dalam perjuangan bangsa, sama seperti pedasnya rasa cabai dan lada.
Karena pandai diplomasi, Kanjeng Sunan Mataram memberikan hadiah seekor kuda kepada Dalem Pamoyanan sebagai sarana angkutan pulang dari Mataram ke Cianjur. Penghargaan besar Sunan Mataram terhadap Kanjeng Dalem Pamoyanan membuat kebanggaan tersendiri bagi rakyat Cianjur waktu itu.
Jiwa pemberani rakyat Cianjur seperti yang pernah disampaikan Kangjeng Dalem Pamoyanan kepada Sunan Mataram membuahkan kenyataan.
Sekitar 50 tahun setelah peristiwa itu, ribuan rakyat Cianjur ramai-ramai mengadakan perlawanan perang gerilya terhadap penjajah Belanda. Dengan kepemimpinan Dalem Cianjur Rd Alith Prawatasari, barisan perjuang di setiap desa gencar melawan musuh. Hingga akhirnya pasukan Belanda sempat ‘ngacir’ ke Batavia (sekarang Jakarta).
Cerita itu, hingga saat ini menjadi ikon dalam setiap pawai pagelaran seni budaya termasuk pawai 17 Agustus. Tiga orang yang diceritakan sebagai RAA Wiratanudatar II, masing-masing membawa sebuah kotak berisi upeti hasil bumi berupa beras, lada, dan cabai.
Budaya Kuda Kosong ini sempat vacum beberapa tahun. Penyebabnya, disinyalir ada unsur mistis lantaran sebelum diarak dalam sebuah pagelaran, biasanya terlebih dahulu dilakukan ritual memandikan kuda. Konon, dilaksanakan juga ritual proses pemanggilan atau dalam istilah bahasa Sunda disebut ngemat atau nyambat Eyang Suryakancana yang akan menaiki kuda tersebut.
Akibatnya, pemerintah melarang budaya Kuda Kosong dengan alasan adanya kekhawatiran masyarakat menjadi musryik. Namun kini, tradisi budaya Kuda Kosong muncul kembali.
Dan tidak hanya kesenian kuda kosong saja yang dihadirkan di acara Festival Budaya Cianjur hadir juga seni kebudayaan tradisional lain khas cianjur seperti : kesenian bangkong reang, ngarak posong, rengkong dan kuta pingan yang diiringi beberapa group marching band / drumband tingkat SLTA




Festival Sarongge diangankan mirip seren taon dalam tradisi Sunda. Pada perayaan itu, warga desa yang umumnya petani padi, mensyukuri hasil panen. Berterimakasih pada pencipta,dan bersenang-senang bersama tetangga. Kue-kue dan makanan khas disajikan. Rumah dibuka untuk tamu – dari manapun datangnya, dan banyak kegiatan seni ditampilkan. Desa jadi riuh. Anak-anak bergembira. Sayangnya, seren taon, sekarang hanya digelardi Badui, dan desa-desa kasepuhan Banten yang masih menanam padi jenis lama –bukan padi hibrida hasil revolusi hijau. Padi jenis lama itu, dipanen setahun sekali.

Tapi Festival Sarongge tentu ada bedanya. Sarongge bukan desa petani padi. Di kampung yang kira-kira 10 km dari Istana Cipanas ini, petani bertanam sayur-mayur. Siklus tanamnya pendek. Waktu panen di antara petani tidak serentak. Kebiasaan syukuran setelah panen, jadi sulit diadakan. Ritual meminta berkah biasanya dilakukan dengan berziarah ke Suryakencana, alun-alun di dekat Puncak Gunung Gede itu, tiap pertengahan atau akhir bulan Mulud . Pulang dari ziarah, petani membawa sejumput tanah yang mereka taburkan di kebun; dengan harapan kebun merekaterhindar dari bencana alam dan hasil panentahun itu akan bagus. Petani Sarongge memang akrab dengan gunung dan hutan -- meski hubungan itu tidak selamanya mulus. Mengenal dan berinteraksi dengan kehidupan petani tepi hutan itulah, inti Festival Sarongge.

Kira-kira empat dekade lalu, petani Sarongge membuka hutan pada ketinggian 1.700 mdpl, di tiga bukit kecil – pasir, dalam Bahasa Sunda -yakni Pasir Leutik, Pasir Tengah dan Pasir Kidul. Mereka menanam wortel, brokoli, kentang, juga kol dan daun bawang. Bahkan ketika pasir-pasir itu, masuk menjadi bagian hutan produksi Perum Perhutani, mereka masih dibolehkan berkebun sayur. Persoalan timbul ketika tahun 2003, wilayah itu dijadikan perluasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Tanah seluas 38 ha itu, adalah sebagian dari 7.000 ha area tambahan TNGGP yang menyebar di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Dari sudut pandang taman nasional, hutan konservasi; kebun-kebun sayur itu, tak bisa dibenarkan. Lahan itu harus dikembalikan menjadi hutan. Di Sarongge saja, 150 keluarga, terancam kehilangan sumber penghasilan. Tekanan pada petani supaya meninggalkan kebun makin berat, seiring kesadaran publik tentang pentingnya kelestarian Gede Pangrango : sumber udara dan air bersih untuk Jakarta dan sekitarnya.

Falsafah petani Sarongge yang mereka singkat dengan Tiga-O. LeuweunghejO. Reuseup anu nenjO. Patani ngejO. Hutan hijau. Senang yang melihatnya. Dapur petani tetap ngebul. Berbagai kegiatan ekonomi dimulai : ternak kambing, kelinci, kerajinan rumah tangga – bikin bros dan sabun sereh wangi-, produksi minyak sereh wangi, juga memelihara lebah untuk madu, membuat camping ground untuk wisata hutan tropis. Sebagian petani, sekarang sudah mahir menjadi pemandu wisata hutan. Festival ini, adalah salah satu usaha untuk memperkenalkan Sarongge, kampung tepi hutan ini, sebagai salah satu tujuan wisata. Untuk mereka yang peduli lestarinya hutan dan masyarakat yang lebih sejahtera. Kami mengajak kembali para adopter, menengok 22.000 pohon yang sudah ditanam dengan sumbangan dana mereka dan berkenalan dengan petani yang merawat pohon-pohon itu.

Pendekatan Tiga-O itu terbukti berhasil. Hutan adopsi sebagian mulai pulih. Ada pohon-pohon yang sudah 4 meter tingginya. Sebagian keluarga petani, sudah meninggalkan kebun sayur di taman nasional dan beroleh ganti penghasilan yang lebih baik. Proses ini dipercepat setelah kunjungan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Oktober 2012. Ia menyebutnya pendekatan “pagar mangkok”. Hanya warga desa tepi hutan yang sejahtera yang dapat menjaga hutan dengan baik. Ia menginginkan Sarongge menjadi model reforestasi bersama masyarakat, untuk taman-taman nasional di daerah lain. Perhatian pada Sarongge makin meluas, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menengok program ini dan berbicara dengan petani pada 8 Januari 2013. Ia memberi bantuan tambahan untuk peternak kambing, kelinci, dan mempercepat roda kegiatan ekonomi di sana. Menjadikan desanya tujuan wisata adalah salah satu mimpi warga Sarongge. Dan festival ini, adalah upaya warga Sarongge membuka diri, dan menyambut para tamu. Melatih kebiasaan menjadi warga Desa Wisata.



Apa yang Anda dapat lakukan di Festival Sarongge?



1. Trekking ke Hutan Sarongge. Mengenali tumbuhan endemik hutan tropis. Anda bisa memilih jalur pendek (3 jam), atau jalur yang lebih panjang, sampai Air Terjun Ciheulang (6 jam). Perjalanan akan dipandu petani, yang akrab dengan rute ini dan kenal tumbuhan di sana. Anda akan menemui rasamala,puspa, manglid, dan berbagai tumbuhan asli Gede Pangrango. Kebetulan ki hujan sedang musim berbunga. Hutan Sarongge terlihat lebih cantik. Untukmengikuti trekking, Anda dianjurkan menginap di Camping Ground Hutan Sahabat Green. Tidur di tenda, rumah pohon atau saung. Tenda, sleeping bag, matras disediakan. Di camping ground, cukup sering melintas elang jawa, salah satu satwa yang terancam punah. Populasinya di seluruh dunia, tak lebih dari 600 ekor, sebagian hidup di Hutan Sarongge.

2. Anda bisa menanam pohon endemik atas nama Anda sendiri. Menandainya dengan GPS, sehingga dapat dikunjungi kapan saja. Pohon akan dirawat oleh petani. Kalau mati diganti. Bergabunglah bersama para tokoh masyarakat dan berbagai perusahaan yang telah mengadopsi pohon. Misalnya, Presiden SBY, dan para mentri, juga Raja Belgia yang telah mengadopsi pohon di Sarongge. Olga Lydia, adalah adopter individu terbanyak sejauh ini. Ia telah menanam 100 pohon. Adopsi pohon dapat pula dilakukan untuk hadiah ulang tahun, perkawinan, atau hadiah apa saja untuk teman dan kerabat Anda. Pohon rasamala kalau tidak ditebang, bisa berumur 300 tahun. Cucu, cicit Anda dapat menengok pohon yang anda tanam, di waktu mendatang. Buat adopter lama, berkunjung di Festivalini adalah kesempatan baik menjenguk pohon yang pernah Anda tanam. Sudah setinggi apakah dia?

3. Wisata Kebun Teh. Jalan-jalan di kebun teh Sarongge. Salah satu kebun teh tertua di Indonesia,yang dirintis Belanda tahun 1902. Kebun ini dulu dirancang sebagai kebun percobaan. Jadi meski arealnya tidak terlalu luas, jenis tehnya sangat beragam. Hasil silangannya diperkirakan sampai 300 jenis. Anda akan dipandu staf kebun teh yang berpengalaman. Membedakan berbagai jenis teh, dan belajar memetik pucuk teh dengan benar. Menengok pohon teh yang ditanam sejak masa Belanda. Melihat pabrik teh tradisional – produsen teh hijau. Pabrik ini masih memakai kayu untuk bahan bakarnya. Membedakan cara produksi teh hijau dan teh hitam. Setelah mampir kebun ulat sutera, perjalanan diakhiri dengan minum teh hijau pilihan Anda. Waktu perjalanan sekitar 3jam. Tempat yang cocok untuk menginap adalah di Wisma Kebun Teh.



4. Bertani organik. Anda dapat ikut menanam sayur mayur di kebun organik milik petani. Menanam wortel, brokoli, kol dan lainnya. Biasanya, ada juga yang bisa dipanen pada waktu itu. Bedakan sayur organik, dan non organik. Anda dapat turut memanennya, dan memasak hasil panen itu bersama petani di Saung Sarongge. Dalam paket bertani ini, Anda juga bisa melihat proses pengolahan sisa sayur, kotoran kambing dan urine kelinci menjadi pupuk organik. Keterkaitan peternakan dan pertanian, yang terus dikembangkan di Sarongge, untuk meningkatkan pendapatan. “Urine kelinci pun sekarang jadi rupiah,” kata Zaenuddin, Ketua Kelompok Tani di Sarongge.

5. Berternak Kambing dan Kelinci. Bila Anda datang dengan keluarga, mungkin Anak Anda akan tertarik dengan paket ini. Bagaimana merawat kambing, dan kelinci? Bersama petani, mencari rumput untuk pakan ternaknya. Membedakan rumput yang cocok untuk pakan kelinci, dan yang membuatnya masuk angin? Mana jenis rumput yang cocok untuk kambing? Sekitar Kampung Sarongge, banyak sumber rumput. Tetapi sekarang mulai terasa kurang, ketika populasi kambing mencapai 400 lebih dan kelinci ribuan ekor. Anda bisa melihat kambing di kandang, dan membawanya ke tempat pemandian. Kambingjuga perlu potong rambut, mau coba jadi penata rambutnya? Kambing dan kelinci, sekarang jadi andalan sebagian petani Sarongge. Kami beruntung dapat pelatih seperti Teten Masduki. Ia terbukti bukan hanya handal membongkar korupsi, tetapi juga trampil beternak domba. Para petani akan senang hati menerima investasi Anda dengan cara maro. Anda belikan bibitnya, mereka merawat, dan hasilnya dibagi berdua. Cara yang bagus untuk membantu petani, dan berinvestasi. Tertarik? Jangan lupa beli kelinciuntuk oleh oleh.

6. Cicipi Kuliner Sarongge. Ibu-ibu petani akan memasak di dapur umum Saung Sarongge. Silakan bergabung. Mereka akan membuat peuyeum ketan, kroket singkong, putri noong, pisang aroma. Dan jangan lewatkan “ngaliwet” - cara masak dan makan bersama para petani,yang biasa mereka lakukan di kebun. Makanan digelar diatas daun pisang, dan petani beramai-ramai melingkari santapan itu, makan bersama. Menu istimewa dalam “ngaliwet” ini tentulah semur jengkol. Anda tak perlu ragu mencicipi.

7. Belajar kesenian tradisional Sarongge. Anda akan ditampilkan calung, kecapi suling, pencak silat dan jaipongan,dll,  Anda bisa mencoba menabuh gendang, meniup karinding, atau menari jaipong. Dan biasanya pada malam hari akan digelar pementasan wayang golek, buat Anda yang gemar wayang, mari lek-lekan di sini.

8. Bikin foto-foto menarik. Anda tentu tak akan melewatkan moment-moment menarik di Sarongge. Juga ada banyak obyek yang bisa jadi bidikan kamera Anda.


Pilihan tempat menginap :


1. Kalau Anda suka alam bebas, menginap di camping ground Hutan Sahabat Green adalah pilihan yang pas. Selain kemungkinan melihat elang Jawa, pada pagi hari hampir pasti Anda dibangunkan kicauan puluhan jenis burung di sini.Kalau mau mruput, Anda bisa jalan sedikit di samping Selatan tempat perkemahan,ada lintasan monyet. Mereka biasa cari sarapan di pohon saninten dekat kali Galudra. Kapasitas Camping Ground : 60orang. Ada satu rumah pohon, untuk 4 orang. Lainnya dalam tenda dan saung.

2. Untuk Anda yang ingin merasakan tidur di rumah petani, tersedia 11 rumah yang menyewakan kamar untuk tamu. Ini adalah permulaan pengembangan eko-wisata berbasis masyarakat. Anda bisa ikut sarapan bersama mereka di pagi hari. Ngobrol berbagi cerita dengan petani, paling mudah kalau Anda menginap di rumah mereka.

3. Bila wisata kebun teh adalah pilihan utama, tempat yang paling pas untuk menginap adalah Wisma Kebun Teh Sarongge. Bangunan ini aslinya peninggalan Belanda, dengan renovasi di sana sini. Dengan bantuan pemandu, Anda masih bisa menemukan sisa-sisa bangunannya yang asli. Sering dipakai tempat pernikahan, wisma ini memang khas Belanda. Cocok untuk bayangkan para ambtenar dulu. Wisma ini dapat menampung sekitar 20 tamu.

4. Hotel di sekitar Cipanas. Banyak pilihan tersedia. Hotel dalam jangkauan 30 menit ke Sarongge. Kalau Anda tak ingin lekas terisolir dari gadget, masih ingin update status, juga tempat tidur yang nyaman dan air panas, hotel adalah pilihan yang masuk akal. Ratusan kamar tersedia di hotel-hotel sekitar Cipanas.

KHAS CIANJUR
Ayam Pelung
Ayam Pelung merupakan ayam peliharaan asal Cianjur, sejenis ayam asli Indonesia dengan tiga sifat genetik. Pertama suara berkokok yang panjang mengalun. Kedua pertumbuhannya cepat. Ketiga postur badan yang besar. Bobot ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai 5 - 6 kg dengan tinggi antara 40 sampai 50 cm.

Menurut cerita tahun 1850 di Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Cianjur ada Kiayi dan Petani bernama H. Djarkasih atau Mama Acih menemukan anak ayam jantan di kebunnya.

Anak ayam yang trundul di bawa pulang dan dipelihara. Pertumbuhan anak ayam tersebut sangat pesat menjadi seekor Ayam Jago bertubuh besar dan tinggi serta suara kokoknya panjang mengalun dan berirama. Ayam jantan itu dinamakan Ayam Pelung dan oleh Mama Acih dikembangkan, dikawinkan dengan ayam betina biasa.

Sekarang Ayam Pelung ini semakin terkenal dan cukup diminati oleh masyarakat umum, wisatawan nusantara dan mancanegara. Seorang Putra Kaisar Jepang pernah berkunjung ke Warungkondang untuk melihat peternakan Ayam Pelung tersebut. Bahkan di Cianjur setiap tahun diselenggarakan kontes Ayam Pelung yang diikuti pemilik dan pemelihara ayam pelung se-Jawa-Barat dan DKI Jakarta. Ayam Pelung terbaik yang menjadi juara kontes bisa mencapai harga jutaan rupiah.
Nama ayam pelung berasal dari bahasa sunda Mawelung atau Melung yang artinya melengkung, karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara / kokokannya dengan posisi melengkung.
Ayam pelung merupakan salah satu jenis ayam lokal indonesia yang mempunyai karakteristik khas, yang secara umum ciri ciri ayam pelumg dapat digambarkan sebagai berikut :
• Badan: Besar dab kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal biasa)
• Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih
• Pial: Besar, bulat dan memerah
• Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna merah dan berbentuk tunggal
• Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat
• Suara: Berkokok berirama, lebih merdu dan lebih panjang dibanding ayam jenis lainnya.

Budidaya Ayam Pelung
Budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan ayam pelung yang unggul dan baik terus dilakukan secara teliti dan tepat, yang mencakup antara lain : Pemilihan Induk, Pemilihan Pejantan, Teknik pemeliharaan dan kesehatan (sanitasi kandang & vaksinasi berkala). Dengan perkembangan teknologi belakangan ini, kita semua sependapat bahwa ayam pelung harus dikembangkan dan dibididayakan secara maksimal untuk kepentingan kesejahteraan manusia, tetapi dari sisi melestarikan dan mengembangkan ayam pelung dengan tidak harus merusak atau memusnahkan ras pelung yang sudah ada dan terbukti memiliki berbagai keunggulan.

Kontes Dan Bursa Ayam Pelung
Seperti halnya burung perkutut atau burung kicauan lainnya, ayam jago pelung juga dikonteskan yang menitik beratkan kepada alunan suaranya, dan sekarang ini hampir semua aspek sudah mendapat penilaian dalam suatu kontes : kontes suara khusus untuk jago ayam pelung, kontes penampilan, bobot badan dan juga untuk Pelung betina yang meliputi lomba lokal, nasional maupun internasional yang telah diagendakan secara terorganisir pada setiap tahunnya.
Pada kontes Ayam Pelung tersebut selain diadakan lomba tarik suara dan lainnya juga merupakan arena bursa penjualan dari anak ayam sampai ayam dewasa, dari usia 0 s/d 1 bulan (jodoan), usia 3 bulan (sangkal), usia 6 s/d 7 bulan (jajangkar), sampai kepada ayam pelung yang sudah jadi (siap kontes). Dengan demikian lomba/kontes ayam pelung sekaligus merupakan bursa penjualan, promosi dan sosialisasi khusus ayam pelung. Melalui bursa semacam ini para pembeli, penjual dan penggemar merasa puas karena pada umumnya mendapatkan bibit-bibit maupun induk yang berkualitas dan tambahan pengetahuan tentang segala hal mengenai ayam pelung yang cukup memuaskan dari sesama peternak dan penggemar.


Pencak Silat
Sejak dulu Cianjur dikenal dengan Seni Bela Diri Pencak Silat yang menghasilkan berbagai aliran terkenal, antara lain aliran Cikalong, Cimande dan Sabandar.


Pencipta dan penyebar aliran Pencak Silat Cikalong adalah R. Djajaperbata atau dikenal dengan nama R.H. Ibrahim. Aliran ini mempunyai ciri permainan rasa yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang mampu membaca segala gerak lawan ketika anggota badan saling bersentuhan dan dapat melumpuhkannya. Ciri lain adalah ilmu pukulan (ulin peupeuhan-bahasa sunda) yang mengandalkan kecepatan gerak dan tenaga ledak. R.H. Ibrahim meninggal tahun 1906 dimakamkan di pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong Kulon Cianjur.

Pada era yang sama, di Cianjur muncul tokoh Pencak Silat bernama Muhammad Kosim di Kampung Sabandar Karang Tengah Cianjur dikenal sebagai Mama Sabandar. Salah satu ciri aliran ini ialah kemahiran dalam mengeluarkan tenaga yang dikenal dengan nama Liliwatan.

Dalam perkembangannya, Pencak Silat Cianjur menghasilkan aliran-aliran baru seperti aliran Cikaret, Bojongherang dll. Dalam dunia persilatan, Cianjur banyak menghasilkan tokoh-tokoh antara lain : R. Abah M. Sirod, R. Didi Muhtadi (Gan Didi), R.O. Saleh (Gan Uweh), Abah Aleh, R. Idrus, R. Muhidin dll. Sedangkan tokoh Maenpo (Pencak Silat Peupeuhan) antara lain : Rd. H. Ibrahim, H. Toha, Aa Dai, Wa Acep Tarmidi, Abah Salim, Adung Rais dan yang lainnya.

Manisan

Manisan salah satu ole-ole yang cukup digemari oleh masyarakat luar Cianjur yang singgah di kota Cianjur ini, terbuat dari buah-buahan mentah atau sayuran yang diawetkan dengan bahan pemanis gula pasir yang diberi pewarna untuk menguatkan selera makan, mudah didapat di sepanjang jalan Raya Bandung, atau Dr.Muwardi di sepanjang jalan cugenang serta jalan Cipanas.

Tauco

Tauco yang bahannya dari kacang kedele merupakan makanan khas Cianjur dan dapat di jadikan makanan variatif seperti geco, sambal,tauco atau pecel tauco. Mudah didapat di kota Cianjur dan dijadikan ole-ole bagi masyarakat luar kota Ciajur yang singgah di Cianjur.

Beras

Pandanwangi adalah beras khas Cianjur berasal daripadi bulu varietas local. Karena nasinya yang beraroma pandan, maka padi dan beras ini sejak tahun 1973 terkenal dengan sebutan Pandanwangi.
Keunggulan Spesifik
Jenis padi varietas lokal Cianjur yang menghasilkan beras Cianjur Asli Pandanwangi termasuk varietas Javonica atau biasa dikenal padi bulu, mempunyai keunggulan rasa sangat enak, pulen dan beraroma wangi pandan.
Karena rasanya sangat khas tersebut maka harga berasnya cukup mahal bias dua kali lipat harga beras biasa.









Courtesy: 

Photo :



Achmed Habibullah Edinbur // 4423143983
Usaha Jasa Pariwisata UNJ Kelas B
ig: bobbyedinbur

1 comment:

  1. Sangat menambah wawasan yg bagus untuk kota cianjur dan ternyata banyak cerita unik di desa cianjur. Thx infonya!

    ReplyDelete