Monday, January 4, 2016

T3_RismawatiAisyah_Manado

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Berkat dan Kasih Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Wisata Budaya. Selama penyusunan tulisan ini penulis seringkali menemukan banyak kesulitan, namun berkat bantuan dorongan, serta bimbingan dari beberapa pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis  menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Allah swt, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyelesaian tugas ini dapat berjalan lancar.
2.      Orang tua dan seluruh keluarga penulis tercinta yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil.
3.      Dosen mata kuliah Wisata Budaya karena telah memberikan banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah ini.
4.      Semua teman-teman yang senantiasa membantu dan mensupport penulis dalam penyusunan tulisan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena  itu  penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dikemudian hari jadi pembelajaran yang berarti. Harapan penulis semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca dan bagi penulis sendiri pada khususnya. Amin.

                                                                                                Jakarta, Desember 2015


PEMBAHASAN

PESONA MANADO MAMPU MENGALIHKAN PANDANGANKU

Provinsi Sulawesi Utara terletak di ujung utara Pulau Sulawesi dengan Ibu kota terletak di kota Manado. Provinsi ini di sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Gorontalo yang merupakan hasil pemekaran wilayah dari provinsi Sulawesi Utara.


(sumber: google)


Kota Manado adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado. Motto Sulawesi Utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan orang lain". Dalam ungkapan Bahasa Manado, sering kali dikatakan: "Baku beking pande" yang secara harafiah berarti "Saling menambah pintar dengan orang lain". Kota Manado berada di tepi pantai Laut Sulawesi persisnya di Teluk Manado Taman Nasional Bunaken terletak tidak jauh dari pantai Kota Manado.
v  Sejarah
Asal mula Kota Manado menurut legenda dulu berasal dari “Wanua Wenang” sebutan penduduk asli Minahasa . Wanua Wenang telah ada sekitar abad XIII dan didirikan oleh Ruru Ares yang bergelar Dotulolong Lasut yang saat itu menjabat sebagai Kepala Walak Ares,dikenal sebagai Tokoh pendiri Wanua Wenang yang menetap bersama keturunannya.
Versi lain mengatakan bahwa Kota Manado merupakan pengembangan dari sebuah negeri yang bernama Pogidon. Kota Manado diperkirakan telah dikenal sejak abad ke-16. Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama "Manado" daratan mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado sendiri merupakan nama pulau disebelah pulau Bunaken, kata ini berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.
Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919. Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951, Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951, terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Sejak saat itu hingga sekarang tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado.
Asal mula Kota Manado menurut legenda dulu berasal dari “Wanua Wenang” sebutan penduduk asli Minahasa . Wanua Wenang telah ada sekitar abad XIII dan didirikan oleh Ruru Ares yang bergelar Dotulolong Lasut yang saat itu menjabat sebagai Kepala Walak Ares,dikenal sebagai Tokoh pendiri Wanua Wenang yang menetap bersama keturunannya.
Versi lain mengatakan bahwa Kota Manado merupakan pengembangan dari sebuah negeri yang bernama Pogidon. Kota Manado diperkirakan telah dikenal sejak abad ke-16. Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama "Manado" daratan mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado sendiri merupakan nama pulau disebelah pulau Bunaken, kata ini berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah. Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919. Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951, Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951, terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957, Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959, Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623, merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989, Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Sejak saat itu hingga sekarang tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado sebagai hari jadi Kota Manado.

v  Suku Bangsa

Saat ini mayoritas penduduk kota Manado berasal dari suku Minahasa, karena wilayah Manado merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Penduduk asli Manado adalah sub suku Tombulu dilihat dari beberapa nama kelurahan di Manado yang berasal dari bahasa Tombulu,
v  Agama
Agama yang dianut di Manado ini adalah Kristen Protestan, Islam, Katolik, Hindu, Buddha dan agama Konghucu. Mayoritas masyarakatnya memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik. Meski begitu heterogennya, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Sebagai masyarakat beragama, kehidupan antarumat beragama terjalin dengan sangat harmonis serta hidup rukun dan damai berdasarkan semangat “Torang Samua Basudara” (Kita Semua Bersaudara).

v  Bahasa

Bahasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado (Bahasa Manado). Bahasa Manado menyerupai bahasa Indonesia tetapi dengan logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belanda, bahasa Portugis dan bahasa asing lainnya. Di Manado memiliki kata serapan dari bahasa asing Karena pengaruh kolonialisasi dari Portugis dan Belanda pada masa lalu di daerah Sulawesi, beberapa kata merupakan kata serapan dari bahasa asing negara-negara tersebut. Contohnya sebagai berikut:
BAHASA INDONESIA BAKU
BAHASA MANADO
SERAPAN DARI BAHASA
TOPI
CAPEO
BAHASA PORTUGIS (CHAPEO)
JAGUNG
MILU
BAHASA PORTUGIS (MILHO)
DAHI
TESTA
BAHASA PORTUGIS (TESTA)
KURSI
KADERA
BAHASA PORTUGIS (CADEIRA)
GARPU
VORK
BAHASA BELANDA (VORK)
v  Kebudayaan dan Kesenian
Ø  Upacara Adat
-          Upacara Sosial daerah Manado
Upacara keagamaan umat Kristiani yang terdapat di Manado yang disebut juga dengan Makamberu atau pengucapan syukur oleh orang Minahasa yang dulu itu  merupakan upacara syukur atas panen padi dan berkembang menjadi pesta pengucapan syukur. Lalu ada yang disebut Tulude atau upacara syukur memasuki tahun baru yang digambarkan dengan pemotongan kue Tamo dan atraksi budaya tari gunde, alabadiri, masamper dan ampawayer.
-          Upacara Adat daerah Manado
Karena mayoritas penduduk Manado adalah orang Minahasa makanya adat Manado itu sering dikenal juga dengan adat Minahasa. Proses adat pernikahan dari Manado ini sudah tidak lagi melakukan proses pingitan yang biasanya dilakukan dalam waktu sebulan tetapi sekarang dilakukannya sehari sebelum pernikahan berlangsung. Dalam pelaksanaan resepsi juga disesuaikan dengan proses yang pertama itu bacoho ataupun mandi, kedua calon mempelai akan diberi ramuan tradisional pada kepala dan rambutnya sebelum akan dicuci dengan air bersih. Lalu ada yang namanya lumele’ disini calon pengantin akan dimandikan dengan air dengan sembilan jenis bunga berwarna putih dan berbau wangi. Kedua calon mempelai akan dibasuh sebanyak sembilan kali dari batas leher ke seluruh tubuh kecuali kepala. Upacara pernikahan biasanya dilakukan di kediaman pria atau pun wanita, biasanya dilakukan prosesi unik yaitu makan pagi bersama sebelum menuju lokasi pernikahan. Pada resepsi yang ada pada masa kini yang dilakukan di gedung atau hotel terdapat tradisi membelah kayu bakar dan juga tradisi minum dari bambu. Lalu pada saat pengantin sudah duduk mulailah dipanjatkannya doa dan tradisi Pinang Tatenge’en juga Pinang Tawa’ang yang dilanjutkan dengan prosesi membelah kayu. Kalau sudah seperti itu lalau kedua pengantin memakan sedikit nasi berlauk ikan dan lalu minum dari ruas bambu yang masih hijau yang disebut juga kower. Lalu prosesi selanjutnya yaitu nyanyi-nyayian oleh rombongan dalam pesta dan tentunya menggunakan lagu daerah. Dan pemimpin dalam setiap prosesi adat diberi kebebasan berbicara sebisa pemimpin tersebut tanpa mengurangi nilai yang ada.

Ø  Rumah Adat
Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa, Rumah Panggung Manado atau Rumah Minahasa yang berasal dari Desa Woloan, memiliki dua tangga di serambi depan.Tangga di kiri dan kanan bagian depan rumah itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara adat. Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu, harus masuk ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya pinangan mereka diterima oleh tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang kiri lagi, yang mereka pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak tuan rumah. Rumah panggung atau wale merupakan tempat kediaman para anggota rumah tangga orang Minahasa di Kota Manado, dimana didalamnya digunakan sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Rumah panggung jaman dahulu dimaksudkan untuk menghindari serangan musuh secara mendadak atau serangan binatang buas. Sekalipun keadaan sekarang tidak sama lagi dengan keadaan dahulu, tapi masih banyak penduduk yang membangun rumah panggung berdasarkan konstruksi rumah modern. Ada yang disebut dengan daseng yakni terbuat dari bahan bambu/kayu dan kecil sebagai tempat mengaso. Sabuah sebagai tempat penginapan di kebun atau tempat lain. Rumah panggung yakni tempat tinggal yang terbuat dari bahan papan.

Ø  Pakaian Adat
Potongan atau model pakaian dipakai para leluhur dan diwariskan secara turun-temurun. Pada zaman sekarang ini pakaian adat hanya dipakai pada upacara-upacara resmi atau upacara adat. Namun Kota Manado saat ini telah memiliki pakaian khas sendiri dimana bentuk dan potongannya seperti pakaian khas Filipina.

Ø  Tarian
-          Tarian Maengket



Tari maengket adalah seni tarian rakyat  Minahasa di Kota Manado yang merupakan tarian dan disertai nyanyian dengan diiringi gendang atau tambur. Asal – usul tari Maengket kala dulu Nenek Moyang di Minahasa  hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, maka Tari Maengket terdiri dari 3 babak, yaitu : – Maowey Kamberu – Marambak – Lalayaan.
Maowey Kamberu adalah suatu tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak.
Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong-royongan, rakyat Minahasa Bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak” atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampong diundang dalam pengucapan syukur.
Lalayaan adalah tari yang melambangkan bagaimana pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu akan mencari jodoh mereka. Tari ini juga disebut tari pergaulan muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa.
Saat ini tarian maengket telah berkembang teristimewa membentuk kreasi barunya tanpa meninggalkan keasliannya terutama syair atau sastra lagunya.
-          Tarian Katrili
Tarian yang bercirikan budaya eropa yang merupakan warisan bangsa Portugis. Taria ini ditarikan secara berpasangan. Musik yang digunakan adalah musik country. Tarian ini menggambarakan pergaulan muda-mudi.
-          Tari Pisok
Tarian ini menceritakan tentang harmoni kehidupan orang Minahasa yang giat dan mempunyai semangat untuk saling bergotong-royong
-          Tari Kabasaran
Tari kabasaran sering juga disebut tari cakalele, adalah salah satu seni tari tradisional orang Minahasa yang banyak dimainkan oleh masyarakat Kota Manado, yang biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti menyambut tamu dan pagelaran seni budaya. Tari ini menirukan perilaku dari para leluhur dan merupakan seni tari perang melawan musuh.


Ø  Musik
-          Kolintang


Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: “Mari kita ber Tong Ting Tang” dengan ungkapan “Maimo Kumolintang” dan dari kebiasaan itulah muncul nama “KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain. Musik kolintang pada awalnya dibuat dari bahan yang disebut wunut dari jenis kayu yang disebut belar. Pada perkembangan selanjutnya, kolintang mulai menggunakan bahan kayu telor dan cempaka. Orkes kolintang sebagai produk seni musik tradisional bukan saja sebagai sarana hiburan, akan tetapi juga sebagai media penerapan pendidikan musik yang dimulai dari anak-anak sekolah di Kota Manado. Musik kolintang sebagai peninggalan produk seni musik tradisional yang unik untuk didengarkan dan berkembang sebagai sarana hiburan untuk dinikmati serta media penerapan pendidikan musik di Indonesia, khusunya di Kota Manado.
-          Tiup Bambu
Musik tradisional ini berasal dari kepulauan Sangihe Talaud yang diciptakan oleh seorang petani pada tahun 1700. Pada awalnya musik bambu hanya merupakan alat penghibur bagi masyarakat petani setelah seharian melakukan aktivitas sebagai petani yang biasanya dibunyikan setelah selesai makan malam. Dewasa ini di Kota Manado, musik bambu telah menjadi salah satu jenis musik yang sering digunakan pada acara-acara tertentu agar menjadi lebih semarak dan bergengsi. Festival tahunan biasanya diselenggarakan di sejumlah daerah di Minahasa untuk menjaga kesenian Musik Bambu ini tetap hidup. Alat-alat musik yang dimainkan adalah: suling, saksofon, klarinet, korno, bas, drum, dll. Biasanya alat-alat musik bambu ini dimainkan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari 45 sampai 50 orang, yang mengenakan pakaian tradisional.  Di beberapa kelompok, beberapa orang dapat memainkan beberapa jenis alat musik yang berbeda. Sekarang ini, beberapa kelompok Musik Bambu juga memainkan lagu kontemporer dan pop.
-          Musik Bia
Bia adalah sejenis kerang atau keong yang hidup dilaut. Sekitar tahun 1941 seorang penduduk Desa Batu Minahasa Utara menjadikan kerang/keong sebagai satu tumpukan musik. Musik bia akhirnya telah menjadi salah satu seni musik tradisional yang turut memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kota Manado. Dengan hadirnya musik ini pada pagelaran kesenian dan acara tertentu, telah menimbulkan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.



Ø  Permainan
-          Cengek-cengek
Cengek merupakan permainan tradisional lompat-lompatan pada bidang datar yang digambar diatas tanah atau beton yang rata dengan membuat gambar berbentuk kotak-kotak atau petak-petak kemudian si pemainnya harus melompat dengan satu kaki dari kotak yang satu ke kotak berikutnya. Untuk dapat bermain, tiap anak harus mempunyai semacam gaco’ istilahnya (kami menyebutnya demikian) berupa misalnya batu datar atau pecahan genting untuk dilempar sebelum mulai melompat. Gaco’ tersebut nantinya harus dilempar ke salah satu petak yang telah digambar sebelumnya dan harus tepat didalamnya agar nanti si pemain melompat-lompat menuju petak dimana gaco’ tersebut berada lalu memungutnya. Adapun permainan Cengek ini terdiri atas beberapa jenis susunan kotak atau petak. permainan ini melatih keterampilan dalam mengamati ruang agar gaco’ yang dilempar tidak keluar bidang yang sudah digambar dan tepat sasaran. Permainan tradisional ini awalnya berkembang dari permainan rakyat yang menjadi sarana hiburan. Sesungguhnya permainan tradisional ini terkandung nilai-nilai yang dapat membentuk budi pekerti positif, seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan, daya juang, kebersamaan, gotong royong dan lain sebagainya.
Permainan ini pun melatih kecerdasan visual. Melatih tubuh pula dalam menjaga keseimbangan agar tidak jatuh dengan hanya berdiri dengan satu kaki sambil melompat-lompat.

Ø  Cerita Rakyat Manado
-          Batu Sumanti di Parigi Puteri di Dendengan Dalam.
-          Parigi Tujuh di Singkil.
-          Kaboter di Lawangirung, Mahakeret, dan Bumi Beringin.
-          Batu Kuangang dan Tikala Ares.
-          Batu Buaya di Malalayang Satu Barat.
-          Batu Rana di Malalayang Dua, dan Lima Batu di Malalayang Satu.

Ø  Budaya lain Suku Minahasa
-          Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang dinikmati.
-          Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa.


v  Pariwisata
Ø  Taman Laut Bunaken
Taman Laut Bunaken adalah salah satu tempat wisata di Manado yang membuat kota ini dikenal dunia. Pada tahun 2005, UNESCO menetapkan taman laut ini sebagai salah satu situs warisan dunia. Hal ini tak mengherankan karena biota laut yang ada di sini luar biasa kaya. Anda bisa menemukan beragam bentuk terumbu karang dan ikan dengan warna-warni cantik. Alam bawah laut di sini menjadi surga tersendiri bagi penggemar kegiatan menyelam, snorkeling dan fotografi air. Dengan 39 titik selam yang ada, tentu  akan membuat yang berkunjung betah berlama-lama menyelam di sini. Jika tak bisa berenang, pengunjung tetap bisa menikmati keindahan tempat wisata bawah air ini dengan menggunakan kapal selam yang telah didesain secara khusus. Dinding kapal berupa kaca transparan sehingga pengunjung bisa melihat pemandangan bawah laut yang luar biasa dengan jelas.
Ø  Pantai Malalayang
Pantai ini hanya berjarak 4 km dari pusat kota Manado. Tempat wisata ini juga memiliki keindahan alam bawah laut yang tak kalah menarik. Tak perlu khawatir jika lupa membawa alat menyelam, di sini ada tempat penyewaan alat selam. Ombak di pantai ini relatif tenang sehingga pengunjung bisa bermain air di atas pasirnya yang hitam. Selain menyelam dan bermain air, kegiatan menarik lainnya adalah menikmati kuliner khas Pantai Malalayang yaitu pisang goreng dengan sambal dabu-dabu. Tempat wisata di Manado ini dikenal memiliki pemandangan matahari terbenam yang indah. Tak ada salahnya menikmati pamandangan cantik ini dengan sepiring pisang goreng ditambah sambal khas Manado.
Ø  Danau Tondano
Danau Tondano merupakan danau vulkanik yang dihasilkan dari letusan gunung purba. Seperti Danau Toba di Sumatera Utara, tempat wisata ini juga memiliki pulau di tengahnya dan berada di dataran tinggi yaitu 600 meter di atas permukaan laut. Danau yang memiliki luas 4.000 hektar ini diapit oleh Gunung Tampusu, Gunung Kaweng, dan Gunung Masarang.
Di sini, Anda bisa melihat aktifitas nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan keramba. Jika ingin melihatnya lebih dekat, silakan naik perahu motor yang bisa menampung 10 orang untuk berkeliling danau. Naik perahu motor ini, Anda dikenakan biaya 50.000 Rupiah dan harus menunggunya sampai penuh terisi 10 orang penumpang.
 













Ø  Air Terjun Kima Atas
Masih berhubungan dengan air, kali ini tempat wisata di Manado lainnya yang layak dikunjungi adalah Air Terjun Kima Atas. Sesuai namanya, air terjun ini berada di Kelurahan Kima Atas, atau sekitar 15 km dari pusat kota Manado.
Ada banyak pepohonan di sekitar air terjun yang membuat udara di tempat wisata ini sejuk. Air terjun ini terdiri dari tiga tingkatan dengan aliran yang tidak terlalu deras sehingga aman untuk berenang di kolam penampungan airnya.
Jika tidak ingin bermain air, pengunjung bisa menggelar tikar dan duduk bersantai sambil menikmati kuliner yang dijajakan di lokasi. Masih di tempat wisata ini, pengunjung bisa menemukan mesin ATM sehingga tak perlu khawatir jika kehabisan uang tunai.
Ø  Taman Budaya
Pusat Kebudayaan Manado (PKM) ini berlokasi sekitar 2 kilometer dari pusat kota Manado dan dikenal oleh warga setempat sebagai "Taman Budaya”. Pusat kebudayaan yang diresmikan pada tanggal 24 Januari 2003 ini merupakan tempat penyelenggara pertunjukan, pelatihan, pembangunan, dan pengelolaan kesenian lokal di Provinsi Sulawesi Utara.  Ruang pameran PKM memajang beberapa lukisan, kostum tari, dan alat-alat musik tradisional. Pengunjung diperbolehkan untuk memainkan beberapa alat musik tersebut. Kebudayaan Manado memiliki beberapa grup seni yang siap untuk mempertunjukkan kebolehan mereka menampilkan kesenian lokal. Wisatawan harus memberitahu PKM lebih awal jika berminat untuk menyaksikan kebolehan grup-grup seni mereka. Pertunjukan yang ditampilkan bisa berupa tarian tradisional, seperti Kabasaran, Lenso, Maengket, Pisok, Tumetenden; dan musik tradisional, seperti Musik Bambu, klarinet bambu, Musik Kerang Laut, Kolintang, dan sebagainya.

v  Gaya Hidup
Secara umum kehidupan di Kota Manado sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pusat kota terdapat di Jalan Sam Ratulangi yang banyak dibangun pusat-pusat pembelanjaan yang terletak di sepanjang jalur utara-selatan yang juga dikenal dengan tempat yang memiliki restoran-restoran terkenal di Manado. Akhir-akhir ini Manado terkenal dengan makin menjamurnya mal-mal dan restoran-restoran yang dibangun di sepanjang pantai yang memanfaatkan pemandangannya yang indah di saat menjelangnya matahari terbenam. Kearifan  lokal yang telah membudaya dikalangan masyarakat Kota Manado, yakni : sebelum bekerja diawali dengan doa; setiap perolehan senantiasa disyukuri sebagai berkat Tuhan; isi alam semesta selalu dijaga, dipelihara dan dilestarikan; peristiwa alam senantiasa menjadi petunjuk hidup.








PENUTUP
Berdasarkan penjelasan diatas kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwa Kota Manado memiliki beraneka ragam budaya serta kesenian yang tidak kalah dengan kota lainnya yang ada di Indonesia. Begitu juga destinasi wisata khususnya wisata alam bawah laut yang begitu mempesona. Bagi para pembaca yang berkesempatan bisa mengunjungi Kota Manado, jangan lupa mampir ditemapt wisata tersebut dan mempelajari banyaknya pengetahuan tentang kesenian dan kebudayaan yang terdapat di Manado. Sekian yang bisa saya berikan informasi tentang Kota Manado, terima kasih sudah mau membaca☻☻
Rismawati Aisyah
4423143986
Usaha Jasa Pariwisata 2014 (B)
rismaaisyah11@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA
1977/1978. Adat istiadat daerah Sulawesi utara. Departemen pendidikan dan kebudayaan pusat penelitian sejarah dan budaya proyek penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah. Jakarta: PN balai pustaka
Disusun oleh tim kerja dibawah pimpinan Ahmad Ubbe, SH. 1995. Monografi hukum adat daerah Sulawesi utara dan Sulawesi tenggara. Badan pembinaan hukum nasional departemen kehakiman.


14 comments:

  1. Manado Manado... ajak saya kesana dong Mba Risma hehe. Bunaken tetep jadi favorit pastinya.. Tulisannya menarik yaa bisa bikin orang pengen tau lebih jauh tentang Manado dan seisinya hihi

    ReplyDelete
  2. Wihhg beragam budaya indonesia ...

    ReplyDelete
  3. Yang di bahas bukan cuma taman laut bunaken, semoga banyak tempat wisata lain di manado yang akan jadi destinasi favorit wisatawan juga.. Nice.

    ReplyDelete
  4. Tulisan yang bagus, sangat formal. Bahasannya juga lengkap buat yang butuh informasi tentang Manado. Thanks

    ReplyDelete
  5. kota yang sudah lama saya ingin kunjungi tapi belum kesampaian. tapi melihat tulisan sang penulis saja saya sudah bisa merasakan atmosfer kota manado. Thanks infonyaa..

    ReplyDelete
  6. kota yang sudah lama saya ingin kunjungi tapi belum kesampaian. tapi melihat tulisan sang penulis saja saya sudah bisa merasakan atmosfer kota manado. Thanks infonyaa..

    ReplyDelete
  7. Manado laut nya kereen jadi mau kesana.info yang menarik

    ReplyDelete
  8. wah lengkap banget konten tentang manadonya.. ku suka ku suka... jadi pingin kesana deh....

    ReplyDelete
  9. Artikelnya menarik. Informasi yang diberikan sangat membantu

    ReplyDelete
  10. Artikelnya menarik. Informasi yang diberikan sangat membantu

    ReplyDelete
  11. Manado :) pengen kesana jadinya.. artikelnya bagus.. nice :D

    ReplyDelete
  12. manado, kota indah tujuan destinasi wisata, menarik banget

    ReplyDelete
  13. Sesuai judulnya "pesona manado mampu mengalihkan pandanganku" itu bener banget. I love manado♥

    ReplyDelete