KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Berkat dan Kasih Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Wisata
Budaya. Selama penyusunan tulisan ini penulis seringkali menemukan
banyak kesulitan, namun berkat bantuan dorongan, serta bimbingan dari beberapa
pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Allah
swt, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyelesaian tugas ini dapat berjalan lancar.
2. Orang
tua dan seluruh keluarga penulis tercinta yang telah memberikan motivasi baik
moril maupun materil.
3. Dosen
mata kuliah Wisata Budaya karena telah memberikan banyak membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penulisan makalah ini.
4. Semua
teman-teman yang senantiasa membantu dan mensupport penulis dalam penyusunan tulisan ini.
Penulis
menyadari dalam penyusunan tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dikemudian hari jadi pembelajaran
yang berarti. Harapan penulis semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca dan bagi
penulis sendiri pada khususnya. Amin.
Jakarta,
Desember 2015
PEMBAHASAN
PESONA MANADO MAMPU MENGALIHKAN
PANDANGANKU
Provinsi Sulawesi Utara terletak di ujung utara Pulau Sulawesi dengan Ibu kota terletak di kota Manado.
Provinsi ini di sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Gorontalo yang
merupakan hasil pemekaran wilayah dari provinsi Sulawesi Utara.
(sumber: google) |
Kota Manado adalah ibu kota dari provinsi
Sulawesi
Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado. Motto Sulawesi Utara adalah Si
Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang
dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan
orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan orang lain".
Dalam ungkapan Bahasa Manado, sering kali dikatakan: "Baku beking pande" yang
secara harafiah berarti "Saling menambah pintar dengan orang lain". Kota
Manado berada di tepi pantai Laut Sulawesi persisnya di Teluk Manado Taman Nasional Bunaken terletak tidak jauh dari pantai Kota
Manado.
v Sejarah
Asal mula Kota Manado menurut legenda
dulu berasal dari “Wanua Wenang” sebutan penduduk asli Minahasa . Wanua Wenang
telah ada sekitar abad XIII dan didirikan oleh Ruru Ares yang bergelar
Dotulolong Lasut yang saat itu menjabat sebagai Kepala Walak Ares,dikenal
sebagai Tokoh pendiri Wanua Wenang yang menetap bersama keturunannya.
Versi lain mengatakan bahwa Kota
Manado merupakan pengembangan dari sebuah negeri yang bernama Pogidon. Kota
Manado diperkirakan telah dikenal sejak abad ke-16. Menurut
sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah didatangi oleh orang-orang
dari luar negeri. Nama "Manado" daratan mulai digunakan pada tahun 1623
menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado
sendiri merupakan nama pulau disebelah pulau Bunaken, kata ini berasal dari
bahasa daerah Minahasa yaitu Mana
rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia
berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai
dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa
dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.
Keberadaan kota Manado dimulai dari
adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda
tanggal 1 Juli 1919.
Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente
yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente
atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester).
Pada tahun 1951,
Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai
Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951
Nomor 223. Tanggal 17 April 1951,
terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Nomor 14. Pada 1953
Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor
15/1954. Tahun 1957,
Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959,
Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II
sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965,
Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado yang dipimpin oleh
Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Hari jadi Kota Manado yang
ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623,
merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu
tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946,
dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian
bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919,
yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest
Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan dan tahun 1623
yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan
digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting
tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989,
Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Sejak saat itu hingga sekarang
tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado
sebagai hari jadi Kota Manado.
Asal mula Kota Manado menurut
legenda dulu berasal dari “Wanua Wenang” sebutan penduduk asli Minahasa . Wanua
Wenang telah ada sekitar abad XIII dan didirikan oleh Ruru Ares yang bergelar
Dotulolong Lasut yang saat itu menjabat sebagai Kepala Walak Ares,dikenal
sebagai Tokoh pendiri Wanua Wenang yang menetap bersama keturunannya.
Versi lain mengatakan bahwa Kota
Manado merupakan pengembangan dari sebuah negeri yang bernama Pogidon. Kota
Manado diperkirakan telah dikenal sejak abad ke-16. Menurut
sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah didatangi oleh orang-orang
dari luar negeri. Nama "Manado" daratan mulai digunakan pada tahun 1623
menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado
sendiri merupakan nama pulau disebelah pulau Bunaken, kata ini berasal dari
bahasa daerah Minahasa yaitu Mana
rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia
berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai
dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa
dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah. Keberadaan
kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda
tanggal 1 Juli 1919.
Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente
yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente
atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester).
Pada tahun 1951,
Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai
Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951
Nomor 223. Tanggal 17 April 1951,
terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Nomor 14. Pada 1953
Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor
15/1954. Tahun 1957,
Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959,
Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II
sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965,
Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado yang dipimpin oleh
Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Hari jadi Kota Manado yang
ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623,
merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu
tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946,
dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian
bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919,
yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest
Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan dan tahun 1623
yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan
digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting
tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989,
Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Sejak saat itu hingga sekarang
tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado
sebagai hari jadi Kota Manado.
v Suku Bangsa
Saat ini mayoritas penduduk kota
Manado berasal dari suku
Minahasa, karena wilayah Manado merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Penduduk
asli Manado adalah sub suku Tombulu dilihat dari beberapa nama kelurahan di
Manado yang berasal dari bahasa
Tombulu,
v Agama
Agama yang dianut di Manado ini adalah
Kristen Protestan, Islam, Katolik, Hindu, Buddha dan agama Konghucu. Mayoritas
masyarakatnya memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik. Meski begitu
heterogennya, namun masyarakat Manado sangat menghargai sikap hidup toleran,
rukun, terbuka dan dinamis. Sebagai masyarakat
beragama, kehidupan antarumat beragama terjalin dengan sangat harmonis serta
hidup rukun dan damai berdasarkan semangat “Torang Samua
Basudara” (Kita Semua Bersaudara).
v Bahasa
Bahasa
digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado
(Bahasa Manado).
Bahasa Manado menyerupai bahasa Indonesia
tetapi dengan logat yang khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belanda, bahasa Portugis dan
bahasa asing lainnya. Di Manado memiliki kata serapan dari bahasa asing Karena pengaruh kolonialisasi dari Portugis dan Belanda pada masa lalu di daerah Sulawesi, beberapa kata
merupakan kata serapan dari bahasa asing negara-negara tersebut. Contohnya
sebagai berikut:
BAHASA INDONESIA
BAKU
|
BAHASA MANADO
|
SERAPAN DARI
BAHASA
|
TOPI
|
CAPEO
|
BAHASA PORTUGIS
(CHAPEO)
|
JAGUNG
|
MILU
|
BAHASA PORTUGIS
(MILHO)
|
DAHI
|
TESTA
|
BAHASA PORTUGIS
(TESTA)
|
KURSI
|
KADERA
|
BAHASA PORTUGIS
(CADEIRA)
|
GARPU
|
VORK
|
BAHASA BELANDA
(VORK)
|
v
Kebudayaan dan
Kesenian
Ø Upacara Adat
-
Upacara
Sosial daerah Manado
Upacara
keagamaan umat Kristiani yang terdapat di Manado yang disebut juga dengan Makamberu
atau pengucapan syukur oleh orang Minahasa yang dulu itu merupakan
upacara syukur atas panen padi dan berkembang menjadi pesta pengucapan syukur.
Lalu ada yang disebut Tulude atau upacara syukur memasuki tahun baru yang
digambarkan dengan pemotongan kue Tamo dan atraksi budaya tari gunde,
alabadiri, masamper dan ampawayer.
-
Upacara
Adat daerah Manado
Karena
mayoritas penduduk Manado adalah orang Minahasa makanya adat Manado itu sering
dikenal juga dengan adat Minahasa. Proses adat pernikahan dari Manado ini sudah
tidak lagi melakukan proses pingitan yang biasanya dilakukan dalam waktu sebulan
tetapi sekarang dilakukannya sehari sebelum pernikahan berlangsung. Dalam
pelaksanaan resepsi juga disesuaikan dengan proses yang pertama itu bacoho
ataupun mandi, kedua calon mempelai akan diberi ramuan tradisional pada kepala
dan rambutnya sebelum akan dicuci dengan air bersih. Lalu ada yang namanya
lumele’ disini calon pengantin akan dimandikan dengan
air dengan sembilan jenis bunga berwarna putih dan berbau wangi. Kedua calon
mempelai akan dibasuh sebanyak sembilan kali dari batas leher ke seluruh tubuh
kecuali kepala. Upacara pernikahan biasanya dilakukan di kediaman pria atau pun
wanita, biasanya dilakukan prosesi unik yaitu makan pagi bersama sebelum menuju
lokasi pernikahan. Pada resepsi yang ada pada masa kini yang dilakukan di
gedung atau hotel terdapat tradisi membelah kayu bakar dan juga tradisi minum
dari bambu. Lalu pada saat pengantin sudah duduk mulailah dipanjatkannya doa
dan tradisi Pinang Tatenge’en juga Pinang Tawa’ang yang dilanjutkan dengan
prosesi membelah kayu. Kalau sudah seperti itu lalau kedua pengantin
memakan sedikit nasi berlauk ikan dan lalu minum dari ruas bambu yang masih
hijau yang disebut juga kower. Lalu prosesi selanjutnya yaitu nyanyi-nyayian
oleh rombongan dalam pesta dan tentunya menggunakan lagu daerah. Dan pemimpin
dalam setiap prosesi adat diberi kebebasan berbicara sebisa pemimpin tersebut
tanpa mengurangi nilai yang ada.
Ø Rumah Adat
Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa,
Rumah Panggung Manado atau Rumah Minahasa yang berasal dari Desa Woloan,
memiliki dua tangga di serambi depan.Tangga di kiri dan kanan bagian depan
rumah itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara adat. Pihak lelaki yang
hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu, harus masuk ke rumah dengan
menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari
rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya pinangan mereka diterima
oleh tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang kiri lagi,
yang mereka pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka
ditolak pihak tuan rumah. Rumah panggung atau wale merupakan
tempat kediaman para anggota rumah tangga orang Minahasa di Kota Manado, dimana
didalamnya digunakan sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Rumah
panggung jaman dahulu dimaksudkan untuk menghindari serangan musuh secara
mendadak atau serangan binatang buas. Sekalipun keadaan sekarang tidak sama lagi
dengan keadaan dahulu, tapi masih banyak penduduk yang membangun rumah panggung
berdasarkan konstruksi rumah modern. Ada yang
disebut dengan daseng yakni terbuat dari bahan bambu/kayu dan kecil sebagai
tempat mengaso. Sabuah sebagai tempat penginapan di kebun atau tempat lain. Rumah
panggung yakni tempat tinggal yang terbuat dari bahan papan.
Ø Pakaian Adat
Potongan atau model pakaian dipakai para leluhur dan
diwariskan secara turun-temurun. Pada zaman sekarang ini pakaian adat hanya
dipakai pada upacara-upacara resmi atau upacara adat. Namun Kota Manado saat
ini telah memiliki pakaian khas sendiri dimana bentuk dan potongannya seperti
pakaian khas Filipina.
Ø Tarian
-
Tarian Maengket
Tari maengket adalah seni tarian
rakyat Minahasa di Kota Manado yang merupakan tarian dan disertai
nyanyian dengan diiringi gendang atau tambur. Asal – usul tari Maengket kala
dulu Nenek Moyang di Minahasa hanya dimainkan pada waktu panen padi
dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, maka Tari Maengket terdiri dari 3
babak, yaitu : – Maowey Kamberu – Marambak – Lalayaan.
Maowey Kamberu adalah suatu
tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa,
dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak.
Marambak adalah tarian dengan
semangat kegotong-royongan, rakyat Minahasa Bantu membantu membuat rumah yang
baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam
bahasa daerah disebut “rumambak” atau menguji kekuatan rumah baru dan semua
masyarakat kampong diundang dalam pengucapan syukur.
Lalayaan adalah tari yang
melambangkan bagaimana pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu akan mencari
jodoh mereka. Tari ini juga disebut tari pergaulan muda-mudi zaman dahulu kala
di Minahasa.
Saat ini tarian maengket telah
berkembang teristimewa membentuk kreasi barunya tanpa meninggalkan keasliannya
terutama syair atau sastra lagunya.
-
Tarian
Katrili
Tarian yang bercirikan budaya eropa yang
merupakan warisan bangsa Portugis. Taria ini ditarikan secara berpasangan. Musik
yang digunakan adalah musik country. Tarian ini menggambarakan pergaulan
muda-mudi.
-
Tari
Pisok
Tarian
ini menceritakan tentang harmoni kehidupan orang Minahasa yang giat dan
mempunyai semangat untuk saling bergotong-royong
-
Tari Kabasaran
Tari
kabasaran sering juga disebut tari cakalele, adalah salah satu seni tari
tradisional orang Minahasa yang banyak dimainkan oleh masyarakat Kota Manado,
yang biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti menyambut tamu dan
pagelaran seni budaya. Tari ini menirukan perilaku dari para leluhur dan
merupakan seni tari perang melawan musuh.
Ø Musik
-
Kolintang
Kata Kolintang berasal dari
bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah).
Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang:
“Mari kita ber Tong Ting Tang” dengan ungkapan “Maimo Kumolintang” dan dari
kebiasaan itulah muncul nama “KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain. Musik
kolintang pada awalnya dibuat dari bahan yang disebut wunut dari jenis kayu
yang disebut belar. Pada perkembangan selanjutnya, kolintang mulai menggunakan
bahan kayu telor dan cempaka. Orkes kolintang sebagai produk seni musik
tradisional bukan saja sebagai sarana hiburan, akan tetapi juga sebagai media
penerapan pendidikan musik yang dimulai dari anak-anak sekolah di Kota Manado. Musik kolintang sebagai peninggalan
produk seni musik tradisional yang unik untuk didengarkan dan berkembang
sebagai sarana hiburan untuk dinikmati serta media penerapan pendidikan musik
di Indonesia, khusunya di Kota Manado.
-
Tiup Bambu
Musik
tradisional ini berasal dari kepulauan Sangihe Talaud yang diciptakan oleh
seorang petani pada tahun 1700. Pada awalnya musik bambu hanya merupakan alat
penghibur bagi masyarakat petani setelah seharian melakukan aktivitas sebagai
petani yang biasanya dibunyikan setelah selesai makan malam. Dewasa ini di Kota
Manado, musik bambu telah menjadi salah satu jenis musik yang sering digunakan
pada acara-acara tertentu agar menjadi lebih semarak dan bergengsi. Festival
tahunan biasanya diselenggarakan di sejumlah daerah di Minahasa untuk menjaga
kesenian Musik Bambu ini tetap hidup. Alat-alat musik yang dimainkan adalah:
suling, saksofon, klarinet, korno, bas, drum, dll. Biasanya alat-alat musik
bambu ini dimainkan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari 45 sampai 50 orang,
yang mengenakan pakaian tradisional. Di
beberapa kelompok, beberapa orang dapat memainkan beberapa jenis alat musik
yang berbeda. Sekarang ini, beberapa kelompok Musik Bambu juga memainkan lagu
kontemporer dan pop.
-
Musik Bia
Bia
adalah sejenis kerang atau keong yang hidup dilaut. Sekitar tahun 1941 seorang penduduk
Desa Batu Minahasa Utara menjadikan kerang/keong sebagai satu tumpukan musik.
Musik bia akhirnya telah menjadi salah satu seni musik tradisional yang turut
memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kota Manado. Dengan hadirnya musik ini
pada pagelaran kesenian dan acara tertentu, telah menimbulkan daya tarik
tersendiri bagi wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.
Ø Permainan
-
Cengek-cengek
Cengek
merupakan permainan tradisional lompat-lompatan pada bidang datar yang digambar
diatas tanah atau beton yang rata dengan membuat gambar berbentuk kotak-kotak
atau petak-petak kemudian si pemainnya harus melompat dengan satu kaki dari
kotak yang satu ke kotak berikutnya. Untuk dapat bermain, tiap anak harus
mempunyai semacam gaco’ istilahnya (kami menyebutnya demikian) berupa misalnya
batu datar atau pecahan genting untuk dilempar sebelum mulai melompat. Gaco’
tersebut nantinya harus dilempar ke salah satu petak yang telah digambar
sebelumnya dan harus tepat didalamnya agar nanti si pemain melompat-lompat
menuju petak dimana gaco’ tersebut berada lalu memungutnya. Adapun permainan
Cengek ini terdiri atas beberapa jenis susunan kotak atau petak. permainan ini
melatih keterampilan dalam mengamati ruang agar gaco’ yang dilempar tidak
keluar bidang yang sudah digambar dan tepat sasaran. Permainan tradisional ini
awalnya berkembang dari permainan rakyat yang menjadi sarana hiburan.
Sesungguhnya permainan tradisional ini terkandung nilai-nilai yang dapat
membentuk budi pekerti positif, seperti kejujuran, sportivitas, kegigihan, daya
juang, kebersamaan, gotong royong dan lain sebagainya.
Permainan
ini pun melatih kecerdasan visual. Melatih tubuh pula dalam menjaga
keseimbangan agar tidak jatuh dengan hanya berdiri dengan satu kaki sambil
melompat-lompat.
Ø
Cerita Rakyat Manado
-
Batu
Sumanti di Parigi Puteri di Dendengan Dalam.
-
Parigi
Tujuh di Singkil.
-
Kaboter di
Lawangirung, Mahakeret, dan Bumi Beringin.
-
Batu
Kuangang dan Tikala Ares.
-
Batu Buaya
di Malalayang Satu Barat.
-
Batu Rana
di Malalayang Dua, dan Lima Batu di Malalayang Satu.
Ø Budaya
lain Suku Minahasa
-
Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa
yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya
pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara
keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang
dinikmati.
-
Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa
dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau
gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus
juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa.
v
Pariwisata
Ø Taman Laut Bunaken
Taman
Laut Bunaken adalah salah satu tempat wisata di Manado yang membuat kota ini
dikenal dunia. Pada tahun 2005, UNESCO menetapkan taman laut ini sebagai salah satu situs
warisan dunia. Hal ini tak mengherankan karena
biota laut yang ada di sini luar biasa kaya. Anda bisa menemukan beragam bentuk
terumbu karang dan ikan dengan warna-warni cantik. Alam bawah laut di sini
menjadi surga tersendiri bagi penggemar kegiatan menyelam, snorkeling dan
fotografi air. Dengan 39 titik selam yang ada, tentu akan membuat yang berkunjung betah
berlama-lama menyelam di sini. Jika tak bisa berenang, pengunjung tetap bisa
menikmati keindahan tempat wisata bawah air ini dengan menggunakan kapal selam
yang telah didesain secara khusus. Dinding kapal berupa kaca transparan
sehingga pengunjung bisa melihat pemandangan bawah laut yang luar biasa dengan
jelas.
Ø Pantai
Malalayang
Pantai
ini hanya berjarak 4 km dari pusat kota Manado. Tempat wisata ini juga memiliki
keindahan alam bawah laut yang tak kalah menarik. Tak perlu khawatir jika lupa
membawa alat menyelam, di sini ada tempat penyewaan alat selam. Ombak di pantai
ini relatif tenang sehingga pengunjung bisa bermain air di atas pasirnya yang
hitam. Selain menyelam dan bermain air, kegiatan menarik lainnya adalah
menikmati kuliner
khas Pantai Malalayang yaitu pisang goreng dengan sambal dabu-dabu. Tempat
wisata di Manado ini dikenal memiliki pemandangan matahari terbenam yang indah.
Tak ada salahnya menikmati pamandangan cantik ini dengan sepiring pisang goreng
ditambah sambal khas Manado.
Ø
Danau Tondano
Danau Tondano merupakan danau
vulkanik yang dihasilkan dari letusan gunung purba. Seperti Danau Toba di Sumatera Utara,
tempat wisata ini juga memiliki pulau di tengahnya dan berada di dataran tinggi
yaitu 600 meter di atas permukaan laut. Danau yang memiliki luas 4.000 hektar
ini diapit oleh Gunung Tampusu, Gunung Kaweng, dan Gunung Masarang.
Di
sini, Anda bisa melihat aktifitas nelayan yang menangkap ikan dengan
menggunakan keramba. Jika ingin melihatnya lebih dekat, silakan naik perahu
motor yang bisa menampung 10 orang untuk berkeliling danau. Naik perahu motor
ini, Anda dikenakan biaya 50.000 Rupiah dan harus menunggunya sampai penuh
terisi 10 orang penumpang.
Ø
Air Terjun Kima Atas
Masih berhubungan dengan air, kali
ini tempat wisata di Manado lainnya yang layak dikunjungi adalah Air Terjun
Kima Atas. Sesuai namanya, air terjun ini berada di Kelurahan Kima Atas, atau
sekitar 15 km dari pusat kota Manado.
Ada
banyak pepohonan di sekitar air terjun yang membuat udara di tempat wisata ini
sejuk. Air terjun ini terdiri dari tiga tingkatan dengan aliran yang tidak terlalu
deras sehingga aman untuk berenang di kolam penampungan airnya.
Jika
tidak ingin bermain air, pengunjung bisa menggelar tikar dan duduk bersantai
sambil menikmati kuliner yang dijajakan di lokasi. Masih di tempat wisata
ini, pengunjung bisa menemukan mesin ATM sehingga tak perlu khawatir jika
kehabisan uang tunai.
Ø Taman Budaya
Pusat
Kebudayaan Manado (PKM) ini berlokasi sekitar 2 kilometer dari pusat kota
Manado dan dikenal oleh warga setempat sebagai "Taman Budaya”. Pusat
kebudayaan yang diresmikan pada tanggal 24 Januari 2003 ini merupakan tempat
penyelenggara pertunjukan, pelatihan, pembangunan, dan pengelolaan kesenian
lokal di Provinsi Sulawesi Utara. Ruang
pameran PKM memajang beberapa lukisan, kostum tari, dan alat-alat musik
tradisional. Pengunjung diperbolehkan untuk memainkan beberapa alat musik
tersebut. Kebudayaan Manado memiliki beberapa grup seni yang siap untuk
mempertunjukkan kebolehan mereka menampilkan kesenian lokal. Wisatawan harus
memberitahu PKM lebih awal jika berminat untuk menyaksikan kebolehan grup-grup
seni mereka. Pertunjukan yang ditampilkan bisa berupa tarian tradisional,
seperti Kabasaran, Lenso, Maengket, Pisok, Tumetenden;
dan musik tradisional, seperti Musik
Bambu, klarinet bambu, Musik Kerang Laut, Kolintang, dan sebagainya.
v
Gaya Hidup
Secara umum kehidupan di Kota
Manado sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pusat
kota terdapat di Jalan Sam Ratulangi yang banyak dibangun pusat-pusat
pembelanjaan yang terletak di sepanjang jalur utara-selatan yang juga dikenal
dengan tempat yang memiliki restoran-restoran terkenal di Manado. Akhir-akhir
ini Manado terkenal dengan makin menjamurnya mal-mal dan restoran-restoran yang
dibangun di sepanjang pantai yang memanfaatkan pemandangannya yang indah di
saat menjelangnya matahari
terbenam. Kearifan lokal yang telah
membudaya dikalangan masyarakat Kota Manado, yakni : sebelum bekerja diawali
dengan doa; setiap perolehan senantiasa disyukuri sebagai berkat Tuhan; isi
alam semesta selalu dijaga, dipelihara dan dilestarikan; peristiwa alam
senantiasa menjadi petunjuk hidup.
PENUTUP
Berdasarkan
penjelasan diatas kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwa Kota Manado
memiliki beraneka ragam budaya serta kesenian yang tidak kalah dengan kota
lainnya yang ada di Indonesia. Begitu juga destinasi wisata khususnya wisata
alam bawah laut yang begitu mempesona. Bagi para pembaca yang berkesempatan
bisa mengunjungi Kota Manado, jangan lupa mampir ditemapt wisata tersebut dan
mempelajari banyaknya pengetahuan tentang kesenian dan kebudayaan yang terdapat
di Manado. Sekian yang bisa saya berikan informasi tentang Kota Manado, terima
kasih sudah mau membaca☻☻
Rismawati
Aisyah
4423143986
Usaha
Jasa Pariwisata 2014 (B)
rismaaisyah11@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
1977/1978. Adat istiadat daerah
Sulawesi utara. Departemen pendidikan dan kebudayaan pusat penelitian sejarah
dan budaya proyek penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah. Jakarta: PN
balai pustaka
Disusun oleh tim kerja dibawah
pimpinan Ahmad Ubbe, SH. 1995. Monografi hukum adat daerah Sulawesi utara dan
Sulawesi tenggara. Badan pembinaan hukum nasional departemen kehakiman.
Manado Manado... ajak saya kesana dong Mba Risma hehe. Bunaken tetep jadi favorit pastinya.. Tulisannya menarik yaa bisa bikin orang pengen tau lebih jauh tentang Manado dan seisinya hihi
ReplyDeleteWihhg beragam budaya indonesia ...
ReplyDeleteYang di bahas bukan cuma taman laut bunaken, semoga banyak tempat wisata lain di manado yang akan jadi destinasi favorit wisatawan juga.. Nice.
ReplyDeleteTulisan yang bagus, sangat formal. Bahasannya juga lengkap buat yang butuh informasi tentang Manado. Thanks
ReplyDeletekota yang sudah lama saya ingin kunjungi tapi belum kesampaian. tapi melihat tulisan sang penulis saja saya sudah bisa merasakan atmosfer kota manado. Thanks infonyaa..
ReplyDeletekota yang sudah lama saya ingin kunjungi tapi belum kesampaian. tapi melihat tulisan sang penulis saja saya sudah bisa merasakan atmosfer kota manado. Thanks infonyaa..
ReplyDeleteManado laut nya kereen jadi mau kesana.info yang menarik
ReplyDeleteI love bunaken!
ReplyDeletewah lengkap banget konten tentang manadonya.. ku suka ku suka... jadi pingin kesana deh....
ReplyDeleteArtikelnya menarik. Informasi yang diberikan sangat membantu
ReplyDeleteArtikelnya menarik. Informasi yang diberikan sangat membantu
ReplyDeleteManado :) pengen kesana jadinya.. artikelnya bagus.. nice :D
ReplyDeletemanado, kota indah tujuan destinasi wisata, menarik banget
ReplyDeleteSesuai judulnya "pesona manado mampu mengalihkan pandanganku" itu bener banget. I love manado♥
ReplyDelete