Mahasiswa
Pariwisata Sebagai Role Model Bagi Kemajuan Sumber Daya Manusia di Bidang
Kepariwisataan Indonesia
Masalah
pariwisata di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan dimana dengan
mengikuti berkembangnya teknologi yang semakin pesat dapat menyebabkan faktor
menurunnya kepedulian dalam pengembangan objek wisata. Penyebab faktor tersebut
adalah dengan tidak terlaksananya 7 (tujuh) Sapta Pesona yaitu: aman, tertib,
bersih, indah, sejuk, ramah-tamah, dan kenangan. Dalam membudidayakan sifat
ketujuh sapta pesona tersebut kadang kala membuat para pengunjung wisata
(tourism) kurang nyaman, dalam hal ini disebabkan karena kekuranghati-hatian.
Permasalahan semacam inilah yang mengakibatkan berkurang/ menurunnya pengunjung
wisata di Indonesia. (sumber: http://www.academia.edu)
Menurut
sumber tersebut mengatakan bahwa menurunnya para pengunjung wisata di Indonesia
dikarenakan kurangnya mobilitas dan kualitas fasilitas yang lengkap. Ditambah
lagi dengan kurangnya akses komunikasi yang baik. Dalam hal ini, dibutuhkan
orang-orang yang sangat profesional dalam bidangnya masing-masing, mulai dari
perjalanan asal pengunjung, bidang transportasi yang cukup memadai dan memiliki
ketepatan waktu sesuai yang telah diatur, dan penginapan yang cukup bagus
dengan fasilitas yang sangat lengkap sehingga pengunjung-pun merasa nyaman.
Tujuh
Sapta Pesona dalam bidang Pariwisata merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan karena hal tersebut bisa menjadi dampak penunjang yang sangat baik
dan mengarah pada pertumbuhan positif bagi sektor pariwisata itu sendiri.
Sebagai seorang mahasiswa di bidang Pariwisata tentunya hal-hal yang menyangkut
dengan nilai-nilai yang sudah terkandung di dalam sapta pesona harus diterapkan
dalam kesehariannya seperti bersikap ramah, senyum, salam dan sapa. Karena bagaimanapun
nantinya kita sebagai mahasiswa di bidang pariwisata akan secara langsung turun
ke masyarakat untuk menjalankan dengan baik secara nyata nilai-nilai yang
terkandung di dalam sapta pesona dalam membangun Kepariwisataan Indonesia yang
sudah menjadi nilai sentral dalam tema kampanye Pariwisata Indonesia. Namun,
dalam hal implementasinya masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki agar kepariwisataan Indonesia benar-benar memiliki keunggulan
bersaing dengan negara-negara lain diluar sana.
Sejauh
ini upaya pemerintah dalam membangun sektor pariwisata masih belum dikatakan
maksimal padahal secara sumber daya alam yang Indonesia miliki harusnya bisa
menjadikan negara ini memiliki peranan dan andil yang sangat besar bagi
kegiatan pariwisata dunia. Dengan sumber daya alam yang Indonesia miliki belum
bisa diimbangi dengan sumber daya manusianya yang mumpuni. Selain itu, tingkat
kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan pariwisata belum sesuai dengan
yang diharapkan, hanya sebagian kecil masyarakat di beberapa daerah tertentu
yang memang sudah terlebih dahulu ikut andil dalam kegiatan pariwisata di
Indonesia seperti misalnya Bali. Masyarakat Bali saat ini sebagain besar
menggantungkan hidupnya terhadap sektor pariwisata, banyaknya turis asing yang
datang setiap tahunnya ke Bali menjadikan kegiatan wisata sebagai peluang untuk
meraup keuntungan dengan menjual berbagai macam souvenir dan kerajinan, rutin
mengadakan acara-acara adat yang dipertontonkan secara komersil, mulai
tumbuhnya pembangunan akomodasi seperti hotel, restoran dan lain sebagainya
sehingga dengan demikian hampir seluruh masyarakat Bali bisa merasakan bahwa
sektor Pariwisata itu penting. Tentu pandangan tersebut berbeda dengan
masyarakat di daerah lain yang kurang memiliki daya tarik atau belum
dimanfaatkan dengan baik sektor pariwisatanya. Dalam hal ini saya akan
memberikan contoh misalnya daerah Purwakarta. Purwakarta merupakan nama daerah
di provinsi Jawa Barat yang memiliki letak geografis yang terbilang sangat
strategis karena dihapit antara Jakarta dan Bandung. Dalam hal ini seharusnya
Purwakarta menjadi daerah yang memiliki peranan penting bagi kegiatan
pariwisata di Jawa Barat karena sebelum masyarakat atau warga Jakarta
berkunjung ke Bandung atau setelah berkunjung dari Bandung dan akan kembali
lagi ke Jakarta, Purwakarta bisa menjadi daerah transit untuk membeli oleh-oleh
jajanan khas Purwakarta khususnya dan Jawa Barat pada umumnya seperti misalnya
Peuyeum. Dilihat dari keadaan yang ada tentu seharusnya Purwakarta menjadi
daerah yang bisa diperhitungkan.
Selain
itu Purwakarta juga memiliki keunggulan-keunggulan seperti makanan khas
kulinernya, destinasi wisata unggulan yang berbasis alam seperti curug,
persawahan, waduk jatiluhur, maupun kerajinan keramik yang ada di wilayah
plered. Hal tersebut seharusnya bisa menjadikan daerah Purwakarta sebagai
daerah yang diperhitungkan sektor Pariwisatanya di Jawa Barat selain Bandung,
Bogor, Garut, Tasikmalaya dan lain sebagainya. Lalu apa yang menjadikan daerah
Purwakarta belum gencar dalam hal kegiatan pariwisatanya? Secara keseluruhan
masyarakat Purwakarta menggantungkan hidupnya untuk bekerja di pabrik, boleh
dibilang bahwa daerah Purwakarta memiliki kemiripan karakteristik dengan kota
Manchester di Inggris dimana sektor industri pabrik dengan skala besar menjadi
kegiatan perekonomian terbesarnya. Sehingga hal tersebut yang kemudian
menjadikan sebagian besar masyarakat Purwakarta memilih untu bekerja di pabrik
tanpa tahu bahwa ada sektor lain yang bisa membantu menunjang perekonomian
daerahnya yaitu pariwisata. Untuk daerah Purwakarta sendiri terbagi menjadi 4
sektor wisata potensial yang apabila dimanfaatkan dengan perencanaan yang baik
maka bukan tidak mungkin menjadi salah satu daerah yang diperhitungkan dalam
kegiatan pariwisata di Jawa Barat, yaitu: (1) Wisata Alam, (2) Wisata Budaya
dan Sejarah, (3) Wisata Ziarah, dan (4) Wisata Kuliner. Selain itu, dalam
sumber yang dikutip oleh http://roedi-hartono.blogspot.co.id/2012/08/arah-pengembangan-pariwisata-purwakarta.html
bahwa Masyarakat merupakan elemen dasar kepariwisataan saat ini, karena mereka
juga merupakan bagian dari destinasi yang dikunjungi dan yang ingin dilihat dan
dipelajari oleh wisatawan melalui kebiasaan, adat istiadat serta pengetahuan,
dan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menarik wisatawan untuk
dikunjungi. Sebagai mahasiswa pariwisata kita dituntut untuk bisa berkontribusi
dalam peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
Kegiatan
pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang sangat mementingkan aspek manusia
di dalamnya, manusia bukan hanya sebagai objek semata melainkan merupakan
subjek penggerak bagi terciptanya kegiatan pariwisata itu sendiri. Kegiatan
pariwisata sangat erat kaitannya dengan peran manusia tanpa adanya manusia
kegiatan pariwisata sangat tidak mungkin dan sangat mustahil bisa dilakukan.
Indonesia
sebagai bangsa yang besar dengan beranekaragam suku dan budayanya tentu saja
tidak bisa terlepas begitu saja dari kegiatan pariwisata bahkan mungkin
Indonesia akan menjadikan sektor pariwisata sebagai penggerak utama
perekonomian bangsanya suatu saat nanti disaat hasil bumi yang menjadi
penghasil utama negara saat ini telah habis. Maka dari itu sektor pariwisata
adalah aset berharga bagi bangsa Indonesia untuk bersaing secara global dengan
bangsa lain di dunia terutama dalam aspek ekonomi karena tentunya pariwisata
akan menjadi penghasil devisa bagi Indonesia bahkan bagi negara-negara di dunia
yang menganggap penting sektor pariwisata.
Lalu
apakah yang mungkin harus dipersiapkan untuk membangun sektor pariwisata ?
selain tentunya melakukan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata di
daerah-daerah destinasi wisata ada satu hal penting yang perlu diperhatikan
bahkan nilai yang satu ini memiliki peranan vital bagi berlangsungnya kegiatan
pariwisata, apa itu ? yaitu manusia dan etika, mengapa manusia dan etika ?
karena manusia dan etika adalah satu kesatuan yang tidak mungkin dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, Manusia dan Etika bisa tergambar
dalam suatu pelayanan yang ada di dalam kegiatan pariwisata misalnya
perhotelan, tour guide dan lain sebagainya. Jika pelayanan yang diberikan tidak
memuaskan apalagi terjadi kecurangan-kecurangan di dalamnya maka ada faktor
yang salah di dalam diri manusianya termasuk di dalamnya juga bagaimana etika
dan moralnya, kita tahu bahwa bisnis pariwisata tidak bisa terlepas dari faktor
manusia sebagai penggeraknya jadi apabila manusianya memiliki sikap dan
perilaku yang tidak sesuai dengan etika dan moral maka cerminan pelayanan yang
akan diberikan tidak maksimal dan cenderung akan merugikan pihak yang terkait
di dalam kegiatan pariwisata itu sendiri. Seperti contoh misalnya, terdapat
kecurangan pelayanan pada suatu hotel yang entah itu mengurangi kualitas
pelayanan kamar yang diberikan atau ada hal-hal tertentu yang dikurangi
sehingga tidak memenuhi standar pelayanan kamar maka efek yang ditimbulkan
tentunya akan merugikan bagi pihak yang memesan kamar tersebut, hal inilah yang
kadang menjadi kendala. Pendidikan moral menjadi hal yang perlu diperhatikan
karena hal tersebut sangat erat kaitannya menyangkut dengan suatu pelayanan
yang diberikan nantinya.
Pelayanan
adalah nilai lebih dari kegiatan pariwisata karena kegiatan pariwisata sendiri
identik dengan penjualan jasa, artinya apabila jasa yang diberikan tidak sesuai
dengan nilai-nilai standar pelayanan itu sendiri maka sektor pariwisata di
Indonesia khususnya akan mendapatkan citra buruk baik oleh wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara.
Kegiatan
Pariwisata adalah kegiatan yang memiliki prospek jangka panjang yang sangat
menjanjikan khususnya bagi negara Indonesia bahkan mungkin di beberapa negara
yang kini mulai mengandalkan sektor pariwisata sebagai penghasil devisa
negaranya. Hal itu sesuai berdasarkan laporan World Tourism Organization (WTO),
pada 1970 jumlah wisatawan dunia tercatat sebanyak 172 juta, sepuluh tahun
kemudian yakni tahun 1980 meningkat menjadi 285 juta orang, sementara di tahun
1990 telah mencapai 443 juta orang. WTO juga menyebutkan telah terjadi lonjakan
wisatawan yang sangat tinggi pada milenium baru, tercatat 699 juta penduduk
dunia yang melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia pada tahun 2000, data
tersebut terus melonjak hingga pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.018 juta
orang dengan pengeluaran sebesar US$ 1,5 triliun. Begitupun pada penerimaan
devisa, WTO menyampaikan bahwa pada tahun 1970 baru tercatat US$ 18 miliar,
pada 1980 melonjak hampir 6 kali lipat menjadi US$ 102 miliar, sementara pada
2000 telah mencapai US$ 476 miliar, dan pada tahun 2004 menjadi US$ 623 miliar.
Peningkatan
jumlah devisa tersebut tentunya memiliki arti penting bagi kegiatan pariwisata
terhadap peningkatan perekonomian dunia. Kegiatan pariwisata juga tidak akan
pernah mati kecuali karena peperangan, itupun hanya mati untuk sementara waktu
setelah peperangan itu berakhir maka kegiatan pariwisata akan berjalan kembali
seperti biasa. Menurut Drs. AJ. Muljadi, MM dalam bukunya Kepariwisataan dan
Perjalanan (2009: 21), Pada kawasan Asia Pasifik sendiri terdapat empat
subkawasan pariwisata, yaitu Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, Oseania, dan Asia
Selatan. Pada 2004 keseluruhan kawasan ini rata-rata mengalami pertumbuhan
diatas 12% dengan kawasan Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan tertinggi,
yaitu lebih dari 30% diikuti Asia Timur Jauh (29,6%), Asia Selatan (16,7%), dan
Oseania (12,5%). Selain itu, menurut sumber yang sama, Indonesia sendiri
tercatat mengalami peningkatan kunjungan wisatawan khususnya wisatawan
mancanegara dengan catatan pendapatan devisa pada 1990 mencapai US$ 2,105
miliar dan tetap meningkat menjadi US$ 5,228 miliar pada tahun 1995. Pada tahun
2000 angka penerimaan devisa dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara telah
mengalami peningkatan yang cukup berarti di tengah gejolak krisis menjadi US$
5,749 miliar, sedangkan penerimaan devisa tahun 2001 sebesar US$ 5,396 miliar
dan tahun 2002 sebesar US$ 4,306 miliar, serta tahun 2007 sebesar US$ 5,346
miliar. Sedangkan perolehan devisa pada 2008 sebesar US$ 7,378 miliar hingga
tahun 2010 mencapai pendapatan sebesar US$ 7,604 miliar. Maka dari itu perlu
adanya perhatian khusus bagi para penggiat di sektor pariwisata khususnya bagi
mahasiswa di bidang pariwisata untuk merubah perilaku dan menjadikan
pembelajaran etika dan moral sebagai bagian dasar untuk memulainya sehingga
pada akhirnya sektor pariwisata di Indonesia bisa bangkit secara maksimal dalam
pelayanannya bahkan mampu bersaing nantinya dengan negara-negara lain dalam
bidang pariwisata sehingga peningkatan kunjungan wisatawan, baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan domestik di Indonesia bisa terus terjadi, tentunya
dengan diimbangi pelayanan yang maksimal dari sumber daya manusianya.
Kesimpulannya adalah Sektor Pariwisata Indonesia memiliki potensi yang
sangat luar biasa besar apabila dalam pengelolaannya sesuai dan tepat sasaran,
terutama dalam hal sumber daya manusianya, maka disinilah peran kita sebagai
mahasiswa berperan penting untuk masa depan Kepariwisataan Indonesia khususnya
untuk mahasiswa program studi D3 Usaha Jasa Pariwisata yang dimana setelah
lulus nantinya kami sebagai mahasiswa pariwisata yang lebih mendalami ilmu
dibidang jasa harus bisa mempraktekan secara langsung setelah terjun ke
masyarakat dan terjun secara langsung dalam kegiatan Kepariwisataan Indonesia.
Disinilah fungsi, tujuan serta kontribusi yang diberikan oleh program studi D3
Usaha Jasa Pariwisata dalam membangun Kepariwisataan Indonesia. Peran mahasiswa
sebagai role model bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih
profesional dan terlatih sesuai dengan standar yang berlaku. Mahasiswa bukan
hanya sebagai seseorang yang hanya menuntut ilmu saja melainkan diharapkan
mampu memberikan perubahan secara nyata nantinya ketika sudah terjun langsung
di dalam masyarakat, sesuai dengan tujuan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi
yaitu pembelajaran, penelitian dan pengabdian diri terhadap masyarakat. Dari
mahasiswa kita mampu bersama-sama membangun sektor ini kearah yang lebih baik.
Fungsi mahasiswa adalah untuk berkontribusi secara nyata kepada masyarakat dan
secara tidak langsung membantu pemerintah dalam membangun sektor pariwisata
bersama-sama, seorang mahasiswa dituntut untuk memberikan perubahan secara
nyata nantinya, membantu membimbing dan membina masyarakat awam kepada kebaikan
dalam hal ini ikut berkontribusi untuk negara sesuai dengan bidang yang ia
pelajari selama kuliah.
Seorang
mahasiswa memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang biasa yang tidak
kuliah atau dalam artian tidak bisa mengenyam pendidikan dengan baik, maka
disini nantinya peran seorang mahasiswa sebagai agents of change. Mahasiswa lulusan pariwisata dituntut untuk
memiliki konsep yang bisa diterapkan secara nyata pada kegiatan pariwisata
nantinya. Dalam hal ini contonya misalnya saya sendiri sebagai seorang
mahasiswa asal daerah Purwakarta beranggapan bahwa daerah Purwakarta merupakan
aset paling berharga saya untuk masa depan, kenapa? Karena peluang untuk
mengembangkan sektor pariwisata di daerah masih jauh lebih besar dibandingkan
dengan di kota-kota besar, terutama daerah Purwakarta. Saya lahir dan dibesarkan
di Purwakarta, saya sudah tahu betul dan memahami seperti apa daerah tempat
saya tinggal, banyak potensi-potensi yang bisa dikembangkan untuk tujuan
destinasi wisata, mungkin sekitar 5-10 tahun yang lalu daerah Purwakarta
merupakan daerah yang sepi dan jauh dari kemacetan bahkan pengembangan terhadap
sektor pariwisata hanya berjalan dengan sendirinya tanpa adanya pengelolaan
yang baik, tapi sekarang seiring dengan masuknya arus globalisasi yang sangat
cepat menjadikan daerah Purwakarta dituntut untuk bisa ambil bagian dalam dunia
modern saat ini terutama dalam sektor Pariwisata itu sendiri. Semakin modern
dunia maka semakin mengalami peningkatan ekonomi ke arah yang lebih baik, maka
dampaknya saat ini manusia mampu dengan mudah untuk bepergian ke tempat-tempat
dan daerah-daerah lain diluar tempat dia tinggal, tujuannya hanya untuk
rekreasi dan jalan-jalan, mengenal keunikan dan budaya di daerah lain,
mempelajari hal-hal baru di luar daerahnya, hal-hal tersebut kemudian saat ini
sudah mulai menjadi trend di kalangan masyarakat. Baik muda maupun tua semua
membutuhkan kegiatan jalan-jalan dan rekreasi keluar dari daerah atau tempat
dia tinggal untuk tujuan menikmati suasana baru dan hal-hal baru. Maka, dengan
adanya konsep sebagai seorang mahasiswa terutama saya sendiri, harus mampu
mengimplementasikan ilmu yang sudah didapatkan selama kuliah untuk kemajuan
lingkungan di sekitar kita menjadi orang yang bisa berkontribusi secara nyata.
Mungkin disitulah peran lembaga pendidikan dalam hal ini Universitas Negeri
Jakarta membantu Indonesia untuk menyiapkan generasi-generasi penerus bangsa
yang profesional dan kompeten dibidangnya. Lembaga pendidikan merupakan ujung
tombak untuk mempersiapkan generasi mudanya karena kemajuan suatu bangsa
ditentukan oleh seberapa maju peran dari generasi penerusnya. Konsep-konsep
baru yang dimiliki oleh generasi muda penerus bangsa sangat berguna dan
berharga tidak terkecuali untuk generasi penerus di sektor pariwisata. Kita
yang saat ini sedang sama-sama masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah
bukan tidak mungkin 5-10 tahun kedepan akan menjadi bagian dari penggerak
kemajuan bangsa ini terutama dalam sektor pariwisata khususnya.
Muhamad Adi Nugraha
D3 Usaha Jasa Pariwisata 2014_Kelas B
4423143966
m_adi.nugerah@yahoo.co.id
D3 Usaha Jasa Pariwisata 2014_Kelas B
4423143966
m_adi.nugerah@yahoo.co.id
Sumber Referensi:
Muljadi, AJ & Andri Warman, H. 2009.
Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bartono, Novianto & Jubilee Enterprise. 2005.
Today's Business Ethics, Langkah-langkah Strategis Menerapkan Etika dalam
Bisnis dan Pariwisata. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
http://roedi-hartono.blogspot.co.id/2012/08/arah-pengembangan-pariwisata-purwakarta.html
http://www.academia.edu
No comments:
Post a Comment