Monday, January 4, 2016

T2_Muhamad Adi Nugraha_Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia

Mahasiswa Pariwisata Sebagai Role Model Bagi Kemajuan Sumber Daya Manusia di Bidang Kepariwisataan Indonesia

     Masalah pariwisata di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan dimana dengan mengikuti berkembangnya teknologi yang semakin pesat dapat menyebabkan faktor menurunnya kepedulian dalam pengembangan objek wisata. Penyebab faktor tersebut adalah dengan tidak terlaksananya 7 (tujuh) Sapta Pesona yaitu: aman, tertib, bersih, indah, sejuk, ramah-tamah, dan kenangan. Dalam membudidayakan sifat ketujuh sapta pesona tersebut kadang kala membuat para pengunjung wisata (tourism) kurang nyaman, dalam hal ini disebabkan karena kekuranghati-hatian. Permasalahan semacam inilah yang mengakibatkan berkurang/ menurunnya pengunjung wisata di Indonesia. (sumber: http://www.academia.edu)
     Menurut sumber tersebut mengatakan bahwa menurunnya para pengunjung wisata di Indonesia dikarenakan kurangnya mobilitas dan kualitas fasilitas yang lengkap. Ditambah lagi dengan kurangnya akses komunikasi yang baik. Dalam hal ini, dibutuhkan orang-orang yang sangat profesional dalam bidangnya masing-masing, mulai dari perjalanan asal pengunjung, bidang transportasi yang cukup memadai dan memiliki ketepatan waktu sesuai yang telah diatur, dan penginapan yang cukup bagus dengan fasilitas yang sangat lengkap sehingga pengunjung-pun merasa nyaman.
     Tujuh Sapta Pesona dalam bidang Pariwisata merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena hal tersebut bisa menjadi dampak penunjang yang sangat baik dan mengarah pada pertumbuhan positif bagi sektor pariwisata itu sendiri. Sebagai seorang mahasiswa di bidang Pariwisata tentunya hal-hal yang menyangkut dengan nilai-nilai yang sudah terkandung di dalam sapta pesona harus diterapkan dalam kesehariannya seperti bersikap ramah, senyum, salam dan sapa. Karena bagaimanapun nantinya kita sebagai mahasiswa di bidang pariwisata akan secara langsung turun ke masyarakat untuk menjalankan dengan baik secara nyata nilai-nilai yang terkandung di dalam sapta pesona dalam membangun Kepariwisataan Indonesia yang sudah menjadi nilai sentral dalam tema kampanye Pariwisata Indonesia. Namun, dalam hal implementasinya masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki agar kepariwisataan Indonesia benar-benar memiliki keunggulan bersaing dengan negara-negara lain diluar sana.
     Sejauh ini upaya pemerintah dalam membangun sektor pariwisata masih belum dikatakan maksimal padahal secara sumber daya alam yang Indonesia miliki harusnya bisa menjadikan negara ini memiliki peranan dan andil yang sangat besar bagi kegiatan pariwisata dunia. Dengan sumber daya alam yang Indonesia miliki belum bisa diimbangi dengan sumber daya manusianya yang mumpuni. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan pariwisata belum sesuai dengan yang diharapkan, hanya sebagian kecil masyarakat di beberapa daerah tertentu yang memang sudah terlebih dahulu ikut andil dalam kegiatan pariwisata di Indonesia seperti misalnya Bali. Masyarakat Bali saat ini sebagain besar menggantungkan hidupnya terhadap sektor pariwisata, banyaknya turis asing yang datang setiap tahunnya ke Bali menjadikan kegiatan wisata sebagai peluang untuk meraup keuntungan dengan menjual berbagai macam souvenir dan kerajinan, rutin mengadakan acara-acara adat yang dipertontonkan secara komersil, mulai tumbuhnya pembangunan akomodasi seperti hotel, restoran dan lain sebagainya sehingga dengan demikian hampir seluruh masyarakat Bali bisa merasakan bahwa sektor Pariwisata itu penting. Tentu pandangan tersebut berbeda dengan masyarakat di daerah lain yang kurang memiliki daya tarik atau belum dimanfaatkan dengan baik sektor pariwisatanya. Dalam hal ini saya akan memberikan contoh misalnya daerah Purwakarta. Purwakarta merupakan nama daerah di provinsi Jawa Barat yang memiliki letak geografis yang terbilang sangat strategis karena dihapit antara Jakarta dan Bandung. Dalam hal ini seharusnya Purwakarta menjadi daerah yang memiliki peranan penting bagi kegiatan pariwisata di Jawa Barat karena sebelum masyarakat atau warga Jakarta berkunjung ke Bandung atau setelah berkunjung dari Bandung dan akan kembali lagi ke Jakarta, Purwakarta bisa menjadi daerah transit untuk membeli oleh-oleh jajanan khas Purwakarta khususnya dan Jawa Barat pada umumnya seperti misalnya Peuyeum. Dilihat dari keadaan yang ada tentu seharusnya Purwakarta menjadi daerah yang bisa diperhitungkan.
     Selain itu Purwakarta juga memiliki keunggulan-keunggulan seperti makanan khas kulinernya, destinasi wisata unggulan yang berbasis alam seperti curug, persawahan, waduk jatiluhur, maupun kerajinan keramik yang ada di wilayah plered. Hal tersebut seharusnya bisa menjadikan daerah Purwakarta sebagai daerah yang diperhitungkan sektor Pariwisatanya di Jawa Barat selain Bandung, Bogor, Garut, Tasikmalaya dan lain sebagainya. Lalu apa yang menjadikan daerah Purwakarta belum gencar dalam hal kegiatan pariwisatanya? Secara keseluruhan masyarakat Purwakarta menggantungkan hidupnya untuk bekerja di pabrik, boleh dibilang bahwa daerah Purwakarta memiliki kemiripan karakteristik dengan kota Manchester di Inggris dimana sektor industri pabrik dengan skala besar menjadi kegiatan perekonomian terbesarnya. Sehingga hal tersebut yang kemudian menjadikan sebagian besar masyarakat Purwakarta memilih untu bekerja di pabrik tanpa tahu bahwa ada sektor lain yang bisa membantu menunjang perekonomian daerahnya yaitu pariwisata. Untuk daerah Purwakarta sendiri terbagi menjadi 4 sektor wisata potensial yang apabila dimanfaatkan dengan perencanaan yang baik maka bukan tidak mungkin menjadi salah satu daerah yang diperhitungkan dalam kegiatan pariwisata di Jawa Barat, yaitu: (1) Wisata Alam, (2) Wisata Budaya dan Sejarah, (3) Wisata Ziarah, dan (4) Wisata Kuliner. Selain itu, dalam sumber yang dikutip oleh http://roedi-hartono.blogspot.co.id/2012/08/arah-pengembangan-pariwisata-purwakarta.html bahwa Masyarakat merupakan elemen dasar kepariwisataan saat ini, karena mereka juga merupakan bagian dari destinasi yang dikunjungi dan yang ingin dilihat dan dipelajari oleh wisatawan melalui kebiasaan, adat istiadat serta pengetahuan, dan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menarik wisatawan untuk dikunjungi. Sebagai mahasiswa pariwisata kita dituntut untuk bisa berkontribusi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
     Kegiatan pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang sangat mementingkan aspek manusia di dalamnya, manusia bukan hanya sebagai objek semata melainkan merupakan subjek penggerak bagi terciptanya kegiatan pariwisata itu sendiri. Kegiatan pariwisata sangat erat kaitannya dengan peran manusia tanpa adanya manusia kegiatan pariwisata sangat tidak mungkin dan sangat mustahil bisa dilakukan.
     Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan beranekaragam suku dan budayanya tentu saja tidak bisa terlepas begitu saja dari kegiatan pariwisata bahkan mungkin Indonesia akan menjadikan sektor pariwisata sebagai penggerak utama perekonomian bangsanya suatu saat nanti disaat hasil bumi yang menjadi penghasil utama negara saat ini telah habis. Maka dari itu sektor pariwisata adalah aset berharga bagi bangsa Indonesia untuk bersaing secara global dengan bangsa lain di dunia terutama dalam aspek ekonomi karena tentunya pariwisata akan menjadi penghasil devisa bagi Indonesia bahkan bagi negara-negara di dunia yang menganggap penting sektor pariwisata.
     Lalu apakah yang mungkin harus dipersiapkan untuk membangun sektor pariwisata ? selain tentunya melakukan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata di daerah-daerah destinasi wisata ada satu hal penting yang perlu diperhatikan bahkan nilai yang satu ini memiliki peranan vital bagi berlangsungnya kegiatan pariwisata, apa itu ? yaitu manusia dan etika, mengapa manusia dan etika ? karena manusia dan etika adalah satu kesatuan yang tidak mungkin dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, Manusia dan Etika bisa tergambar dalam suatu pelayanan yang ada di dalam kegiatan pariwisata misalnya perhotelan, tour guide dan lain sebagainya. Jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan apalagi terjadi kecurangan-kecurangan di dalamnya maka ada faktor yang salah di dalam diri manusianya termasuk di dalamnya juga bagaimana etika dan moralnya, kita tahu bahwa bisnis pariwisata tidak bisa terlepas dari faktor manusia sebagai penggeraknya jadi apabila manusianya memiliki sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan etika dan moral maka cerminan pelayanan yang akan diberikan tidak maksimal dan cenderung akan merugikan pihak yang terkait di dalam kegiatan pariwisata itu sendiri. Seperti contoh misalnya, terdapat kecurangan pelayanan pada suatu hotel yang entah itu mengurangi kualitas pelayanan kamar yang diberikan atau ada hal-hal tertentu yang dikurangi sehingga tidak memenuhi standar pelayanan kamar maka efek yang ditimbulkan tentunya akan merugikan bagi pihak yang memesan kamar tersebut, hal inilah yang kadang menjadi kendala. Pendidikan moral menjadi hal yang perlu diperhatikan karena hal tersebut sangat erat kaitannya menyangkut dengan suatu pelayanan yang diberikan nantinya.
     Pelayanan adalah nilai lebih dari kegiatan pariwisata karena kegiatan pariwisata sendiri identik dengan penjualan jasa, artinya apabila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan nilai-nilai standar pelayanan itu sendiri maka sektor pariwisata di Indonesia khususnya akan mendapatkan citra buruk baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
     Kegiatan Pariwisata adalah kegiatan yang memiliki prospek jangka panjang yang sangat menjanjikan khususnya bagi negara Indonesia bahkan mungkin di beberapa negara yang kini mulai mengandalkan sektor pariwisata sebagai penghasil devisa negaranya. Hal itu sesuai berdasarkan laporan World Tourism Organization (WTO), pada 1970 jumlah wisatawan dunia tercatat sebanyak 172 juta, sepuluh tahun kemudian yakni tahun 1980 meningkat menjadi 285 juta orang, sementara di tahun 1990 telah mencapai 443 juta orang. WTO juga menyebutkan telah terjadi lonjakan wisatawan yang sangat tinggi pada milenium baru, tercatat 699 juta penduduk dunia yang melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia pada tahun 2000, data tersebut terus melonjak hingga pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.018 juta orang dengan pengeluaran sebesar US$ 1,5 triliun. Begitupun pada penerimaan devisa, WTO menyampaikan bahwa pada tahun 1970 baru tercatat US$ 18 miliar, pada 1980 melonjak hampir 6 kali lipat menjadi US$ 102 miliar, sementara pada 2000 telah mencapai US$ 476 miliar, dan pada tahun 2004 menjadi US$ 623 miliar.
     Peningkatan jumlah devisa tersebut tentunya memiliki arti penting bagi kegiatan pariwisata terhadap peningkatan perekonomian dunia. Kegiatan pariwisata juga tidak akan pernah mati kecuali karena peperangan, itupun hanya mati untuk sementara waktu setelah peperangan itu berakhir maka kegiatan pariwisata akan berjalan kembali seperti biasa. Menurut Drs. AJ. Muljadi, MM dalam bukunya Kepariwisataan dan Perjalanan (2009: 21), Pada kawasan Asia Pasifik sendiri terdapat empat subkawasan pariwisata, yaitu Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, Oseania, dan Asia Selatan. Pada 2004 keseluruhan kawasan ini rata-rata mengalami pertumbuhan diatas 12% dengan kawasan Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu lebih dari 30% diikuti Asia Timur Jauh (29,6%), Asia Selatan (16,7%), dan Oseania (12,5%). Selain itu, menurut sumber yang sama, Indonesia sendiri tercatat mengalami peningkatan kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara dengan catatan pendapatan devisa pada 1990 mencapai US$ 2,105 miliar dan tetap meningkat menjadi US$ 5,228 miliar pada tahun 1995. Pada tahun 2000 angka penerimaan devisa dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara telah mengalami peningkatan yang cukup berarti di tengah gejolak krisis menjadi US$ 5,749 miliar, sedangkan penerimaan devisa tahun 2001 sebesar US$ 5,396 miliar dan tahun 2002 sebesar US$ 4,306 miliar, serta tahun 2007 sebesar US$ 5,346 miliar. Sedangkan perolehan devisa pada 2008 sebesar US$ 7,378 miliar hingga tahun 2010 mencapai pendapatan sebesar US$ 7,604 miliar. Maka dari itu perlu adanya perhatian khusus bagi para penggiat di sektor pariwisata khususnya bagi mahasiswa di bidang pariwisata untuk merubah perilaku dan menjadikan pembelajaran etika dan moral sebagai bagian dasar untuk memulainya sehingga pada akhirnya sektor pariwisata di Indonesia bisa bangkit secara maksimal dalam pelayanannya bahkan mampu bersaing nantinya dengan negara-negara lain dalam bidang pariwisata sehingga peningkatan kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik di Indonesia bisa terus terjadi, tentunya dengan diimbangi pelayanan yang maksimal dari sumber daya manusianya.
     Kesimpulannya adalah Sektor Pariwisata Indonesia memiliki potensi yang sangat luar biasa besar apabila dalam pengelolaannya sesuai dan tepat sasaran, terutama dalam hal sumber daya manusianya, maka disinilah peran kita sebagai mahasiswa berperan penting untuk masa depan Kepariwisataan Indonesia khususnya untuk mahasiswa program studi D3 Usaha Jasa Pariwisata yang dimana setelah lulus nantinya kami sebagai mahasiswa pariwisata yang lebih mendalami ilmu dibidang jasa harus bisa mempraktekan secara langsung setelah terjun ke masyarakat dan terjun secara langsung dalam kegiatan Kepariwisataan Indonesia. Disinilah fungsi, tujuan serta kontribusi yang diberikan oleh program studi D3 Usaha Jasa Pariwisata dalam membangun Kepariwisataan Indonesia. Peran mahasiswa sebagai role model bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih profesional dan terlatih sesuai dengan standar yang berlaku. Mahasiswa bukan hanya sebagai seseorang yang hanya menuntut ilmu saja melainkan diharapkan mampu memberikan perubahan secara nyata nantinya ketika sudah terjun langsung di dalam masyarakat, sesuai dengan tujuan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pembelajaran, penelitian dan pengabdian diri terhadap masyarakat. Dari mahasiswa kita mampu bersama-sama membangun sektor ini kearah yang lebih baik. Fungsi mahasiswa adalah untuk berkontribusi secara nyata kepada masyarakat dan secara tidak langsung membantu pemerintah dalam membangun sektor pariwisata bersama-sama, seorang mahasiswa dituntut untuk memberikan perubahan secara nyata nantinya, membantu membimbing dan membina masyarakat awam kepada kebaikan dalam hal ini ikut berkontribusi untuk negara sesuai dengan bidang yang ia pelajari selama kuliah.
     Seorang mahasiswa memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang biasa yang tidak kuliah atau dalam artian tidak bisa mengenyam pendidikan dengan baik, maka disini nantinya peran seorang mahasiswa sebagai agents of change. Mahasiswa lulusan pariwisata dituntut untuk memiliki konsep yang bisa diterapkan secara nyata pada kegiatan pariwisata nantinya. Dalam hal ini contonya misalnya saya sendiri sebagai seorang mahasiswa asal daerah Purwakarta beranggapan bahwa daerah Purwakarta merupakan aset paling berharga saya untuk masa depan, kenapa? Karena peluang untuk mengembangkan sektor pariwisata di daerah masih jauh lebih besar dibandingkan dengan di kota-kota besar, terutama daerah Purwakarta. Saya lahir dan dibesarkan di Purwakarta, saya sudah tahu betul dan memahami seperti apa daerah tempat saya tinggal, banyak potensi-potensi yang bisa dikembangkan untuk tujuan destinasi wisata, mungkin sekitar 5-10 tahun yang lalu daerah Purwakarta merupakan daerah yang sepi dan jauh dari kemacetan bahkan pengembangan terhadap sektor pariwisata hanya berjalan dengan sendirinya tanpa adanya pengelolaan yang baik, tapi sekarang seiring dengan masuknya arus globalisasi yang sangat cepat menjadikan daerah Purwakarta dituntut untuk bisa ambil bagian dalam dunia modern saat ini terutama dalam sektor Pariwisata itu sendiri. Semakin modern dunia maka semakin mengalami peningkatan ekonomi ke arah yang lebih baik, maka dampaknya saat ini manusia mampu dengan mudah untuk bepergian ke tempat-tempat dan daerah-daerah lain diluar tempat dia tinggal, tujuannya hanya untuk rekreasi dan jalan-jalan, mengenal keunikan dan budaya di daerah lain, mempelajari hal-hal baru di luar daerahnya, hal-hal tersebut kemudian saat ini sudah mulai menjadi trend di kalangan masyarakat. Baik muda maupun tua semua membutuhkan kegiatan jalan-jalan dan rekreasi keluar dari daerah atau tempat dia tinggal untuk tujuan menikmati suasana baru dan hal-hal baru. Maka, dengan adanya konsep sebagai seorang mahasiswa terutama saya sendiri, harus mampu mengimplementasikan ilmu yang sudah didapatkan selama kuliah untuk kemajuan lingkungan di sekitar kita menjadi orang yang bisa berkontribusi secara nyata. Mungkin disitulah peran lembaga pendidikan dalam hal ini Universitas Negeri Jakarta membantu Indonesia untuk menyiapkan generasi-generasi penerus bangsa yang profesional dan kompeten dibidangnya. Lembaga pendidikan merupakan ujung tombak untuk mempersiapkan generasi mudanya karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa maju peran dari generasi penerusnya. Konsep-konsep baru yang dimiliki oleh generasi muda penerus bangsa sangat berguna dan berharga tidak terkecuali untuk generasi penerus di sektor pariwisata. Kita yang saat ini sedang sama-sama masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah bukan tidak mungkin 5-10 tahun kedepan akan menjadi bagian dari penggerak kemajuan bangsa ini terutama dalam sektor pariwisata khususnya.

Muhamad Adi Nugraha
D3 Usaha Jasa Pariwisata 2014_Kelas B
4423143966

m_adi.nugerah@yahoo.co.id


Sumber Referensi:
Muljadi, AJ & Andri Warman, H. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bartono, Novianto & Jubilee Enterprise. 2005. Today's Business Ethics, Langkah-langkah Strategis Menerapkan Etika dalam Bisnis dan Pariwisata. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
http://roedi-hartono.blogspot.co.id/2012/08/arah-pengembangan-pariwisata-purwakarta.html
http://www.academia.edu

No comments:

Post a Comment