Saturday, January 2, 2016

T5_SelviaRizalni_Observasi Suku Baduy

LADANG: URAT NADI KEHIDUPAN SUKU BADUY


            Suku Baduy atau Urang Kanekes adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Memiliki populasi sekitar 5.000 hingga 8.000 orang saat ini. Mereka sehari-harinya memakai bahasa dialek Baduy dari Sunda. Sebagian besar agama mereka adalah Sunda Wiwitan. Nama Baduy itu sendiri berasal dari Gunung Baduy yang berada di tempat mereka tinggal. Secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT, memiliki topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata 45%. Mereka berpemukiman tepat di kaki pegunungan Kendeng. Dari Rangkasbitung menuju suku Baduy sekitar 40km. Di suku Baduy Dalam terdapat 3 kampung yaitu Cikeusik, Cikertawarna, dan Cibeo, masing jarak antar kampung sekitar 24 km.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes
Suku Baduy terbagi menjadi dua yaitu suku Baduy Luar suku Baduy Dalam. Dari Ciboleger (tempat mula awal untuk menuju suku Baduy Luar) ke suku Baduy Luar sekitar 1 setengah jam dan dari suku Baduy Luar ke suku Baduy Dalam sekitar 3 setengah jam, perjalanan melewati bukit, turunan, jembatan yang terbuat dari bambu, dan melewati sungai. Suku Baduy sendiri sangat menjaga adat istiadat mereka mulai dari mereka berkehidupan tanpa listrik dirumah mereka, kegiatan mencuci, mandi, memasak, mereka memanfaatkan aliran sungai yang dekat dengan pemukiman mereka dan air di aliran sungai tersebut sangat jernih dan masih segar. Mereka memiliki rumah yang masing-masing berbentuk sama, menurut orang suku Baduy sendiri kenapa rumah mereka berbentuk sama itu berarti mereka tidak membanding-bandingkan kaya atau miskin, bagi mereka tetap hidup rukun dan saling menjaga tali persaudaraan serta gotong royong, untuk rumah suku Baduy Luar memiliki lebih dari 1 pintu dan untuk suku Baduy Dalam hanya memiliki satu pintu saja yakni pintu utama, rumah mereka berbentuk seperti rumah panggung dan dibawah rumah difungsikan untuk membuang kotoran rumah mereka karena jika Anda berada di dalam rumah suku Baduy dibawah lantainya seperti ada lubang-lubang kecil untuk membuang kotoran dalam rumah yang langsung ke bawah rumah jadi mereka tidak menggunakan sapu untuk membersihkan rumah mereka. Di suku Baduy Luar kita diperbolehkan menggunakan handphone atau alat elektronik lainnya tetapi di suku Baduy Dalam dilarang untuk menggunakan alat-alat elektronik tersebut. Di suku Baduy Luar masih diperbolehkan wisatawan mancanegara untuk datang ke kampung mereka tetapi di suku Baduy Dalam dilarang wisatawan mancanegara untuk datang ke kampung mereka dikarenakan terdapat peraturan tidak tertulis untuk wisatawan mancanegara yang ingin datang ke suku Baduy Dalam. Jika melanggar adat istiadat suku Baduy itu sendiri akan mendapat musibah. Mereka tidak diperkenankan menggunakan alas kaki, karena saat saya kesana yang saya lihat mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidak menggunakan alas kaki.

Suku Baduy juga memiliki teras rumah yang difungsikan untuk bercengkrama dengan tetangga maupun dengan sanak keluarga. Mereka juga mengolah gula aren yang nantinya akan dijual ke kota. Untuk memasak mereka menggunakan tungku dan kayu bakar. Urang Kanekes, mereka memiliki ternak ayam dan sewaktu pengalaman pergi kesana saya melihat seorang salah satu dari suku Baduy membawa ayam yang sangat besar ditaruh didalam karung lalu dilubangi untuk kepala dan kedua kaki ayam tersebut, konon untuk persembahan yang nantinya dilakukan saat upacara maulid dilakukan.
Mata pencaharian suku Baduy itu sendiri yakni berladang padi huma adalah padi yang ditanam di ladang atau kebun atau juga disebut padi gogo, juga dikarenakan mereka yang tinggal di kaki pegunungan sehingga tidak ada lahan untuk menanam padi sawah. Saat saya berkunjung ke destinasi wisata suku Baduy, disekeliling jalan setapak menuju suku Baduy Dalam banyak terlihat padi huma dan menurut mereka untuk bahan pangan seperti beras mereka menaruhnya di lumbung padi atau Leuit dan bahan pangan beras ini mereka tidak jual ke masyarakat kota karena merupakan bahan makanan penting bagi mereka dan untuk penghasilan tambahan mereka menjual hasil buah-buahan yang mereka ambil di hutan seperti durian, asam keranji, dan madu hutan.
Hasil panen padi huma mereka taruh di lumbung padi dan dari yang saya amati banyak sekali
Lumbung padi yang berbaris rapi didekat perkampungan mereka.


Suku Baduy berladang padi huma.  Sumber: http://setkab.go.id/andalkan-padi-gogo-masyarakat-baduy-terbebas-krisis-pangan/



Mereka juga menjual souvenirs untuk para wisatawan seperti gantungan kunci yang dibuat dari bambu, tas, dll. Saat saya berkunjung ke destinasi wisata suku Baduy di setiap rumah terdapat durian yang sudah panen dan ditaruh di rumah mereka masing-masing yang nantinya akan mereka jual ke para wisatawan yang sedang berkunjung ke suku Baduy dan saat saya pergi kesana untuk 1 durian harganya Rp 20.000 saja, cukup murah dan Anda boleh mencobanya sebelum membayar jika tidak manis, durian tersebut tidak perlu Anda bayar. Mereka memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
            Suku Baduy mereka berladang padi huma sebagai urat nadi kehidupan karena menghasilkan beras untuk makan mereka sehari-hari. Mereka berkehidupan sangat bergantung pada alam dan terhindar dari kehidupan dari luar suku Baduy dan mereka berkehidupan saling gotong royong, hidup rukun, dan menjaga silaturahmi. Saat saya mengamati tempat tinggal suku Baduy sendiri tidak jauh dari perkampungan pasti ada sumber mata air mereka yakni sungai yang mengalir bersih dan segar, Anda bersempatlah mandi atau sekedar cuci muka di aliran sungai yang bersih dan segar tersebut dijamin Anda akan merasa lebih tenang dan relaks, airnya pun dapat Anda minum karena masih jernih sekali, jika Anda ingin berendam di sungai Anda perlu berhati-hati karena sungai ini memiliki arus yang kuat dan cukup dalam airnya sekitar kurang lebih 5 meter, Anda cukup bermain dipinggir sungai saja.   


Berikut adalah dokumentasi saya obervasi tentang suku Baduy dengan teman-teman.

Selvia Rizalni
Usaha Jasa Pariwisata 2014 Kelas B
4423143978

Selvia.rizalni2296@gmail.com

3 comments:

  1. Penasaran sama cerita nya...
    Jadi pengen main kesana..

    ReplyDelete
  2. Penasaran sama cerita nya...
    Jadi pengen main kesana..

    ReplyDelete