Saturday, January 2, 2016

T3_SelviaRizalni_CandiCangkuang

WISATA SEJARAH DAN BUDAYA CANDI CANGKUANG

           
Assalamualaikum Wr.Wb
            Perkenalkan nama saya Selvia Rizalni, saya adalah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, jurusan Usaha Jasa Pariwisata. Kali ini, saya akan membahas tentang wisata sejarah dan budaya yakni Candi Cangkuang yang berlokasi di Garut, Jawa Barat. Pada saat kegiatan Observasi Daerah Tujuan Wisata tanggal 9-11 November 2015, saya dan teman-teman pergi ke salah satu objek wisata sejarah dan budaya ini.
            Indonesia memiliki banyak aneka ragam budaya, adat istiadat, dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu kala, ini karena nenek moyang yang telah menurunkan kebudayaan dan adat istiadat tersebut ke anak-anaknya dan sampai saat ini kita masih menjumpai peninggalan nenek moyang kita seperti kegiatan adat istiadat disetiap daerah serta peninggalan yang bernilai sejarah. Dengan beragam budaya Indonesia, orang-orang dari dalam maupun dari luar negeri tertarik untuk belajar, mengetahui, dan melihat langsung kebudayaan tersebut. Dan ini menjadikan pariwisata Indonesia beragam bentuknya seperti wisata budaya, wisata pendidikan, wisata sejarah, dll.
            Wisatawan saat mereka hendak berlibur tentunya mereka sebelumnya memilih destinasi apa yang cocok dengan kebutuhan mereka apakah itu wisata budaya, wisata edukasi, wisata alam, atau yang lainnya dan di Indonesia-lah banyak destinasi wisata yang beragam dan Anda tidak harus perlu ke luar negeri karena di Indonesia banyak sekali destinasi wisata yang jika Anda berkunjung ke salah satunya, Anda tidak akan menyesal.
            Pemerintah juga saat ini mendukung bidang pariwisata untuk memperlihatkan kebudayaan Indonesia kepada wisatawan domestik maupun internasional, tidak hanya kebudayaan saja, wisata alam yang ditawarkan oleh Indonesia kita ini sangat berlimpah mulai dari sabang sampai merauke. Bahkan banyak wisatawan mancanegara rela jauh-jauh ke Indonesia hanya sekedar berlibur dan menikmati indahnya wisata alam Indonesia kita ini. Bahkan sudah banyak akomodasi yang mendukung untuk mengembangkan destinasi wisata di Indonesia seperti restoran, akses jalan menuju kesana, dan penginapan serta fasilitas pendukung lainnya.
            Wisata sejarah dan kebudayaan banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia seperti Candi Cangkuang, Garut, Jawa Barat. Walaupun, destinasi wisata ini belum banyak orang yang tahu tetapi saat Anda mengunjungi candi ini Anda akan terpukau saat melihat langsung karena banyak nilai sejarah dan peristiwa unik yang dimana Anda tidak akan menyesal untuk datang ke Candi Cangkuang ini. Saya akan membahas tentang wisata sejarah dan kebudayaan yaitu Candi Cangkuang yang berlokasi di kota pusatnya dodol yakni Garut, Jawa Barat, berikut ulasannya.

*      PEMBAHASAN
            Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang terdapat di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut,Jawa Barat. Candi inilah juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Candi ini terletak bersebelahan dengan makam Embah Dalem Arief Muhammad, sebuah makam kuno pemuka agama Islam yang dipercaya sebagai leluhur penduduk Desa Cangkuang.


Candi Cangkuang. Sumber: https://picture.triptrus.com/image/2015/03/813-jawa-barat-candi-cangkuang-ie.jpg



          Lokasi
            Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi dan Gunung Guntur. Nama Candi Cangkuang diambil dari nama desa tempat candi ini berada. Kata 'Cangkuang' sendiri adalah nama tanaman sejenis pandan (pandanus furcatus), yang banyak terdapat di sekitar makam, Embah Dalem Arief Muhammad, leluhur Kampung Pulo. Daun cangkuang dapat dimanfaatkan untuk membuat tudung, tikar atau pembungkus. Cagar budaya Cangkuang terletak di sebuah daratan di tengah danau kecil (dalam bahasa Sunda disebut situ), sehingga untuk mencapai tempat tersebut melalui jalur utama, pengunjung harus menyeberang dengan menggunakan rakit. Aslinya Kampung Pulo dikelilingi seluruhnya oleh danau, akan tetapi kini hanya bagian utara yang masih berupa danau, bagian selatannya telah berubah menjadi lahan persawahan. Selain candi, di pulau itu juga terdapat pemukiman adat Kampung Pulo, yang juga menjadi bagian dari kawasan cagar budaya.
Candi Cangkuang terdapat di sebuah pulau kecil yang bentuknya memanjang dari barat ke timur dengan luas 16,5 ha. Pulau kecil ini terdapat di tengah danau Cangkuang pada koordinat 106°54'36,79" Bujur Timur dan 7°06'09" Lintang Selatan. Selain pulau yang memiliki candi, di danau ini terdapat pula dua pulau lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Lokasi danau Cangkuang ini topografinya terdapat pada satu lembah yang subur kira-kira 600-an m l.b.l. yang dikelilingi pegunungan: Gunung Haruman (1.218 m l.b.l.) di sebelah timur - utara, Pasir Kadaleman (681 m l.b.l.) di timur selatan, Pasir Gadung (1.841 m l.b.l.) di sebelah selatan, Gunung Guntur (2.849 m l.b.l.) di sebelah barat-selatan, Gunung Malang (1.329 m l.b.l.) di sebelah barat, Gunung Mandalawangi di sebelah barat-utara, serta Gunung Kaledong (1.249 m l.b.l.) di sebelah utara.


Pohon Cangkuang. Sumber: https://sonofmountmalang.files.wordpress.com/2012/11/cangkuang45.jpg


           

Akses ke Candi Cangkuang
Bagi Anda yang berada di wilayah Jakarta, akses menuju Candi Cangkuang tidak terbilang sulit. Secara umum, waktu tempuh dari Jakarta menuju lokasi hanya memakan waktu sekitar 4-6 jam tergantung hari libur atau bukan. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, Candi Cangkuang dapat ditempuh melalui jalan tol Cipularang keluar di Cileunyi. Perjalanan dilanjutkan melalui jalur lintas selatan hingga Cagak Nagreg. Silahkan ambil jalan ke kanan menuju arah Garut. Selanjutnya ikuti jalan hingga tiba di Alun-alun kecamatan Leles. Beloklah ke kiri, lalu ikuti jalan desa, kemudian Anda akan menemukan kawasan wisata Candi Cangkuang. 
Bagi Anda yang ingin menggunakan kendaraan umum, tidak perlu khawatir. Dari Jakarta, silahkan menumpang bus dari terminal Lebak Bulus atau Kampung Rambutan menuju Garut yang melewati Cipularang. Saya sarankan gunakan bus Primajasa dari Lebak Bulus mengingat pelayanannya lebih baik dibanding bus lain. Selain itu armada bus Primajasa yang melayani rute Garut-Lebak Bulus ini terbilang banyak sehingga Anda tidak perlu menunggu terlalu lama. Rata-rata ongkos Jakarta ke Garut hanya sebesar Rp.35.000,00. Sebaiknya minta kondektur bus untuk mengingatkan Anda ketika tiba di Alun-alun kecamatan Leles. 
Setelah tiba di Alun-alun kecamatan Leles, Anda bisa melanjutkan perjalanan menggunakan dua jenis moda transportasi. Bagi Anda yang ingin sensasi yang berbeda, silahkan naik andong atau delman menuju situs Candi Cangkuang. Harganya terbilang murah, hanya Rp.3.000,00 Anda sudah bisa menikmati goyangan kuda di tengah persawahan yang dikelilingi gunung, Nikmat bukan? Kalau Anda takut, tidak mau repot, butuh cepat, atau kemalaman, silahkan gunakan ojek menuju lokasi. Harganya pun beda tipis. Hanya Rp.5.000,00 Anda akan tiba di lokasi hanya dalam waktu 5 menit. 
Sumber: http://jurnalpopuler.blogspot.co.id/2013/05/jalan-jalan-ke-candi-cangkuang.html

Sejarah
Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan laporan Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun 1893 mengenai adanya sebuah arca yang rusak serta makam kuno di bukit Kampung Pulo, Leles. Makam dan arca Syiwa yang dimaksud memang diketemukan. Pada awal penelitian terlihat adanya batu yang merupakan reruntuhan sebuah bangunan candi.  Makam kuno yang dimaksud adalah makam Arief Muhammadyang dianggap penduduk setempat sebagai leluhur mereka. Selain menemukan reruntuhan candi, terdapat pula serpihan pisau serta batu-batu besar yang diperkirakan merupakan peninggalan zaman megalitikum. Penelitian selanjutnya (tahun 1967 dan 1968) berhasil menggali bangunan makam.
Walaupun hampir bisa dipastikan bahwa candi ini merupakan peninggalan agama Hindu (kira-kira abad ke-8 M, satu zaman dengan candi-candi di situs Batujaya dan Cibuaya), yang mengherankan adalah adanya pemakaman Islam di sampingnya.
Pada awal penelitian terlihat adanya batu yang merupakan reruntuhan bangunan candi dan di sampingnya terdapat sebuah makam kuno berikut sebuah arca Syiwa yang terletak di tengah reruntuhan bangunan. Dengan ditemukannya batu-batu andesit berbentuk balok, tim peneliti yang dipimpin Tjandrasamita merasa yakin bahwa di sekitar tempat tersebut semula terdapat sebuah candi. Penduduk setempat seringkali menggunakan balok-balok tersebut untuk batu nisan.
Berdasarkan keyakinan tersebut, peneliti melakukan penggalian di lokasi tersebut. Di dekat kuburan Arief Muhammad peneliti menemukan fondasi candi berkuran 4,5 x 4,5 meter dan batu-batu candi lainnya yang berserakan. Dengan penemuan tersebut Tim Sejarah dan Lembaga Kepurbakalaan segera melaksanakan penelitian didaerah tersebut. Hingga tahun 1968 penelitian masih terus berlangsung. Proses pemugaran Candi dimulai pada tahun 1974-1975 dan pelaksanaan rekonstruksi dilaksanakan pada tahun 1976 yang meliputi kerangka badan, atap dan patung Syiwa serta dilengkapi dengan sebuah joglo museum dengan maksud untuk dipergunakan menyimpan dan menginventarisir benda-benda bersejarah bekas peninggalan kebudayaan dari seluruh Kabupaten Garut. Dalam pelaksanaan pemugaran pada tahun 1974 telah ditemukan kembali batu candi yang merupakan bagian-bagian dari kaki candi. Kendala utama rekonstruksi candi adalah batuan candi yang ditemukan hanya sekitar 40% dari aslinya, sehingga batu asli yang digunakan merekonstruksi bangunan candi tersebut hanya sekitar 40%. Selebihnya dibuat dari adukan semen, batu koral, pasir dan besi.
Candi Cangkuang merupakan candi pertama dipugar, dan juga untuk mengisi kekosongan sejarah antara Purnawarman dan Pajajaran. Para ahli menduga bahwa Candi Cangkuang didirikan pada abad ke-8, didasarkan pada tingkat kelapukan batuannya, serta kesederhanaan bentuk (tidak adanya relief).
           
Bangunan Candi
Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.
Tubuh bangunan candi bentuknya persegi empat 4,22 x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m. Di sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m (tinggi) x 0,6 m (lebar). Puncak candi ada dua tingkat: persegi empat berukuran 3,8 x 3,8 m dengan tinggi 1,56 m dan 2,74 x 2,74 m yang tingginya 1,1 m. Di dalamnya terdapat ruangan berukuran 2,18 x 2,24 m yang tingginya 2,55 m. Di dasarnya terdapat cekungan berukuran 0,4 x 0,4 m yang dalamnya 7 m.
Di antara sisa-sisa bangunan candi, ditemukan juga arca (tahun 1800-an) dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar yang alasnya menghadap ke sebelah dalam paha kanan. Kaki kanan menghadap ke bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri terdapat kepala sapi (nandi) yang telinganya mengarah ke depan. Dengan adanya kepala nandi ini, para ahli menganggap bahwa ini adalah arca Siwa. Kedua tangannya menengadah di atas paha. Pada tubuhnya terdapat penghias perut, penghias dada dan penghias telinga.
Keadaan arca ini sudah rusak, wajahnya datar, bagian tangan hingga kedua pergelangannya telah hilang. Lebar wajah 8 cm, lebar pundak 18 cm, lebar pinggang 9 cm, padmasana 38 cm (tingginya 14 cm), lapik 37 cm & 45 cm (tinggi 6 cm dan 19 cm), tinggi 41 cm.
Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang ini, sesungguhnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi, sebab bangunan aslinya hanyalah 40%-an. Oleh sebab itu, bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya belumlah diketahui. Candi ini berjarak sekitar 3 m di sebelah selatan makam Arif Muhammad/Maulana Ifdil Hanafi.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Cangkuang

            Kampung Pulo
            Kampung pulo merupakan suatu perkampungan yang terdapat di dalam pulau di tengah kawasan Situ Cangkuang. Kampung Pulo ini sendiri terletak di Desa Cangkuang, Kampung Cijakar, kecamatan Leles, Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat.
Adapun batas administrasi dari Kampung Pulo adalah sebagai berikut:
Utara : desa Neglasari kecamatan Kadungora
Selatan : desa Margaluyu dan desa Sukarame kecamatan Leles
Timur : desa Karang Anyar dan desa Tambak Sari kecamatan Leuwigoong
Barat : desa Talagasari kecamatan Kadungora dan desa Leles Kecamatan Leles

Menurut cerita rakyat, masyarakat Kampung Pulo dulunya beragama Hindhu, lalu Embah Dalem Muhammad singgah di daerah ini karena ia terpaksa mundur karema mengalami kekalahan pada penyerangan terhadap Belanda. Karena kekalahan ini Embah Dalem Arif Muhammad tidak mau kembali ke Mataram karena malu dan takut pada Sultan agung. Beliau mulai menyebarkan agama Islam pada masyarakat kampong Pulo. Embah Dalem Arif Muhammad beserta kawan-kawannya menetap di daerah Cangkuang yaitu Kampung Pulo. Sampai beliau wafat dan dimakamkan di kampumg Pulo. Beliau meninggalkan 6 orang anak Wanita dan satu orang pria. Oleh karena itu, dikampung pulo terdapat 6 buah rumah adat yang berjejer saling berhadapan masing- masing 3 buah rumah dikiri dan dikanan ditambah dengan sebuah masjid. Jumlah dari rumah tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi serta yang berdiam di rumah tersebut tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga. Jika seorang anak sudah dewasa kemudian menikah maka paling lambat 2 minggu setelah itu harus meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan keenam rumah tersebut. Walaupun 100 % masyarakat kampong Pulo beragama Islam tetapi mereka juga tetap melaksanakan sebagian upacara ritual hindhu.

 Keterangan Denah Komplek Rumah Adat Kampung Pulo :
1.     Rumah Kuncen
2.     Rumah Adat
3.     Rumah Adat
4.     Rumah Adat
5.     Rumah Adat
6.     Rumah Adat
7.     Mesjid Kampung Pulo
Dalam adat istiadat Kampung Pulo terdapat beberapa ketentuan yang masih berlaku hingga sekarang yaitu :
·         Dalam berjiarah kemakam-makam harus mematuhi beberapa syarat yaitu berupa bara api, kemenyan, minyak wangi, bunga-bungaan dan serutu. Hal ini dipercaya untuk mendekatkan diri (pejiarah) kepada roh-roh para leluhur.
·         Dilarang berjiarah pada hari rabu, bahkan dulu penduduk sekitar tidak diperkennankan bekerja berat, begitu pula Embah Dalem Arif Muhammad tidak mau menerima tamu karena hari tersebut digunakan unutk mengajarkan agama. Karena menurut kepercayaan bila masyarakat melanggarnya maka timbul mala petaka bagi masyarakat tersebut.
·         Bentuk atap rumah selamanya harus mamanjang (jolopong)
·         Tidak boleh memukul Goong besar
·         Khusus di kampong pulo tidak boleh memelihara ternak besar berkaki empat seperti kambing, kerbau, sapi dan lain-lain.
·         Setiap tanggal 14 bulan Maullud mereka malaksanakan upacara adapt memandikan benda-benda pusaka seperti keris, batu aji, peluru dari batu yang dianggap bermakna dan mendapat berkah. Yang berhak menguasai rumah- rumah adat adalah wanita dan diwariskan pula kepada anak perempuannya. Sedangkan bagi anak laki-laki yang sudah menikah harus meninggalkan kampung tersebut setelah 2 minggu.
Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut yang berjarak kurang lebih 2 km dari kecamatan Leles dan 17  km dari Garut atau 46 km dari Bandung. Kondisi lingkungan di Kawasan ini memiliki kualitas lingkungan yang baik, kebersihan yang cukup terjaga dan juga bentang alam yang baik. Tingkat Visabilitas di kawasan ini digolongkan cukup bebas dengan tingkat kebisingan yang rendah.
Sumber daya listrik untuk keperluan penerangan dikawasan ini berasal dari PLN yang alirannya diambil secara tidak langsung melalui salah satu rumah penduduk di kampong Cangkuang. Sumber air bersih dikawasan ini beraal dari sumur dan air danau dengan kualitas air yang jernih, rasa yang tawar dan bau air yang normal. Berhubung karena tidak boleh adanya bangunan lain yang dibangun di kampung Pulo maka di kampong Pulo tersebut tidak terdapat fasilitas wisata Lainnya.
Sumber:http://pariwisata.garutkab.go.id/index.php?mindex=daf_det_budaya&s_name=Pemukiman_Tradisional&id_det=149



Ini adalah tampilan Kampung Pulo, Garut, Jawa Barat. Sumber: http://indonesia.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/Kampung-Pulo.jpg



Makam Embah Dalem Arief Muhammad
Letak makam Arif Muhammad yang berdekatan dengan Candi Cangkuang menurut dugaan, diantaranya bertujuan untuk proses syiar Islam serta melambangkan kerukunan umat beragama yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita.
Sumber: http://www.garutonline.8k.com/wisata/situskuno.htm

Embah Dalem Arief Muhammad serta masyarakat setempat yang telah membendung daerah ini, sehingga terbentuk sebuah danau dengan nama Situ Cangkuang. Setelah daerah ini selesai dibendung, maka dataran yang rendah menjadi danau, dan bukit-bukit menjadi pulau-pulau. Pulau tersebut antara lain Pulau Panjang (dimana kampung pulo ada), Pulau Gede, Pulau Leutik (kecil), Pulau Wedus, Pulau Katanda, dan Pulau Masigit. Embah Dalem Arief Muhammad berasal dari Kerajaan Mataram, Jawa Timur. Ia dan pasukannya datang dengan tujuan untuk menyerang tentara VOC di Batavia dan menyebarkan agama Islam di Desa Cangkuang.
Desa Cangkuang, khususnya Kampung Pulo, waktu itu sudah dihuni oleh penduduk yang menganut agama Hindu. Hal itu terbukti dari adanya candi Hindu yang sekarang telah dipugar. Metode dakwah yang dilakukan Arief Muhammad tidak jauh dari pola dakwah Wali Songo. Secara bijaksana Embah Dalem Arief Muhammad mengajak masyarakat setempat untuk menganut Islam.
Pedoman dakwah yang diajarkan oleh Arief Muhammad berprinsip pada ajaran Islam yang tidak mengenal kekerasan dan paksaan, melainkan dengan perdamaian dan keikhlasan hati. Ajaran-ajaran yang disampaikan dan ditulis Arief Muhammad dalam naskah-naskah tidak berbeda dengan apa yang kita dapatkan dari para ulama sekarang ini. Dengan mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits, beliau mengajarkan berbagai hal untuk menghadapi segala kehidupan membentuk pribadi umat menjadi muslim yang sejati dengan mentauhidkan Allah SWT, berakhlak baik, dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT.
Adapun hal-hal yang membuktikan adanya penyebaran Islam yang dilakukan pada permulaan abad XVII, antara lain :
1. Naskah Khotbah Jum’at yang terbuat dari kulit kambing dengan memiliki ukuran 176 X 23 cm. Walaupun terlihat agak sedikit rusak, namun tulisan dalam naskah tersebut masih terbaca jelas.
2. Kitab Suci Al Qur’an yang terbuat dari kulit kayu (saih) dengan memiliki ukuran 33 X 24 cm. Karena sudah dimakan usia, kondisi kitab ini terlihat sobek. Walau demikian kitab Al Qur’an ini masih bisa dibaca dengan jelas.
3. Kitab Ilmu Fikih yang terbuat dari bahan kulit kayu (saih) dengan memiliki ukuran 26 X 18,5 cm.
4. Makam Embah Dalem Arief Muhammad yang berada disebelah selatan Candi Cangkuang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kerukunan hidup beragama di Nusantara sudah terbina sejak ratusan tahun yang lalu
Para penduduk Kampung Pulo berangsur-angsur menganut agama Islam, tapi sebagian kepercayaan lamanya masih mereka laksanakan. Sebagai contoh, hari Rabu menjadi hari besar bagi mereka, dan bukan hari Jum’at.
Sumber: http://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_barat-candi_cangkuang



Sumber: http://uc.blogdetik.com/247/24752/files/2012/03/lukisan2.jpg






Makam Embah Dalem Arif Muhammad. Sumber: http://picture.triptrus.com/image/2014/06/makam-embah-dalem-arif-muhammad.jpeg



Di Candi Cangkuang juga terdapat sebuah museum berikut ulasannya.
Di lokasi ini juga terdapat Museum Candi Cangkuang. Di museum ini terdapat 16 koleksi naskah kuno yang menggunakan alas kertas daluang, kertas tradisonal masyarakat pada masa lalu. Naskah-naskah tersebut secara umum merupakan naskah Islam beraksara Arab, maupun aksara Pegon. Kondisi naskah-naskah ini hampir sebagian besar rusak. Sampai sejauh ini, sudah ada upaya perawatan secara tradisonal maupun memanfaatkan teknologi digital. Di museum ini juga dipaparkan cara pembuatan kertas tradisional daluang. Terdapat pula foto-foto Candi Cangkuang pada saat pemugaran tahun 1967.  Silahkan kunjungi museum ini untuk menambah pengetahuan Anda tentang dinamika Candi Cangkuang.
Sumber: http://jurnalpopuler.blogspot.co.id/2013/05/jalan-jalan-ke-candi-cangkuang.html



Museum Candi Cangkuang. Sumber: http://indonesia.upi.edu/wp-content/upload/2013/03/Cangkuang-museum.jpg

           


Sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2013/07/31/1230502garutkitab2780x390.JPG



Saat saya dan teman-teman pergi ke Candi Cangkuang dalam rangka Observasi Daerah Tujuan Wisata pada tanggal 9-11 November 2015, saat kami pertama kali tiba disana menggunakan bus, kami berjalan sebentar menuju rakit untuk menyebrang danau supaya dapat sampai di Candi Cangkuang karena candi ini berlokasi di tengah-tengah pulau dan disamping danau terdapat persawahan untuk naik rakit tersebut tidak lebih dari 15 menit kami sudah sampai, dan rakit tersebut harus berisi sekitar 20-30 orang dan setibanya kami, pertama kami disambut jajanan ringan seperti jagung bakar, toko souvenirs, dll. Lalu, kami berjalan sebentar untuk menuju Candi Cangkuang, lalu terdapat Kampung Pulo, kampung ini sangat unik karena hanya memiliki 6 rumah dan 1 masjid konon melambangkan 6 putri dan 1 putra dari Embah Dalem Arif Muhammad. Lalu, berjalan lagi dan menaiki beberapa anak tangga, lalu sampailah kami di Candi Cangkuang, pertama kami berkumpul di sebuah museum dan nantinya kami akan berdiskusi tentang Candi Cangkuang dan Kampung Pulo kepada tour guide lokal disana, kami bertanya tentang sejarah Candi Cangkuang dan Kampung Pulo hingga perkembangannya saat ini. Lalu, kami diperkenankan melihat-lihat museum, setelah itu kami pergi untuk melihat Candi Cangkuang secara dekat dan masuk kedalamnya untuk perempuan yang sedang berhalangan tidak diperkenankan masuk ke dalam Candi Cangkuang dan kami juga melihat makam dari Embah Dalem Arif Muhammad. Lalu, disana pemandangannya cukup asri. Setelah itu, tur kami selesai dan melanjutkan perjalanan untuk makan siang, tidak lupa kami berfoto terlebih dahulu. Lalu, tour guide lokal disana menjelaskan tentang Kampung Pulo dan kami sempat bercengkrama dengan masyarakat Kampung Pulo. Dan tur kami pun selesai dan melanjutkan ke destinasi berikutnya.    Akomodasi yang mendukung di destinasi wisata Candi Cangkuang sangat mendukung mulai dari restoran dan fasilitas pendukung lainnya. Anda tidak akan khawatir repot-repot mencari restoran karena restoran di objek wisata Candi Cangkuang sudah baik dan bersih.
Toko souvenirs banyak ditemukan di destinasi wisata Candi Cangkuang, jalan setapak untuk menuju destinasi Candi Cangkuang digunakan oleh para pemilik toko souvenirs untuk menjajakan souvenirs-nya mulai dari replika Candi Cangkuang dengan berbagai macam ukuran dan harga, tas yang berbentuk anyaman, slyer untuk dikepala, dll.
Setelah berwisata sejarah dan budaya, kita bisa membeli buah tangan berupa makanan khas Garut, yaitu dodol. Didekat pintu masuk Candi Cangkuang, ada beberapa toko penjual dodol aneka rasa dengan harga yang terjangkau.

Saat kami berdiskusi tentang Candi Cangkuang dengan tour guide lokal.



Saat kami berfoto didepan Candi Cangkuang.



*      PENUTUP
Wisata sejarah dan budaya di Indonesia dapat kita temui di berbagai daerah di Indonesia, wisata ini dapat menjadi edukasi bagi para wisatawan yang senang dengan sejarah. Candi Cangkuang merupakan pilihannya, destinasi wisata ini berlokasi di Garut, Jawa Barat. Untuk fasilitasnya, Anda akan merasa cukup puas, Anda akan menemukan beberapa restoran, dan fasilitasnya sudah baik. Banyak toko souvenirs yang menjualkan barangnya kepada Anda. Bahkan dodol makanan khas Garut ini dapat Anda temukan di destinasi wisata Candi Cangkuang. Tetapi, diingat untuk para wisatawan harus tetap menjaga kebersihan.

*      DAFTAR PUSTAKA
Sumber: http://jurnalpopuler.blogspot.co.id/2013/05/jalan-jalan-ke-candi-cangkuang.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Cangkuang
http://pariwisata.garutkab.go.id/index.php?mindex=daf_det_budaya&s_name=Pemukiman_Tradisional&id_det=149
http://www.garutonline.8k.com/wisata/situskuno.htm
http://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_barat-candi_cangkuang

Selvia Rizalni
Usaha Jasa Pariwisata 2014 Kelas B
4423143978

Selvia.rizalni2296@gmail.com

1 comment:

  1. Hahaha baru tau di jakarta ada candi...keren.. Next trip coba ah maen kesana..

    ReplyDelete