Halo semuanya…
Apa kabarnya hari ini?
Semoga sehat selalu dan
dalam kondisi yang diberkati. Amin…
Sebelumnya saya ingin
memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada par readers. Nama saya Hirfan
Ramadhan saya merupakan mahasiswa D3 Pariwisata UNJ angkatan 2014. Saat ini
usia saya 18 tahun.
Pada kesempatan yang sangat banyak ini, saya akan
menceritakan tentang musim Durian di Baduy Banten. Saat musim durian, Baduy
adalah salah satu daerah tujuan wisata kuliner Durian di Provinsi Banten yang
sangat menggoda untuk dikunjungi. Dengan harga yang sangat murah dan rasa yang
sangat lezat dan menggigit, durian baduy sangat menggoda untuk dicicipi.
Walaupun terletak dipedalaman Banten, masyarakat Baduy sangat terbuka bagi
dunia luar, walaupun tidak semua peradaban luar dapat mereka terima.
Disini saya akan menceritakan pengalaman menarik dan
mengesankan saat saya bersama teman satu angkatan mengunjungi Baduy pada
tanggal 22-24 Desember 2015 lalu. Sebelum berangkat, kami semua mengadakan
briefing mengenai perjalanan ke Baduy dan salah satunya yaitu membahas meeting
point saat hari H dan akhirnya kami semua memutuskan untuk berkumpul di stasiun
Tanah Abang pukul 6 pagi mekipun kereta akan jalan pukul 8 pagi. Semua itu
dilakukan agar tidak ada yang terlambat dan kami semua masih memiliki plenty
time untuk melakukan hal lain selama di stasiun seperti sarapan pagi,membagikan
tiket kereta dan bahkan sekedar berfoto untuk mengarsipkannya sebagai
dokumentasi. Meskipun demikian, salah satu teman saya masih ada yang dating
terlambat namun Ia sangat beruntung karena Ia datang saat kereta bergegas untuk
berangkat dan hal itu sempat membuat kita semua panik karena dikhawatirkan jika
Ia tidak mengikuti perjalanan ini akan mendapat kendala pada mata kuliah
pemanduan 2 ini dan bahkan tidak lulus. Kereta yang kita naikkan adalah kereta
Kalimaya jurusan Rangkas Bitung. Perjalanan yang ditempuh dari stasiun Tanah
Abang menuju stasiun Rangkas Bitung selama kurang lebih 2 jam lamanya.
Sepanjang perjalanan banyak sekali aktifitas yang kamu lakukan seperti
mendengarkan muik,makan cemilan,berfoto, dan bercanda dengan teman lainnya.
Sekitar pukul 10 pagi akhirnya kami tiba di stasiun Rangkas Bitung dan ternyata
saat kami tiba, Kang Arji sudah menyambut kedatangan kami semua. Kang Arji
adalah salah satu warga Baduy luar yang sedia menjadi penunjuk arah untuk
mencapai ke Baduy. Usianya sekitar 50 tahun meskipun demikian Ia masih
bersemangat dan bertenaga. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Ciboleger
menggunakan mobil elf yang muatannya mencapai kurang dari 20 orang. Kami semua
memutuskan untuk menggunakan 4 mobil elf karena jumlah kami yang mencapai
kurang lebih 60 orang. Perjalanan menuju Ciboleger tidak seperti yang
diharapkan karena kontur jalan yang tidak merata,debu berterbangan dimana-mana
namun semua itu seolah kami lupakan dengan rasa penasaran aya dengan Durian Baduy
yang konon sedang panen itu. Akhirnya setelah 2 jam lamanya kami pun tiba di
desa Ciboleger dan disana telah terpampang tugu yang menggambarkan ciri khas
dari masyarakat Baduy mengenakan kostum atau baju keseharian masyarakat lengkap
dengan topi petani dimana mencerminkan masyarakat Baduy gemar berkebun.
Patung menyerupai suku baduy di Ciboleger |
Setibanya di Ciboleger, panitia menyuruh untuk makan iang
terebih dahulu di rumah makan dan warung-warung kecil di sekitar Ciboleger
untuk megisi perut sebagai perediaan untuk trekking ke Marengo yang merupakan salah
satu desa di Baduy luar. Akhirnya sekitar pukul 2 siang kami mulai melakukan
trekking bersama-sama dipandu oleh Kang Arji sebagai penunjuk arah. Ditengah
perjalanan,kami melakukan diskusi oleh salah satu Jaro di Baduy yang ditugaskan
oleh pemangku adat untuk menerima tamu yang datang dan untuk membahas mengenai
aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berkunjung dan
dicampur oleh pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman mengenai Baduy itu
sendiri. Diskusi dilakukan Selama setengah jam sebelum akhirny melanjutkan
perjalanan kembali. Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki selam kurang lebih
satu jam dengan kondisi jalan yang tidak teratur karena terkadang menanjak dan
menurun. Semua itu membuat kami sangat lelah dam tak jarang beberapa dari teman
menggunakan jasa porter untuk meringnkan beban selama trekking menuju Baduy
luar. Sepanjang perjalanan banyak masyarakat dari Baduy dalam khususnya memikul
Durian dengan jumlah yang tidak sedikit dan hal itu terlihat beberapa menit
sekali menunjukkan tanda bahwa musim Durian sedang tiba.
Salah satu masyarakat baduy dalam yang sedang memikul Durian panen |
Singkat
cerita kami pun tiba di desa Marengo Baduy luar. Panitia langsung membagikan homestay
kepada para peserta agar dapat berisitirahat setelah melakukan perjalanan
panjang. Seperti yang udah saya jelaskan bahwa musim Durian memang telah tiba.
Baru saja tiba banyak warga berlomba untuk menjualkan Durian nya kepada kami
dengan harga yang bermacam-macam dan
akhirny kami semua memutuskan untuk patungan dam membeli Durian-Durin tersebut.
Durian di Baduy luar harganya relatif tergantung ukuran besar atau kecilnya
Durian yaitu berkisar Rp 15.000 untuk satu durian kecil dan Rp 20.000 – Rp
30.000 untuk satu Durian yang besar. Harganya tentative karena kalian bisa
menawarnya.
Tanah Baduy sangat luas dan luasnya mencapai kurang lebih
5000 hektar, dengan 30 persen dimanfaatkan sebagai rumah tinggal dan sekitar 70
persen sebagai lahan perkebunan dan salah satunya adalah Durian. Baduy dalam
dan Baduy luar dialiri oleh sungai Ciujung Baduy kemudian wilayah suku baduy
ini memiilki 56 kampung dan terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Baduy dalam
yang terdiri dari 3 kampung diantaranya Kampung Cibeo,Cikeusik, dan
Cikertawarna sedangkan Baduy luar yang terdiri dari 53 kampung. Betapa
beruntungnya kami semua karena kami datang pada saat musim Durian tiba.
Keesokan harinya kami mulai trekking ke kampong Cibeo dan kali ini kang Arja
ikut mendampingi untuk menuju baduy dalam.
Trekking dari desa Marengo menuju Cibeo (salah satu desa Baduy dalam) |
Kang
Arja adalah seorang baduy dalam yang sangat taat pada tradisi dan aturan adat
yang dibuat di Baduy dalam meskipun usianya sudah tak muda lagi Iamasih kuat
untuk melakukan trekking selama 6 jam lamanya bahkan lebih dari Baduy dalam-Ciboleger-Baduy
dalam dengan kondisi jalanan yang sangat tak teratur bayangkan saja Ia
melakukannya tanpa alas kaki sedikitpun. Selama perjalanan saya bertanya-tanya
banyak soal apapun di Baduy dan salah satunya Durian. Ia mengatakan musim
Durian ini berlangsung selama 5-6 bulan sekali dan merupakan salah satu untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat karena setiap kali musim Durian datang mereka
sangat senang itu artinya rezeki akan segera datang sehingga masyarakat bisa
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan cukup.
Bersama kang Arja (sesosok Baduy dalam yang mengantarkan saya masuk ke Cibeo) |
Singkat
cerita setelah melakukan perjalanan 3 jam akhirnya kami tiba di desa Cibeo yang
merupakan salah satu desa terdekat Baduy dalam. Bayangkan saja yang terdekat
saja ditempuh dengan waktu 3 jam dan lelahnya bukan kepalang. Itulah yang membuat
saya dan teman saya semua salut kepada mereka. Mereka berjalan kaki selama
berjam-jam namun masih tetap kuat dan tak ada rasa mengeluh sedikitpun bahkan
dengan memikul durian sekalipun dengan jumlah yang tidak sedikit. Dan bahkan
yang membuat takjub lagi adalah mereka yang memikul Durian bukanlah dari
kalangan lelaki aja namun juga perempuan mulai dari ibu-ibu dan remaja puteri
dan bahkan anak-anak pun ikut memikul Durian tersebut. Ketika ditanya mengapa
anak kecil dilibatkan untuk memikul Durian mereka menjawab yaitu untuk membantu
kedua orang tuanya dan mereka juga senang jika bisa membantu orangtuanya. Saat
di Cibeo kami langsung berisitirahat di salah satu rumah warga sambil
berbincang-bincang dengan mereka. Tak disangka saat berbincang-bincang kami
disuguhkan oleh Durian dan betapa senangnya hati ini karena setidaknya
kelelahan kami terbayar oleh Durian yang diberikan warga Cibeo.
Bersantai didepan rumah adat suku baduy |
Saat
saya makan, rasanya sangat enak dan berbeda dengan Durian-Durian yang pernah
saya makan selama hidup saya. Rasanya manis dan teksturnya tebal dan tentu
diiringi oleh bau khas dari Durian yang sangat menggoda. Peminat dari buah ini
sangat beragam mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Yang membuat saya
takjub adalah Durian Baduy bisa membuat teman saya tidak pada Durian menjadi
suka karena penasaran ingin mencicipi rasanya dan ketika saya tanya rasanya
seperti apa Ia menjawab “Rasanya enak namun saya tidak tahan dengan baunya”. Ya
memang alasan utama orang tidak suka Durian adalah karena bau yang sangat
menyengat yang sebagian orang belum tentu menyukainya namun ketika Ia bilang
seakan bertanda bahwa rasa dari Durian Baduy ini memang enak karena orang yang
tidak suka pun mengatakan demikian itu juga berarti bahwa kualitas dari Durian
Baduy memang tidak ada tandingannya. Mengapa Durian di Baduy sangat berbeda
dengan Durian lainnya? Itu karena buah ini dipanen saat matang dipohonnya
sehingga kualitasnya sangat baik. Karena Durian yang pernah ada jumpai
kebanyakan dipanen saat Durian belum matang dari pohonnya alia didiamkan selama
jangka waktu tertentu hingga matang sehingga rasanya pun kurang enak dan
cenderung asam. Ukuran Durian yang di panen sangat beragam dari yang terkecil
hingga yang paling besar. Dan mereka menentukan harga lewat ukuran dari Durian
yang mereka panen.
Anak lelaki baduy dalam yang memikul Durian menuju Ciboleger |
Selama musim panen biasanya banyak para tengkulak mendatangi
pemilik kebun durian untuk dibeli secara borongan buah yang ada di pohon dengan
harga perkiraan pasaran. Mereka para tengkulak untuk dipasok ke Rangkasbitung,
Tangerang dan Jakarta. Dengan datingnya banyak tengkulak membuat masyarakat
sangat senang karena hasil panen mereka tidak sia-sia dan terbayar dengan uang
yang dibayarkan. Nantinya uang yang mereka dapatkan bisa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka bersama dengan keluarganya.
*Terima kasih kepada para pembaca dan saya sangat berharap akan komentar kalian mengenai postingan saya ini*
NAMA : Hirfan Ramadhan
KELAS : Usaha Jasa Pariwisata 2014 (B)
NIM : 4423145623
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Ternyata orang suku baduy ramah terhadap pengunjung ya..terima kasih infonya
ReplyDeletewah it's awesome ya, jujur gue sama sekali belum pernah dateng ke desa baduy dan nggak tahu juga itu tepatnya dimana tapi setelah gue baca blog ini, mungkin ini bakal jadi salah satu destinasi pariwisata yang bakal gue kunjungin. Sederhana dan menarik, seharusnya desa baduy bisa lebih diperhatikan mungkin agar para wisatawan bisa lebih mudah mengetahui suku baduy dan merasakan nikmatnya buah durian disana yang mungkin rasanya jauh lebih nikmat. Setidaknya menteri pariwasata harus lebih mempromosikan desa baduy supaya masyarakat lebih mengenal tentang suku baduy.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya pernah mengunjungi desa adat Baduy, di Baduy luar tepatnya tapi saya belum berkesempatan untuk mencicipi durian asli Baduy, jadi penasaran ingin coba durian nya nih haha maybe on the next trip!
ReplyDeletesebagai masyarakat banten saya baru tahu ada durian khas baduy, wajib dicoba ��
ReplyDeleteKeren banget ya mas suku baduy sm kehidupan mereka.jadi ingin jalan jalan kesana..
ReplyDeleteSebagai masyarakat banten saya jadi minder ga pernah kesana san nyobain durian nya yang enak itu semoga dalam waktu dekat bisa kesana deh btw thx infonya..what a nice post!!
ReplyDeleteSebagai masyarakat banten saya jadi minder ga pernah kesana san nyobain durian nya yang enak itu semoga dalam waktu dekat bisa kesana deh btw thx infonya..what a nice post!!
ReplyDeleteDi jaman seperti ini saya jarang sekali menemukan postingan mengenai kebudayaan, betapa bangganya masih ada yang peka akan salah satu kebudayaan Indonesia ini. 2 kali saya mengunjungi Baduy, berarti sama saja saya observasi sebanyak 2 kali. Tapi saya blm menemukan durian khas Baduy, mungkin saat berkunjung bukan musim durian. Terimakasih infonya sangat bermanfaat dan sekarang saya penasaran dgn Durian Baduy
ReplyDeleteWah saya kira suku baduy itu tidak ramah kepada pengunjung yang datang, setelah baca artikel diatas saya jafi tahu kalau suku baduy ramah kepada pengunjung
ReplyDeleteWah saya kira suku baduy itu tidak ramah kepada pengunjung yang datang, setelah baca artikel diatas saya jafi tahu kalau suku baduy ramah kepada pengunjung
ReplyDeleteSalut sekali dengan masyarakat baduy yang tak kenal menyerah memikul durian dari baduy dalam ke ciboleger semoga bisa berkesempatan mencicipi durian khas baduy
ReplyDeleteSalut sekali dengan masyarakat baduy yang tak kenal menyerah memikul durian dari baduy dalam ke ciboleger semoga bisa berkesempatan mencicipi durian khas baduy
ReplyDeletePengalaman yg bagus sekali bisa berkunjung ke pemukiman masyarakat baduy yg masih membudayakan kehidupan traditional di masa modern saat ini. Salut dengan konsistesi mereka dalam mempertahankan kehidupan traditioanl. Postingan ini membuka wawasan untuk para pembacanya agar lebih mengenal suku baduy. Mungkin lain kali saya juga akan mencoba observasi tentang kehidupan suku baduy. 고맙습니다 :)
ReplyDeletesaya telah mengetahui bahwa durian yang terdapat di suku baduy merupakan salah satu durian yang lezat dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau.
ReplyDeletecara penulisan sudah baik, namun perlu diperhatikan penggunaan kata asing. jangan lupa menggunakan penulisan miring atau italic.
topik yang menarik. keep doing well
cerita yang cukup menarik, jadi penasaran gimana rasanya mengunjungi suku Baduy dalam dan mencicipi rasa duriannya
ReplyDeleteLebih bisa mengenal suku baduy
ReplyDelete..
ingin tau rasanya durian suku baduy dan kehidupan disana.karena menarik untuk bisa mengenal suku baduy
ReplyDeleteingin tau rasanya durian suku baduy dan kehidupan disana.karena menarik untuk bisa mengenal suku baduy
ReplyDeleteTerfokus pada durian disana, knp admin kaga membeli durian yg di bawa sama orang suku
ReplyDeleteKan keren tuh makan durian hasil panen suku baduy
setelah membaca blog ini, pengetahuan saya bertambah mengenai suku Baduy yang ternyata Banten memiliki buah durian yang saya rasa itu akan lezat. saya berharap saya bisa melakukan perjalanan wisata seperti mereka. terimakasih.
ReplyDeletesetelah membaca blog ini, pengetahuan saya bertambah mengenai suku Baduy yang ternyata Banten memiliki buah durian yang saya rasa itu akan lezat. saya berharap saya bisa melakukan perjalanan wisata seperti mereka. terimakasih.
ReplyDeleteKualitas produk dalam negeri tidak kalah bagusnya dgn prdouk luar negeri contohnya buah durian suku baduy ini. Yukk cintai produk dalam negeri sebelum produk tersebut diakui negara lain
ReplyDelete