Saturday, January 2, 2016

T5_VinitoGanola_Hasil observasi suku Baduy

Hasil Observasi Baduy

Perjalanan dari Marengo ke Cibeo

                Hallo semua, apa kabarnya? Semoga selalu sehat dan baik-baik saja. Senang rasanya untuk saya dapat berbagi pengalaman tentang bagaimana perjalanan dari Marengo atau tempat kami menginap menuju ke Cibeo,kawasan Baduy dalam. Perjalanan ini menurut saya cukup menyenangkan dan melelahkan karena perjalanan yang cukup jauh tetapi nanti kita akan disuguhkan pemandangan atau view yang menghapuskan rasa lelah dari perjalanan tersebut.
                Sebelum saya bercerita lebih jauh tentang perjalanan tersebut izinkan  saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Vinito Ganola,mahasiswa usaha jasa pariwisata atau yang biasa disingkat dengan UJP angkatan 2014 kelas A. Saya lahir di Jakarta 19 tahun yang lalu. Travelling bagi saya adalah hal yang menyenangkan dan memiliki tantangan tersendiri bagi saya karena disetiap perjalanan mempunyai tingkatan kesulitan dan kesenangan yang berbeda. Selalu ada cerita ketika kita selesai melakukan sebuah perjalanan.
                Sedikit ingin mereview perjalanan ke Baduy kemarin, persiapan memang harus benar-benar disiapkan sebelum melakukan perjalanan ini karena medan atau trek yang akan dilewati cukup sulit dan pastinya melelahkan karena bukan hanya seperti jalan setapak saja tetapi jalanan berlumpur, berlubang, bebatuan siap menyambut kita dan kita harus naik turun beberapa bukit karena desa Cibeo cukup jauh dari desa Marengo. Perjalanan kami kemarin memakan waktu kurang lebih 4 jam.
                Kami berangkat menuju ke daearah Baduy dalam pada hari kedua dari trip kami. Saya sendiri bangun tidur pada pukul 05.30 lalu saya bersiap-siap melakukan perjalanan ke desa Cibeo. Pukul 06.00 kami serombongan sarapan di homestay masing-masing. Rasa kekeluargaan sangat terasa ketika saya dan teman-teman sarapan bersama si pemilik homestay dan keluarganya. Kami hanya makan secukupnya karena nanti terlalu kenyang dan bisa menghambat perjalanan kami. Setelah sarapan kami masih ada waktu sebentar untuk santai dan mempersiapkan segala keperluan di perjalanan. Akhirnya pada jam 07.00 kami mulai perjalanan setelah dibagi orang-orang ke tiap kelompok yang telah ditentukan agar tidak terlalu ramai saat diperjalanan. Saat diperjalanan kami sambil melatih dan mendapat penilaian tentang bagaimana cara kami memandu dan menyampaikan segala macam informasi kepada wisatawan, kebetulan say masuk di kelompok 2 bersama salah satu dosen yaitu Pak Dede. Kami serombongan memutuskan untuk berjalan pelan tetapi tidak banyak beristirahat agar sampai tepat waktu sesuai dengan yang ada di itinerary.
foto perjalanan kami sumberdari teman saya.
                 Disepanjang perjalanan kami melihat pemandangan yang berbeda-beda, mulai dari aliran sungai, perbukitan, hutan bahkan pegunungan. Jalanan yang kita lewati juga bukan jalanan yang sudah dibangun oleh manusia dengan baik, jalanannya masih bebatuan dan tanah bahkan kalau sedang hujan menjadi lumpur. Tetapi hambatan itu tidak akan menyurutkan semangat saya dan teman-teman untuk melanjutkan perjalanan menuju Baduy Lama khususnya desa Cibeo. Desa Marengo adalah salah satu desa yang ada di Baduy Luar. Tidak begitu jauh dari Ciboleger, daerah perbatasan Baduy Luar dengan daerah lainnya. Di desa Marengo kita bisa menemui orang-orang Baduy Luar yang masih lekat budaya dan adatnya didalam kehidupan sehari-hari. Contohnya para pria atau kepala keluarga harus bekerja ke ladang dan mencari bahan makanan untuk keluarganya masing-masing. Saya sendiri melihat hal yang unik yaiyu kepala keluarga di homestay yang saya tumpangi dating dari lading membawa duren dan gula aren buatan sendiri. Rumah-rumah di desa Marengo juga masih asli dan seperti ketentuan yang berlaku tetapi sudah boleh menggunakan paku, tidak seperti di Baduy Lama yang tidak diperbolehkan.
                Dari desa Marengo kami berjalan menyusuri jalan setapak bersama-sama sampai menemui salah satu hal unik, yaitu jembatan yang terbuat dari bambu kuning. Mengapa saya bilang unik? Karena jembatan ini dibangun diatas aliran sungai yang deras dan cukup dalam. Jembatan ini juga tidak menggunakan paku, hanya dililitkan dengan tali serabut. Ini termasuk bukti bahwa teknologi yang digunakan oleh orang suku Baduy sudah cukup maju karena bisa menciptakan jembatan yang kokoh tanpa teknik modern. Tetapi kita juga harus mengerti juga kalau jembatan ini tidak bisa digunakan sembarangan karena tetap ada batas beban yang bisa ditanggungnya. Kira-kira hanya sekitar 4 sampai 5 orang sekali lewatnya dan tidak boleh lebih karena dapat membahayakan keselamatan dan bisa merusak jembatan itu sendiri.
perjalanan yang menyenangkan sumber dari teman saya.
                Setelah melewati jembatan bambu kami tetap terus berjalan dan melewati beberapa perkampungan. Selama perjalanan kami melihat aktivitas-aktivitas orang asli Baduy Luar,seperti para pria yang lewat membawa hasil ladang dan juga bersiap ke ladang, para wanita sedang membersihkan rumah atau sedang menenun kain khas dari Baduy. Para anak-anak pun ada yang sedang bermain, menenun bahkan ada yang membawa hasil ladang pula. Di Baduy bukan hal yang tabu bila anak-anak sudah mulai ikut berladang atau menenun. Bagi saya pribadi hal yang unik selama perjalanan adalah bisa melihat aktivitas social dari masing-masing individu karena pasti di setiap daerah berbeda-beda walaupun ada sedikit atau banyaknya kesamaan.
                Yang cukup menantang dalam perjalanan ke Baduy dalam ini adalah naik turun bukit yang cukup menguras stamina. Kurang lebih 3 kali turun dan naik ke dataran yang tinggi dan rendah karena jalur yang dilalui masih sangat asli tidak seperti buatan manusia. Tetapi jika kita sampai diatas salah satu dataran yang lebih tinggi maka kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa indahnya dan terasa udara yang cukup sejuk walau sinar mentari begitu terangnya. Kita juga melewati jalan yang dikiri dan kanannya terdapat lereng-lereng yang cukup menyeramkan tetapi uniknya ditanami oleh tumbuhan padi oleh warga sekitar. Setelah berjalan kurang lebih 2 jam lebih kita sampai di jembatan terakhir penyambung Baduy Luar dan Dalam. Disini segala macam benda elektronik harus dimatikan sesuai dengan peraturan adat yang berlaku. Sehabis melewati jembatan kita harus menanjak tanjakan yang curam karena tinggi dan cukup licin lalu berjalan lagi sekitar 30 menit dan kita disuguhi pemandangan yang bagus dan mulai terdengar suara dari bamboo yang dibolongi untuk mengetahui arah dan kecepatan angin. Ketika sudah mau memasuki daerah desa Cibeo kita akan melihat leuwit atau lumbung padi milik warga di desa Cibeo. Beras yang disimpan ada yang berumur sekita 50 tahun lebih dan masih layak untuk dimakan. Di perbatasan luar kampung Cibeo dan dalam kita harus menyebrangi sungai yang airnya layak untuk diminum. Akhirnya setelah melewati sungai sampailah kita di desa Cibeo. Disana kami disambut oleh warga asli dan disuguhi Duren khas Baduy. Kita berinisiatif untuk makan siang dan tidak lupa membersihkan sampahnya karena kebersihan harus selalu dijaga dimanapun kita berada. Salah satu tetua di kampung Cibeo mengajak kami berdiskusi mengenai hal-hal apa saja yang ada disana dan sekaligus bersilaturahmi.
                Sekian sedikit cerita dan informasi mengenai perjalanan kami ke desa Cibeo. Semoga kalian bisa mendapat informasi dan bisa merasakan pengalaman yang sama seperti yang kami rasakan. Semoga suatu saat saya bisa datang lagi dan berkunjung ke  tempat-tempat di Baduy yang belum saya kunjungi, sekali lagi mohon maaf apabila ada kesalahan dan sekali lagi terima kasih.

Vinito Ganola
Usaha Jasa Pariwisata 2014 Kelas A
4423143923

vinitoganola@rocketmail.com


Daftar pustaka :
“Urang Kanekes” . 1 Januari 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes

11 comments:

  1. Terima kasih ya untuk informasinya,ini membuat saya tertarik mengunjungi kawasan baduy,tetapi masih ada sedikit kekurangan,after all thx ya hehe

    ReplyDelete
  2. Perjalanan yg menarik neh , wajib dicoba,makasih mas Vinito ya informasinya :D

    ReplyDelete
  3. Destinasi yg menarik,semoga next artikel lebih ditingkatkan cara menulisnya yah.

    ReplyDelete
  4. Jauh aja perjalanan nya,okeey thanks

    ReplyDelete
  5. sepertinya menarik, semoga bisa kesana dalam waktu dekat. makasih mas atas informasinya.

    ReplyDelete
  6. Sepertinya seru yaaa jika bisa berkunjung kesana hehehe nice article 😀

    ReplyDelete
  7. thanks infonya mas.. jadi tertarik ke baduy

    ReplyDelete
  8. lumayan detail sih infonya,not bad mas

    ReplyDelete
  9. Lumayan bisa menggambarkan perjalanan menuju baduy. Mungkin bisa ditambahkan tips-tips bagi para traveler sehingga bisa menikmati perjalanan ini dg menyenangkan. Sedikit saran, mungkin dibagian perjalanan yg lumayan menguras stamina dijelaskan dg kalimat positif yg berkesan penuh tantangan dan keseruan sehingga traveler ga pesimis duluan. Selain itu, deskripsikan sangat detail pesona keindahan yg ditawarkan atau bisa dinikmati sehingga traveler excited melakukan perjalanan ini. Goodluck

    ReplyDelete
  10. artikelnya menarik. mungkin lebih ditingkatin dan diperbaiki lagi cara penulisan artikel yang baik. Thanks

    ReplyDelete
  11. Gokil perjalanan nya,jauh betul tapi menarik minat sih,nice nice

    ReplyDelete