Hasil
Observasi Baduy
Perjalanan dari Marengo ke Cibeo
Hallo
semua, apa kabarnya? Semoga selalu sehat dan baik-baik saja. Senang rasanya
untuk saya dapat berbagi pengalaman tentang bagaimana perjalanan dari Marengo
atau tempat kami menginap menuju ke Cibeo,kawasan Baduy dalam. Perjalanan ini
menurut saya cukup menyenangkan dan melelahkan karena perjalanan yang cukup
jauh tetapi nanti kita akan disuguhkan pemandangan atau view yang menghapuskan
rasa lelah dari perjalanan tersebut.
Sebelum
saya bercerita lebih jauh tentang perjalanan tersebut izinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih
dahulu. Perkenalkan nama saya Vinito Ganola,mahasiswa usaha jasa pariwisata
atau yang biasa disingkat dengan UJP angkatan 2014 kelas A. Saya lahir di
Jakarta 19 tahun yang lalu. Travelling bagi saya adalah hal yang menyenangkan
dan memiliki tantangan tersendiri bagi saya karena disetiap perjalanan
mempunyai tingkatan kesulitan dan kesenangan yang berbeda. Selalu ada cerita
ketika kita selesai melakukan sebuah perjalanan.
Sedikit
ingin mereview perjalanan ke Baduy kemarin, persiapan memang harus benar-benar
disiapkan sebelum melakukan perjalanan ini karena medan atau trek yang akan
dilewati cukup sulit dan pastinya melelahkan karena bukan hanya seperti jalan
setapak saja tetapi jalanan berlumpur, berlubang, bebatuan siap menyambut kita
dan kita harus naik turun beberapa bukit karena desa Cibeo cukup jauh dari desa
Marengo. Perjalanan kami kemarin memakan waktu kurang lebih 4 jam.
Kami
berangkat menuju ke daearah Baduy dalam pada hari kedua dari trip kami. Saya
sendiri bangun tidur pada pukul 05.30 lalu saya bersiap-siap melakukan
perjalanan ke desa Cibeo. Pukul 06.00 kami serombongan sarapan di homestay masing-masing. Rasa
kekeluargaan sangat terasa ketika saya dan teman-teman sarapan bersama si
pemilik homestay dan keluarganya. Kami hanya makan secukupnya karena nanti
terlalu kenyang dan bisa menghambat perjalanan kami. Setelah sarapan kami masih
ada waktu sebentar untuk santai dan mempersiapkan segala keperluan di
perjalanan. Akhirnya pada jam 07.00 kami mulai perjalanan setelah dibagi
orang-orang ke tiap kelompok yang telah ditentukan agar tidak terlalu ramai
saat diperjalanan. Saat diperjalanan kami sambil melatih dan mendapat penilaian
tentang bagaimana cara kami memandu dan menyampaikan segala macam informasi
kepada wisatawan, kebetulan say masuk di kelompok 2 bersama salah satu dosen
yaitu Pak Dede. Kami serombongan memutuskan untuk berjalan pelan tetapi tidak
banyak beristirahat agar sampai tepat waktu sesuai dengan yang ada di
itinerary.
foto perjalanan kami sumberdari teman saya. |
Disepanjang perjalanan kami melihat
pemandangan yang berbeda-beda, mulai dari aliran sungai, perbukitan, hutan
bahkan pegunungan. Jalanan yang
kita lewati juga bukan jalanan yang sudah dibangun oleh manusia dengan baik,
jalanannya masih bebatuan dan tanah bahkan kalau sedang hujan menjadi lumpur. Tetapi
hambatan itu tidak akan menyurutkan semangat saya dan teman-teman untuk
melanjutkan perjalanan menuju Baduy Lama khususnya desa Cibeo. Desa Marengo
adalah salah satu desa yang ada di Baduy Luar. Tidak begitu jauh dari
Ciboleger, daerah perbatasan Baduy Luar dengan daerah lainnya. Di desa Marengo
kita bisa menemui orang-orang Baduy Luar yang masih lekat budaya dan adatnya
didalam kehidupan sehari-hari. Contohnya para pria atau kepala keluarga harus
bekerja ke ladang dan mencari bahan makanan untuk keluarganya masing-masing.
Saya sendiri melihat hal yang unik yaiyu kepala keluarga di homestay yang saya
tumpangi dating dari lading membawa duren dan gula aren buatan sendiri.
Rumah-rumah di desa Marengo juga masih asli dan seperti ketentuan yang berlaku
tetapi sudah boleh menggunakan paku, tidak seperti di Baduy Lama yang tidak
diperbolehkan.
Dari desa Marengo kami berjalan
menyusuri jalan setapak bersama-sama sampai menemui salah satu hal unik, yaitu
jembatan yang terbuat dari bambu kuning. Mengapa saya bilang unik? Karena
jembatan ini dibangun diatas aliran sungai yang deras dan cukup dalam. Jembatan
ini juga tidak menggunakan paku, hanya dililitkan dengan tali serabut. Ini
termasuk bukti bahwa teknologi yang digunakan oleh orang suku Baduy sudah cukup
maju karena bisa menciptakan jembatan yang kokoh tanpa teknik modern. Tetapi
kita juga harus mengerti juga kalau jembatan ini tidak bisa digunakan
sembarangan karena tetap ada batas beban yang bisa ditanggungnya. Kira-kira
hanya sekitar 4 sampai 5 orang sekali lewatnya dan tidak boleh lebih karena
dapat membahayakan keselamatan dan bisa merusak jembatan itu sendiri.
perjalanan yang menyenangkan sumber dari teman saya. |
Setelah melewati jembatan bambu
kami tetap terus berjalan dan melewati beberapa perkampungan. Selama perjalanan
kami melihat aktivitas-aktivitas orang asli Baduy Luar,seperti para pria yang
lewat membawa hasil ladang dan juga bersiap ke ladang, para wanita sedang
membersihkan rumah atau sedang menenun kain khas dari Baduy. Para anak-anak pun
ada yang sedang bermain, menenun bahkan ada yang membawa hasil ladang pula. Di
Baduy bukan hal yang tabu bila anak-anak sudah mulai ikut berladang atau
menenun. Bagi saya pribadi hal yang unik selama perjalanan adalah bisa melihat
aktivitas social dari masing-masing individu karena pasti di setiap daerah
berbeda-beda walaupun ada sedikit atau banyaknya kesamaan.
Yang cukup menantang dalam
perjalanan ke Baduy dalam ini adalah naik turun bukit yang cukup menguras
stamina. Kurang lebih 3 kali turun dan naik ke dataran yang tinggi dan rendah
karena jalur yang dilalui masih sangat asli tidak seperti buatan manusia.
Tetapi jika kita sampai diatas salah satu dataran yang lebih tinggi maka kita
bisa melihat pemandangan yang luar biasa indahnya dan terasa udara yang cukup
sejuk walau sinar mentari begitu terangnya. Kita juga melewati jalan yang
dikiri dan kanannya terdapat lereng-lereng yang cukup menyeramkan tetapi
uniknya ditanami oleh tumbuhan padi oleh warga sekitar. Setelah berjalan kurang
lebih 2 jam lebih kita sampai di jembatan terakhir penyambung Baduy Luar dan
Dalam. Disini segala macam benda elektronik harus dimatikan sesuai dengan peraturan
adat yang berlaku. Sehabis melewati jembatan kita harus menanjak tanjakan yang
curam karena tinggi dan cukup licin lalu berjalan lagi sekitar 30 menit dan
kita disuguhi pemandangan yang bagus dan mulai terdengar suara dari bamboo yang
dibolongi untuk mengetahui arah dan kecepatan angin. Ketika sudah mau memasuki
daerah desa Cibeo kita akan melihat leuwit atau lumbung padi milik warga di
desa Cibeo. Beras yang disimpan ada yang berumur sekita 50 tahun lebih dan
masih layak untuk dimakan. Di perbatasan luar kampung Cibeo dan dalam kita
harus menyebrangi sungai yang airnya layak untuk diminum. Akhirnya setelah
melewati sungai sampailah kita di desa Cibeo. Disana kami disambut oleh warga
asli dan disuguhi Duren khas Baduy. Kita berinisiatif untuk makan siang dan
tidak lupa membersihkan sampahnya karena kebersihan harus selalu dijaga
dimanapun kita berada. Salah satu tetua di kampung Cibeo mengajak kami
berdiskusi mengenai hal-hal apa saja yang ada disana dan sekaligus
bersilaturahmi.
Sekian sedikit cerita dan
informasi mengenai perjalanan kami ke desa Cibeo. Semoga kalian bisa mendapat
informasi dan bisa merasakan pengalaman yang sama seperti yang kami rasakan.
Semoga suatu saat saya bisa datang lagi dan berkunjung ke tempat-tempat di Baduy yang belum saya
kunjungi, sekali lagi mohon maaf apabila ada kesalahan dan sekali lagi terima
kasih.
Vinito Ganola
Usaha Jasa Pariwisata 2014 Kelas A
4423143923
vinitoganola@rocketmail.com
Daftar pustaka :
“Jalan-jalan ke Baduy”
. 1 Januari 2016. http://lifestyle.okezone.com/read/2011/01/20/410/416098/jalan-jalan-ke-baduy
“Urang Kanekes” . 1 Januari 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes
Terima kasih ya untuk informasinya,ini membuat saya tertarik mengunjungi kawasan baduy,tetapi masih ada sedikit kekurangan,after all thx ya hehe
ReplyDeletePerjalanan yg menarik neh , wajib dicoba,makasih mas Vinito ya informasinya :D
ReplyDeleteDestinasi yg menarik,semoga next artikel lebih ditingkatkan cara menulisnya yah.
ReplyDeleteJauh aja perjalanan nya,okeey thanks
ReplyDeletesepertinya menarik, semoga bisa kesana dalam waktu dekat. makasih mas atas informasinya.
ReplyDeleteSepertinya seru yaaa jika bisa berkunjung kesana hehehe nice article 😀
ReplyDeletethanks infonya mas.. jadi tertarik ke baduy
ReplyDeletelumayan detail sih infonya,not bad mas
ReplyDeleteLumayan bisa menggambarkan perjalanan menuju baduy. Mungkin bisa ditambahkan tips-tips bagi para traveler sehingga bisa menikmati perjalanan ini dg menyenangkan. Sedikit saran, mungkin dibagian perjalanan yg lumayan menguras stamina dijelaskan dg kalimat positif yg berkesan penuh tantangan dan keseruan sehingga traveler ga pesimis duluan. Selain itu, deskripsikan sangat detail pesona keindahan yg ditawarkan atau bisa dinikmati sehingga traveler excited melakukan perjalanan ini. Goodluck
ReplyDeleteartikelnya menarik. mungkin lebih ditingkatin dan diperbaiki lagi cara penulisan artikel yang baik. Thanks
ReplyDeleteGokil perjalanan nya,jauh betul tapi menarik minat sih,nice nice
ReplyDelete