MEMBANGUNKAN
SI RAKSASA PENYELAMAT BANGSA : PARIWISATA BUDAYA
Indonesia patut berbangga hati karena menjadi salah
satu negara di dunia yang memiliki keanekaragaman budaya baik dalam bentuk
nilai/ide, perilaku maupun karya benda. Dapat dibayangkan lebih dari 200 juta
penduduk yang tersebar di sekitar 17 ribu pulau, membuktikan Indonesia sebagai
negara pluralisme dengan keanekaragaman seni dan budaya lebih dari 470 suku
bangsa dan 19 daerah hukum adat dengan tidak kurang dari 700 bahasa yang
digunakan kelompok masyarakat. Ditambah setiap suku bangsa memiliki
kebudayaan-kebudayaan uniknya tersendiri. Sangat kaya, bukan?
Namun, hidup di Indonesia masih belum lepas dari
belenggu permasalahan. Pasalnya, kekayaan budaya ini tidak dimanfaatkan dengan baik.
Tak sedikit budaya yang “mati” lantaran ditelantarkan. Pemicu utama biasanya
kurang mendapat apresiasi dari masyarakat, sehingga kegiatan yang berkaitan
dengan budaya menjadi kurang diminati dan terhenti. Terlebih di zaman serba teknologi sekarang
ini, semakin memperjelas degradasi nilai jati diri dan karakter bangsa. Belum
lagi masalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian nilai
budaya dan kearifan lokal, rendahnya pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang
kekayaan budaya dengan nilai luhurnya. Dan ujungnya, budaya kita di-klaim oleh
negara lain yang lebih memerhati dan mengapresiasi. Memang, permasalahan budaya
di Indonesia ini, kalau tidak hilang, ya dicuri. Miris memang.
Padahal, jika dikemas dengan baik, budaya bisa menjadi
sarana dalam memajukan Indonesia. Mengapa tidak kita manfaatkan saja kekayaan
ini demi terwujudnya kesejahteraan bangsa. Caranya? Tentu saja melalui
Pariwisata Budaya. Namun, bukankah kegiatan pariwisata budaya sudah berlaku di
Indonesia? Memang, tapi masih butuh banyak perbaikan, lihat saja, generasi muda
ini, masih sibuk berbangga dengan mengikuti festival dan gaya hidup ala-Barat.
Banyakkah dari kita yang mau berlarut malam untuk menyaksikan pagelaran wayang
kulit ketimbang berlarut malam untuk berjoget mengikuti alunan musik yang
dihasilkan oleh disk-jockey? Saya
rasa tidak. Apalagi yang harus segera diubah? Tentunya mental kita sendiri.
Sedih untuk mengatakan ini, tapi kenyataannya kita masih terjerat dengan mental
inlander. Paradigma bahwa bangsa asing lebih berkuasa dan lebih pintar membuat
kita tidak percaya diri ketika harus
menghadapi mereka. Ditambah pula budaya tidak disiplin yang semakin memperjelas
ketidak-profesional-an kita sebagai bangsa yang berbudaya.
Akhirnya, terlintaslah solusi dalam memecahkan
masalah tersebut, yaitu melalui Pariwisata Budaya. Yups, kali ini saya akan
banyak menguraikan peran Pariwisata Budaya sebagai media dalam mengenal bangsa
secara utuh dan mengenal diri sebagai pribadi yang handal, kreatif, sadar
budaya dan berjiwa nasionalisme namun tetap berwawasan global, yang diharap akan
mengantarkan Indonesia menuju gerbang keberhasilan.
Pertama-tama, kita telusuri dulu yuk makna dari
pariwisata budaya itu sendiri.
Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berisi kajian mengenai
tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret
bangsa/sukubangsa, serta merefleksikan keanekaragaman dan identitas dari
masyarakat atau bangsa bersangkutan. Namun, setiap orang mempunyai pengertian
yang berbeda, di satu sisi pariwisata budaya diartikan sebagai pariwisata yang
berhubungan dengan cipta karya (creative
art) seperti teater, tari, opera dan lukis. Di sisi lain, ada pula yang
berpendapat bahwa pariwisata budaya merupakan pariwisata yang berhubungan
dengan cipta Karsa (humanities)
seperti sejarah, tradisi, adat istiadat, bahasa dan sebagainya.
Untuk lebih konkretnya, inilah esensi yang
terkandung dalam kegiatan wisata budaya dilansir dari academia.edu :
- Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok untuk melihat, meneliti, , dan memahami kebudayaan (tradisi, perilaku, kerajinan, kesenian, dll) masyarakat di suatu tempat dalam waktu tertentu.
- Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok untuk melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami hal-hal yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari (eksotis), yang dilakukan dalam waktu tertentu (sementara).
- Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami kebudayaan masyarakat di suatu tempatdari waktu ke waktu (bukan hanya kebudayaan yang bersifat tradisional saja melainkan kebudayaan yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan lain)
- Wisata budaya berkaitan dengan obyek yang memiliki daya tarik kelokalan, menghasilkan nilai tambah dan manfaat, serta berkelanjutan.
- Wisata budaya juga berkenaan dengan fasilitas, aksesibilitas, pelaku, modal, dan sistem informasi
Ya, secara konseptual, pariwisata budaya adalah
suatu konsep yang mengusung pengembangan pariwisata berbasis sumberdaya
budaya yang tujuannya untuk mendukung upaya-upaya pelestarian budaya dan
lingkungannnya. Eksekusinya dilakukan dengan cara meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya budaya secara berkelanjutan guna
meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat setempat.
Jika kita perhatikan, tampaknya kesenian menjadi
komponen yang cukup krusial di pariwisata budaya ini. Rupanya, beberapa ahli memang
mengatakan bahwa seni adalah bagian dari budaya yang digunakan sebagai cara
kreatif tidak langsung untuk berkomunikasi yang mencakup seni visual, rupa,
seni sastra dan seni pertunjukan, musik, teater, tari dan film (William A,
1985). Seni mengungkapkan emosi yang ada dalam pikiran sang pencipta. Kesenian
memiliki sifat multilingual,
multidimensional, dan multicultural (Chalmers, 1996). Lebih jauh lagi
Jahnke, (1995) menjelaskan multilingual
adalah teknik pengembangan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai cara
dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional adalah mengembangkan
kompetensi meliputi persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi,
apresiasi dan produktivitas dengan cara memadukan secara harmonis unsur-unsur
logika, kinestetik etika, dan estetika. Sedangkan, multicultural memiliki sifat menumbuhkembangkan kesadaran dan
kemampuan apresiasi terhadap keragaman budaya dalam masyarakat dan budaya yang
majemuk.
Berdasarkan
bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok : seni
rupa, seni musik, seni tari, seni teater dan seni sastra. Lebih jauh lagi
menurut Puji(2009), seni dapat dikelompokkan dalam tiga bidang yaitu pertama
seni rupa yangterdiri dari seni lukis, seni patung dan seni ukir. Kedua yaitu
seni sastra yang terdiri daripuisi dan prosa, dan terakhir adalah seni
pertunjukan yang terdiri dari tari, drama atau teater, serta musik. Selanjutnya
istilah tradisional dan rakyat dapat digunakan untuk merujuk pada aspek perilaku
yang dipelajari (budaya) yang disepakati dan ditetapkan dalam suatu komunitas.
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karenakebutuhan
dari nenek moyang yang terdahulu. Artinya tradisional adalah tradisi yang turun
temurun atau kebiasaan yang dapat punah karena tidak adanya dukungan
darimasyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut. Jadi kesenian tradisional
adalah kesenian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan
norma-norma,patron-patron atau pakem tertentu yang sudah biasa berlaku.
Setelah menyelami makna pariwisata budaya cukup
mendalam, terbitlah kesadaran bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki
keanekaragaman seni dan budaya yang sangat
kaya. Kekayaan tersebut merupakan sumber dari karya intelektual yang
dapat dan tidak hanya perlu dilestarikan, namun perlu dilindungi oleh
undang-undang. Keberadaannya mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi para penciptanya serta bangsa dan negara. Namun dalam
kenyataan yang dihadapi, justru aset budaya lokal di beberapa daerah semakin
tersisihkan dan cenderung punah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya
apresiasi akibat menurunnya nilai jati diri dan karakter bangsa oleh dampak
negatif globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Belum lagi
masalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian nilai budaya
dan kearifan lokal, rendahnya pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang
kekayaan budaya dengan nilai luhurnya. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa
hingga saat ini pembajakan dan pencurian terhadap berbagai kekayaan seni budaya
dan kekayaan intelektual sangat marak terjadi. Kebijakan dan program pemerintah
yang kurang tepat diduga menjadi salah satu penyebabnya.
Pada dasarnya UUD 1945 Pasal 32 dengan jelas
mengamanatkan bahwa negara bertanggung jawab memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia, dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Dalam konteks ini,
Pemerintah di era globalisasi sekarang, berkewajiban melindungi, memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai penting budayanya agar tidak tergerus oleh
nilai-nilai budaya global yang tidak sesuai dengan karakter dan jati diri
bangsa. Menurut Tanudirjo (2004) seni dan budaya Indonesia memiliki nilai
penting, yaitu sebagai berikut :
- Memiliki nilai etnis yang dapat memberikan pemahaman kehidupan sosial, sistem kepercayaan, dan mitologi yang merupakan jati diri suatu bangsa atau komunitas tertentu.
- Memiliki nilai estetis dengan unsur-unsur keindahan terkait dengan seni rupa, seni hias, seni bangun, seni suara maupun bentuk-bentuk kesenian lain, termasuk juga keserasian antara bentang alam dan karya budaya (saujana budaya). Seringkali keindahan seperti ini menjadi sumber ilham yang penting untuk menghasilkan karya-karya budaya di masa kini dan mendatang;
- Memiliki nilai publik yang dapat dikembangkan sebagai sarana pendidikan masyarakat tentang tradisi kesenian leluhur melalui penelitian atau melalui kegiatan pariwisata.
- Memiliki nilai politis yang digunakan sebagai legitimasi kelompok atau negara tertentu terhadap identitas kepemilikan intelektual bangsa.
Dapat dibayangkan dengan keunikan dan keragaman
kesenian dan budaya beserta komponen-komponennya, tentunya merupakan suatu
anugerah bagi Indonesia sekaligus menjadi kekuatan dalam pembangunan ekonomi
khususnya di bidang pendidikan maupun pariwisata. Selain itu, jika kesenian
tradisional sebagai bagian dari kehidupan mampu dikelola dan diinterpretasikan
dengan baik maka Indonesia akan memiliki daya tarik yang kompetitif. Dalam
pariwisata, daya tarik atau atraksi merupakan unsur yang paling penting. Dalam penetapan
satu tempat tujuan wisata, umumnya yang dinilai pertama kali adalah keunikan atraksi
yang ada di lokasi tersebut baik berupa daya tarik sumber daya alam maupun
budaya. Tidak ada atraksi, berarti tidak ada pariwisata dan wisatawan. Mengacu
pada daya tarik sumber daya budaya, peluang keberhasilan kesenian tradisional
dimungkinkan menjadi salah satu atraksi wisata budaya (Fridgen, 1991; Gunn,
1998) dengan mempertimbangkan :
- Interpretasi makna dan simbol yang terkandung dalam kesenian tradisional denganmempertahankan otentisitas yang menjadi dasar suatu atraksi menjadi unik.
- Pengemasan (packaging) yang didesain sedemikian rupa mengacu pada upaya pelestarian norma dan nilai kesenian tradisional di masyarakat setempat.
- Diversivikasi produk kesenian tradisional dimungkinkan untuk dikemas dengan pengemasan komponen budaya lainnya atau dengan produk wisata budaya lainnya.
Kita sudah menelusuri makna pariwisata budaya,
permasalahan yang melanda, hingga upaya menjaga kesenian lokal yang merupakan
unsur potensial dalam pariwisata budaya. Lalu, solusi apa saja sih yang bisa
kita lakukan demi memajukan potensi budaya kita?
Teruntuk kamu para generasi muda, jangan hanya
menjadi followers, jadilah trendsetter yang mampu mengembangkan ide
dan menyalurkannya dalam bentuk gebrakan baru. Promosikan budaya dengan cara
yang unik demi meningkatkan daya jual pariwisata budaya di negeri kita
tercinta. Banyak cara untuk mempromosikan budaya lokal, salah satunya adalah
dengan memberikan sentuhan modern seraya mengikuti perkembangan zaman. Contoh
riilnya datang dari anak bangsa. Dilansir dari beritateknologi.com, mahasiswa
jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Surabaya (ITS) di Surabaya,
mempromosikan alat musik tradisional Gamelan berbasis virtual games yang bisa dimainkan melalui Smartphone Android. Sederhana namun menarik. Games ini bisa
meningkatkan pamor Gamelan dan menarik perhatian wisatawan untuk mempelajari
Gamelan lebih mendalam.
Kamu juga bisa loh turut berpartisipasi dalam mempromosikan
budaya Indonesia, promosikan saja potensi-potensi budaya lokal yang masih terpendam
dengan cara sederhana ini. Pertama, kenali dulu obyek apa yang ingin kamu
promosikan, kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Kamu bisa memulainya dari
daerahmu sendiri. Carilah objek budaya apa yang kira-kira bakal berpeluang
menarik wisatawan. Kedua, promosikan objek pilihanmu itu kepada masyarakat
luas. Jejaring sosial seperti facebook,
twitter, instagram, dan path adalah
cara yang cukup efektif untuk mengundang wisatawan datang. Caranya, foto objek
semenarik mungkin, dengan kualitas gambar terbaik dan jangan lupa untuk memberi
caption persuasif yang menggiurkan
dan membangkitkan rasa penasaran orang-orang, trus upload deh. Ketiga,
manfaatkan kemampuan menulismu untuk berbagi informasi mengenai pariwisata
budaya Indonesia melalui blog pribadi ataupun media online seperti kompasiana,
hipwee, atau detiktravel. Keempat, menjelajahi nusantara untuk mengenal ragam
budaya merupakan salah satu cara untuk mengenal kebudayaaan-kebudayaan yang ada
di Indonesia. Sesekali rekam jejak perjalananmu saat kamu mendatangi suatu
destinasi atau festival yang berkaitan dengan budaya lokal, jangan lupa berikan
narasi tentang objek budaya yang kamu rekam lalu upload ke youtube dan sebarkan melalui media sosial yang kamu miliki. Dan terakhir, bergabunglah dengan teman-temanmu
untuk membuat bisnis tour kecil-kecilan,
misalnya tur satu hari mengelilingi Taman Mini Indonesia Indah atau menikmati
atmosfir kesederhanaan Suku Baduy di Banten. Kolaborasi dengan temanmu yang
jago desain grafis agar brosur atau pamfletmu menarik dipandang mata. Tapi
ingat, walaupun masih amatir, tetaplah menjadi operator perjalanan yang ramah
lingkungan dan mentaati adat istiadat di daerah yang akan kunjungi.
Selain itu, promosi budaya juga dapat dilakukan
melalui event baik lokal maupun
Internasional. Event Jelajah Museum
seperti yang baru saja diselenggarakan oleh Taman Mini Indonesia Indah yang
tentu akan menambah kecintaan masyarakat terhadap museum yang notabene adalah
rumah budaya bangsa. Selain itu, kepiawaian Ridwan Kamil saat Konfrensi Asia
Afrika (KAA) berhasil mengajak delegasi perwakilan bangsa lain dan mengajak
masyarakat kota Bandung untuk memainkan alat musik angklung bersama-sama, juga merupakan
cara unik untuk menciptakan rasa bangga dan meningkatkan daya tarik terhadap
budaya Indonesia.
Pada saat diadakannya festival bertajuk “Indonesian Culinary Festival" yang
digelar di Grand Westin Hotel-Berlin, Jerman, rendang menjadi menu yang paling
“laku” sehingga kurang dari satu jam saja menu ini sudah ludes tak bersisa. Tak
salah jika CNN menobatkan makanan dengan
cita rasa gurih ini sebagai salah satu makanan terenak di dunia. Bagaimana
reaksi masyarakat mengetahui kabar ini? Bangga, bukan? Pastinya, jika terdapat
turis asing yang datang ke Indonesia, pasti rendang-lah yang paling
direkomendasikan. Jika kegiatan semacam itu terus dilakukan secara simultan,
Indonesia akan dipadati oleh turis-turis yang haus pengetahuan, devisa negara
meningkat, kerjasama antar-negara terjaga, budaya pun terlestarikan. Indonesia juga
akan dikenal secara global yang berefek positif terhadap munculnya rasa bangga
terhadap budaya kita sendiri.
Menghilangkan
Mental Inlander
Apakah banyak dari kita yang jika melihat turis
“bule” langsung meminta foto bareng? Tak lupa di posting ke social media. Entah “bule” tersebut seorang
pejabat, artis, penjahat, apapun profesi di negara asalnya, yang penting foto
bareng “bule”. Namun, banyakkah dari kita yang
merasa gugup, takut, dan tidak percaya diri ketika berinteraksi langsung
atau mewawancarai mereka? Apakah hanya selfie
yang bisa kita lakukan? Padahal, MEA sudah digelar dan event Internasional harus segera dieksekusi demi mewujudkan misi
membangun Indonesia melalui pariwisata budaya.
Inilah bukti bahwa kita masih terjebak oleh mental
inlander. Mental inlander merupakan kondisi jiwa, sikap dan perilaku, yang
selalu menganggap bahwa negara luar (barat) itu unggul, modern, dan berkuasa.
Dan menganggap budayanya sendiri kolot, primitif, dan ketinggalan zaman.
Mungkin, masa lalu kelam Indonesia sebagai negara yang terjajah masih melekat
erat saat ini. Mental ini harus diruntuhkan jika kita ingin memajukan
pariwisata budaya. Karena kita akan dihadapi oleh padatnya kedatangan turis
asing yang akan menilai ke-profesionalitasan kita, terlebih kualitas suatu
negara diukur dari kualitas sumber daya manusianya.
Pariwisata budaya sangat berperan dalam meruntuhkan
mental inlander dan menemukan kembali jati diri bangsa. Mengapa? Karena secara
tak langsung, kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata budaya membiasakan
kita untuk selalu bertemu dengan turis asing. Selain itu, sejatinya setiap
kegiatan akan menumbuhkan kebanggan kita terhadap budaya sendiri dan perlahan
akan merubah paradigma bangsa yang terlalu mengagungkan bangsa asing. Apabila
sudah terjadi perbaikan paradigma bangsa, rasa percaya diri masyarakat akan
muncul. Sehingga, tidak merasa minder jika berhubungan dengan bangsa lain. Apabila
semuanya sudah dapat disinergikan dengan baik, pasti bangsa kita tidak akan
terombang-ambing oleh ideologi asing. Bangsa kita akan memiliki jati diri yang
jelas, percaya diri yang tinggi dan menjadi bangsa yang berkarakter kuat.
Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwisata
budaya merupakan kekuatan bangsa dan yang harus segera dibangunkan. Indonesia
mungkin sulit untuk menjadi negara superpower,
tapi Indonesia berpeluang besar untuk menjadi negara supercultural. So, let’s
think locally, but act globally!
SUMBER :
http://travelplusindonesia.blogspot.co.id/2014/02/13-cara-berpartisipasi-memajukan.html
diakses pada 28 Desember 2015 pukul 16.42
http://www.academia.edu/4929428/PARIWISATA_BUDAYA_sebagai_salah_satu_alat_pelestari_kesenian_tradisional
diakses pada 28 Desember 2015 pukul 16.47
http://tekno.liputan6.com/read/372182/gamelan-toetoel-gamelan-ala-android
diakse pada 28 Desember 2015 pukul 16.49
http://taadeers.blogspot.co.id/2011/03/pariwisata-budaya-indonesia.html
diakses pada 28 Desember 2015 pukul 16.50
No comments:
Post a Comment