Saturday, January 2, 2016

T2_SheilaNurulAstari_Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia

MEMBANGUNKAN SI RAKSASA PENYELAMAT BANGSA : PARIWISATA BUDAYA

Indonesia patut berbangga hati karena menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki keanekaragaman budaya baik dalam bentuk nilai/ide, perilaku maupun karya benda. Dapat dibayangkan lebih dari 200 juta penduduk yang tersebar di sekitar 17 ribu pulau, membuktikan Indonesia sebagai negara pluralisme dengan keanekaragaman seni dan budaya lebih dari 470 suku bangsa dan 19 daerah hukum adat dengan tidak kurang dari 700 bahasa yang digunakan kelompok masyarakat. Ditambah setiap suku bangsa memiliki kebudayaan-kebudayaan uniknya tersendiri. Sangat kaya, bukan?

Namun, hidup di Indonesia masih belum lepas dari belenggu permasalahan. Pasalnya, kekayaan budaya ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Tak sedikit budaya yang “mati” lantaran ditelantarkan. Pemicu utama biasanya kurang mendapat apresiasi dari masyarakat, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan budaya menjadi kurang diminati dan terhenti.  Terlebih di zaman serba teknologi sekarang ini, semakin memperjelas degradasi nilai jati diri dan karakter bangsa. Belum lagi masalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian nilai budaya dan kearifan lokal, rendahnya pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang kekayaan budaya dengan nilai luhurnya. Dan ujungnya, budaya kita di-klaim oleh negara lain yang lebih memerhati dan mengapresiasi. Memang, permasalahan budaya di Indonesia ini, kalau tidak hilang, ya dicuri. Miris memang.

Padahal, jika dikemas dengan baik, budaya bisa menjadi sarana dalam memajukan Indonesia. Mengapa tidak kita manfaatkan saja kekayaan ini demi terwujudnya kesejahteraan bangsa. Caranya? Tentu saja melalui Pariwisata Budaya. Namun, bukankah kegiatan pariwisata budaya sudah berlaku di Indonesia? Memang, tapi masih butuh banyak perbaikan, lihat saja, generasi muda ini, masih sibuk berbangga dengan mengikuti festival dan gaya hidup ala-Barat. Banyakkah dari kita yang mau berlarut malam untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit ketimbang berlarut malam untuk berjoget mengikuti alunan musik yang dihasilkan oleh disk-jockey? Saya rasa tidak. Apalagi yang harus segera diubah? Tentunya mental kita sendiri. Sedih untuk mengatakan ini, tapi kenyataannya kita masih terjerat dengan mental inlander. Paradigma bahwa bangsa asing lebih berkuasa dan lebih pintar membuat kita  tidak percaya diri ketika harus menghadapi mereka. Ditambah pula budaya tidak disiplin yang semakin memperjelas ketidak-profesional-an kita sebagai bangsa yang berbudaya.

Akhirnya, terlintaslah solusi dalam memecahkan masalah tersebut, yaitu melalui Pariwisata Budaya. Yups, kali ini saya akan banyak menguraikan peran Pariwisata Budaya sebagai media dalam mengenal bangsa secara utuh dan mengenal diri sebagai pribadi yang handal, kreatif, sadar budaya dan berjiwa nasionalisme namun tetap berwawasan global, yang diharap akan mengantarkan Indonesia menuju gerbang keberhasilan.

Pertama-tama, kita telusuri dulu yuk makna dari pariwisata budaya itu sendiri.  Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berisi kajian mengenai tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret bangsa/sukubangsa, serta merefleksikan keanekaragaman dan identitas dari masyarakat atau bangsa bersangkutan. Namun, setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda, di satu sisi pariwisata budaya diartikan sebagai pariwisata yang berhubungan dengan cipta karya (creative art) seperti teater, tari, opera dan lukis. Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa pariwisata budaya merupakan pariwisata yang berhubungan dengan cipta Karsa (humanities) seperti sejarah, tradisi, adat istiadat, bahasa dan sebagainya.

Untuk lebih konkretnya, inilah esensi yang terkandung dalam kegiatan wisata budaya dilansir dari academia.edu  :
  1. Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok untuk melihat, meneliti,  , dan memahami kebudayaan (tradisi, perilaku, kerajinan, kesenian, dll) masyarakat di suatu tempat dalam waktu tertentu.
  2. Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok untuk melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami hal-hal yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari (eksotis), yang dilakukan dalam waktu tertentu (sementara).
  3. Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami kebudayaan masyarakat di suatu tempatdari waktu ke waktu (bukan hanya kebudayaan yang bersifat tradisional saja melainkan kebudayaan yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan lain)
  4. Wisata budaya berkaitan dengan obyek yang memiliki daya tarik kelokalan, menghasilkan nilai tambah dan manfaat, serta berkelanjutan.
  5. Wisata budaya juga berkenaan dengan fasilitas, aksesibilitas, pelaku, modal, dan sistem informasi

Ya, secara konseptual, pariwisata budaya adalah suatu konsep yang mengusung pengembangan pariwisata berbasis sumberdaya budaya yang tujuannya untuk mendukung upaya-upaya pelestarian budaya dan lingkungannnya. Eksekusinya dilakukan dengan cara meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya budaya secara berkelanjutan guna meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat setempat.

Jika kita perhatikan, tampaknya kesenian menjadi komponen yang cukup krusial di pariwisata budaya ini. Rupanya, beberapa ahli memang mengatakan bahwa seni adalah bagian dari budaya yang digunakan sebagai cara kreatif tidak langsung untuk berkomunikasi yang mencakup seni visual, rupa, seni sastra dan seni pertunjukan, musik, teater, tari dan film (William A, 1985). Seni mengungkapkan emosi yang ada dalam pikiran sang pencipta. Kesenian memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multicultural (Chalmers, 1996). Lebih jauh lagi Jahnke, (1995) menjelaskan multilingual adalah teknik pengembangan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai cara dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional adalah mengembangkan kompetensi meliputi persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dengan cara memadukan secara harmonis unsur-unsur logika, kinestetik etika, dan estetika. Sedangkan, multicultural memiliki sifat menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap keragaman budaya dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.

Berdasarkan bentuk dan mediumnya seni dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok : seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater dan seni sastra. Lebih jauh lagi menurut Puji(2009), seni dapat dikelompokkan dalam tiga bidang yaitu pertama seni rupa yangterdiri dari seni lukis, seni patung dan seni ukir. Kedua yaitu seni sastra yang terdiri daripuisi dan prosa, dan terakhir adalah seni pertunjukan yang terdiri dari tari, drama atau teater, serta musik. Selanjutnya istilah tradisional dan rakyat dapat digunakan untuk merujuk pada aspek perilaku yang dipelajari (budaya) yang disepakati dan ditetapkan dalam suatu komunitas. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karenakebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Artinya tradisional adalah tradisi yang turun temurun atau kebiasaan yang dapat punah karena tidak adanya dukungan darimasyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut. Jadi kesenian tradisional adalah kesenian yang dihasilkan secara turun-temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma,patron-patron atau pakem tertentu yang sudah biasa berlaku.

Setelah menyelami makna pariwisata budaya cukup mendalam, terbitlah kesadaran bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat  kaya. Kekayaan tersebut merupakan sumber dari karya intelektual yang dapat dan tidak hanya perlu dilestarikan, namun perlu dilindungi oleh undang-undang. Keberadaannya mampu dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para penciptanya serta bangsa dan negara. Namun dalam kenyataan yang dihadapi, justru aset budaya lokal di beberapa daerah semakin tersisihkan dan cenderung punah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya apresiasi akibat menurunnya nilai jati diri dan karakter bangsa oleh dampak negatif globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Belum lagi masalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian nilai budaya dan kearifan lokal, rendahnya pemahaman, komitmen, dan kesadaran tentang kekayaan budaya dengan nilai luhurnya. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa hingga saat ini pembajakan dan pencurian terhadap berbagai kekayaan seni budaya dan kekayaan intelektual sangat marak terjadi. Kebijakan dan program pemerintah yang kurang tepat diduga menjadi salah satu penyebabnya.

Pada dasarnya UUD 1945 Pasal 32 dengan jelas mengamanatkan bahwa negara bertanggung jawab memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia, dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Dalam konteks ini, Pemerintah di era globalisasi sekarang, berkewajiban melindungi, memelihara dan mengembangkan nilai-nilai penting budayanya agar tidak tergerus oleh nilai-nilai budaya global yang tidak sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa. Menurut Tanudirjo (2004) seni dan budaya Indonesia memiliki nilai penting, yaitu sebagai berikut :

  1. Memiliki nilai etnis yang dapat memberikan pemahaman kehidupan sosial, sistem kepercayaan, dan mitologi yang merupakan jati diri suatu bangsa atau komunitas tertentu.
  2. Memiliki nilai estetis dengan unsur-unsur keindahan terkait dengan seni rupa, seni hias, seni bangun, seni suara maupun bentuk-bentuk kesenian lain, termasuk juga keserasian antara bentang alam dan karya budaya (saujana budaya). Seringkali keindahan seperti ini menjadi sumber ilham yang penting untuk menghasilkan karya-karya budaya di masa kini dan mendatang;
  3. Memiliki nilai publik yang dapat dikembangkan sebagai sarana pendidikan masyarakat tentang tradisi kesenian leluhur melalui penelitian atau melalui kegiatan pariwisata.
  4. Memiliki nilai politis yang digunakan sebagai legitimasi kelompok atau negara tertentu terhadap identitas kepemilikan intelektual bangsa.

Dapat dibayangkan dengan keunikan dan keragaman kesenian dan budaya beserta komponen-komponennya, tentunya merupakan suatu anugerah bagi Indonesia sekaligus menjadi kekuatan dalam pembangunan ekonomi khususnya di bidang pendidikan maupun pariwisata. Selain itu, jika kesenian tradisional sebagai bagian dari kehidupan mampu dikelola dan diinterpretasikan dengan baik maka Indonesia akan memiliki daya tarik yang kompetitif. Dalam pariwisata, daya tarik atau atraksi merupakan unsur yang paling penting. Dalam penetapan satu tempat tujuan wisata, umumnya yang dinilai pertama kali adalah keunikan atraksi yang ada di lokasi tersebut baik berupa daya tarik sumber daya alam maupun budaya. Tidak ada atraksi, berarti tidak ada pariwisata dan wisatawan. Mengacu pada daya tarik sumber daya budaya, peluang keberhasilan kesenian tradisional dimungkinkan menjadi salah satu atraksi wisata budaya (Fridgen, 1991; Gunn, 1998) dengan mempertimbangkan :

  1. Interpretasi makna dan simbol yang terkandung dalam kesenian tradisional denganmempertahankan otentisitas yang menjadi dasar suatu atraksi menjadi unik.
  2. Pengemasan (packaging) yang didesain sedemikian rupa mengacu pada upaya pelestarian norma dan nilai kesenian tradisional di masyarakat setempat.
  3. Diversivikasi produk kesenian tradisional dimungkinkan untuk dikemas dengan pengemasan komponen budaya lainnya atau dengan produk wisata budaya lainnya.

Kita sudah menelusuri makna pariwisata budaya, permasalahan yang melanda, hingga upaya menjaga kesenian lokal yang merupakan unsur potensial dalam pariwisata budaya. Lalu, solusi apa saja sih yang bisa kita lakukan demi memajukan potensi budaya kita?

Teruntuk kamu para generasi muda, jangan hanya menjadi followers, jadilah trendsetter yang mampu mengembangkan ide dan menyalurkannya dalam bentuk gebrakan baru. Promosikan budaya dengan cara yang unik demi meningkatkan daya jual pariwisata budaya di negeri kita tercinta. Banyak cara untuk mempromosikan budaya lokal, salah satunya adalah dengan memberikan sentuhan modern seraya mengikuti perkembangan zaman. Contoh riilnya datang dari anak bangsa. Dilansir dari beritateknologi.com, mahasiswa jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Surabaya (ITS) di Surabaya, mempromosikan alat musik tradisional Gamelan berbasis virtual games yang bisa dimainkan melalui Smartphone Android. Sederhana namun menarik. Games ini bisa meningkatkan pamor Gamelan dan menarik perhatian wisatawan untuk mempelajari Gamelan lebih mendalam.

Kamu juga bisa loh turut berpartisipasi dalam mempromosikan budaya Indonesia, promosikan saja potensi-potensi budaya lokal yang masih terpendam dengan cara sederhana ini. Pertama, kenali dulu obyek apa yang ingin kamu promosikan, kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Kamu bisa memulainya dari daerahmu sendiri. Carilah objek budaya apa yang kira-kira bakal berpeluang menarik wisatawan. Kedua, promosikan objek pilihanmu itu kepada masyarakat luas. Jejaring sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan path adalah cara yang cukup efektif untuk mengundang wisatawan datang. Caranya, foto objek semenarik mungkin, dengan kualitas gambar terbaik dan jangan lupa untuk memberi caption persuasif yang menggiurkan dan membangkitkan rasa penasaran orang-orang, trus upload deh. Ketiga, manfaatkan kemampuan menulismu untuk berbagi informasi mengenai pariwisata budaya Indonesia melalui blog pribadi ataupun media online seperti kompasiana, hipwee, atau detiktravel. Keempat, menjelajahi nusantara untuk mengenal ragam budaya merupakan salah satu cara untuk mengenal kebudayaaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Sesekali rekam jejak perjalananmu saat kamu mendatangi suatu destinasi atau festival yang berkaitan dengan budaya lokal, jangan lupa berikan narasi tentang objek budaya yang kamu rekam lalu upload ke youtube dan sebarkan melalui media sosial yang kamu miliki.  Dan terakhir, bergabunglah dengan teman-temanmu untuk membuat bisnis tour kecil-kecilan, misalnya tur satu hari mengelilingi Taman Mini Indonesia Indah atau menikmati atmosfir kesederhanaan Suku Baduy di Banten. Kolaborasi dengan temanmu yang jago desain grafis agar brosur atau pamfletmu menarik dipandang mata. Tapi ingat, walaupun masih amatir, tetaplah menjadi operator perjalanan yang ramah lingkungan dan mentaati adat istiadat di daerah yang akan kunjungi.

Selain itu, promosi budaya juga dapat dilakukan melalui event baik lokal maupun Internasional. Event Jelajah Museum seperti yang baru saja diselenggarakan oleh Taman Mini Indonesia Indah yang tentu akan menambah kecintaan masyarakat terhadap museum yang notabene adalah rumah budaya bangsa. Selain itu, kepiawaian Ridwan Kamil saat Konfrensi Asia Afrika (KAA) berhasil mengajak delegasi perwakilan bangsa lain dan mengajak masyarakat kota Bandung untuk memainkan alat musik angklung bersama-sama, juga merupakan cara unik untuk menciptakan rasa bangga dan meningkatkan daya tarik terhadap budaya Indonesia.

Pada saat diadakannya festival bertajuk “Indonesian Culinary Festival" yang digelar di Grand Westin Hotel-Berlin, Jerman, rendang menjadi menu yang paling “laku” sehingga kurang dari satu jam saja menu ini sudah ludes tak bersisa. Tak salah jika CNN menobatkan  makanan dengan cita rasa gurih ini sebagai salah satu makanan terenak di dunia. Bagaimana reaksi masyarakat mengetahui kabar ini? Bangga, bukan? Pastinya, jika terdapat turis asing yang datang ke Indonesia, pasti rendang-lah yang paling direkomendasikan. Jika kegiatan semacam itu terus dilakukan secara simultan, Indonesia akan dipadati oleh turis-turis yang haus pengetahuan, devisa negara meningkat, kerjasama antar-negara terjaga, budaya pun terlestarikan. Indonesia juga akan dikenal secara global yang berefek positif terhadap munculnya rasa bangga terhadap budaya kita sendiri.

Menghilangkan Mental Inlander

Apakah banyak dari kita yang jika melihat turis “bule” langsung meminta foto bareng? Tak lupa di posting ke social media. Entah “bule” tersebut seorang pejabat, artis, penjahat, apapun profesi di negara asalnya, yang penting foto bareng “bule”. Namun, banyakkah dari kita yang  merasa gugup, takut, dan tidak percaya diri ketika berinteraksi langsung atau mewawancarai mereka? Apakah hanya selfie yang bisa kita lakukan? Padahal, MEA sudah digelar dan event Internasional harus segera dieksekusi demi mewujudkan misi membangun Indonesia melalui pariwisata budaya.

Inilah bukti bahwa kita masih terjebak oleh mental inlander. Mental inlander merupakan kondisi jiwa, sikap dan perilaku, yang selalu menganggap bahwa negara luar (barat) itu unggul, modern, dan berkuasa. Dan menganggap budayanya sendiri kolot, primitif, dan ketinggalan zaman. Mungkin, masa lalu kelam Indonesia sebagai negara yang terjajah masih melekat erat saat ini. Mental ini harus diruntuhkan jika kita ingin memajukan pariwisata budaya. Karena kita akan dihadapi oleh padatnya kedatangan turis asing yang akan menilai ke-profesionalitasan kita, terlebih kualitas suatu negara diukur dari kualitas sumber daya manusianya.

Pariwisata budaya sangat berperan dalam meruntuhkan mental inlander dan menemukan kembali jati diri bangsa. Mengapa? Karena secara tak langsung, kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata budaya membiasakan kita untuk selalu bertemu dengan turis asing. Selain itu, sejatinya setiap kegiatan akan menumbuhkan kebanggan kita terhadap budaya sendiri dan perlahan akan merubah paradigma bangsa yang terlalu mengagungkan bangsa asing. Apabila sudah terjadi perbaikan paradigma bangsa, rasa percaya diri masyarakat akan muncul. Sehingga, tidak merasa minder jika berhubungan dengan bangsa lain. Apabila semuanya sudah dapat disinergikan dengan baik, pasti bangsa kita tidak akan terombang-ambing oleh ideologi asing. Bangsa kita akan memiliki jati diri yang jelas, percaya diri yang tinggi dan menjadi bangsa yang berkarakter kuat.

Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa pariwisata budaya merupakan kekuatan bangsa dan yang harus segera dibangunkan. Indonesia mungkin sulit untuk menjadi negara superpower, tapi Indonesia berpeluang besar untuk menjadi negara supercultural. So, let’s think locally, but act globally!

SUMBER :

No comments:

Post a Comment