DEMAK
Pada tugas 4
di mata kuliah pemanduan wisata ini di perintahkan untuk memilih salah satu
kota di pulau Jawa untuk dibahas tentang wisata da budayanya. Saya akan
membahas wisata dan budaya yang terdapat pada kabupaten Demak.
Kabupaten Demak adalah salah satu kabupaten di provinsi
Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Demak. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa
di barat, Kabupaten Jepara di utara, Kabupaten Kudus di timur, Kabupaten
Grobogan di tenggara, serta Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di sebelah
barat.
Kabupaten
Demak adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada
6º43'26" - 7º09'43" LS dan 110º48'47" BT dan terletak sekitar 25
km di sebelah timur Kota Semarang. Demak dilalui jalan utara (pantura) yang menghubungkan
Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi.
Kabupaten
Demak memiliki luas wilayah seluas ± 1.149,07 km², yang terdiri dari daratan
seluas ± 897,43 km², dan lautan seluas ± 252,34 km². Sedangkan kondisi tekstur
tanahnya, wilayah Kabupaten Demak terdiri atas tekstur tanah halus (liat) dan
tekstur tanah sedang (lempung). Dilihat dari sudut kemiringan tanah, rata-rata
datar. Dengan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut (sudut
elevasi) wilayah kabupaten Demak terletak mulai dari 0 m sampai dengan 100 m.
untuk asal muasal atau sejaarah kabupaten Demak yaitu, Demak adalah
kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini didirikan
oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan
kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak.
Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembilan
orang ulama besar, pendakwah islam paling awal di pulau jawa.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu
menganut islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati
Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang
tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh
Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Menurut Prof.DR. Hamka, kata Demak
berasal dari bahasa Arab “dama” yang artinya mata air. Selanjutnya penulis
Sholihin Salam juga menjelaskan bahwa Demak berasal dari bahasa Arab diambil
dari kata “dzimaa in” yang berarti sesuatu yang mengandung air (rawa-rawa).
Suatu kenyataan bahwa daerah Demak memang banyak mengandung air; Karena
banyaknya rawa dan tanah payau sehingga banyak tebat (kolam) atau sebangsa
telaga tempat air tertampung. Catatan : kata delamak dari bahasa Sansekerta
berarti rawa.
Pariwisata merupakan
sektor yang dapat mendatangkan devisa bagi daerah apabila sektor ini
dikembangkan dengan baik. Bagaimana prospek kepariwisataan dalam mendukung
perekonomian daerah dapat dilihat dari jumlah pengunjung obyek wisata yang dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan.
Menurut informasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Demak selama tahun 2014 tercatat 1.538.064 orang telah mengunjungi
obyek wisata, turun 0,18 dari tahun 2013. Jumlah pengunjung tersebut terdiri dari 1.537.388 wisatawan
domestik dan 676 orang wisatawan asing yang berasal dari beberapa negara di
Asia. Ada empat obyek wisata utama di Kabupaten Demak yaitu : obyek wisata
religi Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga Kadilangu, Pantai Morosari dan
Taman Ria. Selama tahun 2014 jumlah wisatawan di Masjid Agung Demak Sebanyak
603.352 orang. Untuk obyek wisata Makam Sunan Kalijaga Kadilangu sebanyak
872.039 orang wisatawan. Untuk obyek wisata Pantai Morosari sebanyak 31.163
orang wisatawan. Sedangkan untuk pengunjung obyek wisata Taman Ria sebanyak
32.078 orang wisatawan.
Berikut adalah beberapa tempat wisata dan wisata budaya
yang terdapat pada kabupaten Demak:
1.
Masjid Agung Demak
Masjid ini menjadi salah satu pusat dakwah agama Islam di Pulau Jawa,.
Masjid ini konon dibangun oleh Raden Patah dan Wali Songo hanya dalam waktu
satu malam.
Masjid tersebut berdiri sejak sekitar abad ke-15 dan dibangun oleh sultan pertama dari Kesultanan Demak bernama Raden Patah, serta para Wali Songo yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa.
Masjid tersebut berdiri sejak sekitar abad ke-15 dan dibangun oleh sultan pertama dari Kesultanan Demak bernama Raden Patah, serta para Wali Songo yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa.
Raden
Patah serta Wali Songo berbagi-bagi tugas dalam membangun masjid. Ada 4 Wali
Songo yang ditugaskan mencari tiang penyangga dari kayu jati, yaitu Sunan
Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga. Keempat tiang itu
disebut soko guru atau tiang utama.
Dari keempat tiang, ada satu yang cukup unik. Salah satu tiangnya ada yang merupakan gabungan dari serpihan-serpihan kayu yang disebut soko tatal. Ini adalah tiang yang dibawa atau dibuat oleh Sunan Kalijaga. Keempat tiang ini diletakkan di bagian tengah masjid dan memang menjadi penyangga utamanya. Kalau atap masjid, bentuknya seperti segitiga bersusun.
Dari keempat tiang, ada satu yang cukup unik. Salah satu tiangnya ada yang merupakan gabungan dari serpihan-serpihan kayu yang disebut soko tatal. Ini adalah tiang yang dibawa atau dibuat oleh Sunan Kalijaga. Keempat tiang ini diletakkan di bagian tengah masjid dan memang menjadi penyangga utamanya. Kalau atap masjid, bentuknya seperti segitiga bersusun.
Masjid
Agung Demak memang didirikan sedemikian rupa agar bisa difungsikan sebagai
tempat ibadah serta berkumpulnya para Wali Songo. Karena memang di Demak
dibutuhkan tempat untuk pusat berkumpulnya para Wali Songo.
Sejak
pertama kali dibangun, masjid ini telah direnovasi sekitar satu kali pada tahun
1984. Hingga sekarang masjid selalu dikunjungi oleh masyarakat yang ingin
wisata religi, baik dari dalam maupun luar negeri. Ketika berkunjung, selain bisa beribadah
pengunjung juga bisa ziarah ke makam muslim di kawasan masjid. Ada makam Raden
Patah, Syekh Maulana Magribi dan lain-lain.
2.
Museum Masjid Agung Demak
Museum Masjid Agung
Demak terletak di sebelah utara masjid Masjid Agung Demak. Museum
ini besarnya hanya sekitar 4x4 meter, namun koleksinya cukup lengkap. koleksi
utama dari museum ini adalah bagian-bagian dari soko guru yang asli. Soko guru
ini merupakan tiang utama Masjid Agung Demak dari empat Wali Songo, yaitu Sunan
Bonang, Sunan Ampel, Sunan Gunungjati, serta Sunan Kalijaga dengan soko
tatalnya.Selain itu juga terdapat banyak peninggalan lain seperti pintu asli bangunan masjid pada awal
dibangun, gentong-gentong dari Campa, bedhug, kitab-kitab dan serat-serat yang
ditulis oleh para Sunan atau Wali, miniatur bangunan masjid dan ilustrasi
bentuk masjid sejak awal berdiri 500 tahun yang lalu berikut perubahan dan
renovasinya hingga sekarang ini.
3.
Makam Sunan Kalijaga
Sunan Kalijogo terkenal sebagai salah satu wali
yang menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa dengan cara-cara yang bijak dan
ramah. Cara Beliau yaitu dengan menyisipkannya melalui seni dan budaya seperti
wayang dan tembang-tembang Jawa.
Makam Sunan
Kalijaga berada di Kadilangu, Demak dalam “rumah”
kokoh dengan ukiran Jepara terbaik di pintu, jendela, maupun tiang-tiangnya.
Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari Walisongo yang mempunyai sejarah hidup
yang unik dan mengesankan. Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450
dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya,
Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi
masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon.
Sebelah makam sunan
kalijaga terdapat masjid yang dibangun oleh sunan kalijaga. Masjid Sunan
Kalijaga ini berdiri di tengah-tengah masyarakat santri. Beberapa meter di
sebelah timur Kompleks Makam Sunan Kalijaga dan keluarganya, di Kadilangu,
Demak. Di situ terdapat madrasah dinniyah dan TPA. Sejauh ini, tidak diperoleh
data akurat kapan persisnya masjid kuno ini dibangun untuk pertama kali. Namun,
berdasarkan cerita mulut ke mulut, masjid itu dibangun Sunan Kalijaga pada
suatu malam dan selesai malam itu juga, sebelum dilaksanakan shalat Subuh
berjamaah pada tahun 1479 M. Wallahu ’alam. Yang jelas, menurut prasasti yang
tersimpan di sana, masjid itu mengalami renovasi pertama kali pada 1564 M oleh
Pangeran Wijil. Namun, tidak pula terlacak Pangeran Wijil keberapa di antara
lima Pangeran Wijil yang tercatat dalam sejarah.
4.
Sentra Batik Demak
Demak sejak dulu adalah penghasil batik dengan ragam hias
yang halus dan rapih.Dengan sejarah batik yang panjang berkisar enam abad,tidak
mengherankan jika demak sempat menjadi salah satu pusat perdagangan dan
penyiaran agama antar bangsa. Ciri khas batik Demak terlihat dari kentalnya
perpaduan motif pesisiran dan pertanian yang jarang dibuat pembatik di daerah
lain.
Motif
yang ditawarkan dan membuat orang tertarik antara lain Ulam Segaran, Tigo
Rangsik, Sabet Rangsik, Semangka Tegalan dan Cupit Kepiting. “Istilah Rangsik
kita ambil dari kata urang (udang), kerang dan sisik. Penyederhanaan nama serta
bentuk binatang laut untuk lebih memperlihatkan ciri batik pesisiran. Sedangkan
motif semangka tegalan terinspirasi oleh buah semangka yang juga menjadi andalan
Demak
5.
Sentra Kerajinan
Kaligrafi
Namun, Sentra
industry kerajinan figura dan
kaligrafi ini berada di kampung Tembiring. Jaraknya lima menit
perjalanan berkendara dari Masjid Agung Demak yang berada di pusat kota.
Disini dapat melihat dari dekat proses pembuatannya. Dan tentunya
bisa melihat lebih banyak lagi pilihan yang bisa di beli.
6. Wisata Hutan Mangrove Morosari Sayung
Banyak
orang yang belum mengetahui adanya objek wisata di Demak yang satu ini. Padahal
di Morosari Sayung Demak ini tersimpan keindahan hutan mangrove atau bakau. Disini
bisa menikmati pemandangan indah sunset sambil menikmati suasana alam yang
masih asri dengan udara sejuk laut yang berbariskan pepohonan bakau yang
membentang serta pemandangan ratusan bangau putih yang bertengger ataupun
beterbangan di sekitar sana.
Lokasi
taman mangrove ini berada di kecamatan Sayung, desa bedono, Kabupaten Demak.
Untuk akses masuk dari gapura memang kondisi jalan masih ekstrim karena banyak
jalan berlubang dan sempit akan tetapi di setiap perjalanan disuguhi suasana tambak bandeng yang luas
serta kanan kiri terdapat pemandangan pohon bakau yang terbentang dan berjejer
serta banyaknya bangau putih yang beterbangan.
7.
Pantai Morosari
Demak merupakan salah satu daerah yang memiliki
pantai yang cukup panjang. Oleh karenanya ada salah satu pantai yang
dikembangkan sebagai obyek wisata Bahari. Salah satunya adalah Pantai Morosari
kecamatan Sayung . Pantai ini dulunya adalah sebuah pedukuhan yang cukup padat penduduknya masuk wilayah
desa Bedono . Namun karena abrasi yang terus menggerus maka ratusan rumah
hilang diterjang ombak.
Untuk memulihkan kondisi itu maka puluhan tahun
yang lalu desa ini di tanami mangrove agar laju abrasi terhenti atau
terkurangi. Mangrove yang ditanam setiap waktu itu kini telah membuahkan hasil.
Membentuk hutan-hutan mangrove kecil yang cukup indah dilihat dan dinikmati.
Selain itu banyak pula burung-burung liar yang bersarang di sana.
Akhirnya pemerintah kabupaten Demak liwat Dinas
Pariwisata dan Perusda Anwusa mengembangkan pantai ini sebagai obyek wisata
pantai andalan. Selain bisa melihat rimbunnya tanaman mangrove dengan berjalan
melewati jembatan kayu panjang. Wisatawan juga bisa menikmati hutan mangrove
ini dengan naik perahu.
Di Obyek wisata ini pengunjung juga bisa berziarah
ke makam Syeh Mudzakir salah satu tokoh penyebar agama Islam di desa itu. Makam
ini cukup unik karena selamat dari gerusan abrasi . Sedangkan ratusan rumah
roboh ditinggalkan penghuninya. Setiap hari makam ini menjadi tempat berziarah
warga setempat juga para wisatawan.
Oleh karena itu selain pengunjung disuguhi
pemandangan luasnya laut , deburan ombak serta hutan mangrove yang menghijau .
Pengunjung juga disuguhi akan sisa-sisa bangunan rumah , jalan , jembatan di dukuh Morosari yang terkenal abrasi laut.
8.
Wisata Agrowisata
Belimbing dan Jambu Merah Delima
Hasil
pertanian yang paling terkenal dari kabupaten Demak adalah belimbing Deka dan
jambu Delima khas Demak. Rasa yang disuguhkan pada kedua buah ini berbeda
dengan jenis jambu dan belimbing yang tumbuh pada daerah lain. Letak dan lokasi
agrowisata buah ini ada di beberapa desa yang mayoritas saling berdekatan.
Mulai dari desa Betokan, Tempuran, Sidomulyo, Wonosari, dan Mranak. Tempat
wisata agrowisata ini didukung oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Demak.
9.
Tradisi Grebeg Besar atau Besaran Di Demak
Grebeg
besar atau sering disebut Besaran adalah
tradisi kota demak yang sudah ada sejak dulu sampai saat ini. Grebeg
Besar Demak merupakan acara budaya tradisional yang menjadi salah satu ciri
khas Demak dan merupakan suatu kebanggaan untuk kota Demak. Karena mempunyai
tradisi tersendiri yang perlu terus dilestarikan.
Tradisi
Grebeg besar ini sangat dinanti oleh Warga Demak maupun sekitarnya. Biasanya
akan ada arak-arakan,karnaval kirap budaya dan barongsai yang di mulai dari
Pendopo Kabupaten Demak hingga ke Makam Sunan Kalijaga. Acara ini akan ada
setiap tahunnya pada hari raya Idul Adha. Pada proses tersebut biasanya warga
Demak akan beramai-ramai datang dan semuanya tumpah ruah disana. Hari itu demak
akan sangat macet dan menjadi lautan manusia. Bila anda tidak ingin terjebak
macet,sebaiknya cari jalan alternatife lain.
Sebulan
sebelumnya akan ditandai dengan mulainya dibangun toko atau kios kecil di
sepanjang jalan kota demak. Kios tersebut biasanya hanya bersifat
sementara,kira-kira satu bulan. Sehingga bahan yang digunakan untuk membuat
kios pun terbuat dr kayu atau bambu. Kios ini biasanya banyak menjual
barang-barang seperti pakaian, sepatu, makanan, pot /vas-vas bunga, mempamerkan
sutu atraksi/pertunjukan atau pertunjukkan unik, mainan, tas, ada pula pasar
malam dan permainan yang bisa dinaiki.
10. Upacara Sekaten
Perayaan sekaten bertepatan dengan hari raya Maulid
Nabi, yang merupakan tradisi lanjutan dari para wali. Gamelan ditabuh saat
sekaten dengan maksud untuk menarik perhatian masyarakat. Sekaten dilaksanakan
juga untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tujuan diadakannya sekaten
ini adalah untuk menggugah keimanan agar menghayati perintah Nabi. Berikut
rangkaian upacaranya.
Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari
dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa keraton) bersama-sama dengan dia set
gamelan Jawa. Gamelan tersebut bernama Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu.
Iring-iringan ini bermula dari pendhapa Pancaniti menuju Masjid Agung di
alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit keraton. Kyai Nagawilaga akan
menempati akan menempati sisi utara dari amsjid Agung, sementara Kyai
Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan
akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7
hari berturut-turut. Pada malam terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang
ke dalam keratin.
Dua hari sebelu acara Grebeg Muludan, diadakan
acara Tumplak Wajik. Acara ini digelar di halaman istana Magangan pada pukul
16.00 sore. Tumplak Wajik merupakan acara kotekan atau permainan lagu dengan
memakai kentongan, lumpang (alat untuk menumbuk padi) dan berbagai peralatan
lain. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara ini adalah lagu Jawa popular seperti
: Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal Awil, dan lagu rakyat lainnya. Dengan
kotekan, menandai awal pembuatan Gunungan yang akan diarak pada saat acara
Grebeg Muludan nantinya.
Acara puncak sekaten ini ditandai dengan
dilaksanakannya Grebeg Muludan pada tanggal 12 mulai jam 08.00 pagi. Tanggal 12
Mulud merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebuah gunungan yang terbuat
dari beras, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuran akan dibawa dari istana
kerajaan Mataram kemudian dibagikan kepada masyarakat. Prosesi ini dikawal oleh
10 kompi prajurit keratin yaitu : Wirabraja, Daeng, Patangpuluh, Jagakarya,
Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis. Masyarakat
percaya, bahwa Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan
yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah atau lading
supaya terhindar dari malapetaka serta menyebabkan tanah menjadi subur untuk
ditanami.
Nurul Hakim Aristia
UJP'14 A
4423143981
aristia.tyas@gmail.com
Wow! info ini membuat saya ingin menandai kota demak sebagai tempat tujuan wisata saya. Trims
ReplyDeleteMenarik! ditunggu post-an yang lainnya ya min
ReplyDeleteEnak dibaca bahasanya ringan
ReplyDeleteTerima kasih atas infonya yaaa. Ini membantu saya lebih tau tentang demak!! :)
ReplyDeleteRecommended bgt deh ini makasih mimin :)
ReplyDeleteJadi tau tempat wisata pulau jawa yg antimainstream, tulisannya juga ringan dan ngga boring. Bagus bgt!
ReplyDeleteJadi mau explore jawa setelah baca ini. Ditunggu post-an selanjutnya tentang budaya Indonesia.
ReplyDeleteSaya baru tau ada Sentra Batik Demak;), terimakasi penjelasannya.
ReplyDeletebagus banget! jadi ingin main- main ke Demak.
ReplyDeleteSangat bermanfaat bgt infonya! Baru tau kalo di demak ada wisata mangrove:):) selama ini taunya di demak cmn ada masjid agung dan makam sunan kalijaga saja. terima kasih atas infomya
ReplyDelete