Sunday, January 3, 2016

Tugas 2_Indri Elustiyasari_Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia

Tema: Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia

"Mendaki Gunung sebagai Ajang Eksistensi di kalangan Remaja"

Hallo guys! Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang trend yang sedang digandrungi anak muda sekarang. Haking/Tracking ini seakan menjadi kegiatan yang sangat lumrah dilakukan oleh para remaja.

http://www.tnrinjani.net/

Para remaja ini beramai-ramai mendaki gunung hanya sekedar refreshing karna penat dengan kehidupan perkotaan, foto-foto di puncak-puncak gunung, atau hanya sekedar ingin melihat indahnya matahari terbit untuk pertama kalinya bersama lautan awan dari puncak-puncak tertinggi, dan ada juga yang bermai-ramai mencari eksistansi dimedia sosial, terkadang mereka yang bukan pendaki gunung melakukannya hanya sekadar untuk hura-hura. Karena tak paham aturan, seenaknya saja mencoreti batu.
Mengukir nama-nama mereka di pohon serta memenuhi gunung dengan sampah. Mendaki gunung masuk kategori olahraga berbahaya. Tapi para pendaki pemula memasa bodohkan bahaya. Demi memasang foto-foto di sosial media, mereka pergi ke gunung. Tanpa persiapan, asal-asalan dan seringkali sembrono. Dengan begitu kita tidak boleh menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering. Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
1.    Berjalan (Hill Walking), secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested).
2.    Memanjat (Rock Climbing), walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya memberi pertolongan.
3.    Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing), kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing gunung salju. Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup (Mount camping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing, dll).\

Persiapan mendaki gunung pun bukan hal yang mudah, saya ingin sekali yang namanya hiking/tracking ini. Beberapa temen saya sudah banyak  yang mengajak, namun ada beberapa hal yang saya pikirkan sehingga sampai saat ini saya belum berani untuk naik gunung. Faktor-faktor yang mempengaruhi saya yaitu, pertama saya hampir tidak pernah olahraga, dan yang kedua saya mempunya alergi terhadap udara dingin. Dan beberapa kali saya membaca artikel, ada beberapa pendaki yang meninggal karena hipotermia. Hal itulah yang mengurungkan niat saya untuk naik gunung. Walaupun saya sendiri belum pernah hiking/tracking, saya akan membahas sedikit persiapan untuk naik gunung yang seharusnya.

Persiapan mendaki gunung

  • Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
  • Kesiapan mental, mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
  • Kesiapan fisik, beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
  • Pengenalan Medan, untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter. Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
  • Kesiapan administrasi, mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
  • Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan, pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency medical care] praktis.
  • Persiapan Tim, menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian.
  • Perbekalan dan Peralatan, merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung keselamatan pendaki itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baru itu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda, perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
Perencanan pendakian.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.

Makanan (logistik).
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat berkemah) alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.

Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
  • Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
  • Mempelajari medan yang akan ditempuh.
  • Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
  • Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
  • Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
  • Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
  • Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
  • Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
  • Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
  • Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
  • Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
  • Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
  • Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
  • Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
  • Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
  • Masukkan dalam kantong plastik.
  • Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
  • Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
  • Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
  • Buat Checklist barang barang tersebut.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.



Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
  1.       Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) seperti perisai
  2.       Gunung berapi strato
  3.    Gunung berapi maar  Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Tapi sadarkah kalian sejak kapan aktivitas naik gunung ini jadi trend? Yup, trend ini dimulai ketika sebuah film layar lebar yang memperlihatkan pesona keindahan alam pegunungan dirilis pada bulan Desember 2012 lalu. Bagi kita yang bukan pendaki sesungguhnya mungkin dibuat takjub oleh film tersebut. Tapi tahukah kalian film ini banyak mendapatkan komentar negatif dari para pendaki diluar sana? Contohnya make-up yang pemeran wanitanya gunakan ketika mendaki. Dalam aktivitas pendakian sesungguhnya, ini tidak perlu diperhatikan.
Banyak penggiat-penggiat alam yang menyayangkan nilai-nilai yang sebetulnya perlu diperhatikan dalam pendakian tidak disajikan dalam film ini. Misalnya memerhatikan kebersihan lingkungan, serta personal dan peralatan yang harus dibawa ketika mendaki gunung. Bila diperhatikan dengan seksama, tas-nya yang terlihat ringan, gear atau peralatan, termasuk pakaian yang dikenakan pun rasanya tak cukup memberi pembelajaran yang cukup untuk penonton yang menjadi pendaki dadakan. Namanya juga film, kalau film tidak dikemas dengan cara seperti itu, siapa yang mau menonton? 
Sejak Desember 2012, berdasarkan data yang merdeka.com dapatkan dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat, setiap akhir pekan, penggiat alam yang mendaki Gunung Gede Pangrango mencapai angka 600 orang lebih. Ini membuktikan, bahwa efek positif dari film tersebut memang benar-benar ada.
Rasanya senang sekali bila kita bisa mencapai puncak sebuah gunung terlebih lagi kita dapat melihat sunrise/sunset secara langsung. Dalam setiap aktivitas pasti akan menimbulkan sisi positif dan negatif. Mendaki gunung merupakan kegiatan yang menyehatkan. Rasakan saat di tengah alam bebas, kita bisa hingga dalam menghirup udara dan itu akan melancarkan peredaran darah kita. Tiada ragu kita menghela nafas, karena udara disana masih terjaga, tanpa limbah apapun.
Bila dilihat dari segi positifnya hiking/tracking, kita bisa mengenal banyak orang. Kita bisa berkenalan atau sekedar sharing dengan pendaki lainnya. Mempunyai teman dengan hobby yang sama merupakan sebuah keseruan sendiri bukan? Apa yang kita obrolkan pastinya akan menyenangkan karna satu pembicaraan. Secara tidak langsung para pendaki ini membuka celah lahan usaha bagi masyarakat sekitar. Contohnya banyak para warga sekitar yang membuat dan menjual ciri khas dari tempat tertentu untuk oleh-oleh atau souvenir. Bahkan ada juga yang menyewakan sebagian lahan dari rumahnya untuk dijadikan homestay oleh para pendaki.
Dilihat dari segi negatifnya, mendaki gunung dengan jumlah personil yang sangat banyak dapat merusak jalur pendakian. Jalur pendakian adalah sesuatu yang dinamis. Saat beberapa orang mendaki melewati sebuah jalur pendakian tentu saja akan meninggalkan jejak. Jejak itu akan terhapus oleh hujan dan binatang binatang sehingga saat team lain kembali melewati jalur yang sama ke alamianya masih terjaga. Selain itu saat mendaki gunung tak jarang para pendaki gunung melakukan kontak dengan tumbuhan. Kadang ada tumbuhan yang di potong karena menghalangi jalan, ada juga tumbuhan yang mati karena terinjak injak atau di jadikan pegangan tangan oleh pendaki. Tapi semua itu akan kembali setelah beberapa hari karena jalur pendakian itu dinamis. Tumbuhan yang mati akan tumbuh lagi dan mulai menghiasi jalur pendakian. Tapi saat kita mendaki dengan jumlah personil yang sangat banyak tentu saja menimbulkan dampak yang lebih besar sehingga waktu pemulihanya juga lebih lama.
Saat mendaki gunung para pendaki biasanya di ajarkan untuk membawa pulang semua sampah yang berbentuk plastik. Anggap saja dalam pendakian massal semua sampah plastik di bawa turun walau tidak demikian pada kenyataanya. Tapi mereka tidak akan membawa turun kotoran mereka sendiri. Jika jumlah kotoran manusia sedikit maka dengan cepat akan pulih. Selain itu juga tidak menimbulkan aroma yang terlalu menyengat. Bagimana jika jumlahnya banyak, saya rasa akan tampak seperti Penampungan kotoran manusia dalam volume besar. Sering terjadi bencana kecelakaan dan tersesat adalah disaat tim terpisah – pisah dan terpencar. Kemudian, dalam pendakian, kita akan mudah melihat karakter atau sifat asli dari kita sendiri atau kawan pendaki. Di tengah beratnya beban yang di panggul, di tengah lelahnya tubuh, maka akan muncul sikap egois, putus asa, apatis, mau menang sendiri, manja, mengeluh, menyesal seolah semuanya jadi satu.
Dari segi pembahasan diaatas dapat disimpulkan, bahwa kini aktivitas naik gunung bisa dinikmati oleh siapa saja. termasuk kalangan awam. Namun harus ada beberapa hal penting yang perlu kita cermati dan waspadai. Saya sebagai mahasiswi jurusan pariwisata melihat peluang periwisata dalam tracking/hiking ini sangat besar.kenapa demikian? Karna di Indonesia sendiri terdapat banyak gunung yang hampir ada di setiap provinsi bahkan kota. Indonesiapun merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang sangat besar/melimpah. Sangat gampang untuk mempublikasikan  suatu tempat wisata untuk saat ini. Hanya dengan menggunakan foto saja, orang akan berbondong-bondong ingin pergi menikmati wisata tersebut. Contohnya seperti hiking/tracking yang sudah saya jelaskan diatas. Untuk memudahkan pencapaian suatu objek wisata, saya rasa akomodasi untuk menuju objek wisata perlu diperhatikan lebih serius lagi.Karna hal ini dapat menunjang wisatawan untuk datang.
Selain akomodasi, keadaan sekitar haruslah menunjang untuk aktivitas hiking/tracking ini. Contohnya seperti membuka toko yang menjual/menyewakan fasilitas untuk menanjak seperti jaket, tenda, sleeping bag, dll. Dan hal yang harus sangat diperhatikan adalah tersedianya rumah sakit atau puskemas, hal ini dikarenakan banyaknya para pendaki yang sakit parah ketika sedang mendaki. Seperti hipotermia atau tergelincir yang menyebabkan patah tulang. Bila ada rumah sakit atau puskemas di dekat pos registrasi akan memudahkan memberikan pertolongan pertama dan menghemat waktu. Pengawasan terhadap lingkungan tentunya salah satu faktor yang harus sangat diperhatikan, terlebih lagi gunung merupakan salah satu habitat alami dari para hewan. Jangan sampai karna banyaknya manusia yang hiking/tracking menyebabkan kepunahan suatu spesies binatang atau tumbuhan. Dan tidak ketinggalan untuk selalu menjaga kelestarian dari gunung tersebut. Jangan sampai kita meninggalkan/membuang sampah yang tidak bisa diurai selama pendakian dan ketika sedang turun dari gunung. Untuk menikmati semua fasilitas tersebut, saya rasa tidak ada salahnya untuk setiap pengunjung dipunguti biaya lebih selama itu jelas biaya tersebut dipergunakan untuk apa.
Salah satu upaya untuk mengurangi pendaki membuang sampah sembrangan menurut saya yaitu diadakannya reward. Dalam hal ini yaitu para pendaki yang turun dari gunung membawa trashbag penuh sampah, dan sesampainya di posko registrasi trashbag ini ditukar dengan sesuatu yang bermanfaat. Kalau bisa sesuatu yang dibutuhkan setelah mendaki seperti air mineral contohnya. Semakin besar sektor pariwisata yang Indonesia kembangkan, akan membuat perekonomian kita maju. Karna saya sendiri tidak ada pengalaman tentang pendakian, seperti cukup sekian pembahasan yang bisa saya sampaikan dan semoga bermanfaat bagi para pembaca. Jangan sedih ya guys, abis ini saya akan kembali memposting tulisan selanjutnya!

Daftar Pustaka


Indri Elustiyasari
4423145625
Usaha Jasa Pariwisata
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
indrielustiyasari@gmail.com

21 comments:

  1. Hi kak, saya mau mendaki untuk pertama kali nya . dan post an ini sangat membantu . terimakasih 👍👍

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. postingannya menarik, banyak hal-hal penting nih di postingan ini buat Para Pendaki Kekinian
    "Para endaki kekinian"(aku sih nyebutnya itu kak) para pendaki yg lebih takut kehabisan baterai gadgetnya di banding kehabisan logistik pas lagi di gunung hahaha
    Bener banget deh semuanya harus diperhatiin, mulai dari Persiapan mendaki,Perencanaan,Perlengkapan,Peralatan dan Manajemen perjalanan yg kakak ulas di postingan ini semuanya sangat membantu para pendaki agar mendaki dengan baik,benar dan aman
    Tapi aku sedikit gak setuju sama saran kakak "Salah satu upaya untuk mengurangi pendaki membuang sampah sembrangan menurut saya yaitu diadakannya reward.", yang namanya sampah itu udah KEWAJIBANnya pendadaki,harus di bawa turun! Emg sih banyak bgt "pendaki kekinian" yg nyampah, tp pasti setiap pendaki punya hati nurani kok, gua yakin gaperlu di kasih reward mereka pasti gabakal buang sampah sembarangan. Apalagi banner "Gunung Bukan Tempat Sampah" udah ada di mana-mana,kita ini cuman butuh sedikit kesadaran dari hati kita masing-masing biar gunung itu tetep bersih
    Simple kok etikanya pendaki! Take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time
    #dahsegituaja

    semoga dengan adanya postingan ini bisa mengurangi dampak negativ dari kegiatan mendaki, dan membuat tempat" wisata alam di indonesia tetap terjaga kelestariannya ^^

    note; tambahin gambar-gambarnya bisa keles biar postingannya makin keren.. dasar fakir pict! haha

    ReplyDelete
  4. Waaah ini dia postingan yang aku tunggu-tunggu.. Pengen bgt bisa naik gunung tapi msh kurang informasi dan krn ada postingan ini aku bisa prepare buat naik gunung deh.. Thanks a lot yaaa

    ReplyDelete
  5. Dr dl belum berani naik gunung, tp kayany skr mau coba deh naik gunung. Bagus bgt dn menarik. Thx yaaa infonyaa

    ReplyDelete
  6. Wahh postingan yg sangat bermanfaatnih buat cb naik gunung. Makasih ya

    ReplyDelete
  7. Mendaki gunung memang haruslah membuat persiapan yang matang. Karena tidak mudah bagi sebagian orang untuk berjalan berjam - jam dengan carrier yang berat dan jalanan yang menanjak
    Terimakasih informasinya. Sangat membantu

    ReplyDelete
  8. Wah jadi bertambah pengentahuannya nih buat naik gunung, makasih ya kak infonyaaa.. langsung pengen naik gunung nih.. haha

    ReplyDelete
  9. Pusing gua bacanya, dari hape, banyak banget

    ReplyDelete
  10. Setuju banget sama artikel diatas, persiapan yang baik bakal membuat perjalan lebih menyenangkan dan juga bisa menjaga kelestarian lingkungan

    ReplyDelete
  11. Wah bagus artikelnya bantu buat prepare yg mau naik, cuma agak kepanjangan tuh kaa untung saya rajin membaca

    ReplyDelete
  12. setelah saya membacanya ternyata sungguh bermanfaat bagi saya , ya jadi saya tak usah khawatir naik gunung lagi , thanks info nya mbak indri :)

    ReplyDelete
  13. Dari sekian artikel naik gunung ini yg sependapat sama saya! artikel ini benar2 mengulas tentang masalah yg ada disekitar remaja sekarang, untuk para remaja yg ingin naik gunung tolong diperhatikan segala sesuatunya dengan benar dan terperinci ya

    ReplyDelete
  14. Bagus nih artikelnya membantu buat yg persiapan naik gunung

    ReplyDelete
  15. Wah makasih sudah membantu caranya mempersiapkan diri buat pendaki pemula . Tips buat pendaki cewe dong

    ReplyDelete
  16. Infonya sangat membantu dan menarik. Kebetulan saya juga ingin sekali mendaki gunung, tapi belum kesampaian. Terima kasih buat infonyaa

    ReplyDelete
  17. mantabp artikelnya..
    kita boleh mendaki gunung mana aja, cuma harus sadar itu bukan rumah kalian yg bisa seenaknya ngapain aja :)

    ReplyDelete
  18. Waah seru ya penjelasannya, gue pengen jadi agun (anak gunung) ah biar kaya abang ucok hahaha
    Keep up good work!

    ReplyDelete
  19. Waah seru ya penjelasannya, gue pengen jadi agun (anak gunung) ah biar kaya abang ucok hahaha
    Keep up good work!

    ReplyDelete
  20. Berguna banget nih sist infonya. Makasih banyak yaa

    ReplyDelete