Perjalanan Menuju Ciboleger
Assalamualaikum
wr.wb
Halo
semua teman-teman pembaca, perkenalkan nama saya Susan Adelni Tangkilisan.
Sekarang saya sedang kuliah semester 3 di Universitas Negeri Jakarta Program
Studi Usaha Jasa Pariwisata. Apakah ada yang sudah pernah ke Desa Kanekes atau
yang sering dikenal dengan Desa Baduy? Pasti teman-teman dari pembaca sebagian
pernah berkunjung ke desa Kanekes atau yang sering dikenal dengan Desa Baduy.
Di Desa Baduy ini masih kental sekali dengan adat istiadatnya. Di baduy ini pun
terdapat 2 kelompok yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam terdapat 3
desa, sedangkan Baduy Luar terdapat 7 desa. Di tempat inilah kita bisa
merasakan bagaimana hidup tanpa listrik, dan tanpa peralatan elektronik karena disini
sinyal tidak dapat terjangkau. Tetapi bagi teman-teman pembaca yang senang
mengeksplor kebudayaan Indonesia tidak perlu pergi jauh-jauh datang saja ke
desa ini yang bertempat di Kabupaten Lebak, Banten. Dan untuk yang sudah pernah berkunjung ke desa
ini pasti tahu mengenai Desa Ciboleger. Nah Desa Ciboleger ini merupakan
perbatasan akhir dari Rangkasbitung untuk menuju ke Desa Baduy. Disinilah
banyak para wisatawan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan
menuju Baduy.
Nah
bagi teman-teman pembaca yang ingin tahu perjalanan dari Jakarta ke Ciboleger
seperti apa, pada tulisan kali ini saya akan menceritakan mengenai perjalanan
dari Jakarta menuju ke Ciboleger. Transportasi untuk menuju ke Ciboleger sangat
mudah, perjalanannya pun cukup panjang dan lama tetapi selama di perjalanan
kita akan dimanjakan dengan pemandangan-pemandangan yang indah. Sewaktu saya
dan teman-teman dari usaha jasa pariwisata pergi ke Baduy kami berangkat dari
Jakarta naik kereta Rangkas Jaya tujuan Tanah Abang – Rangkasbitung. Untuk harga
tiket kereta tujuan Tanah Abang – Rangkasbitung teman-teman hanya perlu
membayar sebesar 15 ribu untuk sekali perjalanan. Pick point kami berada di
stasiun Tanah Abang. Dijadwal kereta yang akan kami naiki datang pukul 08.00
kami pun sudah menunggu kereta mulai dari jam 06.00. Setelah kereta datang kami
langsung naik dan mulai mencari tempat duduk yang sesuai dengan tiket kereta
yang kami terima. Lalu kami pun duduk dan menikmati perjalanan yang yang
ditempuh selama 2 jam perjalanan untuk menuju ke stasiun Rangkasbitung.
![]() |
Gambar 1. Stasiun Rangkasbitung |
Sesampainya
di stasiun Rangkasbitung, kami pun sudah di sambut baik oleh salah satu warga
Desa Baduy Luar yaitu mang Arji. Mang Arji yang akan memandu kami dari stasiun
Rangkasbitung hingga ke Desa Baduy. Keluar dari stasiun Rangkasbitung kami pun
langsung naik elf yang sudah disewakan. Untuk rombongan yang sudah menyewa elf
sebelumnya tidak perlu pergi ke terminal lagi, karena elfnya sudah langsung
tersedia di dekat pintu keluar stasiun Rangkasbitung. Untuk menyewa elf
teman-teman dapat mengeluarkan kocek sebesar 500rb per mobil untuk sekali
perjalanan. Tetapi untuk yang pribadi dan tidak menyewa elf, teman-teman bisa pergi
ke terminal Aweh terlebih dahulu. Nah untuk menuju ke terminal Aweh, dari stasiun
Rangkasbitung teman-teman bisa naik angkot berwarna merah yang bernomor 07
tujuan terminal Aweh. Lalu dari terminal barulah naik elf yang menuju ke Ciboleger.
Tetapi harus menunggu sampai elf tersebut penuh, dan untuk harganya teman-teman
cukup membayar kurang lebih 25 ribu perorang. Untuk satu mobil elf sendiri
dapat menampung kurang lebih 15 orang.
Perjalanan dari stasiun rangkas bitung hingga ke Ciboleger menempuh selama
3 jam perjalanan. Jalanan disini pun kurang bagus, tetapi sewaktu kami pergi
kesana jalanannya sedang diperbaiki. Jadi hanya satu arah saja yang bisa
digunakan. Kami pun harus menunggu lagi sekitar 30 menit untuk bergantian
jalan. Tetapi tenang saja, selama menunggu perjalanan yang cukup panjang ini
teman-teman akan disuguhi pemandangan yang indah dan asri. Setelah menunggu buka tutup jalan tersebut,
elf kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke Ciboleger.
![]() |
Gambar 3. Salah satu elf yang kami gunakan |
![]() |
Gambar 2. Pemandangan dari dalam elf |
Akhirnya
kami pun sampai di Ciboleger. Sesampainya disini kami beristirahat di salah
satu warung. Di Desa Ciboleger ini banyak sekali warung-warung penjual makanan.
Terdapat juga toko oleh-oleh yang menjual beraneka ragam kerajinan khas dari
Desa Baduy dan Desa Ciboleger. Disini juga terdapat tugu selamat datang yang di
atasnya berdiri sebuah patung keluarga yang menggambarkan keluarga orang Baduy
dengan mata pencahariannya yaitu sebagai petani. Untuk yang ingin membeli
kebutuhan yang hendak dibawa ke Baduy, disini juga terdapat alfamart yang cukup
lengkap menjual kebutuhan sehari-hari. Selain terdapat toko oleh-oleh yang
menjual beraneka ragam kerajinan khas, terdapat juga toko-toko baju, musholah,
dan yang unik adalah terdapat satu saung yang dimana di saung tersebut
disediakan stop kontak untuk para wisatawan yang sedang membutuhkan listrik
untuk mengecas hp, dan lain sebagainya. Selama disini kita bisa beristirahat
yang cukup sebelum melalui perjalanan jauh selama kurang lebih 2 jam perjalanan
yang ditempuh dengan jalan kaki untuk sampai ke Baduy Luar.
Gambar 4. Tugu Selamat datang di Ciboleger |
Sewaktu
kami datang, disini sedang musim durian jadi banyak sekali para penjual durian.
Kami pun juga melihat banyak orang-orang Baduy yang membawa durian. Hebatnya
orang-orang baduy yang membawa durian tersebut beberapa merupakan anak-anak
kecil disana, dan satu anak membawa kurang lebih 6 buah durian. Untuk sampai ke
Baduy Luar, di Ciboleger terdapat para warga yang menyediakan jasa angkut
barang. Dimana satu tas yang dibawa dihargai sebesar 20ribu. Beberapa dari kami
menyewa jasa angkut barang tersebut. Orang-orang disana memang sangat kuat,
bahkan dapat mengangkut tas kurang lebih 6 tas ransel.
Selama di baduy luar kami tinggal di kampung
Marengo. Tetapi tidak puas dengan Baduy
Luar saja, keesokan harinya kami pun melanjutkan perjalanan ke Baduy Dalam.
Perjalanan dari Baduy Luar menuju Baduy Dalam dapat ditempuh dengan jalan kaki
selama 3 jam. Di Baduy tidak ada kendaraan karena warga sana masih memegang
teguh adat istiadat mereka. Bahkan di Baduy Dalam pun masih tidak memakai
sandal, berbeda dengan baduy luar yang sudah mulai modern. Pakaian yang
digunakan orang-orang Baduy Dalam dan Baduy Luar pun berbeda. Kalau Baduy Dalam
memakai pakaian kepala putih, sedangkan Baduy Luar memakai pakaian kepala
berwarna biru dengan corak hitam. Pakaian adat tersebut harus dipakai dengan
lengkap ketika sedang berlangsungnya upacara adat. Biasanya upacara adat
diadakan di Baduy Dalam, jadi orang-orang Baduy Luar harus pergi ke Baduy Dalam.
![]() |
Gambar 5. Homestay di Desa Marengo, Baduy Luar |
Sumber
foto by Panitia Dokumentasi
Susan Adelni Tangkilisan
4423143945
Usaha Jasa Pariwisata A 2014
susanadelnit@gmail.com
infonya sangat bermanfaat sekali untuk rekomen liburan
ReplyDeletepilihan wisata yang unik dan bisa menambah wawasan mengenai salah satu suku di Indonesia...saya & kel. akan planning untuk wisata ke daerah tersebut
ReplyDeleteWow sangat bermanfaat sekali infonya, jadi pengen berlibur juga dehhh
ReplyDeleteCocok nih buat melatih anak kos-kosan yg suka jalan-jalan. Yang biasanya naek gunung pasti shaanggup ini mah :v trus bisa latihan hidup tanpa listrik. Lupakan handphone dan gadget! Saatnya ngobrol dan bercanda ria! Hahaha.. #eh
ReplyDeleteRecomend bgt buat dikunjungin apalagi yg suka traveling
ReplyDeleteSalah satu desa wisata yang unik bisa dijadikan untuk pembelajaran
ReplyDeleteLuar biasa ya tambah pengalaman lagi dan semakin mengenal daerah terpencil. Hmm jadi pengen kesana deh hehe
ReplyDeleteRecommended bgt nih buat para traveler! Thank you buat susan ats infonya... Jd pengen coba main kesana. Sekadar tahu ttg kegiatan suku2 disana...
ReplyDeleteThanks banget buat infonya mbaa
ReplyDelete