RUMAH ADAT
SUKU BADUY DALAM YANG MEMILIKI NILAI FILOSOFI
Assalamualaikum wr.wb
Hai perkenalkan nama saya Lisa
Hardianti kalian bisa memenggil saya dengan nama Lisa. Saya kuliah di
Universitas Negeri Jakarta Program Studi Usaha Jasa Pariwisata. Sebagai
generasi penerus Pariwisata Indonesia disini saya akan memberi informasi
tentang Suku di yang berada di daerah Banten yaitu Suku baduy. Suku Baduy
dibagi menjadi dua yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Mungkin sebagian dari kalian mengetahui Suku
Baduy tetapi tahu kah kalian tentang keunikan
Rumah Adat Suku Baduy? Terutama Rumah Adat Suku Baduy Dalam. Saya akan
menginformasikan tentang keunikan Rumah Adat Suku Baduy Dalam yang memiliki nilai filosifi.
Rumah bagi masyarakat Baduy tidak
sekedar menjadi tempat tinggal tetapi ada nilai Filosofi yang di yakini sebagai
kepercayaan nenek moyang mereka. Itu sebabnya membangun rumah di Baduy tidak
boleh sembarangan. Rumah adat suku Baduy Dalam masih
sangat tradisional dimana mereka hanya mengunakan bambu dan rotan untuk
mengikat bambu-bambu menjadi satu berbeda dengan rumah adat suku Baduy Luar
yang sudah mengunakan paku, gergaji dan alat-alat teknologi yang lainnya. Kawasan
Baduy Dalam diyakini sebagai pusat alam semesta. Karena itu, tanah di sana
pantang di olah dengan cangkul. Malah, jika tanah yang digunakan untuk
membangun rumah tidak rata, mereka tidak mau meratakannya. Karena mereka tidak
mau dianggap menyalahi kepercayaan nenek moyang.
Umumnya rumah adat Baduy merupakan
rumah panggung yang hampir secara keseluruhan rumah menggunakan bahan bambu dan
rotan dan juga batang pohon durian dan mahoni. Masyarakat Baduy masih sangat
memanfaatkan alam untuk bahan-bahan untuk membuat rumah. Mereka menggunakan
Bedog (senjata tradisional) sebagai alat untuk memotong atau menebang pohon.
Rumah adat baduy ini sendiri terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun
berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.
Bangunan rumah adat Baduy dibuat tinggi, berbentuk panggung, mengikuti tinggi
rendahnya/kontur permukaan tanah. Pada tanah yang miring dan tidak rata
permukaannya, bangunan disangga menggunakan tumpukan batu. Batu yang digunakan
adalah batu kali, berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan menahan agar
tanah tidak longsor. Batu kali merupakan komponen yang cukup
penting pula di lingkungan kampung suku Baduy. Selain digunakan untuk tumpuan
tiang penyangga, batu kali juga digunakan sebagi penahan tanah agar tidak
longsor. Caranya dengan ditumpuk membentuk benteng, atau dipakai untuk membuat
anak tangga, selokan, ataupun tempat berjalan yang sangat berguna terutama jika
musim hujan tiba. Rumah masyarakat Baduy Dalam, tidak ada yang
menggunakan genteng karena semua rumah beratapkan ijuk atau daun kelapa. Rumah
yang beratapkan genteng mereka dianggap menyalahi kepercayaan nenek moyang.
Alasannya sederhana saja. Genting itu terbuat dari tanah.
Masyarakat Baduy Dalam tidak
mengenal dengan jendela. Bagi mereka jendela itu hanya berfungsi untuk melihat
sesuau yang ada diluar. Karenanya, jika memang ada yang ingin dilihat dari
dalam cukup melobangi dinding yang terbuat dari bambu. Itu sebabnya rumah
dikawasan Baduy Dalam hampir tidak berjendela, kecuali rumah- rumah masyarakat
Baduy Luar yang sudah mengenal yang namanya jendela. Bagi orang luar Baduy,
jendela merupakan ventilasi untuk menikmati udara segar. Namun untuk orang
Baduy Dalam cukup diperoleh dari lobang lantai yang terbuat dari bambu.
Rata-rata rumah
Baduy terbagi tiga bagian; bagian depan, tengah, kemudian belakang (dapur).
Paling belakang berfungsi sebagai dapur untuk mengolah bahan makanan, kemudian
di tengah untuk istirahat seluruh anggota keluarga dan bagain paling depan yang
biasa di sebut sosoro berfungsi sebagai tempat penerima tamu. Menurut
kepercayaan suku Baduy Dalam, setiap tamu dari luar tidak di izinkan masuk ke
bagian tengah. Tamu hanya boleh sampai bagian depan saja. Menurut mereka tamu
dari luar pasti membawa pengaruh buruk. Sedangkan di depan rumah di fungsikan
sebagai filter dari pengaruh buruk yang di bawa oleh tamu tadi. Untuk kamar
mandi masyarakat baduy masih menggunakan sungai menjadi tempat mereka mandi dan
mencuci.
Kalaupun ada
tamu dari luar yang mau menginap, biasanya di tempatkan di rumah pemimpin
mereka (Jaro). Setiap rumah Jaro pasti di lengkapi dengan satu ruangan yang di
khususkan peruntukannya untuk menampung para tamu yang datang. Biasanya ruangan
ini di sebut dengan sosoro. Namun, seandainya rumah jaro ini sudah tidak cukup
menampung tamu. Barulah akan di tempatkan di rumah warga biasa. Tentunya dengan
ketentuan, tamu tersebut wajib mengikuti dan mematuhi semua peraturan dan
larangan dari suku Baduy Dalam. Seluruh
bangunan rumah tinggal suku Baduy menghadap ke utara-selatan dan saling
berhadapan. Menghadap ke arah barat dan timur tidak diperkenankan berdasarkan
adat.
Struktur rumah
adat Baduy memiliki namanya masing – masing dari bawah sampai atas memiliki
nama atau sebutan seperti untuk bagian bawah ada yang namanya Umpak yaitu tiang
yang berada dibawah (batu), Tihang yaitu tiang – tiang yg dirumah, palupuh
yaitu teras/lantainya, Dolos yaitu kayu penjaga pelupuh, Sarang yaitu ini
seperti dolos kayu perjaga pelupuh tetapi ini berukuran lebih kecil, Sunduk
yaitu menyambungkan tiang per tiang, Bilik yaitu dinding, Atip yaitu atap,
Gegemi yaitu bambu yang untuk didinding dan juga untuk penutup teras, Layes yaitu
kayu yang berada diatap, Libang yaitu kayu yang melintang diatap untuk mengikat
bambu, howe atau injuk yaitu untuk pengikat. Perbedaan baduy dalam dengan baduy
luar yaitu baduy dalam tidak menggunakan paku sedangkan baduy luar sudah
menggunakan paku untuk menyambung bagian rumah. Baduy tidak memiliki kamar jadi
hanya ada teras, ruang tengah dan juga dapur. Bilik rumah dan pintu rumah terbuat
dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut
dikenal dengan nama sarigsig tersebut dibuat hanya dengan berdasarkan
perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan
dua buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah. Alat memasak
Baduy Dalam dan Luar hampir sama hanya Baduy Luar sudah menggunakan alat –alat
yang lebih modern. Kalau Baduy Dalam menggunakan bambu sebagai gelas di Baduy Luar
sudah menggunakan gelas plastik&kaca.
Melalui kegiatan
bergotong royong seluruh kampung, dalam sehari mereka dapat menyelesaikan
sekitar sepuluh bangunan rumah tinggal yang luasnya lebih kurang 100-120 meter
persegi. Hal ini dapat terlaksana karena mereka tinggal memasang seluruh
komponennya. Untuk renovasi rumah biasanya dilakukan 4 – 5 tahun atau
tergantung tingkat kelapukan/kerusakan dan kebutuhannya.
Sungguh uniknya Rumah Adat Baduy
Dalam. Bagaimana masyarakat Baduy Dalam memiliki nilai filosofi yang diberikan
dari nenek moyang terdahulu. Jadi tidak bisa sembarangan membangun sebuah rumah
di Baduy Dalam. Rumah adat di Baduy Dalam menggunakan bambu dan rotan untuk
membangun sebuah rumah tanpa menggunakan paku untuk menyambung bambu-bambu.
Struktur bangunan Rumah adat tersebut juga memiliki nama atau istilahnya masing-masing. Gotong Royong yang masih dijaga sampe saat ini membuat persaudaraan mereka saling berkaitan satu dengan yang lain. Untuk datang ke Baduy Dalam kita harus menempuh sekitar 4jam-an berjalan kaki dan bila
kita memasuki pemukiman Suku Baduy Dalam kita tidak boleh menyalakan atau
mengunakan elektronik seperti HandPhone atau Kamera. Jadi mohon maaf saya tidak
bisa memberikan contoh dokumentasi foto Rumah Adat Baduy Dalam.
Wassalamualaikum wr.wb
Lisa Hardianti
4423145742
UJP Kelas A
Lisahardianti95@gmail.com
Referensi :
Jadi pengen kesana
ReplyDeleteSebelumnya makasih sudah membaca artikel ini dan meninggal komentar :) semoga bermanfaat yaa :D
DeleteAyoo ke baduy di jamin seru dehhh :)
Keren nih
ReplyDeleteMakasih yaa rexy sudah baca dan meninggalkan komentarnya :) semoga bermanfaat hehe
Deletemakasih infonyaa
ReplyDeleteIya samasamaa semoga bermanfaat yaaa ^^
DeleteJadi tau info tentang baduy lebih dalam nih, thanks infonya greget
ReplyDeleteWaaawwww ameejingggg
ReplyDeleteSepertinya unik juga
Tapi tolong dong di sertakan fotonya jangan cuma tulisan doang -_-
Bener ga ada gambarnya ...
DeleteWah terima kasih mba Lisa, artikel nya bermanfaat sekali..
ReplyDeleteSaya setuju dengan mba rista, kalau bisa tolong sertakan foto fotonya..
Terima kasih
Great post!
ReplyDeleteSelamat ya juara tiga kemarin, jadi akhirnya tulisannya lancar. Seneng bacanya seperti sedang diceritakan langsung. Keren 👍 keep writing mba lisa, kalau jalan2 lagi, ajak2 ya. Tq
Mantap Lis, walau secara sistematis masih ada yang perlu diperhatikan.tapi mampu membawakan baduy ke pembaca. Terus menulis yaa
ReplyDeleteWaw indonesia indah ya. Banyak sekali hal-hal menarik mulai dari bahasa, budaya, seni, dll maaih bisa ditemukan di indonesia ini. Satu saran kalau membuat blok tambahin pictnya ya biar yg lain tau, indonesia seperti ini loh ... tapi it's so semuanya bagus, keren, cuma ada sedikit kekurangan di pictnya. Oke makasih ^^
ReplyDeleteNice post mbak lisa, cuma perlu ditambahkan beberapa gambar biar ga cape bacanya :D
ReplyDeletePostnya bagus sekali lisa.. semoga bisa bermanfaat bagi penbaca lainnya.
ReplyDeleteFilosofi dari beberapa ornamen yg terdapat di rumah adat suku baduy masih banyak yang bisa dijadikan sebagai bahan penjelasan. Tapi keseluruhan infonya bagus, menarik. Jadi, semangat Lisa. Semoga artikelnya lebih beragam lagi
ReplyDeleteDari dulu penasaran sama suku Baduy, skrg jd udh punya gambaran, keep it up 👍
ReplyDeletepinginn banget ke baduy 😂 meskipun belum pernah kesana jadii sedikit pahamm tentang kehidupan suku baduy. sangat membantu 👍
ReplyDeleteInfo yg bagus nih, kebetulan ada niat mau kesana
ReplyDeleteseru bgt pasti ya.. apalagi kesana sama org tersayang
ReplyDeletebisa foto2 disana sama orang baduy *halah :D
Next artikel tambahin pake gambar ya cantik ..bair makin menarik ..
ReplyDeleteBermanfaat banget nih, bagus dek ...
Semangat terus cantik ...