Sunday, January 3, 2016

Tugas-5 Observasi Baduy



RUMAH ADAT SUKU BADUY DALAM YANG MEMILIKI NILAI FILOSOFI
Assalamualaikum wr.wb
Hai perkenalkan nama saya Lisa Hardianti kalian bisa memenggil saya dengan nama Lisa. Saya kuliah di Universitas Negeri Jakarta Program Studi Usaha Jasa Pariwisata. Sebagai generasi penerus Pariwisata Indonesia disini saya akan memberi informasi tentang Suku di yang berada di daerah Banten yaitu Suku baduy. Suku Baduy dibagi menjadi dua yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.  Mungkin sebagian dari kalian mengetahui Suku Baduy tetapi tahu kah kalian tentang keunikan  Rumah Adat Suku Baduy? Terutama Rumah Adat Suku Baduy Dalam. Saya akan menginformasikan tentang keunikan Rumah Adat Suku Baduy Dalam yang memiliki nilai filosifi.
Rumah bagi masyarakat Baduy tidak sekedar menjadi tempat tinggal tetapi ada nilai Filosofi yang di yakini sebagai kepercayaan nenek moyang mereka. Itu sebabnya membangun rumah di Baduy tidak boleh sembarangan. Rumah adat suku Baduy Dalam masih sangat tradisional dimana mereka hanya mengunakan bambu dan rotan untuk mengikat bambu-bambu menjadi satu berbeda dengan rumah adat suku Baduy Luar yang sudah mengunakan paku, gergaji dan alat-alat teknologi yang lainnya. Kawasan Baduy Dalam diyakini sebagai pusat alam semesta. Karena itu, tanah di sana pantang di olah dengan cangkul. Malah, jika tanah yang digunakan untuk membangun rumah tidak rata, mereka tidak mau meratakannya. Karena mereka tidak mau dianggap menyalahi kepercayaan nenek moyang.
Umumnya rumah adat Baduy merupakan rumah panggung yang hampir secara keseluruhan rumah menggunakan bahan bambu dan rotan dan juga batang pohon durian dan mahoni. Masyarakat Baduy masih sangat memanfaatkan alam untuk bahan-bahan untuk membuat rumah. Mereka menggunakan Bedog (senjata tradisional) sebagai alat untuk memotong atau menebang pohon. Rumah adat baduy ini sendiri terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan. Bangunan rumah adat Baduy dibuat tinggi, berbentuk panggung, mengikuti tinggi rendahnya/kontur permukaan tanah. Pada tanah yang miring dan tidak rata permukaannya, bangunan disangga menggunakan tumpukan batu. Batu yang digunakan adalah batu kali, berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan menahan agar tanah tidak longsor. Batu kali merupakan komponen yang cukup penting pula di lingkungan kampung suku Baduy. Selain digunakan untuk tumpuan tiang penyangga, batu kali juga digunakan sebagi penahan tanah agar tidak longsor. Caranya dengan ditumpuk membentuk benteng, atau dipakai untuk membuat anak tangga, selokan, ataupun tempat berjalan yang sangat berguna terutama jika musim hujan tiba. Rumah masyarakat Baduy Dalam, tidak ada yang menggunakan genteng karena semua rumah beratapkan ijuk atau daun kelapa. Rumah yang beratapkan genteng mereka dianggap menyalahi kepercayaan nenek moyang. Alasannya sederhana saja. Genting itu terbuat dari tanah.
Masyarakat Baduy Dalam tidak mengenal dengan jendela. Bagi mereka jendela itu hanya berfungsi untuk melihat sesuau yang ada diluar. Karenanya, jika memang ada yang ingin dilihat dari dalam cukup melobangi dinding yang terbuat dari bambu. Itu sebabnya rumah dikawasan Baduy Dalam hampir tidak berjendela, kecuali rumah- rumah masyarakat Baduy Luar yang sudah mengenal yang namanya jendela. Bagi orang luar Baduy, jendela merupakan ventilasi untuk menikmati udara segar. Namun untuk orang Baduy Dalam cukup diperoleh dari lobang lantai yang terbuat dari bambu.
Rata-rata rumah Baduy terbagi tiga bagian; bagian depan, tengah, kemudian belakang (dapur). Paling belakang berfungsi sebagai dapur untuk mengolah bahan makanan, kemudian di tengah untuk istirahat seluruh anggota keluarga dan bagain paling depan yang biasa di sebut sosoro berfungsi sebagai tempat penerima tamu. Menurut kepercayaan suku Baduy Dalam, setiap tamu dari luar tidak di izinkan masuk ke bagian tengah. Tamu hanya boleh sampai bagian depan saja. Menurut mereka tamu dari luar pasti membawa pengaruh buruk. Sedangkan di depan rumah di fungsikan sebagai filter dari pengaruh buruk yang di bawa oleh tamu tadi. Untuk kamar mandi masyarakat baduy masih menggunakan sungai menjadi tempat mereka mandi dan mencuci.
Kalaupun ada tamu dari luar yang mau menginap, biasanya di tempatkan di rumah pemimpin mereka (Jaro). Setiap rumah Jaro pasti di lengkapi dengan satu ruangan yang di khususkan peruntukannya untuk menampung para tamu yang datang. Biasanya ruangan ini di sebut dengan sosoro. Namun, seandainya rumah jaro ini sudah tidak cukup menampung tamu. Barulah akan di tempatkan di rumah warga biasa. Tentunya dengan ketentuan, tamu tersebut wajib mengikuti dan mematuhi semua peraturan dan larangan dari suku Baduy Dalam. Seluruh bangunan rumah tinggal suku Baduy menghadap ke utara-selatan dan saling berhadapan. Menghadap ke arah barat dan timur tidak diperkenankan berdasarkan adat.
Struktur rumah adat Baduy memiliki namanya masing – masing dari bawah sampai atas memiliki nama atau sebutan seperti untuk bagian bawah ada yang namanya Umpak yaitu tiang yang berada dibawah (batu), Tihang yaitu tiang – tiang yg dirumah, palupuh yaitu teras/lantainya, Dolos yaitu kayu penjaga pelupuh, Sarang yaitu ini seperti dolos kayu perjaga pelupuh tetapi ini berukuran lebih kecil, Sunduk yaitu menyambungkan tiang per tiang, Bilik yaitu dinding, Atip yaitu atap, Gegemi yaitu bambu yang untuk didinding dan juga untuk penutup teras, Layes yaitu kayu yang berada diatap, Libang yaitu kayu yang melintang diatap untuk mengikat bambu, howe atau injuk yaitu untuk pengikat. Perbedaan baduy dalam dengan baduy luar yaitu baduy dalam tidak menggunakan paku sedangkan baduy luar sudah menggunakan paku untuk menyambung bagian rumah. Baduy tidak memiliki kamar jadi hanya ada teras, ruang tengah dan juga dapur. Bilik rumah dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut dikenal dengan nama sarigsig tersebut dibuat hanya dengan berdasarkan perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah. Alat memasak Baduy Dalam dan Luar hampir sama hanya Baduy Luar sudah menggunakan alat –alat yang lebih modern. Kalau Baduy Dalam menggunakan bambu sebagai gelas di Baduy Luar sudah menggunakan gelas plastik&kaca.
Melalui kegiatan bergotong royong seluruh kampung, dalam sehari mereka dapat menyelesaikan sekitar sepuluh bangunan rumah tinggal yang luasnya lebih kurang 100-120 meter persegi. Hal ini dapat terlaksana karena mereka tinggal memasang seluruh komponennya. Untuk renovasi rumah biasanya dilakukan 4 – 5 tahun atau tergantung tingkat kelapukan/kerusakan dan kebutuhannya.
Sungguh uniknya Rumah Adat Baduy Dalam. Bagaimana masyarakat Baduy Dalam memiliki nilai filosofi yang diberikan dari nenek moyang terdahulu. Jadi tidak bisa sembarangan membangun sebuah rumah di Baduy Dalam. Rumah adat di Baduy Dalam menggunakan bambu dan rotan untuk membangun sebuah rumah tanpa menggunakan paku untuk menyambung bambu-bambu. Struktur bangunan Rumah adat tersebut juga memiliki nama atau istilahnya masing-masing. Gotong Royong yang masih dijaga sampe saat ini membuat persaudaraan mereka saling berkaitan satu dengan yang lain. Untuk datang ke Baduy Dalam kita harus menempuh sekitar 4jam-an berjalan kaki dan bila kita memasuki pemukiman Suku Baduy Dalam kita tidak boleh menyalakan atau mengunakan elektronik seperti HandPhone atau Kamera. Jadi mohon maaf saya tidak bisa memberikan contoh dokumentasi foto Rumah Adat Baduy Dalam.
Wassalamualaikum wr.wb
Lisa Hardianti
4423145742
UJP Kelas A
Lisahardianti95@gmail.com
Referensi :


21 comments:

  1. Replies
    1. Sebelumnya makasih sudah membaca artikel ini dan meninggal komentar :) semoga bermanfaat yaa :D
      Ayoo ke baduy di jamin seru dehhh :)

      Delete
  2. Replies
    1. Makasih yaa rexy sudah baca dan meninggalkan komentarnya :) semoga bermanfaat hehe

      Delete
  3. Jadi tau info tentang baduy lebih dalam nih, thanks infonya greget

    ReplyDelete
  4. Waaawwww ameejingggg
    Sepertinya unik juga

    Tapi tolong dong di sertakan fotonya jangan cuma tulisan doang -_-

    ReplyDelete
  5. Wah terima kasih mba Lisa, artikel nya bermanfaat sekali..

    Saya setuju dengan mba rista, kalau bisa tolong sertakan foto fotonya..
    Terima kasih

    ReplyDelete
  6. Great post!
    Selamat ya juara tiga kemarin, jadi akhirnya tulisannya lancar. Seneng bacanya seperti sedang diceritakan langsung. Keren 👍 keep writing mba lisa, kalau jalan2 lagi, ajak2 ya. Tq

    ReplyDelete
  7. Mantap Lis, walau secara sistematis masih ada yang perlu diperhatikan.tapi mampu membawakan baduy ke pembaca. Terus menulis yaa

    ReplyDelete
  8. Waw indonesia indah ya. Banyak sekali hal-hal menarik mulai dari bahasa, budaya, seni, dll maaih bisa ditemukan di indonesia ini. Satu saran kalau membuat blok tambahin pictnya ya biar yg lain tau, indonesia seperti ini loh ... tapi it's so semuanya bagus, keren, cuma ada sedikit kekurangan di pictnya. Oke makasih ^^

    ReplyDelete
  9. Nice post mbak lisa, cuma perlu ditambahkan beberapa gambar biar ga cape bacanya :D

    ReplyDelete
  10. Postnya bagus sekali lisa.. semoga bisa bermanfaat bagi penbaca lainnya.

    ReplyDelete
  11. Filosofi dari beberapa ornamen yg terdapat di rumah adat suku baduy masih banyak yang bisa dijadikan sebagai bahan penjelasan. Tapi keseluruhan infonya bagus, menarik. Jadi, semangat Lisa. Semoga artikelnya lebih beragam lagi

    ReplyDelete
  12. Dari dulu penasaran sama suku Baduy, skrg jd udh punya gambaran, keep it up 👍

    ReplyDelete
  13. pinginn banget ke baduy 😂 meskipun belum pernah kesana jadii sedikit pahamm tentang kehidupan suku baduy. sangat membantu 👍

    ReplyDelete
  14. Info yg bagus nih, kebetulan ada niat mau kesana

    ReplyDelete
  15. seru bgt pasti ya.. apalagi kesana sama org tersayang
    bisa foto2 disana sama orang baduy *halah :D

    ReplyDelete
  16. Next artikel tambahin pake gambar ya cantik ..bair makin menarik ..
    Bermanfaat banget nih, bagus dek ...
    Semangat terus cantik ...

    ReplyDelete