Perjalanan dari Marengo ke Cibeo
Halo semua. Perkenalkan, nama saya
Afrizal DItya Putera Pradyka. Biasa dipanggil Afrizal atau Rizal. Saya adalah
mahasiswa jurusan Usaha Jasa Pariwisata kelas B, angkatan 2014, Universitas
Negeri Jakarta. Saya akan menceritakan sedikit dari pengalaman saya saat ke
baduy. Lebih tepatnya, perjalanan dari Marengo (Baduy luar) ke Cibeo (Baduy
dalam).
Orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat
adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka kurang
- lebih sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku
yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki
keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam. Sebutan
"Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada
kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
awalnya mempersamakan/menyamai mereka dengan kelompok Arab Badawi
yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain
adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara
dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang
Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau
sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka.
Kunjungan kami ke Baduy adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen. Pada hari kedua setelah sampai di Baduy, kami melakukan perjalanan ke Cibeo atau Baduy dalam. Waktu pada saat itu menunjukkan pukul 07.00 wib, kami disuruh untuk menyiapkan hal yang perlu untuk dibawa ke Cibeo, mandi, dan sarapan. Setelah sarapan, kami pun berkumpul untuk bersiap – siap. Setelah bersiap, kami dipecah menjadi 3 kelompok agar perjalananannya tidak memakan waktu yang lama karena keasyikan sendiri. Perjalanan dari Marengo ke Cibeo memakan waktu sekitar 3 jam kalau tidak berhenti – henti. Jika lama, memakan waktu sekitar 4 jam. Setelah dibagikan kelompoknya, kami pun memulai perjalanan. Jalanan yang hanya terdiri dari batu dan tanah membuat kami sering tergelincir sedikit. Sekitar lebih dari 5 desa yang kami lewati untuk mencapai ke Baduy dalam dan sekitar 4 jembatan (termasuk perbatasan Baduy dalam dengan Baduy luar) kami lewati. Kami mengikuti Kang Arji, orang dari Baduy dalam. Seringkali teman – teman perempuan berhenti untuk mengambil foto dan melanjutkan perjalanan. Sembari jalan, kami juga disuruh untuk nge-guide atau memberi sedikit informasi tentang Suku Baduy. Jalanan yang menaik dan menurun membuat tenaga kami terkuras. Hujan mulai turun dan kami cepat – cepat melakukan perjalanan. Takut akan deras, kami meneduh sebentar dan minum untuk mengisi tenaga sedikit. Mulai lagi perjalanan kami ke Cibeo yang jalanannya tersebut lebih banyak menanjak. Banyak orang dari Baduy dalam membawa durian untuk dibawa dan dijual. Bukan hanya orang dewasa, tetapi anak kecil juga membawa durian. Walaupun tidak sebanyak yang dibawa orang dewasa, tetapi mereka tetap tidak merasa letih dan pegal, padahal jalanannya yang sangat curam dan berbahaya. Saya cukup terkesima melihat apa yang saya jarang temui di kota – kota.
Setelah melakukan perjalanan sekitar 1
setengah jam, kami yang saat itu berada di puncak beristirahat sebentar. Kang
Aja bilang kalau ini masih sepertiga jalan dan kami hanya bisa menghela nafas
yang panjang. Lalu, setelah 5 menit berisitirahat kami memulai perjalanan
kembali. Pemandangannya sangat indah, pepohonan yang banyak membuat saya sangat
takjub dan nyaman melihatnya. Tidak seperti di kota, kendaraan bermotor yang
menghasilkan asap tidak sehat, pepohonan jarang ditemui, pembakaran sampah,
dll. Dengan rasa takjub itu, kami mengabadikannya melalui foto – foto. Setelah
selesai, kami mulai melanjutkan perjalanan. Menanjak, menurun, menanjak, dan
menurun membuat kami pegal – pegal dan sangat kelelahan. Kemudian, ada
tanjakkan yang cukup menguras tenaga, kamipun beristirahat sejenak setelah
melewati tanjakkan tersebut. Saat sedang berisitirahat, ada satu teman saya
yang menghampiri kami dan meminta oksigen. Mendengar itu, saya bergegas untuk
kebawah dan menghampirinya. Dia teman saat pkl dulu, namanya selvia. Selvia
ditemani Pak Dede dan beliau sedang memberinya nasihat atau sugesti supaya
asmanya selvia hilang, dan dia tidak merasakan lagi asmanya. Saya dan 3 orang
teman saya membantu selvia dengan cara membawakan barang – barangnya
keatas. Setelah sampai di tempat yang lain beristirahat, kamipun beristirahat
kembali. Yang lain melanjutkan perjalanan kembali, saya pun tak tega melihat
kondisi selvia yang asmanya kambuh dan Pak Dede yang kakinya sakit, saya dan 2
teman saya menemaninya (Tb dan Anisa). Dikira cukup untuk beristirahat, kami
melanjutkan perjalanan juga. Pelan – pelan menyusuri jalan yang hanya ada
pemandangan pohon – pohon yang asri. Takut kehilangan jejak yang lain, Pak Dede
menyuruh saya untuk melihat jalan kemana untuk menyusul yang lain. Perjalanan
yang kembali menanjak dan panasnya matahari membuat kami berisitirahat lagi
untuk 3 menit. Lalu, kami melanjutkan perjalanannya. Jalanan yang licin membuat
kami berhati – hati untuk menurun. Merasa kami kehilangan jejak yang lain, Pak
Dede berteriak dan memanggil Pak Fuad. Beliau pun menyambut teriakkan Pak Dede,
saya menuju arah suara itu berada bersama Tb. Tetapi bukan Pak Fuad yang
menyambut teriakkan Pak Dede, melainkan orang Baduy yang sedang minum kopi. Tb
menanyakan arah Baduy dalam dan orang tersebut bilang lurus saja, kami pun
terus jalan lurus.
Melewati lumbung untuk menyimpan padi dan
beras, kami terus berjalan. Setelah menemui mata air, kami berhenti sejenak
untuk cuci muka dan melepas tanah dari sepatu kami agar tidak licin. Terus
berjalan dan kami melihat ada jembatan untuk memasuki sebuah desa dan saya
melihat ada jaket teman saya. Lalu ada orang yang menghampiri kami dan bilang
“dari UNJ ya? Belok kiri terus lurus aja”. Setelah kami ikuti saran tersebut
dan kami akhirnya sampai di Desa Cibeo atau Baduy dalam. Betapa leganya bisa
sampai dengan waktu yang kurang lebih 4 jam dengan perjalanan yang
menanjak, menurun, dan licin. Kami berkumpul dengan yang lain dan makan siang,
setelah itu berlanjut diskusi.
Nah, itu sedikit cerita yang saya sampaikan
dari pengalaman saya ke Baduy. Jika ada yang ingin kesana, saya ingin member
saran agar perjalanan kalian menyenangkan dan tidak terlalu lelah untuk
menempuhnya. Pertama; tidak usah terburu – buru melakukan perjalanan ke Baduy
dalam, kedua; berjalan bersama teman – teman anda dan mengobrol atau bercanda,
anda tidak akan terlalu kelelahan, dan terakhir; jangan berbicara semaunya,
apalagi yang kasar dan kotor. Semoga anda mengikuti saran dari saya, terima
kasih. Have fun!
Daftar Pusaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes
wah jadi pengen juga kebaduy!
ReplyDeletePengalaman yang sangat menarik! Jadi penasaran pengen kesana
ReplyDelete