Friday, January 1, 2016

TUGAS 5 OBSERVASI BADUY

    Perjalanan dari Marengo ke Cibeo          




               Halo semua. Perkenalkan, nama saya Afrizal DItya Putera Pradyka. Biasa dipanggil Afrizal atau Rizal. Saya adalah mahasiswa jurusan Usaha Jasa Pariwisata kelas B, angkatan 2014, Universitas Negeri Jakarta. Saya akan menceritakan sedikit dari pengalaman saya saat ke baduy. Lebih tepatnya, perjalanan dari Marengo (Baduy luar) ke Cibeo (Baduy dalam).
               
               Orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka kurang - lebih sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang awalnya mempersamakan/menyamai  mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka.
               
               Kunjungan kami ke Baduy adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen. Pada hari kedua setelah sampai di Baduy, kami melakukan perjalanan ke Cibeo atau Baduy dalam. Waktu pada saat itu menunjukkan pukul 07.00 wib, kami disuruh untuk menyiapkan hal yang perlu untuk dibawa ke Cibeo, mandi, dan sarapan. Setelah sarapan, kami pun berkumpul untuk bersiap – siap. Setelah bersiap, kami dipecah menjadi 3 kelompok agar perjalananannya tidak memakan waktu yang lama karena keasyikan sendiri. Perjalanan dari Marengo ke Cibeo memakan waktu sekitar 3 jam kalau tidak berhenti – henti. Jika lama, memakan waktu sekitar 4 jam. Setelah dibagikan kelompoknya, kami pun memulai perjalanan. Jalanan yang hanya terdiri dari batu dan tanah membuat kami sering tergelincir sedikit. Sekitar lebih dari 5 desa yang kami lewati untuk mencapai ke Baduy dalam dan sekitar 4 jembatan (termasuk perbatasan Baduy dalam dengan Baduy luar) kami lewati. Kami mengikuti Kang Arji, orang dari Baduy dalam. Seringkali teman – teman perempuan berhenti untuk mengambil foto dan melanjutkan perjalanan. Sembari jalan, kami juga disuruh untuk nge-guide atau memberi sedikit informasi tentang Suku Baduy. Jalanan yang menaik dan menurun membuat tenaga kami terkuras. Hujan mulai turun dan kami cepat – cepat melakukan perjalanan. Takut akan deras, kami meneduh sebentar dan minum untuk mengisi tenaga sedikit. Mulai lagi perjalanan kami ke Cibeo yang jalanannya tersebut lebih banyak menanjak. Banyak orang dari Baduy dalam membawa durian untuk dibawa dan dijual. Bukan hanya orang dewasa, tetapi anak kecil juga membawa durian. Walaupun tidak sebanyak yang dibawa orang  dewasa, tetapi mereka tetap tidak merasa letih dan pegal, padahal jalanannya yang sangat curam dan berbahaya. Saya cukup terkesima melihat apa yang saya jarang temui di kota – kota.
              
               Setelah melakukan perjalanan sekitar 1 setengah jam, kami yang saat itu berada di puncak beristirahat sebentar. Kang Aja bilang kalau ini masih sepertiga jalan dan kami hanya bisa menghela nafas yang panjang. Lalu, setelah 5 menit berisitirahat kami memulai perjalanan kembali. Pemandangannya sangat indah, pepohonan yang banyak membuat saya sangat takjub dan nyaman melihatnya. Tidak seperti di kota, kendaraan bermotor yang menghasilkan asap tidak sehat, pepohonan jarang ditemui, pembakaran sampah, dll. Dengan rasa takjub itu, kami mengabadikannya melalui foto – foto. Setelah selesai, kami mulai melanjutkan perjalanan. Menanjak, menurun, menanjak, dan menurun membuat kami pegal – pegal dan sangat kelelahan. Kemudian, ada tanjakkan yang cukup menguras tenaga, kamipun beristirahat sejenak setelah melewati tanjakkan tersebut. Saat sedang berisitirahat, ada satu teman saya yang menghampiri kami dan meminta oksigen. Mendengar itu, saya bergegas untuk kebawah dan menghampirinya. Dia teman saat pkl dulu, namanya selvia. Selvia ditemani Pak Dede dan beliau sedang memberinya nasihat atau sugesti supaya asmanya selvia hilang, dan dia tidak merasakan lagi asmanya. Saya dan 3 orang teman saya membantu selvia dengan cara membawakan  barang – barangnya keatas. Setelah sampai di tempat yang lain beristirahat, kamipun beristirahat kembali. Yang lain melanjutkan perjalanan kembali, saya pun tak tega melihat kondisi selvia yang asmanya kambuh dan Pak Dede yang kakinya sakit, saya dan 2 teman saya menemaninya (Tb dan Anisa). Dikira cukup untuk beristirahat, kami melanjutkan perjalanan juga. Pelan – pelan menyusuri jalan yang hanya ada pemandangan pohon – pohon yang asri. Takut kehilangan jejak yang lain, Pak Dede menyuruh saya untuk melihat jalan kemana untuk menyusul yang lain. Perjalanan yang kembali menanjak dan panasnya matahari membuat kami berisitirahat lagi untuk 3 menit. Lalu, kami melanjutkan perjalanannya. Jalanan yang licin membuat kami berhati – hati untuk menurun. Merasa kami kehilangan jejak yang lain, Pak Dede berteriak dan memanggil Pak Fuad. Beliau pun menyambut teriakkan Pak Dede, saya menuju arah suara itu berada bersama Tb. Tetapi bukan Pak Fuad yang menyambut teriakkan Pak Dede, melainkan orang Baduy yang sedang minum kopi. Tb menanyakan arah Baduy dalam dan orang tersebut bilang lurus saja, kami pun terus jalan lurus.
              
              Melewati lumbung untuk menyimpan padi dan beras, kami terus berjalan. Setelah menemui mata air, kami berhenti sejenak untuk cuci muka dan melepas tanah dari sepatu kami agar tidak licin. Terus berjalan dan kami melihat ada jembatan untuk memasuki sebuah desa dan saya melihat ada jaket teman saya. Lalu ada orang yang menghampiri kami dan bilang “dari UNJ ya? Belok kiri terus lurus aja”. Setelah kami ikuti saran tersebut dan kami akhirnya sampai di Desa Cibeo atau Baduy dalam. Betapa leganya bisa sampai dengan waktu yang kurang  lebih 4 jam dengan perjalanan yang menanjak, menurun, dan licin. Kami berkumpul dengan yang lain dan makan siang, setelah itu berlanjut diskusi.
               
               Nah, itu sedikit cerita yang saya sampaikan dari pengalaman saya ke Baduy. Jika ada yang ingin kesana, saya ingin member saran agar perjalanan kalian menyenangkan dan tidak terlalu lelah untuk menempuhnya. Pertama; tidak usah terburu – buru melakukan perjalanan ke Baduy dalam, kedua; berjalan bersama teman – teman anda dan mengobrol atau bercanda, anda tidak akan terlalu kelelahan, dan terakhir; jangan berbicara semaunya, apalagi yang kasar dan kotor. Semoga anda mengikuti saran dari saya, terima kasih. Have fun!




Daftar Pusaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Urang_Kanekes

2 comments: