Pariwisata Budaya Di Palembang
Pengantar
Assalamualaikum
warrahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua. Puji dan syukur
kita panjatkan kepada Allah swt atas rahmat dan berkahnya yang selalu bersama
kita. Saya berterima kasih kepada kalian semua yang menyempatkan diri untuk
membaca tulisan atau artikel yang mudah-mudahan bermanfaat dan menambah sedikit
wawasan mengenai daerah yang akan saya bahas kali ini. Saya berterima kasih
pula kepada bapak Shobirin yang telah membuka mata saya mengenai betapa
indahnya dan hebatnya sejarah dan budaya yang ada di Nusantara ini.
Adapun
tujuan saya membuat tulisan dan artikel ini untuk memenuhi ketetntuan tugas
dalam mata kuliah Wisata Budaya. Untuk itu saya berusaha semaksimal mungkin
membuat tulisan yang baik dan sesuai fakta agar tidak menimbulkan masalah dan
bisa menjadi referensi untuk kalian semua dalam melakukan perjalanan wisata.
Sebelumnya daerah yang akan saya angkat dalam tulisan ini adalah kampung halaman
dari Ibu saya yaitu Palembang.
Saya berharap
tulisan ini benar-benar bisa bermanfaat dan bisa menjadi bahan pertimbangan
anda semua untuk mengunjungi Kota Palembang karena banyak tempat wisata budaya
dan segala macam keunikan yang bisa ditemukan jika anda mengeksplor daerah
tersebut dengan sebenar-benarnya. Untuk itu saya berterima kasih kepada kalian
semua yang menyempatkan waktu untuk mambaca Artikel ini.
Jakarta, 03 Januari 2016
Penyusun.
Pembahasan
1.) Deskripsi
Destinasi
Jembatan Ampera via Google |
Kota
Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota
terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas wilayah
358,55 km² yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km².
Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang Kota ini akan dihuni 2,5 Juta orang. Sejarah
Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia
Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan
Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan
"Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan
di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang yang menyatakan pembentukan
sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 17 Juni 688 Masehi
menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat,
kota Palembang juga dijuluki Venice of the East (Venesia dari Timur).
Kota
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika
berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit.
Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa
Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota
Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam
oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan.
Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang
oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek
moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa
melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan, sedangkan
lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak
karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa
melayu-Palembang, lembang atau lembeng artinya genangan air. Jadi Palembang
adalah suatu tempat yang digenangi oleh air. Kondisi alam ini bagi nenek moyang
orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi
sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau
dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota
ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara
tiga kesatuan wilayah:
·
Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu :
Pegunungan Bukit Barisan.
·
Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan
anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
·
Daerah pesisir timur laut.
Ketiga kesatuan wilayah ini
merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola
kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan
komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil
mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di
Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota
Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada
wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang
Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan
Nusantara.
Ada
tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada
abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak
di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman
dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang
bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan.
Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat
tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan
diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka
negara itu menjadi pusat pelayaran.
Jadi bisa
kita simpulkan bahwa banyak sekali asal usul sejarah bagaimana nama kota
Palembang itu ada. Kota Palembang juga merupakan kota kedua terbesar setelah
kota Medan. Di era sekarang Kota Palembang telah menjadi kota yang maju tetapi unsur
sejarah masa lampaunya masih bisa terasa jika kita mengunjungi beberapa tempat
wisata disana. Suku Melayu merupakan suku yang paling banyak mendiami daerah Palembang.
Selain itu suku keturunan yang banyak mendiami kawasan-kawasan yang ada di
daerah kota Palembang adalah suku keturunan Tionghoa, India dan Arab. Ini terbukti
dari beberapa kawasan yang didominasi oleh suku keturunan tersebut seperti di
daerah Kampung Kapitan yang di dominasi oleh suku keturunan Tionghoa dan di
Kampung Al Munawwar yang di dominasi oleh suku keturunan Arab.
Wisata Budaya:
1. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya atau sebelumnya lebih dikenal dengan nama Situs
Karanganyar adalah taman purbakala bekas kawasan permukiman dan taman yang
dikaitkan dengan kerajaan Sriwijaya yang terletak tepi utara Sungai Musi di
kota Palembang, Sumatera Selatan. Di kawasan ini ditemukan jaringan kanal,
parit dan kolam yang disusun rapi dan teratur yang memastikan bahwa kawasan ini
adalah buatan manusia, sehingga dipercaya bahwa pusat kerajaan Sriwijaya di
Palembang terletak di situs ini. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan
purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman
dan pusat aktivitas manusia.
TPKS via Google |
Secara
administratif, situs Karanganyar terletak di Jalan Syakhyakirti, Kelurahan
Karanganyar, Kecamatan Gandus, Palembang. Situs ini merupakan situs yang
memiliki kekayaan dan nilai sejarah yang tinggi. Taman purbakala kerajaan
Sriwijaya berdiri diatas dataran aluvial pada meander Sungai Musi, berhadapan
dengan pertemuan sungai Musi dengan sungai Ogan dan Kramasan. Belahan utara
Sungai Musi sudah sejak lama diketahui sebagi lokasi sejumlah situs arkeologi
yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-15 masehi, di antaranya adalah situs
Kambang Unglen, Padang Kapas, Ladang Sirap, dan Bukit Seguntang yang terletak
dekat dengan situs Karanganyar. Daerah ini memiliki ketinggian kurang dari 2
meter dari permukaan sungai Musi. Berada sekitar 4 kilometer di sebelah barat
daya pusat kota Palembang, tepatnya di sebelah selatan Bukit Seguntang. Taman
Purbakala ini dapat dicapai dari pusat kota Palembang dengan kendaraan umum
dengan jurusan Tangga Buntung-Gandus.
Di
lokasi ini yang dipercaya sebagai sisa taman kerajaan masa Sriwijaya ini dijumpai
berbagai macam artefak yang menunjukkan aktivitas keseharian masyarakatnya,
seperti manik-manik, struktur batu bata, damar, tali ijuk, keramik, dan sisa
perahu. Temuan-temuan tersebut diperoleh saat pembangunan Taman Purbakala
Kerajaan Sriwijaya maupun melalui kegiatan penyelamatan temuan di sekitar
kawasan ini. Rekonstruksi atas fragmen keramik yang banyak ditemukan
memperlihatkan adanya penggunaan, tempayan, guci, buli-buli, mangkuk, dan
piring. Sedangkan berdasarkan rekonstruksi dari sisa gerabah menunjukkan pemanfaatan
berbagai bentuk tungku atau anglo, kendi, periuk, tempayan, pasu, dan bahkan
genteng. Kumpulan temuan-temuan ini menunjukkan betapa padatnya aktivitas
keseharian masyarakat yang hidup di kawasan ini pada masa lalu.
Situs ini utamanya menampilkan
struktur bangunan air berupa kolam, pulau buatan, dan parit yang keberadaannya
menjadi bukti kehadiran manusia yang menetap dalam jangka waktu yang cukup
lama. Diperkirakan penduduk yang dulu menghuni kawasan Karanganyar menggali
kanal atau parit seperti parit Suak Bujang, baik untuk saluran drainase tata
air penangkal banjir maupun sebagai sarana transportasi untuk menghubungkan
daerah-daerah pedalaman di sekitar situs dengan sungai Musi.
Pada tahun 1985 dilakukan
penggalian arkeologi dan berlanjut pada tahun 1989. Dari penggalian ini
ditemukan banyak temuan pecahan tembikar, keramik, manik-manik, dan dan
struktur bata. Berdasarkan hasil analisis keramik-keramik China yang ditemukan
di kawasan ini berasal dari dinasti Tang (abad VII-X M), Sung (abad X-XII M),
Yuan (abad XIII-XIV M), dan dinasti Qing (abad XVII-XIX M) yang umumnya terdiri
dari tempayan, buli-buli, pasu, mangkuk, dan piring. Sedangkan penggalian yang
dilakukan di Pulau Cempaka berhasil menampakkan kembali sisa bangunan berupa
struktur bata pada kedalaman 30 cm dengan orientasi timur-barat. Berdasarkan
interpretasi dan temuan dari foto udara tahun 1984 menunjukkan bahwa situs
Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam
serta pulau buatan yang disusun rapi. Dapat dipastikan situs ini adalah buatan
manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur
sangkar dan empat persegi panjang, serta parit dengan luas areal meliputi 20
hektare. Serangkaian kanal, pulau buatan, dan bagian-bagian lainnya menampilkan
situs Karanganyar sebagai karya arsitektur lansekap yang berkaitan dengan
bangunan air.
2. Rumah Limas H. Bayumi
Rumah
Bari Palembang (Rumah Adat Limas) merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam
bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu
itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera
Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai
rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu
rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian
Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.
Rumah panggung secara fungsional memenuhi syarat mengatasi
kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari
Timur karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya.
Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai
Musi. Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam,
Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu, lingkungan
perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang
tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai akhirnya dikepung
perkampungan.
Rumah Limas H.Bayumi via Google |
Ada dua jenis rumah limas di Sumatera Selatan, yaitu rumah
limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda dan yang sejajar.
Rumah limas yang lantainya sejajar ini kerap disebut rumah ulu. Bangunan rumah
limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20
meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan
status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga
Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya. Bangunan
rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya
terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas
dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan. Bagian teras
rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna
filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan
tidak keluar dari rumah.
Rumah Limas
H. Bayumi terletak di Jln. Mayor Ruslan, Palembang. Saat ini, rumah limas ini
dimiliki oleh anak dari Bayumi Wahab yang tinggal di Jakarta, sehingga tak ada
yang menempatinya. Jadi, jika anda ingin berkunjung anda bisa lapor ke satpam
yang berjaga di tempat ini. Sayangnya anda tidak bisa masuk ke rumah ini jika
anda hanya sendiri atau tidak dengan rombongan, sehingga hanya bisa melihat di
bagian luar saja. Anda harus masuk dengan rombongan, hal ini diterapkan oleh
pemiliknya, jika ingin masuk anda harus membayar Rp.100.000,00 untuk 1
rombongan yang berisikan 10 orang maksimalnya. Luas rumah ini dulu sekitar
100x20 meter, tetapi sekarang hanya tersisa hanya 25x8 meter. Salah satu tempat
yang cocok untuk melihat rumah adat khas Palembang.
Kesenian
Khas Palembang:
1. kesenian Dul Muluk
Kesenian
Dul Muluk adalah salah satu kesenian teater daerah yang berasal dari warisan
budaya Sumatera Selatan. Dulu kesenian ini sempat dianggap punah namun ternyata
itu salah, masih banyak yang melestarikan walau peminatnya sedikit. Awal sejarahnya
adalah Sejarah Singkat Awal mula kesenian ini muncul di masyarakat adalah dari
seorang pedagang keturunan Arab yang bernama Syech Ahmad Bakar atau lebih
popular di panggil Wan Bakar yang datang ke Palembang sekitar abad ke-20.
Teater tradisional ini menceritakan tentang kisah Abdul Muluk Jauhari yang
merupakan anak dari seorang sultan. Awalnya Wan Bakar sering menggelar teater
sederhana di dekat rumahnya di Tangga Takat 16 Ulu Palembang. sejak saat itu
banyak peminatnya dan mulailah ia diundang untuk mementaskan kesenian Dul Muluk
ini di beberapa acara seperti pernikahan, khitanan, syukuran dan beberapa acara
lain di Palembang. Lama kelamaan, makin banyak yang menyukai teater ini,
sehingga bentuk dari kesenian ini makin berkembang dari tahun ke tahun. Mulai
dari musik pengiring yang lebih banyak, pemeran yang tidak hanya di perankan
oleh Wan Bakar saja, persiapan mulai dari pakaian, make-up dan lain sebagainya,
sehingga sudah benar-benar tampak seperti teater.
Pada
tahun 1911, barulah kesenian Dul Muluk ini menggunakan dialog dan diperankan
oleh beberapa orang. Sedangkan dulu hanya di perankan oleh Wan Bakar saja.
Untuk pertama kalinya dengan dialog, Wan Bakar di bantu oleh beberapa muridnya
yang di antaranya adalah Pasirah Nurhasan dan Kamaludin. Pementasan Dul Muluk,
pertama kali di gelar pada tahun 1910, dan masih merupakan pementasan dengan
bentuk yang masih asli hingga pada tahun 1930. Sedangkan pada tahun selanjutnya
sudah sedikit tercampur oleh beberapa seniman dan bangsawan dari Jawa. Dul
Muluk, mengalami masa kejayaan pada tahun 1960-1970 an, dimana pada masa itu,
Dul Muluk sangat diminati dan terlihat dari munculnya puluhan grup Dul Muluk
yang sering tampil di beberapa acara hajatan.
Dul Muluk via Google |
Jika kita
bandingkan dengan kesenian di daerah lain yang mirip-mirip adalah Ketoprak dan
ludruk yang berasal dari tanah Jawa. Waktu pementasan juga cukup lama sekitar 7
jam aslinya. Acara teater ini biasanya diiringi oleh alat musik rebana. Seakarang
banyak ditambah dengan keyboard dan biola. Pengembangan Kesenian Warisan budaya
seperti ini sangat disayangkan jika hanya harus berhenti pada suatu generasi
tertentu, maka dari itu bagi anda yang ingin mengenal lebih dekat kesenian teater tradisional ini bisa
mendatangi beberapa sanggar Dul Muluk seperti :
- Sanggar Alon Jaya yang berlokasi di Jalan Ponorogo, di
kecamatan Sukajaya Palembang
- Sanggar Srigunawan yang berlokasi di Jalan Bagus Kuning,
Plaju
- Sanggar Bintang Sriwijaya yang berlokasi Jalan Musi II,
Keramasan
- Sanggar Tunas Muda yang berlokasi di Jalan Sunan,
Kertapati Masih banyak beberapa sanggar lain yang ada di Palembang dan
sekitarannya.
2. Tari Gending Sriwijaya
Gending
Sriwijaya merupakan tari spesifik masyarakat Sumatera Selatan untuk menyambut
tamu istimewa yang bekunjung ke daerah ini, seperti kepala negara,
kepala-kepala pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang setara
itu. Tari tradisional ini berasal dari masa kerajaan Sriwijaya. Tarian yang
khas ini mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus
dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian digelarkan 9 penari muda
dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri,
paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya
membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending
Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak
digantikan tape recorder atau lainnya. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini
terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal terkadang ditiadakan,
terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup.
Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan
kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon
terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya dilakukan
oleh putri Sultan atau bangsawan.
Tari Gending Sriwijaya via Google |
Ini adalah lirik lagu dari Gending Sriwijaya:
Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala
Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharma pala Khirti Dharma Khirti
Berkumandang dari puncaknya Si guntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti
Upacara
Adat:
1. Pernikahan
A.
Perkawinan
Melihat
adat perkawinan Palembang, jelas terlihat bahwa busana dan ritual adatnya
mewariskan keagungan serta kejayaan raja-raja dinasti Sriwijaya yang mengalami
keemasan berpengaruh di Semananjung Melayu berabad silam. Pada zaman kesultanan
Palembang berdiri sekitar abad 16 lama
berselang setelah runtuhnya dinasti Sriwijaya, dan pasca Kesultanan pada
dasarnya perkawinan ditentukan oleh keluarga besar dengan pertimbangan bobot,
bibit dan bebet.
Berikut
saya uraikan secara singkat :
a.
Madik Berasal dari kata bahasa Jawa Kawi yang
berarti mendekat atau pendekatan.
b.
Menyengguk atau sengguk berasal dari bahasa Jawa
kuno yang artinya memasang “pagar” agar gadis yang dituju tidak diganggu oleh
sengguk (sebangsa musang, sebagai kiasan tidak diganggu perjaka lain).
c.
Ngebet, Bila proses sengguk telah mencapai
sasaran, maka kembali keluarga dari pihak pria berkunjung dengan membawa tenong
sebanyak 3 buah, masing-masing berisi terigu, gula pasir dan telur itik.
Pertemuan ini sebagai tanda bahwa kedua belah pihak keluarga telah “nemuke
kato” serta sepakat bahwa gadis telah ‘diikat’ oleh pihak pria.
d.
Berasan dari bahasa Melayu artinya
bermusyawarah, yaitu bermusyawarah untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu
keluarga besar. Pertemuan antara dua pihak keluarga ini dimaksudkan untuk
menentukan apa yang diminta oleh pihak si gadis dan apa yang akan diberikan
oleh pihak pria.
e.
Mutuske Kato adalah acara yang bertujuan untuk
kedua pihak keluarga membuat keputusan dalam hal yang berkaitan dengan:”hari
ngantarke belanjo” hari pernikahan, saat Munggah, Nyemputi dan Nganter
Penganten, Ngalie Turon, Becacap atau Mandi Simburan dan Beratib.
f.
Nganterke
belanjo adalah melakukan antaran minimal sebulan atau setengah bulan bahkan
beberapa hari sebelum acara Munggah.
g.
Upacara Akad Nikah adalah menyatukan sepasang
kekasih menjadi suami istri untuk memasuki kehidupan berumahtangga. Upacara ini
dilakukan dirumah calon pengantin pria, seandainya dilakukan dirumah calon
pengantin wanita, maka dikatakan ‘kawin numpang’. Akan tetapi sesuai dengan
perkembangan masa, kini upacara akad nikah berlangsung dikediaman mempelai
wanita. Sesuai tradisi bila akad nikah sebelum acara Muggah, maka utusan pihak
wanita terlebih dahulu ngantarke keris ke kediaman pihak pria.
2. Upacara Bekarang iwak
Bekarang
Iwak sendiri sebenarnya hampir tak berbeda dengan sedekah-sedekah adat lain
yang biasa dilaksanakan oleh warga yang ada di kota-kota lain. Yang membedakan
di sini hanyalah bahwa setelah diadakan beberapa ritual upacara adat dan makan
bersama, kemudian disusul dengan acara menangkap ikan secara bersama-sama di sungai
Lacak kelurahan Pulokerto seperti nama tradisi tersebut yaitu Bekarang =
menangkap, dan Iwak = ikan.
2.) Akses Destinasi
Dari
Jakarta anda bisa menggunakan berbagai macam jenis transportasi untuk menuju
kota Palembang. Seperti pesawat, bus, mobil bahkan motor. Saya akan memberi
sedikit info mengenai akses menuju destinasi yang saya jabarkan tadi, untuk
lebih lengkapnya sebagai berikut :
a. Untuk menuju taman
purbakala kerajaan Sriwijaya bisa menggunakan angkot dengan jurusan Tangga
Buntung yang dikenali dengan warna coklat. Bisa naik dari bawah Jembatan
Ampera, tepatnya di samping BKB. Sangat mudah menemukan angkot-angkot ini.
Setelah berjalan cukup jauh menyusuri daerah tangga buntung, anda bisa berhenti
di pasar tangga buntung. Nah, disini anda bisa mencari angkot jurusan gandus
dengan warna merah muda. Angkot ini akan mengantar anda langsung menuju ke
wilayah TPKS, bahkan masuk ke gerbangnya karena TPKS sendiri terletak di kedua
sisi jalanan. Untuk tiap angkot, anda cukup membayar Rp. 2500 saja. Sedangkan jika
anda ingin membawa kendaraan sendiri, anda bisa melewati jalur lain selain
jalur angkot tadi. Yaitu melalui Bukit Besar, menuju Jalan Parameswara. Di
simpang 3 Parameswara, belok ke kiri dan ikuti jalan lurus sampai anda
menemukan jembatan besar, yakni jembatan Musi II. Tapi anda tidak naik ke
jembatan tersebut, melainkan mengambil jalan yang berbelok ke kiri. Ikuti saja
jalan utama sampai anda akan menemukan gerbang masuk TPKS
b. Untuk menuju rumah Limas H.Bayumi bisa menggunakan jika dari pusat kota anda bisa menggunakan
angkutan umum berupa angkot. Anda bisa menggunakan angkot jurusan
Ampera-Lemabang dari depan masjid agung dengan membayar ongkos Rp. 2500. Lalu
turun di IBA. Setelah anda turun, anda sudah bisa melihat rumah limas ini,
sedikit berjalan dan anda akan tiba di tujuan.
3.) Akomodasi
1. Hotel Aston Palembang
Aston
Palembang Hotel & Conference Center merupakan hotel bisnis dan konferensi
bintang 4 dengan gaya yang berkomitmen terhadap standar internasional
tertinggi, pelayanan yang luas dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan para
pelaku bisnis dan penyelenggaraan konferensi. Hotel terletak ditengah pusat
kota.
2. The Arista Hotel International
Hotel
bintang 5 satu ini berlokasi di Jl. Kapt. A. Rivai, Sumatera Selatan, Ilir Barat,
Palembang. Berjarak kurang lebih sekitar 10km dari Bandara Sultan Mahmud
Badaruddin II. Hotel ini sudah sangat populer di kalangan wisatwan maupun
pebisnis yang singgah di Palembang. The Arista Hotel Palembang menawarkan 4
tipe kamar yang berbeda. Kamar paling murah yaitu Kamar Deluxe, ditawarkan
mulai dari harga 900 ribuan. Dengan kamar seharga 900 ribuan ini anda sudah
mendapatkan fasilitas kamar AC, ruangan bebas rokok, bar mini, TV satelit/
kabel, kulkas, kamar mandi shower, pengering rambut, pembuat kopi/ teh,
fasilitas menyetrika, dan akses wifi gratis di setiap kamar. Semua kamar telah
disedikan makan pagi dan wifi gratis. Untuk fasilitas mewah yang ditawarkan
hotel bintang 5 di Palembang satu ini ada kolam renang anak, kolam renang luar
ruangan, sauna, pijat, spa, lapangan golf, pusat kebugaran, dan taman bermain
anak.
4.) Restorasi
Pempek,
makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan
menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah
berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan
memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan,
maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di
Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting,
pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek
lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai
pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental
berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering
yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
Selain itu
ada Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan
dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang
kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping
sebagai pelengkap. Untuk minuman bisa mencoba es kacang merah khas Palembang
yang berbeda dari daerah lainnya.
5.) Souvenir
Songket via Google |
Untuk mencari
souvenir anda bisa mengunjungi daerah Pasar 16 ilir baru karena disana terdapat
kain Songket dan batik yang sangat terkenal.
Penutup
Kesimpulan
yang bisa diambil adalah Palembang merupakan daerah yang sangat menarik untuk
dikunjungi dan dieksplorasi lebih dalam lagi karena menyimpan berbagai tempat
wisata budaya, sejarah dan juga alam yang sangat indah dan informatif. Upacara adat
yang ada juga sangat menarik untuk dilihat secara langsung dan tentu saja
kuliner serta souvenir tidak boleh terlewatkan untuk dibawa pulang.
Demikian
yang dapat saya sampaikan, bila ada kesalahan atau kekhilafan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
pembuatan artikel atau tulisan ini, sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan
semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua.
Vinito Ganola
Usaha Jasa Pariwisata 2014 A
4423143923
vinitoganola@rocketmail.com
Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Purbakala_Kerajaan_Sriwijaya
diakses 03 Januari 2015
http://www.gosumatra.com/rumah-limas-sumatera-selatan/
diakses 03 Januari 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palembang#Pemerintahan
diakses 03 Januari 2015
http://palembang.go.id/?nmodul=halaman&judul=sejarah&bhsnyo=id
diakses 03 Januari 2015
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodityarea.php?ia=1671&ic=2512
diakses 03 Januari 2015
http://palembang-tourism.com/
diakses 03 Januari 2015
http://arsipbudayanusantara.blogspot.co.id/2014/11/tradisi-bekarang-iwak-di-palembang.html
diakses 03 Januari 2015
http://jalan2.com/objek-wisata/detail/rumah-limas-bayumi-wahab
diakses 03 Januari 2015
http://jalan2.com/objek-wisata/detail/taman-purbakala-kerajaan-sriwijaya
diakses 03 Januari 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Gending_Sriwijaya
diakses 03 Januari 2015
http://www.kepoindo.com/2015/adat-istiadat-kebudayan-provinsi-sumatera-selatan/1121/
diakses 03 Januari 2015
Ulasan nya asik, info nya nice. Thanks
ReplyDeleteberarti kalo nanti ke sumatera harus mampir kesini, makasih mas untuk ulasan tentang Palembang nya.
ReplyDeletekulinerny menarik,terimakasih
ReplyDeletebetapa kaya nya Indonesia,terbukti dengan Palembang ini yah
ReplyDeleteInformasinya sudah cukup lengkap dan menarik. Wisata budaya masih sangat minim sekali peminatnya, harus dibuatkan trobosan2 inovatif agar banyak wisatawan yg tertarik. Sekedar saran, mungkin bisa ditambahkan kalender event budaya di kota Palembang yg menarik sehingga para traveler bisa menyusun agenda berwisatanya. Goodluck
ReplyDeleteberkat artikel ini, saya jadi tergerak buat kunjungin kota Palembang ini sewaktu waktu. apalagi jembatan ampera, spot nya bagus banget buat ambil foto. Thanks bro!
ReplyDeleteFotonya bikin artikel ini lebih saik,penjelasan nya juga udh cukup detail,keren keren
ReplyDelete