Sunday, January 3, 2016

T3_Vinito Ganola_Palembang

Pariwisata Budaya Di Palembang

Pengantar

                Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt atas rahmat dan berkahnya yang selalu bersama kita. Saya berterima kasih kepada kalian semua yang menyempatkan diri untuk membaca tulisan atau artikel yang mudah-mudahan bermanfaat dan menambah sedikit wawasan mengenai daerah yang akan saya bahas kali ini. Saya berterima kasih pula kepada bapak Shobirin yang telah membuka mata saya mengenai betapa indahnya dan hebatnya sejarah dan budaya yang ada di Nusantara ini.
                Adapun tujuan saya membuat tulisan dan artikel ini untuk memenuhi ketetntuan tugas dalam mata kuliah Wisata Budaya. Untuk itu saya berusaha semaksimal mungkin membuat tulisan yang baik dan sesuai fakta agar tidak menimbulkan masalah dan bisa menjadi referensi untuk kalian semua dalam melakukan perjalanan wisata. Sebelumnya daerah yang akan saya angkat dalam tulisan ini adalah kampung halaman dari Ibu saya yaitu Palembang.
                Saya berharap tulisan ini benar-benar bisa bermanfaat dan bisa menjadi bahan pertimbangan anda semua untuk mengunjungi Kota Palembang karena banyak tempat wisata budaya dan segala macam keunikan yang bisa ditemukan jika anda mengeksplor daerah tersebut dengan sebenar-benarnya. Untuk itu saya berterima kasih kepada kalian semua yang menyempatkan waktu untuk mambaca Artikel  ini.

Jakarta,  03 Januari 2016


Penyusun.




Pembahasan

1.) Deskripsi Destinasi


Jembatan Ampera via Google
                Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang memiliki luas wilayah 358,55 km² yang dihuni 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km². Diprediksikan pada tahun 2030 mendatang Kota ini akan dihuni 2,5 Juta orang. Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 17 Juni 688 Masehi menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East (Venesia dari Timur).
                Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan, sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng artinya genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air. Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:
·         Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
·         Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
·         Daerah pesisir timur laut.
Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara.
                Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.
                Jadi bisa kita simpulkan bahwa banyak sekali asal usul sejarah bagaimana nama kota Palembang itu ada. Kota Palembang juga merupakan kota kedua terbesar setelah kota Medan. Di era sekarang Kota Palembang telah menjadi kota yang maju tetapi unsur sejarah masa lampaunya masih bisa terasa jika kita mengunjungi beberapa tempat wisata disana. Suku Melayu merupakan suku yang paling banyak mendiami daerah Palembang. Selain itu suku keturunan yang banyak mendiami kawasan-kawasan yang ada di daerah kota Palembang adalah suku keturunan Tionghoa, India dan Arab. Ini terbukti dari beberapa kawasan yang didominasi oleh suku keturunan tersebut seperti di daerah Kampung Kapitan yang di dominasi oleh suku keturunan Tionghoa dan di Kampung Al Munawwar yang di dominasi oleh suku keturunan Arab.
                 Wisata Budaya:
1. Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
                Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya atau sebelumnya lebih dikenal dengan nama Situs Karanganyar adalah taman purbakala bekas kawasan permukiman dan taman yang dikaitkan dengan kerajaan Sriwijaya yang terletak tepi utara Sungai Musi di kota Palembang, Sumatera Selatan. Di kawasan ini ditemukan jaringan kanal, parit dan kolam yang disusun rapi dan teratur yang memastikan bahwa kawasan ini adalah buatan manusia, sehingga dipercaya bahwa pusat kerajaan Sriwijaya di Palembang terletak di situs ini. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktivitas manusia.

TPKS via Google
                Secara administratif, situs Karanganyar terletak di Jalan Syakhyakirti, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, Palembang. Situs ini merupakan situs yang memiliki kekayaan dan nilai sejarah yang tinggi. Taman purbakala kerajaan Sriwijaya berdiri diatas dataran aluvial pada meander Sungai Musi, berhadapan dengan pertemuan sungai Musi dengan sungai Ogan dan Kramasan. Belahan utara Sungai Musi sudah sejak lama diketahui sebagi lokasi sejumlah situs arkeologi yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-15 masehi, di antaranya adalah situs Kambang Unglen, Padang Kapas, Ladang Sirap, dan Bukit Seguntang yang terletak dekat dengan situs Karanganyar. Daerah ini memiliki ketinggian kurang dari 2 meter dari permukaan sungai Musi. Berada sekitar 4 kilometer di sebelah barat daya pusat kota Palembang, tepatnya di sebelah selatan Bukit Seguntang. Taman Purbakala ini dapat dicapai dari pusat kota Palembang dengan kendaraan umum dengan jurusan Tangga Buntung-Gandus.
                Di lokasi ini yang dipercaya sebagai sisa taman kerajaan masa Sriwijaya ini dijumpai berbagai macam artefak yang menunjukkan aktivitas keseharian masyarakatnya, seperti manik-manik, struktur batu bata, damar, tali ijuk, keramik, dan sisa perahu. Temuan-temuan tersebut diperoleh saat pembangunan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya maupun melalui kegiatan penyelamatan temuan di sekitar kawasan ini. Rekonstruksi atas fragmen keramik yang banyak ditemukan memperlihatkan adanya penggunaan, tempayan, guci, buli-buli, mangkuk, dan piring. Sedangkan berdasarkan rekonstruksi dari sisa gerabah menunjukkan pemanfaatan berbagai bentuk tungku atau anglo, kendi, periuk, tempayan, pasu, dan bahkan genteng. Kumpulan temuan-temuan ini menunjukkan betapa padatnya aktivitas keseharian masyarakat yang hidup di kawasan ini pada masa lalu.
Situs ini utamanya menampilkan struktur bangunan air berupa kolam, pulau buatan, dan parit yang keberadaannya menjadi bukti kehadiran manusia yang menetap dalam jangka waktu yang cukup lama. Diperkirakan penduduk yang dulu menghuni kawasan Karanganyar menggali kanal atau parit seperti parit Suak Bujang, baik untuk saluran drainase tata air penangkal banjir maupun sebagai sarana transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah pedalaman di sekitar situs dengan sungai Musi.
Pada tahun 1985 dilakukan penggalian arkeologi dan berlanjut pada tahun 1989. Dari penggalian ini ditemukan banyak temuan pecahan tembikar, keramik, manik-manik, dan dan struktur bata. Berdasarkan hasil analisis keramik-keramik China yang ditemukan di kawasan ini berasal dari dinasti Tang (abad VII-X M), Sung (abad X-XII M), Yuan (abad XIII-XIV M), dan dinasti Qing (abad XVII-XIX M) yang umumnya terdiri dari tempayan, buli-buli, pasu, mangkuk, dan piring. Sedangkan penggalian yang dilakukan di Pulau Cempaka berhasil menampakkan kembali sisa bangunan berupa struktur bata pada kedalaman 30 cm dengan orientasi timur-barat. Berdasarkan interpretasi dan temuan dari foto udara tahun 1984 menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi. Dapat dipastikan situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta parit dengan luas areal meliputi 20 hektare. Serangkaian kanal, pulau buatan, dan bagian-bagian lainnya menampilkan situs Karanganyar sebagai karya arsitektur lansekap yang berkaitan dengan bangunan air.
2. Rumah Limas H. Bayumi
                Rumah Bari Palembang (Rumah Adat Limas) merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.
Rumah panggung secara fungsional memenuhi syarat mengatasi kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari Timur karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya. Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Musi. Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam, Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu, lingkungan perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai akhirnya dikepung perkampungan.

Rumah Limas H.Bayumi via Google
Ada dua jenis rumah limas di Sumatera Selatan, yaitu rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda dan yang sejajar. Rumah limas yang lantainya sejajar ini kerap disebut rumah ulu. Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya. Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan. Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan tidak keluar dari rumah.
                Rumah Limas H. Bayumi terletak di Jln. Mayor Ruslan, Palembang. Saat ini, rumah limas ini dimiliki oleh anak dari Bayumi Wahab yang tinggal di Jakarta, sehingga tak ada yang menempatinya. Jadi, jika anda ingin berkunjung anda bisa lapor ke satpam yang berjaga di tempat ini. Sayangnya anda tidak bisa masuk ke rumah ini jika anda hanya sendiri atau tidak dengan rombongan, sehingga hanya bisa melihat di bagian luar saja. Anda harus masuk dengan rombongan, hal ini diterapkan oleh pemiliknya, jika ingin masuk anda harus membayar Rp.100.000,00 untuk 1 rombongan yang berisikan 10 orang maksimalnya. Luas rumah ini dulu sekitar 100x20 meter, tetapi sekarang hanya tersisa hanya 25x8 meter. Salah satu tempat yang cocok untuk melihat rumah adat khas Palembang.
                Kesenian Khas Palembang:
1. kesenian Dul Muluk
                Kesenian Dul Muluk adalah salah satu kesenian teater daerah yang berasal dari warisan budaya Sumatera Selatan. Dulu kesenian ini sempat dianggap punah namun ternyata itu salah, masih banyak yang melestarikan walau peminatnya sedikit. Awal sejarahnya adalah Sejarah Singkat Awal mula kesenian ini muncul di masyarakat adalah dari seorang pedagang keturunan Arab yang bernama Syech Ahmad Bakar atau lebih popular di panggil Wan Bakar yang datang ke Palembang sekitar abad ke-20. Teater tradisional ini menceritakan tentang kisah Abdul Muluk Jauhari yang merupakan anak dari seorang sultan. Awalnya Wan Bakar sering menggelar teater sederhana di dekat rumahnya di Tangga Takat 16 Ulu Palembang. sejak saat itu banyak peminatnya dan mulailah ia diundang untuk mementaskan kesenian Dul Muluk ini di beberapa acara seperti pernikahan, khitanan, syukuran dan beberapa acara lain di Palembang. Lama kelamaan, makin banyak yang menyukai teater ini, sehingga bentuk dari kesenian ini makin berkembang dari tahun ke tahun. Mulai dari musik pengiring yang lebih banyak, pemeran yang tidak hanya di perankan oleh Wan Bakar saja, persiapan mulai dari pakaian, make-up dan lain sebagainya, sehingga sudah benar-benar tampak seperti teater.
                Pada tahun 1911, barulah kesenian Dul Muluk ini menggunakan dialog dan diperankan oleh beberapa orang. Sedangkan dulu hanya di perankan oleh Wan Bakar saja. Untuk pertama kalinya dengan dialog, Wan Bakar di bantu oleh beberapa muridnya yang di antaranya adalah Pasirah Nurhasan dan Kamaludin. Pementasan Dul Muluk, pertama kali di gelar pada tahun 1910, dan masih merupakan pementasan dengan bentuk yang masih asli hingga pada tahun 1930. Sedangkan pada tahun selanjutnya sudah sedikit tercampur oleh beberapa seniman dan bangsawan dari Jawa. Dul Muluk, mengalami masa kejayaan pada tahun 1960-1970 an, dimana pada masa itu, Dul Muluk sangat diminati dan terlihat dari munculnya puluhan grup Dul Muluk yang sering tampil di beberapa acara hajatan.

Dul Muluk via Google
                Jika kita bandingkan dengan kesenian di daerah lain yang mirip-mirip adalah Ketoprak dan ludruk yang berasal dari tanah Jawa. Waktu pementasan juga cukup lama sekitar 7 jam aslinya. Acara teater ini biasanya diiringi oleh alat musik rebana. Seakarang banyak ditambah dengan keyboard dan biola. Pengembangan Kesenian Warisan budaya seperti ini sangat disayangkan jika hanya harus berhenti pada suatu generasi tertentu, maka dari itu bagi anda yang ingin mengenal lebih dekat  kesenian teater tradisional ini bisa mendatangi beberapa sanggar Dul Muluk seperti :
- Sanggar Alon Jaya yang berlokasi di Jalan Ponorogo, di kecamatan Sukajaya Palembang
- Sanggar Srigunawan yang berlokasi di Jalan Bagus Kuning, Plaju
- Sanggar Bintang Sriwijaya yang berlokasi Jalan Musi II, Keramasan
- Sanggar Tunas Muda yang berlokasi di Jalan Sunan, Kertapati Masih banyak beberapa sanggar lain yang ada di Palembang dan sekitarannya.
2. Tari Gending Sriwijaya
                Gending Sriwijaya merupakan tari spesifik masyarakat Sumatera Selatan untuk menyambut tamu istimewa yang bekunjung ke daerah ini, seperti kepala negara, kepala-kepala pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang setara itu. Tari tradisional ini berasal dari masa kerajaan Sriwijaya. Tarian yang khas ini mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder atau lainnya. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal terkadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya dilakukan oleh putri Sultan atau bangsawan.

Tari Gending Sriwijaya via Google
Ini adalah lirik lagu dari Gending Sriwijaya:
Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala
Kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharma pala Khirti Dharma Khirti
Berkumandang dari puncaknya Si guntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti
                Upacara Adat:
1. Pernikahan
                A. Perkawinan
                Melihat adat perkawinan Palembang, jelas terlihat bahwa busana dan ritual adatnya mewariskan keagungan serta kejayaan raja-raja dinasti Sriwijaya yang mengalami keemasan berpengaruh di Semananjung Melayu berabad silam. Pada zaman kesultanan Palembang berdiri sekitar  abad 16 lama berselang setelah runtuhnya dinasti Sriwijaya, dan pasca Kesultanan pada dasarnya perkawinan ditentukan oleh keluarga besar dengan pertimbangan bobot, bibit dan bebet.
                Berikut saya uraikan secara singkat :
a.       Madik Berasal dari kata bahasa Jawa Kawi yang berarti  mendekat atau pendekatan.
b.      Menyengguk atau sengguk berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya memasang “pagar” agar gadis yang dituju tidak diganggu oleh sengguk (sebangsa musang, sebagai kiasan tidak diganggu perjaka lain).
c.       Ngebet, Bila proses sengguk telah mencapai sasaran, maka kembali keluarga dari pihak pria berkunjung dengan membawa tenong sebanyak 3 buah, masing-masing berisi terigu, gula pasir dan telur itik. Pertemuan ini sebagai tanda bahwa kedua belah pihak keluarga telah “nemuke kato” serta sepakat bahwa gadis telah ‘diikat’ oleh pihak pria.
d.      Berasan dari bahasa Melayu artinya bermusyawarah, yaitu bermusyawarah untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga besar. Pertemuan antara dua pihak keluarga ini dimaksudkan untuk menentukan apa yang diminta oleh pihak si gadis dan apa yang akan diberikan oleh pihak pria.
e.      Mutuske Kato adalah acara yang bertujuan untuk kedua pihak keluarga membuat keputusan dalam hal yang berkaitan dengan:”hari ngantarke belanjo” hari pernikahan, saat Munggah, Nyemputi dan Nganter Penganten, Ngalie Turon, Becacap atau Mandi Simburan dan Beratib.
f.        Nganterke belanjo adalah melakukan antaran minimal sebulan atau setengah bulan bahkan beberapa hari sebelum acara Munggah.
g.       Upacara Akad Nikah adalah menyatukan sepasang kekasih menjadi suami istri untuk memasuki kehidupan berumahtangga. Upacara ini dilakukan dirumah calon pengantin pria, seandainya dilakukan dirumah calon pengantin wanita, maka dikatakan ‘kawin numpang’. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan masa, kini upacara akad nikah berlangsung dikediaman mempelai wanita. Sesuai tradisi bila akad nikah sebelum acara Muggah, maka utusan pihak wanita terlebih dahulu ngantarke keris ke kediaman pihak pria.     
2. Upacara Bekarang iwak
        Bekarang Iwak sendiri sebenarnya hampir tak berbeda dengan sedekah-sedekah adat lain yang biasa dilaksanakan oleh warga yang ada di kota-kota lain. Yang membedakan di sini hanyalah bahwa setelah diadakan beberapa ritual upacara adat dan makan bersama, kemudian disusul dengan acara menangkap ikan secara bersama-sama di sungai Lacak kelurahan Pulokerto seperti nama tradisi tersebut yaitu Bekarang = menangkap, dan Iwak = ikan.  
2.) Akses Destinasi
        Dari Jakarta anda bisa menggunakan berbagai macam jenis transportasi untuk menuju kota Palembang. Seperti pesawat, bus, mobil bahkan motor. Saya akan memberi sedikit info mengenai akses menuju destinasi yang saya jabarkan tadi, untuk lebih lengkapnya sebagai berikut :
a.  Untuk menuju taman purbakala kerajaan Sriwijaya bisa menggunakan angkot dengan jurusan Tangga Buntung yang dikenali dengan warna coklat. Bisa naik dari bawah Jembatan Ampera, tepatnya di samping BKB. Sangat mudah menemukan angkot-angkot ini. Setelah berjalan cukup jauh menyusuri daerah tangga buntung, anda bisa berhenti di pasar tangga buntung. Nah, disini anda bisa mencari angkot jurusan gandus dengan warna merah muda. Angkot ini akan mengantar anda langsung menuju ke wilayah TPKS, bahkan masuk ke gerbangnya karena TPKS sendiri terletak di kedua sisi jalanan. Untuk tiap angkot, anda cukup membayar Rp. 2500 saja. Sedangkan jika anda ingin membawa kendaraan sendiri, anda bisa melewati jalur lain selain jalur angkot tadi. Yaitu melalui Bukit Besar, menuju Jalan Parameswara. Di simpang 3 Parameswara, belok ke kiri dan ikuti jalan lurus sampai anda menemukan jembatan besar, yakni jembatan Musi II. Tapi anda tidak naik ke jembatan tersebut, melainkan mengambil jalan yang berbelok ke kiri. Ikuti saja jalan utama sampai anda akan menemukan gerbang masuk TPKS
b. Untuk menuju rumah Limas H.Bayumi bisa menggunakan  jika dari pusat kota anda bisa menggunakan angkutan umum berupa angkot. Anda bisa menggunakan angkot jurusan Ampera-Lemabang dari depan masjid agung dengan membayar ongkos Rp. 2500. Lalu turun di IBA. Setelah anda turun, anda sudah bisa melihat rumah limas ini, sedikit berjalan dan anda akan tiba di tujuan.


3.) Akomodasi
1. Hotel Aston Palembang
                Aston Palembang Hotel & Conference Center merupakan hotel bisnis dan konferensi bintang 4 dengan gaya yang berkomitmen terhadap standar internasional tertinggi, pelayanan yang luas dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis dan penyelenggaraan konferensi. Hotel terletak ditengah pusat kota.
2. The Arista Hotel International
                Hotel bintang 5 satu ini berlokasi di Jl. Kapt. A. Rivai, Sumatera Selatan, Ilir Barat, Palembang. Berjarak kurang lebih sekitar 10km dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Hotel ini sudah sangat populer di kalangan wisatwan maupun pebisnis yang singgah di Palembang. The Arista Hotel Palembang menawarkan 4 tipe kamar yang berbeda. Kamar paling murah yaitu Kamar Deluxe, ditawarkan mulai dari harga 900 ribuan. Dengan kamar seharga 900 ribuan ini anda sudah mendapatkan fasilitas kamar AC, ruangan bebas rokok, bar mini, TV satelit/ kabel, kulkas, kamar mandi shower, pengering rambut, pembuat kopi/ teh, fasilitas menyetrika, dan akses wifi gratis di setiap kamar. Semua kamar telah disedikan makan pagi dan wifi gratis. Untuk fasilitas mewah yang ditawarkan hotel bintang 5 di Palembang satu ini ada kolam renang anak, kolam renang luar ruangan, sauna, pijat, spa, lapangan golf, pusat kebugaran, dan taman bermain anak.
4.) Restorasi
                Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).
                Selain itu ada Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap. Untuk minuman bisa mencoba es kacang merah khas Palembang yang berbeda dari daerah lainnya.
5.) Souvenir

Songket via Google
                Untuk mencari souvenir anda bisa mengunjungi daerah Pasar 16 ilir baru karena disana terdapat kain Songket dan batik yang sangat terkenal.
Penutup
            Kesimpulan yang bisa diambil adalah Palembang merupakan daerah yang sangat menarik untuk dikunjungi dan dieksplorasi lebih dalam lagi karena menyimpan berbagai tempat wisata budaya, sejarah dan juga alam yang sangat indah dan informatif. Upacara adat yang ada juga sangat menarik untuk dilihat secara langsung dan tentu saja kuliner serta souvenir tidak boleh terlewatkan untuk dibawa pulang.
                Demikian yang dapat saya sampaikan, bila ada kesalahan atau kekhilafan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pembuatan artikel atau tulisan ini, sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua.

Vinito Ganola
Usaha Jasa Pariwisata 2014 A
4423143923

vinitoganola@rocketmail.com






Daftar Pustaka:
http://palembang-tourism.com/ diakses 03 Januari 2015


7 comments:

  1. Ulasan nya asik, info nya nice. Thanks

    ReplyDelete
  2. berarti kalo nanti ke sumatera harus mampir kesini, makasih mas untuk ulasan tentang Palembang nya.

    ReplyDelete
  3. kulinerny menarik,terimakasih

    ReplyDelete
  4. betapa kaya nya Indonesia,terbukti dengan Palembang ini yah

    ReplyDelete
  5. Informasinya sudah cukup lengkap dan menarik. Wisata budaya masih sangat minim sekali peminatnya, harus dibuatkan trobosan2 inovatif agar banyak wisatawan yg tertarik. Sekedar saran, mungkin bisa ditambahkan kalender event budaya di kota Palembang yg menarik sehingga para traveler bisa menyusun agenda berwisatanya. Goodluck

    ReplyDelete
  6. berkat artikel ini, saya jadi tergerak buat kunjungin kota Palembang ini sewaktu waktu. apalagi jembatan ampera, spot nya bagus banget buat ambil foto. Thanks bro!

    ReplyDelete
  7. Fotonya bikin artikel ini lebih saik,penjelasan nya juga udh cukup detail,keren keren

    ReplyDelete