T2_Vinito
Ganola_Solusi UNJ untuk Pariwisata Indonesia
Solusi untuk mengembangkan rekreasi
wisata
Hai
para traveler semua,semoga kalian semua tidak bosan membaca post yang saya buat
ini ya, di postingan sebelumnya saya telah membahas tentang perjalanan dari
desa Marengo ke desa Cibeo. Menurut saya perjalanan itu adalah perjalanan yang
sangat berharga karena saya bisa bertemu dengan orang-orang dan lingkungan yang
baru, sungguh sebuah pengalaman yang tidak bisa digantikan dengan apapun.
Traveling memang salah satu cara untuk lebih paham mengenai segala macam di
dunia ini.
Sebelumnya
kalian masih ingat dengan saya kan? Jika lupa izinkan saya untuk memperkenalkan
diri saya lagi, nama saya Vinito Ganola salah satu mahasiswa di jurusan usaha
jasa pariwisata Universitas Negeri Jakarta. Menurut saya Pariwisata adalah hal
yang sangat menjanjikan, mengapa saya bicara seperti itu? Karena bukan
menjanjikan bagi si penyedia jasa wisata saja tetapi juga menjanjikan bagi si
customer karena dia bisa merasakan pengalaman baru terutama bisa menyegarkan
pikiran kembali setelah jenuh atau terlalu fokus dengan pekerjaan yang biasa ia
jalani sehari-hari. Berwisata sangat penting dilakukan walau hanya bisa
sebentar atau 1 tahun sekali.
Pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga
persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis
adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil)
dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Itu menurut Organisasi Pariwisata Dunia,
sedangkan menurut saya pribadi pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang atau kumpulan orang untuk melakukan perjalan untuk men-refresh lagi
pikiran atau mencari pengalaman baru yang belum tentu didapatkan jika tidak
datang langsung dan mencobanya sendiri. Bertemu dengan lingkungan dan
orang-orang khas daerah tersebut juga bisa menambah wawasan kita untuk bergaul
dan pastinya menambah pengetahuan budaya seseorang.
Di
beberapa Negara termasuk Indonesia ini bergantung kepada pariwisata sebagai
pemasukan utama untuk pembangunan kedepannya. Tetapi banyak pihak yang hanya
mementingkan uang dibanding dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Salah
satunya mengorbankan kebersihan yang terkadang jauh dari semestinya. Bukan
hanya kebersihan, tetapi banyak masalah yang terjadi di dunia pariwisata
seperti sumber daya manusianya, sarana dan prasarana yang ada ditempat itu,
pelayanan yang diberikan hingga komunikasi yang terjadi antara pegawai atau
warga sekitar dengan customer.
Saya
akan membahas satu persatu masalah tersebut, dimulai dari kebersihan disuatu
kawasan wisata. Kawasan wisata sudah semestinya bersih, tetapi karena tingkat
kesadaran orang-orang mengenai kebersihan belum terlalu tinggi masih banyak
tidak memperdulikan sampah yang ia buang sembarangan. Padahal sebenarnya mereka
harus sadar karena membuang sampah sembarangan bisa merusak lingkungan sekitar
dan merusak tempat wisata itu sendiri, itu sebenarnya bisa merugikan si
wisatawan itu juga karena nanti suatu saat tempat wisata itu tidak bisa
dikunjungi lagi dan bagi si pengelola atau warga sekitar itu merusak lingkungan
dan sarana prasarana yang ada. Masalah kebersihan menurut saya harus
benar-benar ditangani, menurut atasan saya ketika sedang PKL di Ancol masalah
kebersihan terkadang menjadi masalah yang pelik bagi mereka karna luasnya
daerah yang ada di Ancol sana maka harus secara cermat diamati dan ditangani
bukan hanya sekedar dibicarakan tapi mereka juga mengerahkan petugas kebersihan
yang cukup banyak untuk selalu membersihkan setiap sudut yang ada disana walau
pasti masih ada beberapa tempat yang secara kebersihannya belum maksimal tetapi
mereka sudah melakukan seoptimal mungkin.
Di
kawasan tempat wisata seperti Monumen Nasional (Monas) pun kalau sedang musim
liburan bisa kita lihat sendiri bahwa kebersihan belum maksimal bukan hanya
karena petugas kebersihan yang kurang tetapi karena masyarakat yang belum bisa
memahami bahwa kebersihan itu sangat penting. Terkadang seseorang menyepelekan
karena menurut mereka pasti nanti ada petugas yang membersihkan, padahal mereka
tidak bisa mengandalkan begitu saja. Mereka memiliki peran juga dalam menjaga kebersihan
dimanapun termasuk di tempat wisata apapun. Karena jika tempat wisata itu
bersih maka akan lebih enak dan indah dipandang daripada jika tempat wisata itu
kotor dan tidak enak dipandang.
Dari
segi sumber daya manusia (SDM) masih banyak tempat wisata yang tidak mempekerjakan
atau mendatangkan seseorang yang tepat dan sesuai dengan job desk yang
ditentukan oleh pihak pengelola, alhasil seperti yang bisa kita saksikan
sendiri di tempat-tempat wisata yang ada banyak karyawan atau staff yang
bekerja kurang maksimal dan tidak bisa menyesuaikan dengan apa yang ditentukan
oleh si pengelola. Biasa yang terjadi dengan masalah sumber daya manusia adalah
kesiapan dan kesalahan yang dilakukan seseorang dalam menjalankan tugas yang
sesuai dengan job desknya, ini bisa menjadi sesuatu yang fatal apabila seorang
karyawan melakukan kesalahan dalam tugasnya. Di dalam dunia pariwisata
kesalahan sekecil apapun akan sangat fatal bila tidak ditangani dan diluruskan
seperti semestinya, bisa anda bayangkan bila seorang karyawan melakukan
kesalahan yang besar, dampak apa yang bisa terjadi dari kesalahan itu, menurut
saya itu bisa membahayakan sekali bagi nama dan citra tempat wisata itu
sendiri. Kurang fokus bisa juga menjadi salah satu faktor dari kelalaian karyawan dalam melakukan tugas job
desknya, kurang fokus bisa disebabkan oleh kurang jelasnya arahan dari atasan
si karyawan tersebut juga. Tenaga ahli dalam satu bidang didalam dunia
pariwisata sangat diperlukan karena jika tidak ada tenaga ahli maka hasil yang
akan dibuat kurang maksimal dan tidak sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Sarana
dan prasarana di suatu tempat wisata itu penting, tidak mungkin bagi suatu
pengelola baik swasta maupun milik Negara mengelola suatu tempat wisata tanpa
memperhatikan sarana dan prasarana yang ada ditempat wisata itu, contohnya
seperti toilet, mushola bahkan masjid, ruang untuk ibu menyusui, restoran untuk
wisatawan bahkan yang sedang naik daunnya adalah wifi corner atau internet
gratis di kawasan tersebut serta jangan kita lupakan lahan parkir juga termasuk
dalam sarana dan prasarana. Toilet sangat penting keberadaannya disekitar lingkungan
wisata, hampir di seluruh tempat wisata menyediakan toilet tapi terkadang tidak
sesuai dengan standar yang seharusnya. Mushola atau Masjid juga penting
keberadaannya karena banyak orang tidak melupakan beribadah walau sedang
berwisata. Di beberapa tempat wisata sudah mulai disediakan ruang menyusui
karena pengelola mulai memahami kebutuhan bagi wisatawan yang sedang dalam
menyusui anaknya yang masih bayi. Restoran atau setidaknya tempat jualan
camilan dan lain-lainnya sangat penting keberadaanya, hal ini disebabkan ketika
wisatawan sedang asyik menikmati waktu ditempat wisata lama kelamaan dia akan
merasakan lapar dan haus, disinilah peran pengelola dibutuhkan untuk
menyediakan tempat jualan atau restoran bagi wisatawannya namun juga tetap ada
saja tempat yang tidak menyediakan restoran atau tempat jualan untuk kebutuhan
wisatawan. Akhir-akhir ini tempat wisata sudah menyediakan fasilitas wifi atau
internet gratis di beberapa titik bahkan diseluruh kawasannya karena ini salah
satu nilai plus bagi pengelola bisa mengerti kebutuhan internet yang sudah
menjamur dikalangan semua orang. Suatu lahan parkir di kawasan tempat wisata
itu sangat penting, namun di beberapa destinasi wisata bisa kita jumpai lahan
parkir yang tidak sesuai atau kurang layak dari semestinya.
Pelayanan
dalam dunia pariwisata itu yang paling utama, karena sebgai orang yang bekerja
di dunia Pariwisata kita tidak boleh mengabaikan dan tidak melayani wisatawan
yang. Namun saya pernah melihat beberapa kasus dimana pekerja ditempat wisata
itu kurang optimal dan efektif dalam hal melayani. Jadi si wisatawan tersebut
dibiarkan begitu saja dengan pelayanan yang seadanya. Ini bisa jadi masalah
yang cukup pelik karena ini bisa mengancam nama dari tempat wisata itu sendiri,
seperti kita ketahui iklan yang terbaik itu berdasarkan dari mulut ke mulut
yang dalam artiannya dari orang ke orang. Ketika seorang wisatawan merasa
dikecewakan oleh pelayanan di suatu tempat wisata itu maka dia akan memberi
penilaian yang buruk dan menyebarkan penilaiannya itu ke orang lain. Orang lain
yang diberi tahu oleh wisatawan yang dikecewakan itu akan berfikir dua kali
untuk datang ke destinasi wisata tersebut karena memiliki pelayanan yang buruk.
Maka dari itu pelayanan yang buruk dan tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan akan berbahaya bagi nama dan kredibilitas suatu destinasi wisata
tersebut. Sering juga kita temui masalah komunikasi antara karyawan di
destinasi wisata itu dengan customer. Masalah komunikasi yang biasa terjadi
adalah karyawan di destinasi wisata tersebut tidak bisa memahami keluhan yang
disampaikan oleh si wisatawan lalu karyawan itu tidak bisa menahan emosinya,
padahal semestinya tidak boleh bagi seseorang yang bekerja di dunia pariwisata
untuk mengedepankan emosinya. Emosi dan perasaan harus selalu ditahan agar
tetap bisa bekerja secara profesional dan mendapat hasil yang memuaskan.
Saya
diatas telah membahasa tentang masalah yang terjadi dan sedikit penjelasannya,
maka saya akan memberikan solusi yang berasal dari pemikiran saya. Mari kita
bahas dari masalah yang pertama, yaitu masalah kebersihan di destinasi wisata,
menurut saya mengenai kebersihan itu harus selalu dijaga, bukan hanya dari
pengelola yang menjaga kebersihan tetapi dari wisatawan yang menikmati di
destinasi wisata itu harus ikut menjaga. Pengelola di destinasi wisata tersebut
dapat meningkatkan kebersihan dengan cara menambah tenaga kerja untuk uusan
kebersihan, memperbanyak tempat sampah dilingkungan area destinasi wisata agar
wisatawan tidak susah atau menjadi malas membuang sampah ditempatnya. Pembedaan
sampah organik dan non organik juga baik untuk dijalankan karena nanti akan
lebih mudah dikelolanya. Pengelola juga bisa menambahkan papan informasi yang
berisikan ajakan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Untuk
masalah yang kedua yaitu masalah sumber daya manusia pihak pengelola destinasi
wisata bisa mencari dan mempekerjakan orang yang tepat dengan job desk yang
ditentukan, jangan sampai mempekerjakan orang yang tidak fit dan tepat dengan
job desk yang diperlukan. Dengan mempekerjakan orang yang tepat maka kesalahan
akan dapat diminimalisir bahkan tanpa cacat sekalipun. Jika tidak ada kesalahan
maka nama dan citra dari destinasi wisata tersebut tidak akan tercoreng dan
kemungkinan besar tempat wisata itu akan lebih maju dari sebelumnya. Apabila
terjadi kesalahan maka bisa ditangani secara cepat dan tepat tanpa harus
memakan waktu yang lama karena ada tenaga ahli yang bisa menanganinya.
Masalah
yang ketiga bisa ditangani dengan mengadakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan. Toilet itu harus ada dan tidak boleh dalam keadaan yang tidak
bersih, harus sesuai dengan standar kebersihan yang tepat. Untuk mushola dan
masjid juga harus tersedia untuk wisatawan menjalankan kegiatan beribadah
sambil berwisata. Ruang menyusui disediakan pula dan restoran atau setidaknya
tempat jualan makan juga harus ada untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan
dan minuman wisatawan, lebih baik apabila bisa mejajahkan makanan khas dari
sekitar lingkungan wisata tersebut. Wifi juga bisa menjadi suatu kelebihan di
tempat wisata, itu juga menjadi daya tarik karena di era modern seperti ini
internet sangat diperlukan oleh semua orang dan semua kalangan. Lahan pakir di
destinasi wisata juga harus disediakan sesuai dengan kapasitas yang bisa
diperkirakan karena tidak mungkin kita hanya menyediakan lahan parkir yang seadanya
dan tidak layak. Bisa kita lihat sendiri contohnya di Ancol, pihak pengelola
telah menyediakan lahan parkir yang layak dan sesuai kapasitas di setiap
objek-objek wisatanya karena mereka ingin memberikan yang terbaik bagi para
customernya. Ini bisa ditiru dan dijadikan contoh oleh pengelola-pengelola
tempat wisata didaerah-daerah lainnya. Sarana dan prasarana kerap kali menjadi
kelemahan di destinasi wisata karena mereka belum meningkatkan dan membuat
sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan yang datang. Padahal
wisatawan bukan hanya menikmati daya tarik yang diberikan oleh destinasi wisata
tersebut, mereka juga ingin menikmati sarana dan prasarana yang ditawarkan.
Hampir tidak mungkin wisatawan tidak menggunakan salah satu dari sekian sarana
dan prasarana yang ada di destinasi wisata. Sebagai contohnya pasti wisatwan
menggunakan toilet atau lahan parkir setidaknya. Menurut saya bisa juga
destinasi wisata menjual produknya dengan cara lewat mengenalkan makanan dan
minuman khas daerah tersebut. Selain mendapatkan profit mereka juga bisa
mengenalkan daerah dari tempat wisata tersebut. Ini adalah salah satu cara
menambah profit sekaligus mengenalkan kekayaan khas dari daerah masing-masing
tempat wisata tersebut. Sebagai contoh yang mudah kita bisa melihat dan datang
langsung kekawasan monas atau setu babakan, ditempat itu kita bisa melihat
banyak penjajah makanan yang telah bekerja sama dengan pengelola untuk menjual
makanan dan minuman khas dari daerah itu yang kita ketahui adalah daerah DKI
Jakarta. Makanan dan minuman yang ditawarkan adalah seperti kerak
telur,ketoprak dan bir pletok. Sepengetahuan saya mereka berjualan dengan harga
yang tidak begitu mahal dan disajikan senikmat mungkin agar wisatawan tertarik
mencobanya dan bisa merasakan kekayaan kuliner khas dari DKI Jakarta ini. Istilahnya
sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Untuk
masalah yang terakhir menurut saya pelayanan harus selalu di utamakan karena
modal utama dari bisnis di dunia kepariwisataan adalah melayani. Bukan hanya
sekedar melayani yang biasa-biasa saja tetapi harus melayani dengan “luar
biasa”. Maksud dari luar biasa itu adalah harus bekerja melayani lebih daripada
yang biasanya agar wisatawan bisa merasakan pengalaman wisata yang benar-benar
tidak bisa dilupakan. Modal utama melayani bukan hanya kemauan tetapi juga
mampu melayani atau istilahnya capable, karena jika cuma mau hasilnya akan
tidak baik jadi harus mampu dalam menghandle kemauan dari wisatawan tersebut.
Seperti bisa memberikan pemanduan yang benar-benar memilki informasi yang tepat
dan tidak asal-asalan, bisa juga menjawab dan memberikan solusi atas ketidak
nyamanan dari wisatawan tersebut. Apabila kita bisa menghandle dengan tepat
maka secara cuma-cuma wisatwan mengiklankan tempat wisata tersebut kepada
rekan-rekannya karena pelayanan yang diberikan sangat memuaskan dan diatas
rata-rata tempat wisata lainnya. Saya memiliki sedikit tips bagaimana mengatasi
kekesalan wisatawan akibat kelalaian dari kita. Yang pertama kita harus
menenangkan atau meredam amarah dari wisatawan itu karena tidak akan maksimal hasilnya
apabila kita menjelaskan solusi kepada orang yang sedang emosi. Kedua kita
dengarkan dengan baik permasalahan apa yang disampaikan wisatawan tersebut atas
ketidakpuasaan dari pelayanan yang kita berikan, jangan sekali-sekali memotong
pembicaraan mereka karena akan menimbulkan emosi kembali dari mereka. Ketiga
beri jawaban yang sesuai atas keluh kesah mereka dan jangan berbelit-belit,
harus dengan tepat dan cepat kita menanganinya. Dan yang terakhir kita bisa
memberi compliment atas kesalahan yang telah kita buat dengan cara memberi
voucher, souvenir dan lain-lain secara gratis agar mereka tidak mengungkit
masalah itu lagi. Tapi hal ini bukan ditujukan untuk menyogok atau bribe bagi
wisatawan itu, kita harus menganggap itu sebagai rasa penyesalan yang telah
kita perbuat terhadap mereka, setelah itu kita harus mereview apa saja
kesalahan yang telah kita perbuat dan harus kita camkan bahwa kesalahan seperti
itu tidak boleh terulang lagi karena kita sudah mengerti cara menghindari
masalah tersebut atau jika memang terulang lagi kesalahan yang sama sperti yang
pernah dialami maka kita mengerti cara menanggulangi secara cepat dan tepat
tanpa memakan waktu yang lama. Ingat bahwa waktu itu benar-benar berharga di
dalam dunia pariwisata. Telat sangat harus dihindari dalam kegiatan wisata
kecuali terjadi kejadian yang tidak bisa diperkirakan manusia seperti bencana
alam dan lainnya. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Time is Money” dan menurut
saya itu sangat tepat dan menjadi patokan utama dalam setiap melakukan segala
macam kegiatan.
Demikian
beberapa uraian saya mengenai apa saja yang terjadi di dalam dunia
kepariwisataan. Sebenenarnya masih banyak hal yang bisa terjadi tetapi tidak
mungkin untuk saya bahas semua dalam tulisan saya kali ini, semoga di waktu lain
saya dapat membuat artikel atau tulisan yang lebih bermanfaat dan bisa menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi kalian semua. Saya menyadari bahwa saya masih
jauh dari kesempurnaan dalam mengemukakan pendapat dan solusi, untuk itu saya
meminta maaf apabila tulisan saya tidak sesuai dengan pemikiran dan pengetahuan
anda. Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya untuk
menulis artikel ini. Jika anda memiliki komentar dan cara berfikir yang lebih
tepat jangan ragu-ragu untuk berkomentar dan berbicara sebebas-bebasnya karena
kita hidup di era yang sudah bebas untuk berargumen dan mengemukakan pendapat
sesuai pemikiran kita masing-masing. Saya berharap dikemudian hari di seluruh
destinasi wisata budaya, pendidikan dan lain sebagainya dapat berkembang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh wisatawan karena bukan hanya uang yang kita
peroleh tetapi juga harus memberikan timbal balik antara lain pelayanan dan
unsur-unsur pendukung yang sesuai dengan apa yang dibayarkan oleh wisatawan
tersebut. Untuk itu terima kasih atas kesediaan kalian semua dalam meluangkan
waktu membaca artikel ini dan sampai jumpa di tulisan saya yang lainnya.
Vinito Ganola
Usaha Jasa Pariwisata 2014 Kelas A
4423143923
vinitoganola@rocketmail.com
Daftar Pustaka
“Pariwisata” . 1 Januari 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata
Tertarik nih sama pariwisata, permasalahan yg diangkat menarik tp kurang sedikit dalam.
ReplyDeletesemoga dpt diperbaiki masalah masalahnya
ReplyDeleteribet jg masalahnya,case menarik nih..
ReplyDeleteSedikit saran untuk mengatasi permasalahan persampahan dilokasi wisata terutama yg wilayahnya luas adalah meningkatkan partisipasi aktif para traveler untuk menjaga kebersihan minimal mengamankan sampahnya sendiri, caranya: pengelola meminjamkan para wisatawan tas2 yg ringan dan mudah dibawa (dipanggul, diselempang ato dikaitkan ke tas lain) untuk menampung sampah mereka selama berwisata dimana tas ini akan dikembalikan saat keluar lokasi beserta sampahnya dan diberikan reward kecil atas partisipasinya menjaga lingkungan.
ReplyDeleteSelain itu menurut saya permasalahan pariwisata kita masih minim promosi terutama melalui media online karena semua org skrg sudah mengakses internet untuk mencari sesuatu. Nah karena itu semua obyek wisata hrs sdh mempunyai media website yg lengkap mulai dari destinasi, transportasi, akomodasi dan kulinery yg direkomendasikan. Pasti akan sangat membantu para traveler untuk menentukan tujuan wisatanya. Goodluck
nah ini. berbagai masalah yang muncul pada dunia parawisata memang beragam ya. benar sekali solusinya, kita harus bisa meredam amarah dari para wisatawan yang emosi karna kelalaian para pemandu, karna jika wisatawan terbalut rasa kecewa, pihak travel bisa mendapatkan nilai min. Sukses terus bro
ReplyDeleteMasalah selalu ada pasti di dunia kepariwisataan,semoga dpt ditindaklanjuti deh
ReplyDelete