Pada
kesempatan ini saya akan bercerita tentang perjalanan saya dan teman-teman satu
program studi di Kampus Universitas Negeri Jakarta yang melakukan observasi
daerah wisata Baduy, Banten. Pembahasan saya ini dikhususkan pada sosok
anak-anak Baduy. Perjalanan kami dilakukan pada tanggal 22-24 Desember 2015
menggunakan kereta dari Stasiun Tanah Abang sampai Stasiun Rangkasbitung.
Awalnya saya agak kecewa kenapa perjalanan ini dilakukan pada saat menjelang
Natal, namun karena tuntutan kampus dan demi nilai UAS akhirnya saya bilang
kepada orangtua bahwa saya akan pulang tepat waktu dan pasti bisa berkumpul
bersama saat malam Natal. OK BACK TO THE TOPIC! Hmm..
Perjalanan kami
diikuti juga oleh tiga dosen, salah satunya adalah dosen matakuliah yang
bersangkutan dan dua lainnya sebagai pedamping kami selama perjalanan observasi
ini. Setelah semua berkumpul di Stasiun Tanah Abang, berangkatlah kami menuju
Rangkasbitung. Kurang lebih sekitar dua jam perjalanan kereta kami sampai di
Stasiun Rangkasbitung dan langsung menuju tempat naik elf (mobil seperti angkot
tapi muatannya lebih banyak). Setelah semua masuk elf kami menuju CIboleger dan
menempuh perjalanan lagi selama kurang lebih dua jam.
Setelah
sampai, kami langsung disambut dengan orang Baduy dalam yang bernama Kang Arja
dan Kang Arji. Nama mereka mirip ya tapi bukan kembar kok hahaha…sehabis
beristirahat sejenak lalu kami kembali melanjutkan perjalanan masuk menuju
Baduy luar. Sebelum benar-benar masuk kedalam Baduy, kita mengunjungi rumah
kepala desa Baduy untuk berdiskusi sejenak tentang bagaimana kegiataan kami
selama di Baduy dan aturan-aturan apa saja yang perlu kami terapkan selama
berada di daerah Baduy, baik Baduy dalam maupun Baduy luar. Untuk menuju ke
Baduy luar membutuhkan waktu sekitar satu jam berjalan kaki membawa perlengkapan
kami masing-masing menuju homestay yang akan kami tempati selama observasi.
Lalu kami pun sampai di Baduy luar dan langsung menuju homestay masing-masing
setelah pembagian urutan homestay.
Kegiatan hari
pertama kami di Baduy belum begitu padat karena setelah sampai homestay kami
dipersilahkan untuk beristirahat dan membersihkan badan lalu makan malam
bersama di homestay masing-masing. Setelah makan malam kami melakukan diskusi
dengan Kang Arja untuk sekedar bertanya-tanya sesuai materi guiding yang akan
kami lakukan besok hari sembari menelusuri dan mengunjungi Baduy dalam. Setelah
diskusi kami dipersilahkan untuk beristirahat dan tidur sampai besok pagi pukul
enam kami berjalan menelusuri Baduy dalam. Setelah pagi menjelang kami sarapan
dan langsung bersiap-siap menuju Baduy dalam. Sebelum menuju Baduy dalam kami
dibagi dalam tiga kelompok perjalanan. Setiap kelompok perjalanan dibimbing
oleh satu dosen untuk menilai cara kami mengguiding tentang materi kami
masing-masing mengenai Suku Baduy. Tidak sedikit kami berjumpa dengan
orang-orang Baduy yang melakukan aktivitas mereka sehari-hari sepanjang
jalan maupun dengan wisatawan lainnya
yang juga sedang berkunjung ke Suku Baduy.
Berbicara
tentang sosok anak-anak Baduy, saya ingat betul bagaimana bentuk rupa mereka.
Bagian Baduy luar yang nampak sekali dari anak-anak adalah bahwa mereka sudah
mulai terpengaruh dengan anak-anak kota pada umumnya terutama laki-laki. Contohnya
dengan merokok. Kemarin sewaktu dirumah kepala desa sebelum benar-benar
memasuki Baduy masih diperkenankan untuk merokok. Lalu ketika teman saya yang
laki-laki mengeluarkan rokoknya tiba-tiba salah seorang anak dari Baduy luar
(kebetulan anak laki-laki juga) meminta rokok kepada teman saya tersebut dan
mulai membakar rokoknya dengan korek teman saya juga. Sewaktu ditanya “oh adek
tau merokok juga?” lalu kata anak tersebut “woh iyalah kak saya mah jago kalo ngerokok”.
Saya spechlees dan hanya bengong aja mendengarnya dan menlihatnya. Pikir saya
oh mungkin karena orang kota sering berkunjung kesini dan anak-anak Baduy luar
sering menyambut orang-orang kota dan melihat kebiasaan orang-orang kota ada
yang merokok, dan mereka penasaran lalu mencobanya dan ketagihan terus menerus
merokok. Anak-anak di Baduy luar juga lebih overaktif daripada Baduy dalam.
Mereka lebih banyak berbicara dan lari kesana kemari sambil tertawa-tawa, juga
lebih tidak malu-malu untuk berbicara kepada wisatawan yang datang. Pakaian
anak-anak Baduy luar yang mereka pakai juga sudah seperti masyarakat kota pada
umumnya. Untuk sosok anak-anak bagian Baduy dalam, saya melihat di sepanjang
perjalanan menuju Baduy dalam, yang pertama harus dipahami adalah didaerah
Baduy dalam tidak diperkenankan memakai alas kaki apapun itu karena demi
mewariskan budaya dari leluhur mereka. Sementara kondisi perjalanan sepanjang
Baduy adalah bebatuan dan jarang menemukan jalan yang bertanah kecuali waktu
jalan ke Baduy dalam. Sudah berjalan tanpa menggunakan alas kaki, membawa
durian yang sangat banyak pula dan pastinya berat. Laki-laki dan perempuan
berbeda cara membawa duriannya, kalau laki-laki langsung dipapah menggunakan
tongkat rotan dan ditaruh pada punduk mereka, sementara untuk yang perempuan
menggunakan karung yang dibentuk seperti tas selempang dan tas jinjing yang
berisikan durian. Terkagum. Hal itu yang saya rasakan didalam hati ketika
melihat mereka. Luar biasa kehidupan di Baduy jika dibandingkan dengan
kehidupan dikota. Mengenai bentuk wajah anak-anak Baduy, saya berpikir biasanya
memang jika hidup dikampung itu orang-orangnya jelek, tidak terawat, masa bodo
dengan tubuh mereka, bu badan dan sebagainya…tapi sebenarnya apa yang saya
lihat? Mereka jauh dari kata-kata itu. Tenyata yang saya jumpai selama berjalan
menuju ke Baduy dalam adalah bocah-bocah yang mirip seperti rupa anak-anak
kecil luar negeri yang memiliki kulit putih bersih, lucu, imut, cantik dan
tampan. Sungguh, saya tidak bercanda. Meskipun para anak-anak Baduy hidup di
daerah kampung, mereka tetap bisa merawat diri mereka sendiri. Anak muda yang
perempuan yang saya lihat sewaktu saya di homestay juga mereka pintar memoles
wajah mereka dengan make-up. Saya melihat waktu saya sedang duduk-duduk santai
didepan homestay sebelum jalan ke Baduy dalam, ada anak perempuan melewati
homestay yang saya tempati. Pagi-pagi mereka sudah cantik dan bermake-up. Seperti
anak muda pada umumnya. Disisi lain anak-anak Baduy yang kami sapa rata-rata
hanya diam saja, malahan kami yang menyapa yang merasa gemas dan ingin
menghampiri. Saya sempat mengira kalau di Baduy ini orangnya sombong-sombong
tidak mau membalas sapaan kami yang suka bertanya mengenai Baduy, tetapi kata
dosen saya yang sudah beberapa kali ketempat ini berkata mereka bukannya
sombong tetapi bingung mau menjawab apa dan bagaimana, kecuali jika diajak
berbicara menggunakan bahasa Sunda mungkin mereka baru akan mengerti. Sosok
lain daripada anak-anak Baduy yaitu sedikit dari antara mereka yang bersekolah.
Untuk anak-anak di Baduy luar ada beberapa yang sudah mengikuti sekolah formal,
sedangkan yang lain dan anak-anak di Baduy dalam mereka hanya menjalani
pendidikan informal. Sekolah tidak diperkenankan masuk ke Baduy dalam. Kegiatan
yang mereka lakukan adalah dengan otodidak atau belajar sendiri. Pendidikan
informal dijalani untuk membela dan menjaga diri dari kejahatan, menolong
sesama dan berhubungan dengan kesehatan di Baduy misalnya dengan membuat
racikan obat penghilang penyakit dan bertani membantu orangtua mereka.
Suku Baduy,
tidak akan ada habisnya untuk dipelajari budayanya. Sungguh pengalaman yang
sangat berarti didalam hidup anak muda seperti kami yang sedang menempuh
pendidikan ini.
Saya, Irma
Angela mengagumi para dua belas ribu jiwa dan enam puluh empat RT yang ada di
Suku Baduy, Banten.
Berfoto bersama teman-teman kelompok guiding sebelum menuju Baduy dalam. Hidup kelompok 3! Pak Fuad pembimbingnya ;-) |
Tanjakan pertama. (sepertinya) hehe
|
(dibelakang saya) Kain tenun yang dibuat oleh ibu rumah tangga di Suku Baduy.
|
Foto bersama kang Arja (paling kanan). Foto ini diambil sembari istirahat dirumah penduduk Baduy luar saat perjalanan menuju Baduy dalam. |
Kerennnnnn
ReplyDeleteBagussssss sekalii
ReplyDeleteseruuu banget ya....jd pengen ke baduy
ReplyDeleteasik banget kayaknya,jadi pengen kesanaa deh
ReplyDeleteSeruuu yaaa!!! ga sia- sia mepetin waktu pas mau natal ya kak;)
ReplyDeleteBagus banget nih !!
ReplyDeleteEfek merokok pada anak anak baduy karena globalisasi mungkin mbak
ReplyDeleteWaahh jadi pengen mempelajari budaya suku baduy lebih dalam lagi
ReplyDeleteTernyata gak seperti yg orang2 kira yaa. Baduy keren!!
ReplyDeleteWah ternyata suku baduy sudah maju terbukti dari cara berpakaiannya. Eh itumah mahasiswa/i unj.
ReplyDeleteNice!
ga nyangka ternyata sebagus itu tempatnya, jadi pengen kesana, kebetulan banget deket dari tempat kuliah. terima kasih infonya
ReplyDeleteSalah satu keragaman yang ada di indonesia dan tetap.harus dijaga budaya yang ada disana.
ReplyDeleteSaya jadi iri mbak,pengen kesana deh
ReplyDeleteWahh pengalaman yg menarik ya kak disana...semoga bisa kesana juga nanti;-)
ReplyDeleteIya nih bener banget info tentang Suku Baduy-nya. Salah satu Komunitas Adat Terpencil di Jawa Barat:)
ReplyDeletekeren.. bisa berbagi pengalaman yang menarik ketika bisa menjelajahi keanekaragaman budaya, suku bangsa ini.. jadi pengen ikutan
ReplyDeletekeren.. bisa berbagi pengalaman yang menarik ketika bisa menjelajahi keanekaragaman budaya, suku bangsa ini.. jadi pengen ikutan
ReplyDeleteWaaah jadi pengen tau langsung suku baduy deh
ReplyDeleteKerennnnn!!!! Jadi mau kesanaaaa
ReplyDeleteKerennnnn!!!! Jadi mau kesanaaaa
ReplyDeleteThanks udah share pengalamannya yaa. Jadi tau lebih detail tentang suku baduy.
ReplyDeleteWah baru tau... padahal satu kota sama kampus di serank
ReplyDeleteOh seperti itu, sesuatu yah.
ReplyDeleteCool! Jadi pengen kesanaaa
ReplyDeleteKeren ga nyangka Indonesia kaya akan suku dan budaya
ReplyDeleteKeren ga nyangka Indonesia kaya akan suku dan budaya
ReplyDeleteArtikel yang memuat perjalanan teman-teman dari UNJ ke suku baduy sungguh harus di apresiasi, melihat sedikit bacaan tulisan dari irma angela, sepertinya pengetahuan mengenai budaya yang ada di Indonesia khususnya di pulau jawa konteks disini ialah suku baduy sudah cukup lumayan untuk menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua, dikarenakan sedikit tentang kisah hidup perjalanan suku baduy, budaya yang terjadi di suku baduy luar, kerajinan yang dihasilkan, dan etika sosial yang masih terjaga antara pendatang dan suku asli baduy dengan memperlihatkan beberapa dokumentasi saat berinteraksi langsung melihatkan bahwa budaya terutama suku asli Indonesia yang ada di setiap daerah memiliki nilai kelebihan secara alami yang tetap dan harus dijaga. Akan tetapi, sungguh sedikit menghawatirkan tentang adanya pengaruh budaya luar dari suku baduy yang dikit demi sedikit masuk ke ranah budaya baduy dan mempengaruhi pola kehidupan sosial mereka. Seharusnya lebih bagus lagi selain melakukan kegiatan observasi, teman-teman juga harus bisa mengakrabkan lewat media komunikasi (diskusi) yang mengarahkan mereka tentang pentingnya kesehatan, memberikan sedikit inovasi terutama kepada anaka" suku baduy luar yang harus tetap terjaga budaya aslinya, dan jangan sampai budaya luar yang menurut kita kurang baik bisa mempengaruhi interaksi sosial didalamnya.
ReplyDelete