Saturday, January 2, 2016

Tugas 5 - Sosok Anak-Anak Baduy

Pada kesempatan ini saya akan bercerita tentang perjalanan saya dan teman-teman satu program studi di Kampus Universitas Negeri Jakarta yang melakukan observasi daerah wisata Baduy, Banten. Pembahasan saya ini dikhususkan pada sosok anak-anak Baduy. Perjalanan kami dilakukan pada tanggal 22-24 Desember 2015 menggunakan kereta dari Stasiun Tanah Abang sampai Stasiun Rangkasbitung. Awalnya saya agak kecewa kenapa perjalanan ini dilakukan pada saat menjelang Natal, namun karena tuntutan kampus dan demi nilai UAS akhirnya saya bilang kepada orangtua bahwa saya akan pulang tepat waktu dan pasti bisa berkumpul bersama saat malam Natal. OK BACK TO THE TOPIC! Hmm..

Perjalanan kami diikuti juga oleh tiga dosen, salah satunya adalah dosen matakuliah yang bersangkutan dan dua lainnya sebagai pedamping kami selama perjalanan observasi ini. Setelah semua berkumpul di Stasiun Tanah Abang, berangkatlah kami menuju Rangkasbitung. Kurang lebih sekitar dua jam perjalanan kereta kami sampai di Stasiun Rangkasbitung dan langsung menuju tempat naik elf (mobil seperti angkot tapi muatannya lebih banyak). Setelah semua masuk elf kami menuju CIboleger dan menempuh perjalanan lagi selama kurang lebih dua jam.

Setelah sampai, kami langsung disambut dengan orang Baduy dalam yang bernama Kang Arja dan Kang Arji. Nama mereka mirip ya tapi bukan kembar kok hahaha…sehabis beristirahat sejenak lalu kami kembali melanjutkan perjalanan masuk menuju Baduy luar. Sebelum benar-benar masuk kedalam Baduy, kita mengunjungi rumah kepala desa Baduy untuk berdiskusi sejenak tentang bagaimana kegiataan kami selama di Baduy dan aturan-aturan apa saja yang perlu kami terapkan selama berada di daerah Baduy, baik Baduy dalam maupun Baduy luar. Untuk menuju ke Baduy luar membutuhkan waktu sekitar satu jam berjalan kaki membawa perlengkapan kami masing-masing menuju homestay yang akan kami tempati selama observasi. Lalu kami pun sampai di Baduy luar dan langsung menuju homestay masing-masing setelah pembagian urutan homestay.

Kegiatan hari pertama kami di Baduy belum begitu padat karena setelah sampai homestay kami dipersilahkan untuk beristirahat dan membersihkan badan lalu makan malam bersama di homestay masing-masing. Setelah makan malam kami melakukan diskusi dengan Kang Arja untuk sekedar bertanya-tanya sesuai materi guiding yang akan kami lakukan besok hari sembari menelusuri dan mengunjungi Baduy dalam. Setelah diskusi kami dipersilahkan untuk beristirahat dan tidur sampai besok pagi pukul enam kami berjalan menelusuri Baduy dalam. Setelah pagi menjelang kami sarapan dan langsung bersiap-siap menuju Baduy dalam. Sebelum menuju Baduy dalam kami dibagi dalam tiga kelompok perjalanan. Setiap kelompok perjalanan dibimbing oleh satu dosen untuk menilai cara kami mengguiding tentang materi kami masing-masing mengenai Suku Baduy. Tidak sedikit kami berjumpa dengan orang-orang Baduy yang melakukan aktivitas mereka sehari-hari sepanjang jalan  maupun dengan wisatawan lainnya yang juga sedang berkunjung ke Suku Baduy.

Berbicara tentang sosok anak-anak Baduy, saya ingat betul bagaimana bentuk rupa mereka. Bagian Baduy luar yang nampak sekali dari anak-anak adalah bahwa mereka sudah mulai terpengaruh dengan anak-anak kota pada umumnya terutama laki-laki. Contohnya dengan merokok. Kemarin sewaktu dirumah kepala desa sebelum benar-benar memasuki Baduy masih diperkenankan untuk merokok. Lalu ketika teman saya yang laki-laki mengeluarkan rokoknya tiba-tiba salah seorang anak dari Baduy luar (kebetulan anak laki-laki juga) meminta rokok kepada teman saya tersebut dan mulai membakar rokoknya dengan korek teman saya juga. Sewaktu ditanya “oh adek tau merokok juga?” lalu kata anak tersebut “woh iyalah kak saya mah jago kalo ngerokok”. Saya spechlees dan hanya bengong aja mendengarnya dan menlihatnya. Pikir saya oh mungkin karena orang kota sering berkunjung kesini dan anak-anak Baduy luar sering menyambut orang-orang kota dan melihat kebiasaan orang-orang kota ada yang merokok, dan mereka penasaran lalu mencobanya dan ketagihan terus menerus merokok. Anak-anak di Baduy luar juga lebih overaktif daripada Baduy dalam. Mereka lebih banyak berbicara dan lari kesana kemari sambil tertawa-tawa, juga lebih tidak malu-malu untuk berbicara kepada wisatawan yang datang. Pakaian anak-anak Baduy luar yang mereka pakai juga sudah seperti masyarakat kota pada umumnya. Untuk sosok anak-anak bagian Baduy dalam, saya melihat di sepanjang perjalanan menuju Baduy dalam, yang pertama harus dipahami adalah didaerah Baduy dalam tidak diperkenankan memakai alas kaki apapun itu karena demi mewariskan budaya dari leluhur mereka. Sementara kondisi perjalanan sepanjang Baduy adalah bebatuan dan jarang menemukan jalan yang bertanah kecuali waktu jalan ke Baduy dalam. Sudah berjalan tanpa menggunakan alas kaki, membawa durian yang sangat banyak pula dan pastinya berat. Laki-laki dan perempuan berbeda cara membawa duriannya, kalau laki-laki langsung dipapah menggunakan tongkat rotan dan ditaruh pada punduk mereka, sementara untuk yang perempuan menggunakan karung yang dibentuk seperti tas selempang dan tas jinjing yang berisikan durian. Terkagum. Hal itu yang saya rasakan didalam hati ketika melihat mereka. Luar biasa kehidupan di Baduy jika dibandingkan dengan kehidupan dikota. Mengenai bentuk wajah anak-anak Baduy, saya berpikir biasanya memang jika hidup dikampung itu orang-orangnya jelek, tidak terawat, masa bodo dengan tubuh mereka, bu badan dan sebagainya…tapi sebenarnya apa yang saya lihat? Mereka jauh dari kata-kata itu. Tenyata yang saya jumpai selama berjalan menuju ke Baduy dalam adalah bocah-bocah yang mirip seperti rupa anak-anak kecil luar negeri yang memiliki kulit putih bersih, lucu, imut, cantik dan tampan. Sungguh, saya tidak bercanda. Meskipun para anak-anak Baduy hidup di daerah kampung, mereka tetap bisa merawat diri mereka sendiri. Anak muda yang perempuan yang saya lihat sewaktu saya di homestay juga mereka pintar memoles wajah mereka dengan make-up. Saya melihat waktu saya sedang duduk-duduk santai didepan homestay sebelum jalan ke Baduy dalam, ada anak perempuan melewati homestay yang saya tempati. Pagi-pagi mereka sudah cantik dan bermake-up. Seperti anak muda pada umumnya. Disisi lain anak-anak Baduy yang kami sapa rata-rata hanya diam saja, malahan kami yang menyapa yang merasa gemas dan ingin menghampiri. Saya sempat mengira kalau di Baduy ini orangnya sombong-sombong tidak mau membalas sapaan kami yang suka bertanya mengenai Baduy, tetapi kata dosen saya yang sudah beberapa kali ketempat ini berkata mereka bukannya sombong tetapi bingung mau menjawab apa dan bagaimana, kecuali jika diajak berbicara menggunakan bahasa Sunda mungkin mereka baru akan mengerti. Sosok lain daripada anak-anak Baduy yaitu sedikit dari antara mereka yang bersekolah. Untuk anak-anak di Baduy luar ada beberapa yang sudah mengikuti sekolah formal, sedangkan yang lain dan anak-anak di Baduy dalam mereka hanya menjalani pendidikan informal. Sekolah tidak diperkenankan masuk ke Baduy dalam. Kegiatan yang mereka lakukan adalah dengan otodidak atau belajar sendiri. Pendidikan informal dijalani untuk membela dan menjaga diri dari kejahatan, menolong sesama dan berhubungan dengan kesehatan di Baduy misalnya dengan membuat racikan obat penghilang penyakit dan bertani membantu orangtua mereka.

Suku Baduy, tidak akan ada habisnya untuk dipelajari budayanya. Sungguh pengalaman yang sangat berarti didalam hidup anak muda seperti kami yang sedang menempuh pendidikan ini.

Saya, Irma Angela mengagumi para dua belas ribu jiwa dan enam puluh empat RT yang ada di Suku Baduy, Banten.


Berfoto bersama teman-teman kelompok guiding sebelum menuju Baduy dalam. Hidup kelompok 3!
Pak Fuad pembimbingnya ;-)
Tanjakan pertama. (sepertinya) hehe

 Anak Baduy luar yang sedang menenun kain.
(dibelakang saya) Kain tenun yang dibuat oleh ibu rumah tangga di Suku Baduy.

Pekerjaan ibu rumah tangga di Baduy membuat kain tenun dengan alat tenun sendiri yang juga bisa digunakan untuk sarung.
Foto bersama kang Arja (paling kanan). Foto ini diambil sembari istirahat dirumah penduduk Baduy luar saat perjalanan menuju Baduy dalam.

Berfoto dengan anak Baduy dalam sebelum menyebrangi jembatan pembatas Baduy luar dan Baduy dalam. Sangat tampan :)






Nama : Irma Angela Riantama / 4423143920
Usaha Jasa Pariwisata A UNJ 2014
Email : irmangela51@gmail.com
Instagram : irmasth
Snapchat : irmangela

27 comments:

  1. seruuu banget ya....jd pengen ke baduy

    ReplyDelete
  2. asik banget kayaknya,jadi pengen kesanaa deh

    ReplyDelete
  3. Seruuu yaaa!!! ga sia- sia mepetin waktu pas mau natal ya kak;)

    ReplyDelete
  4. Efek merokok pada anak anak baduy karena globalisasi mungkin mbak

    ReplyDelete
  5. Waahh jadi pengen mempelajari budaya suku baduy lebih dalam lagi

    ReplyDelete
  6. Ternyata gak seperti yg orang2 kira yaa. Baduy keren!!

    ReplyDelete
  7. Wah ternyata suku baduy sudah maju terbukti dari cara berpakaiannya. Eh itumah mahasiswa/i unj.
    Nice!

    ReplyDelete
  8. ga nyangka ternyata sebagus itu tempatnya, jadi pengen kesana, kebetulan banget deket dari tempat kuliah. terima kasih infonya

    ReplyDelete
  9. Salah satu keragaman yang ada di indonesia dan tetap.harus dijaga budaya yang ada disana.

    ReplyDelete
  10. Saya jadi iri mbak,pengen kesana deh

    ReplyDelete
  11. Wahh pengalaman yg menarik ya kak disana...semoga bisa kesana juga nanti;-)

    ReplyDelete
  12. Iya nih bener banget info tentang Suku Baduy-nya. Salah satu Komunitas Adat Terpencil di Jawa Barat:)

    ReplyDelete
  13. keren.. bisa berbagi pengalaman yang menarik ketika bisa menjelajahi keanekaragaman budaya, suku bangsa ini.. jadi pengen ikutan

    ReplyDelete
  14. keren.. bisa berbagi pengalaman yang menarik ketika bisa menjelajahi keanekaragaman budaya, suku bangsa ini.. jadi pengen ikutan

    ReplyDelete
  15. Waaah jadi pengen tau langsung suku baduy deh

    ReplyDelete
  16. Kerennnnn!!!! Jadi mau kesanaaaa

    ReplyDelete
  17. Kerennnnn!!!! Jadi mau kesanaaaa

    ReplyDelete
  18. Thanks udah share pengalamannya yaa. Jadi tau lebih detail tentang suku baduy.

    ReplyDelete
  19. Wah baru tau... padahal satu kota sama kampus di serank

    ReplyDelete
  20. Keren ga nyangka Indonesia kaya akan suku dan budaya

    ReplyDelete
  21. Keren ga nyangka Indonesia kaya akan suku dan budaya

    ReplyDelete
  22. Artikel yang memuat perjalanan teman-teman dari UNJ ke suku baduy sungguh harus di apresiasi, melihat sedikit bacaan tulisan dari irma angela, sepertinya pengetahuan mengenai budaya yang ada di Indonesia khususnya di pulau jawa konteks disini ialah suku baduy sudah cukup lumayan untuk menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua, dikarenakan sedikit tentang kisah hidup perjalanan suku baduy, budaya yang terjadi di suku baduy luar, kerajinan yang dihasilkan, dan etika sosial yang masih terjaga antara pendatang dan suku asli baduy dengan memperlihatkan beberapa dokumentasi saat berinteraksi langsung melihatkan bahwa budaya terutama suku asli Indonesia yang ada di setiap daerah memiliki nilai kelebihan secara alami yang tetap dan harus dijaga. Akan tetapi, sungguh sedikit menghawatirkan tentang adanya pengaruh budaya luar dari suku baduy yang dikit demi sedikit masuk ke ranah budaya baduy dan mempengaruhi pola kehidupan sosial mereka. Seharusnya lebih bagus lagi selain melakukan kegiatan observasi, teman-teman juga harus bisa mengakrabkan lewat media komunikasi (diskusi) yang mengarahkan mereka tentang pentingnya kesehatan, memberikan sedikit inovasi terutama kepada anaka" suku baduy luar yang harus tetap terjaga budaya aslinya, dan jangan sampai budaya luar yang menurut kita kurang baik bisa mempengaruhi interaksi sosial didalamnya.

    ReplyDelete