Sunday, January 3, 2016

Tugas5-ObservasiBaduy

Pakaian Adat Masyarakat Baduy Dalam

Assalamualaikum wr.wb

Sebelum membahas tentang tema yang akan saya jelaskan, saya terlebih dahulu akan memperkenalkan diri saya. Nama saya adalah Nurul Hakim Aristia dan saya biasa di panggil dengan nama Tyas oleh semua orang, baik keluarga maupun teman-teman. Jadi jika ada yang memanggil saya Nurul saya terkadang suka tidak menyadari bahwa yang dipanggil Nurul itu adalah saya. Bapak Hendro Kustanto selaku ayah saya memberikan nama Tyas tersebut karena tyas adalah nama orang Jawa dan ayah saya menyukai nama tersebut sehingga saya memiliki nama panggilan Tyas. Saya tinggal terpisah dengan ayah saya. Ayah saya karena tuntutan pekerjaan beliau tinggal di Surabaya. Surabaya adalah kota kelahiran saya, saya dan keluarga pernah sempat tinggal di Surabaya selama 7 tahun sejak saya lahir sampai saya duduk di bangku SD kelas 1. Kemudian mama saya mendapatkan tugas untuk pindah tugas ke Jakarta. Karena ayah saya bekerja, maka beliau tidak bisa ikut. Saya dan keluarga tinggal di Cipinang. Di Cipinang ini saya tinggal bersama nenek saya. Sejak SD kelas 2, hingga kuliah ini saya masih tinggal dengan nenek saya. Saya tinggal ber-empat dengan nenek saya, kakak saya, saya, dan adik saya.
Setelah menceritakan tentang diri saya, kemudian saya akan membahas tentang perjalanan saya mengunjungi suku Baduy yang berada di Banten. Saat pertama kali akan diadakan perjalanan menuju suku Baduy, saya sangat gembira sekali. Saya tahu bahwa suku Baduy itu merupakan salah satu suku pedalaman di Indonesia yang keberadaannya sangat diminati oleh para wisatawan. Baduy merupakan suku yang masih sangat memelihara sekali kebudayaan aslinya dan mereka masih menghormati perintah-perintah nenek moyangnya. Ini menjadi daya tarik tersendiri oleh para wisatawan yang haus akan sebuah tempat yang masih asri dan masih primitif.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Baduy, Baduy menurut para ahli berdasarkan pada penemuan prasati sejarah kemudian ditelusuri melalui catatan para pelaut Portugis dan Tiongkok dan dihubungkan dengan cerita rakyat sunda.
Menurut para ahli sejarah masyarakat baduy memiliki hubungan dengan Kerajaan Pajajaran. Pada saat itu Pangeran Pucuk dari Kerajaan Pajajaran memerintahkan prajurit pilihan untuk menjaga kelestarian Gunung Kendeng. Lalu para prajurit bermukim dan bertugas disana. Dengan kesimpulan bahwa sejarah suku baduy berasal dari pasukan yang diutus oleh Pangeran Pucuk dan menutup identitas mereka terhadap masyarakat luar agar tidak diketahui oleh musuh-musuh dari Kerajaan Pajajaran.
Sejarah suku baduy versi dr. Van Tricht yang berkunjung ke baduy pada tahun 1982 dan megadakan penelitian kesehatan disana berpendapat bahwa masyarakat suku baduy sudah ada sejak lama dan merupakan masyarakat asli wilayah tersebut. Dan dahulunya terdapat Raja yang berkuasa di wilayah tersebut. Bernama Rakeyan Daramasiska untuk memerintyahkan masyarakat baduy untuk tinggal didaerah tersebut dengan tujuan memlihara kebuyutan (ajaran nenek moyang) dan menjadikan kawasan tersebut suci atau mandala. Dan sampai sekarang masyarakat baduy masiyh memegang teguh kepercayaan tersebut.
            Itu sekilas mengenai sejarah Baduy. Saya berserta teman-teman dari Universitas Negeri Jakarta khususnya jurusan Usaha Jasa Pariwisata melakukan perjalanan ke Baduy atas berdasarkan perintah dosen kami yaitu Bapak Shobirien untuk observasi ke suku tersebut. Pertama kami semua bertemu di stasiun Tanah Abang dan kemudian pada pukul 08.00 WIB kereta RangkasJaya menuju stasiun RangkasBitung membawa kami. Setelah tiba di RangkasBitung, kami melanjutkan perjalanan kami dengan menaiki ELF. ELF membawa kami menuju dimana Baduy berada selama 2 jam dengan akses yang kurang baik. Hampir setiap jalan selalu berlubang dan tidak jarang ELF kami harus bergantian jalur. Setelah tiba disana, kami harus menempuh perjalanan dengan jalan kaki selama kurang leih 2 jam. Saat pertama kali hendak berjalan kaki tersebut, banyak terdapat porter-porter yang menawarkan jasanya untuk membawakan tas kami yang begitu berat. 1 tas dihargai berkisar RP.20.000,00. Setelah itu kami tiba di rumah penduduk Baduy luar. Kemudian kami beristirahat sejenak. Pada saat malam hari nya diadakan diskusi tanya jawab oleh warga setempat dan dengan mahasiswa mahasiswi UNJ beserta para dosen.  Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menuju Baduy dalam yang harus ditempuh dengan berjalan kaki selama 3 jam.  Saat sudah tiba di Baduy dalam saya dan teman-teman melihat masyarakat Baduy dalam dengan pakaian khas mereka.        
Saya akan membahas pakaian yang mereka gunakan. Dilihat dari sisi pola berbusana yang mereka kenakan antara Orang Baduy dalam dan luar menurut mereka pada prinsipnya sama. Dalam pandangan Orang Baduy, hal ini diyakini karena mereka berasal dari satu keturunan yang sama, yang memiliki keyakinan, tingkah laku, cita-cita, antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Kalaupun ada sedikit perbedaan dalam berbusana, menurut mereka perbedaan itu hanya terletak pada bahan dasar, model dan warnanya saja. Meskipun begitu, jika dilihat dari kepatuhan mereka dalam mengenakan busana yang berbeda tersebut pastilah mempunyai prinsip yang tak bisa dicampuradukkan.
Dilihat dari sisi pola berbusana yang mereka kenakan—antara Orang Baduy Tangtu dan Panamping—menurut mereka pada prinsipnya sama. Dalam pandangan Orang Baduy, hal ini diyakini karena mereka berasal dari satu keturunan yang sama, yang memiliki keyakinan, tingkah laku, cita-cita, antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Kalaupun ada sedikit perbedaan dalam berbusana, menurut mereka perbedaan itu hanya terletak pada bahan dasar, model dan warnanya saja. Meskipun begitu, jika dilihat dari kepatuhan mereka dalam mengenakan busana yang berbeda tersebut pastilah mempunyai prinsip yang tak bisa dicampuradukkan.
            Busana yang dikenakan oleh Orang Baduy Tangtu berwarna putih atau biru. Dengan pola berpakaian seperti itu, orang Baduy Tangtu yakin bahwa pakaian yang mereka kenakan dan serba putih polos itu sebagai simbol makna suci bersih atau kesucian. Sedangkan untuk Orang Baduy Panamping berwarna hitam. Untuk Baduy Tangtu, pakaian yang biasa digunakan oleh para pria Baduy dicirikan dengan tiga bagian;
Pertama, dengan memakai baju lengan panjang yang disebut jamang sangsang. Istilah itu muncul karena biasanya mereka memakai baju dengan cara disangsangkan atau dilekatkan di bagian bahu badan. Desain baju sangsang ini hanya dilubangi atau dalam istilah sunda dicoak pada bagian leher sampai bagian depan dada. Potongan bajunya tidak memakai kerah, tidak memakai kancing bahkan tidak dilengkapi dengan kantong baju seperti yang biasa kita pakai.
Kedua, Adapun untuk pakaian bawahnya, mereka menggunakan kain serupa sarung atau rok yang berwarna biru kehitaman. Cara memakainya hanya dililitkan pada bagian pinggang yang disebut dengan aros. Untuk mengencangkannya dan agar tidak melorot, maka sarung tadi diikat dengan selembar kain. Hal ini dilakukan karena lelaki Baduy Tangtu tidak mengenakan celana dalam.
Ketiga, Yang menarik dari busana masyarakat Baduy adalah kekhasannya dalam memakai ikat kepala berwarna putih untuk orang Baduy Tangtu. Ikat kepala ini berbentuk segitiga dan berfungsi sebagai penutup rambut mereka yang panjang, kemudian dipadukan dengan selendang atau hasduk.
Semua pakaian yang dikenakan oleh orang Baduy dikerjakan secara mandiri oleh mereka tanpa bantuan tehnologi. Adapun proses pembuatan baju-nya adalah diharuskan hanya menggunakan tangan dan tidak boleh dijahit dengan mesin, hal ini dilakukan menurut mereka demi untuk menjaga kealamian tradisi. Dilihat dari bahan dasarnya, busana yang dipakai orang Baduy terbuat dari benang kapas asli yang ditenun dari serat daun pelah.
Di samping busana wajib yang dikenakan di atas, Orang Baduy biasanya selalu membawa tas yang terbuat dari kulit pohon. Tas itu mereka sebut dengan tas koja yang berfungsi sebagai alat untuk membawa bekal. Asesoris busana lainnya yang kerapkali dibawa oleh orang Baduy adalah senjata tajam sejenis golok yang diselipkan di pinggang. Keberadaan golok ini bagi mereka di samping sebagai alat jaga diri, yang lebih penting dari itu menurut mereka adalah dalam rangka mempermudah mereka beraktivitas, mengingat mereka lebih banyak hidup di areal hutan yang membutuhkan keberadaan alat itu.

         Sumber : http://didisadili.blogspot.com/ 









 











kami pada saat itu mengunjungi Baduy dalam tepatnya di desa Cibeo hanya selama kurang lebih satu jam. kemudian kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke baduy luar dengan berjalan kaki selama kurang lebih 3 jam. setibanya di Baduy luar tepatnya di homestay kami, kami langsung segera membersihkan badan kami karena sudah berjalan kaki cukup jauh. setelah itu kami beristirahat. keeskokan harinya kami pulang dengan elf lagi dan menaiki kereta rangkasjaya. Demikian sedikit cerita pengalaman saya, semoga informasi yang sudah saya jelaskan diatas tentang pakaian orang Baduy bermanfaat. Jika adanya kesalahan mohon dimaafkan. wassalamualaikum wr wb.

 Daftar Pustaka

Nurul Hakim Aristia
UJP'14 A 
4423143981
aristia.tyas@gmail.com

10 comments:

  1. Terimakasih tyas atas infonya, ini sangat membantu dan bermanfaat terutama untuk orang orang yg belum terlalu mengetahui info ini.

    ReplyDelete
  2. Nice info lohh, bermanfaat bgt!!

    ReplyDelete
  3. Jadi tau tentang suku baduy, tulisannya juga ringan dan ngga boring. Bagus bgt!

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Thank you for this interesting information Tyas. Mudah untuk dimengerti dan sangat menarik!

    ReplyDelete
  6. Thanks for the information! Jadi lebih tau tentang suku baduy yang ada di indonesia. Smg bs bermanfaat buat saya dan bagi orang lain yang membacanya (:

    ReplyDelete
  7. saya tertarik Anda mengulas ttg pakaian suku Baduy. Sangat informatif.

    ReplyDelete
  8. sangat informatif. saya jadi tahu lebih mendalam tentang suku Baduy

    ReplyDelete