Sunday, January 3, 2016

Tugas 5 - Observasi Suku Baduy


Surga Tersembunyi di Pulau Jawa “Desa Kanekes

Hai para pecinta budaya indonesia, kenapa saya sebut kalian seperti itu karna itu karna tidak mungkin kalian membaca tulisan saya ini jika kalian tidak ingin tau tentang budaya indonesia. Perkenalkan nama saya sisca fitri selvi lestari, kalian bisa panggil saya sisca. Kali ini saya akan mengajak kalian untuk ikut berpetualang bersama saya hehe.. okee kita mulai Ada yang sudah pernah berkunjung ke desa kanekes? Atau hanya sekedar tau saja? Mungkin di antara kalian ada yang belum kenal desa Kanekes. Buat kalian yang suka yang ingin eksplor kebudayaan indonesia dan pecinta alam kalian harus kudu wajib datang kesini. Alangkah bagus bukan, jika berlibur sambil menambah pengetahuan, dapat ilmu dan juga pengalaman yang belum tentu orang rasakan juga.

Kali ini yang akan kita kunjungi adalah suku badui yang biasanya orang awam sering bilang Urang Kanekes / Orang Kanekes.  orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar.  Desa Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) suhu rata-rata 20 °C. Tiga desa utama orang Kanekes Dalam adalah Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo.

Desa ini adalah desa yang masih sangat asri dan terawat, walaupun masih ada beberapa sampah akibat orang orang kurang bertanggung jawab yang membuang sampah sembarangan. Tetapi hal ini tidak mengurangi indahnya desa kanekes. Untuk FYI jika kalian ingin berkunjung ke desa kanekes kalian bisa naik kereta menuju stasiun rangkasbitung, ongkos kereta sangat murah (heheh tergantung classnya sihh) saya naik economi class dengan harga tiket Rp. 15.000 kebetulan start perjalanan saya dari stasiun tanah abang, lama perjalanan sekitar 2 jam, setibanya di stasiun kalian naik angkot 07 menuju terminal elef yang akan mengantarkan kalian ke Ciboleger dengan biaya Rp. 30.000/orang,  perjalanan yang di tempuh selama 2 jam untuk sampai di ciboleger.  Oke setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya sampai juga di Ciboleger. Untuk kalian yang lapar sehabis perjalanan jauh jangan kawatir di pintu masuk ciboleger terdapat warung - warung yang menyediakan makanan ringan ataupun makanan berat dengan lauk yang memadai, seperti nasi ayam goreng, tempe, tahu, hingga mie instan. Untuk kalian yang ingin membeli makanan ringan atau air mineral untuk bekal jalan kedalam jangan kawatir krana di kawasan tersebut ada minimarket alias alfa*** hehe saran dari saya kalian perbanyak bawa air mineral karna untuk jalan kedalam sangat jauh. Perjalanan di mulai.. tujun awal kami ke marengo untuk menuju marengo kalian harus jalan sekitar 1 jam dengan jalan yang lumayan menguras tenaga, menanjak, menurun, bebatuan, tanah. Walaupun begitu kalian akan merasakan suasana yang sangat jarang kalian rasakan suara gemericik air menjadi teman perjalanan, walaupun matahari sangat terik tetapi saya tidak merasa kepanasan karnah pepohonan yang sangat rindang.

Kampung Marengo merupakan salah satu perkampungan yang yang posisinya masih termasuk badui luar. Orang orang badui luar mereka sudah sedikit terbuka untuk bahasa sendiri banyak diantara mereka yang sudah fasih berbahasa indonesia, dan palaian mereka sudah menganakan kaos dan celana yang seperti kita kenakan saat ini. Di desa tidak ada aliran listrik,  mereka masih mempertahankan kebudayaan yang ada. Untuk kalian yang suntuk dengan kesibukan kota, disini tempatnya menenangkan diri. Masyarakat suku badui sangatlah menggantungkan hidupanya dari aliran air sungai, sebagian besar dari mereka masih mengandalkan sungai untuk mandi dan mencuci, dan untuk buang air besar telah tersedia jamban atau wc di beberapa kamarmandi.  Saya pribadi sangat suka sekali suasana seperti ini. Mata pencaharian suku badui luar adalah membuat gula aren, menenun, menanam padi dan hasil bumi lainnya seperti buah durian, dan madu. Bagi kalian yang suka buah durian kalian bisa datang di bulan november atau desember, daging durian yang lumayan tebal, manis dan harganya yang murah membuat kalian pasti kalap hehe.. untuk harga durian perbuah 15.000 – 25.000 saja, untuk harga gula aren 7.000 untuk satu kepal gula. masyarakat badui mempercayai gula aren juga dapat menambah stamina dan untuk rasa gula aren yang mereka punya sangatlah berbeda, lebih terasa legit dan manis dibandingkan gula aren yang ada di pasar tradisional biasa. Kehidupan suku badui dangat lah sederhana di pagi hari biasanya para bapak dan anak laki-laki pergi kasawah dan atau mengambil air di pohon aren untuk membuat gula, untuk para ibu dan anak perempuan biasanya mereka memasak dan menenun kain dan juga membuat kerajinan tangan seperti gelang gantungan kunci dll, anak perempuan disukku badui di ajarkan menenun dari sejak kecil.

Desa cibeo
Desa cibeo adalah salahsatu desa yang berada di badui dalam, ini adalah desa paling dekat atau desa pertama yang dari suku badui dalam untuk berkunjung kesini kami menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam berjalan kaki. Ini adalah pengalaman pertama saya berjalan kaki terjauh ini dan jalan yang kami tempuh sangatlah menanjak. Saran untuk kalian sebaiknya berjalan dengan telanjang kaki alias nyeker karna akan memudahkan kalian dan mengurangi resiko tergelincir akibat tanah yang bercampur air. Semua rasa lelah terbayar sudah dengan indahnya pemandangan yang ada dan udara yang bersih. FyI untuk ke badui dalam ini kalian tidak boleh menggunakan handphone atau kamera untuk mengambil foto. Kalian tidak di perbolehkan untuk mempotret atau merekam apapun, untuk alasannya saya tidak tau kenapa tetapi pasti peraturan tersebut dibuat bermasut baik.

Hal yang unik di suku badui dalam ini terletak pada pakaian yang mereka kenakan, mereka membuat pakaiannya sendiri dengan dijahit manual biasanya mereka membeli kain putih kota putih polos dari kota. Begiu juga dengan rumah suku badui dalam mereka tidak menggunakan paku, martil dll rumah adat mereka buat dari anyaman bilik bambu dan beralaskan rotan yang di anyam untuk tiang penyangga terbuat dari bambu dan untuk pengganti kayu mereka mengunakan tali rotan jadi bisa di pastikan  kalau rumah ini termasuk rumah anti gempa, mereka juga mengkui bahwa mereka lebih takut dengan api di bandingkan gempa bumi. khususnya desa cibeo sudah 3 kali pindah, dikarenakan kebakaran. Dan yang uniknya lagi rumah suku badui dalam ini di pindahkan dengan cara di bongkar dan di pasang kembali dengan sistem gotong royong sangat mengesankan bukan. Orang badui dalam juga sangat mengandalkan sungai untuk kahidupan sehari- hari, Mata air disini juga sangat bersih lohh kalian bisa minum airnya tanpa dimasak!! Awalnya saya ragu dan akhirnya saya memberanikan diri, dan ternyata air mineral AQ*** kalah segar heheh... gak lebay ini beberan saya takjub!! Kehidupan mereka tidak jauh beda dengan orang badui luar, mata pencaharian mereka dari hasil padi, ngomong – ngomong soal padi orang suku badui dalam di perkirakan mempunyai stok padi dari 50 tahun yang lalu, hal ini di perkirakan karena mereka mempunyai banyak lumbung padi, dan yang uniknya lagi stock beras yang mereka punya itu tidak pernah rusak bahkan semakin lama beras di simpan akan semakin enak. Coba kalau di jakarta beras aja udah pake pengawet, pemutih, pewangi dll, salut sama urang badui pantas saja mereka terlihat sehat dan panjang umur, mata pencaharian urang badui dalam bukan hanya dari hasil padi saja tetapi dari durian, gula aren dan madu dan juga hasil kerajinan rajutan seperti gelang dan tas rajutan dari akar pohon.


Cukup sekian cerita pengalaman pribadi saya semoga apa yang saya tulis ini bermanfaat buat kalian semua, dan jangan lupa yaa untuk berkunjung ke sini. Ayo datang ke desa kanekes rasakan pengalaman yang saya rasakan di jamin gak nyesel!!! Sedikit pesan dari saya jaga dan pelihara aset kebudayaan kita. Ikuti peraturan yang ada saya percaya peraturan yang di buat untuk bermaksud baik, jangan merusak ya guys..  sekian dari saya maaf jika ada penulisan kata kata yang salah dan kurang berkenan.




Para ibu yang sedang mengangkut hasilpanen durian

Jembatan yang dibuat dengan satu hari (perjalanan menuju baduy dalam)

Suasana desa marengo

Perjalanan menuju baduy dalam

Seorang ibu yang sedang meneun kain (Desa Marenngo)

Foto saya bersama kang arja suku badui dalam 

Sisca fitri selvi lestari
Usaha Jasa Pariwisata B 2014
Email: siscafitrisl@gmail.com

15 comments:

  1. Bagus ni artikel nya ... slain mngenalkan tmpat, kita jga tw bagaimana budaya dan adat istiadat org badui...

    ReplyDelete
  2. Semua informasi yang disebarkan oleh non Sisca di artikel bagus sekali. Karena para pecinta alam akan cari tahu dulu apa yang ada di tempat itu sebelum mereka pergi. Melalui artikel ini semua turis local atau international bisa tahu bayak tentang adat setempat. Yang paling penting mereka menginformasikan oleh Sisca tentang keperluan yang mereka harus bawah sebelum berangkat.

    ReplyDelete
  3. Desa yang baru saya dengar, wah bagus sekali menambah pengetahuan mengenai riset kepariwisataan. semangat terus dalam berproses :D

    ReplyDelete
  4. Pengen berkunjung ke desa ini 180° berbeda dari jakarta
    Terimakasih atas infonya

    ReplyDelete
  5. Pengen berkunjung ke desa ini 180° berbeda dari jakarta
    Terimakasih atas infonya

    ReplyDelete
  6. Boleh di coba niih untuk rekreasi pedesaan

    ReplyDelete
  7. Makasih buat nona Sisca untuk informasinya mengenai suku badui ini, penulisannya cukup menarik dengan gaya seperti komunikasi lisan, alur dan data informasinya juga lengkap, memberikan saya gambaran yang cukup untuk menarik minat saya berkunjung kesana.

    ReplyDelete
  8. Artikelnya baguss, info-infonya sangat membantu. Nama desa baru saya dengar, namun terkesan menarik. Lewat artikel ini sy dapat mengetahui keseharian dan budaya masyarakat baduy. Terimakasih

    ReplyDelete
  9. terimakasih sisca sudah berbagi pengalamannu.
    saya terkesan dengan judul yg kamu buat.
    "Surga Tersembunyi di Pulau Jawa Desa Kanekes"
    saya jadi tertarik utk membaca artikel tsb, namun saya belum temukan, apa yg mendasari kamu menyebut desa Kanekes sebagai surga?
    karna pada dasarnya, kondisi desa tsb pun ada di desa2 lainnya yg berada di pedalaman.
    mungkin kamu bisa jelaskan hal istimewa dr desa tersebut.
    terimakasih. salam.
    Merry Clementine. Sosiologi UNJ 2011

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai ka. Mengapa saya sebut surga karna di desa ini tidak ada suara kendaraan bermotor atau mesin apapun itu. Mereka masih mengandalkan tenaga manusia dalam kehidupan sehari hari, dan tidak ada listrik. Makadari itu menutut saya dengan potensi alam yang indah dengan keserhanaan yang ada dan hal inilah yang membuat saya merasakan seperti berada di surga tanpa polusi, tanpa listrik dan hirukpikuk kota yang sangat menyibukan.

      Delete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. terimakasih sisca.
    semoga keindahan alam tsb terus lestari.

    ReplyDelete
  12. Wah tidak dikira akhirnya ada yang memaparkan dengan detail sekali objek wisata suku baduy,selama ini baduy sudah menjadi daya tarik,walaupun harus berjalan panjang penulis tak gentar untuk mengupas objek wisata ini,saya pun harus berpikir berkali" untuk ketempat ini jika harus berjalan sangat jauh. Semoga saja objek wisata ini dapat lebih dikembangkan tanpa harus mengusik keaslian dan keasriaan budaya dan sumber daya alam suku baduy. Untuk penulis lanjutkan "ngebolang" tanpa kenal lelah.

    ReplyDelete
  13. Wah tidak dikira akhirnya ada yang memaparkan dengan detail sekali objek wisata suku baduy,selama ini baduy sudah menjadi daya tarik,walaupun harus berjalan panjang penulis tak gentar untuk mengupas objek wisata ini,saya pun harus berpikir berkali" untuk ketempat ini jika harus berjalan sangat jauh. Semoga saja objek wisata ini dapat lebih dikembangkan tanpa harus mengusik keaslian dan keasriaan budaya dan sumber daya alam suku baduy. Untuk penulis lanjutkan "ngebolang" tanpa kenal lelah.

    ReplyDelete
  14. Ih ternyata baduy keren, wajib bgt nih dateng ke baduy ><

    ReplyDelete