Tugas 4 – Wisata Budaya di Pulau
Jawa
Kabupaten Jember, Jawa Timur
Selamat
Pagi para pembaca blog, izinkan saya untuk memberikan beberapa informasi
tentang Kabupaten Jember, kabupaten Jember adalah sebuah kabupaten di Provinsi
Jawa Timur di Indonesia yang beribukota di Jember.
Sebelumnya
perkenalkan nama saya Gianni Ridiaputeri yang biasa dipanggil Gege, saya seorang
mahasiswi Diploma 3 Usaha Jasa Pariwisata semester 3 di Universitas Negeri
Jakarta yang terletak di Rawamangun, Jakarta Timur.
Saya
memilih membahas tentang beberapa objek destinasi pariwisataan di kabupaten jember,
Jawa Timur ini dan juga karena adanya keunikan yang bisa dikenal banyak oleh
dunia luar Indonesia, salah satu keuinkannya yaitu suatu event yang disebut
Fashion Carnaval Jember yang menampilkan busana-busana unik yang tidak lupa
membawa identitas Indonesianya sendiri.
Kabupaten Jember ini
berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso di utara,
Kabupaten Banyuwangi di timur, Samudera Hindia di selatan, dan Kabupaten
Lumajang di barat. Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan. Kabupaten Jember
terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Jember dahulu merupakan kota
administratif, namun sejak tahun 2001 istilah kota administratif dihapus,
sehingga Kota Administratif Jember kembali menjadi bagian dari Kabupaten
Jember. Jember merupakan pusat regional di kawasan timur Tapal Kuda. Hari jadi
Kabupaten Jember diperingati setiap tanggal 1 Januari.
Keindahan Wisata
Budaya & Sejarah di Kabupaten Jember
(Peta wisata Jember, dok jembertourism.com) |
1.
Situs Batu
Kenong Kamal, Jember
(situs batu kenong kamal jember, dok wikipedia) |
Situs Duplang yang berlokasi di Dusun
Duplang, Desa Kamal, Kecamatan Arjasa merupakan situs utama di Kabupaten
Jember. Situs ini merupakan hasil peninggalan jaman megalitikum berada di area
seluas 12 Ha dengan lokasi ketinggian 270 – 290 meter dpl. Hasil menunjukkan
terdapat 69 buah batu kenong, 6 buah dolmen, 2 buah batu menhir, 1 lumpang batu
dan bekas kubur peti batu. Wilayah Kabupaten Jember memang masih banyak situs
purbakala yang tersebar di beberapa titik seperti di Dusun Duplang Desa Kamal
Arjasa yang memiliki situs peninggalan prasejarah dari masa zaman megalitikum. Desa
Kamal, Kecamatan Arjasa Jember diyakini adalah sebuah desa purba yang sudah
berdiri sejak lama. Ini menyebabkan akhirnya banyak di temukan peninggalan
zaman purba di desa tersebut. Paling tidak ada tiga situs diantaranya Situs
Klanceng, Situs Kendal, dan Situs Duplang yang saat ini dirawat oleh Kantor
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember.
(batu kenong, dok wikipedia) |
Situs Duplang
memiliki beberapa koleksi peninggalan masa megalitikum diantaranya kubur batu,
batu kenong, dan mehir. Situs ini diperkirakan sudah ada sejak pada abad 4
Masehi ini, membuktikan bahwa di Desa Kamal sudah ada kehidupan manusia purba
yang hidup berkelompok, menetap, dan bercocok tanam. Situs Duplang juga sering
dikunjungi oleh peneliti dan pelajar untuk mempelajari sejarah, terutama
masa-masa pra sejarah, yang juga di benarkan oleh Kepala Desa Kamal.
1.
Pantai Watu
Ulo
(pantai watu ulo, dok wikipedia) |
Taman Wisata Pantai Watu Ulo yang
berjarak + 40 km ke arah selatan Kota Jember, menampilkan panorama alam yang
memadukan keindahan pantai dan gugusan karang ke tengah laut. Di kawasan ini
terdapat gugusan batu bersisik yang menjorok ke laut mirip seekor ular, yang
oleh masyarakat setempat disebut “watu ulo” atau batu ular. Hampir sepanjang
tahun, daerah tujuan wisata yang terletak di Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu
ini banyak dikunjungi wisatawan. Nama watu ulo atau batu
ular ini mengacu pada rangkaian batu karang yang memanjang dari pesisir pantai
ke laut. Di pantai ini juga terdapat aneka penjualan kerajinan dari laut
seperti karang, bekas rumah keong dan lain - lain. Setiap tanggal 1 sampai 10
Syawal, setelah Lebaran, diadakan pekan raya dengan acara hiburan dan penjualan
hasil kerajinan nelayan setempat. Upacara Petik Laut atau Larung Sesaji atau
juga "Hari Raya Ketupat" diadakan setiap tanggal 7 Syawal. Dalam
upacara ini masyarakat nelayan setempat melemparkan sesaji ke laut yang bertujuan
untuk memberikan rasa terimakasih.
Konon,
dipercaya bahwa wilayah pantai selatan tersebut dihuni oleh Nogo Rojo yang
berwujud ular raksasa. Nogo Rojo yang menguasai wilayah pantai ini memakan
semua hewan yang ada di dalamnya, hingga masyarakat tidak bisa mendapatkan
makanan dari tempat tersebut. Lantas, tersebutlah dua orang pemuda bernama
Raden Said dan Raden Mursodo yang bersaudara. Kedua pemuda tersebut adalah anak
angkat dari Nini dan Aki Sambi, pasangan yang sudah berusia cukup tua. Raden
Said dalam cerita ini dipercaya sama dengan Raden Said yang nantinya dikenal
dengan sebutan Sunan Kalijaga. Singkat cerita, legenda mengatakan bahwa kedua
pemuda tersebut memancing di tempat Nogo Rojo tinggal. Karena semua hewan di
sana telah dimakan oleh Sang Ular Raksasa, maka kedua pemuda tersebut tak
berhasil mendapatkan ikan satu pun. Hingga akhirnya, kail Raden Mursodo
berhasil mengait satu ikan yang disebut ikan mina. Ikan mina itu ternyata bisa
berbicara. Dia meminta agar dilepaskan dan tidak dibunuh untuk dijadikan
makanan. Sebagai gantinya, ikan mina tersebut akan memberikan sisik yang bisa
berubah menjadi emas untuk Raden Mursodo. Raden Mursodo menyetujuinya dan
melepas ikan mina itu kembali ke laut. Namun tak berapa lama kemudian, ternyata
muncullah Nogo Rojo dan langsung memakan ikan mina yang sudah dilepaskan oleh
Raden Mursodo. Geram, Raden Mursodo segera melawan Sang Ular Raksasa dan
membelah tubuhnya menjadi tiga bagian. Inilah yang menjadi asal-muasal
terbentuknya Watu Ulo di pantai Jember. Saking besarnya, tiga bagian ular
raksasa itu terpencar. Bagian badannya berada di Pantai Watu Ulo Jember, bagian
kepalanya berada di Grajakan Banyuwangi, dan bagian ekornya berada di Pacitan.
Potongan tubuh Nogo Rojo itulah yang kemudian hingga saat ini dipercaya menetap
di pantai Watu Ulo dan menjelma menjadi batu-batuan yang menjorok ke laut. Meski
mitos ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah, namun ada fakta-fakta unik yang
membuat masyarakat percaya dengan mitos tersebut. Salah satunya adalah bahwa
panjang batu yang seperti ular tersebut diketahui sangat panjang dan besar. Panjang
Watu Ulo dari pesisir yang menjorok ke laut yang berada di atas pasir dan di
bawah air adalah sekitar 500 meter. Namun besar watu ulo yang berada di bawah
pasir masih belum diketahui hingga kini. Bahkan diyakini bahwa panjang watu ulo
dari pesisir ke daratan bisa menembus sampai ke hutan di sekitar kawasan Watu
Ulo dan Teluk Papuma. Versi lain dari mitos Watu Ulo adalah bahwa batu panjang
tersebut merupakan perwujudan naga yang sedang tertidur dan bersemedi. Naga
tersebut diutus oleh Ajisaka untuk bersemedi, dan nantinya dipercaya bahwa naga
itu akan terbangun dan menjadi manusia. Versi ini ada dalam buku Mitos dalam
Tradisi Lisan Indonesia, karya Dr Sukatman M.Pd. Apapun versinya, mitos dan
legenda yang beredar tentang fenomena unik alam seperti Watu Ulo tentunya
sangat menarik untuk digali. Legenda semacam ini juga menjadi kekayaan
tersendiri bagi kebudayaan dan folklore masyarakat Indonesia.
1. Tari Lahbako
(tari lahbako, dok wikipedia) |
Tari
Lahbako ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang terkenal di Jawa
Timur dan menjadi salah satu icon
kota Jember. Tari Lahbako adalah tarian tradisional yang menggambarkan
kehidupan para petani tembakau di Jember, Jawa Timur. Tarian ini dipentaskan
oleh beberapa penari perepuan dengan gerakan yang menggambarkan kegiatan para
petani di ladang atau kebun tembakau. Tari Lahbako ini diciptakan pada
tahun 1980an yang diprakarsai oleh Bupati Jember pada saat itu. Tarian ini
terinspirasi dari keseharian masyarakat Jember yang sebagian besar merupakan
petani tembakau. Daerah Jember sendiri merupakan salah satu daerah penghasil
tembakau terbaik dan terbesar di Indonesia. Selain itu Tari Lahbako ini juga
merupakan bentuk penghargaan terhadap peran perempuan Jember terhadap industry
tembakau di sana. Karena sebagian besar pengerjaan pada produksi tembakau
dilakukan oleh perempuan. Sehingga terciptalah Dalam pertunjukan Tari Lahbako
ini, biasanya dilakukan oleh 4 – 8 orang penari wanita yang menari dengan gerakan
menggambarkan kegiatan mereka diladang. music pengiring dalam tarian ini
biasanya adalah music patrol.
Yaitu salah satu jenis music tradisional dari Jember terbuat dari bambu seperti
kentongan yang memiliki ukuran yang berbeda dan dimainkan secara teratur
sehingga menghasilkan suara yang indah dan enak untuk didengar. Kostum yang
digunakan dalam pertunjukan Tari Lahbako ini pada dasarnya merupakan busana
tradisional dengan yang menggambarkan para petani tembakau disana. Pada bagian
kepala penari menggunakan Sanggul Cemol, yaitu jenis sanggul yang memanjang
keatas. Selain itu berbagai aksesoris seperti bendera kecil hiasan, anting –
anting, dan hiasan lain berbentuk daun tembakau. Untuk baju yang digunakan,
biasanya menggunakan baju kebaya. Kemudian pada bagian bawah menggunakan kain
panjang atau sarong dan celemek atau tatakan yang biasanya digunakan para
petani untuk mengukur daun yang akan dipetik. Selain kostum, penari terlihat
cantik dan lugas dengan tata rias gaya Madura yang disesuaikan dengan kostum
yang di gunakan.
2. Musik Patrol
(musik patrol, dok jembertourism.com) |
Kesenian
musik asli kota Jember ini memang kesenian yang sifatnya “musiman” alias tidak
bisa kita temui tiap hari karena kesenian ini hanya muncul saat bulan ramadhan
saja. Musik patrol adalah seni bermain musik secara bersama-sama layaknya
gamelan. Namun bedanya alat yang digunakan merupakan alat tradisional berupa
tabung kayu atau yang biasa disebut kentongan yang biasa dibawa para petugas
ronda pada malam hari. Namun seiring berjalannya waktu bentuk kentongan yang
sederhana dikembangan menjadi kentongan dalam berbagai ukuran yang tentunya
menghasilkan berbagai bunyi khas kentongan dengan tinggi nada yang
berbeda-beda. Selain kentongan biasanya permainan musik patrol juga diiringi
oleh seruling (ini yang membedakan musik patrol dengan musik tongtong khas madura
yang alat tiupnya menggunakan saronen). Yang membuat musik patrol lebih khas
lagi karena musik patrol ini sebenarnya adalah musik untuk membangunkan orang
sahur, jadi musik patrol ini biasa ditemui di Jember pada saat bulan ramadhan
dikala sahur, tapi diluar ramadhan-pun sebenarnya grup musik patrol ini juga
berlatih agar budaya musik patrol tidak punah. Musik patrol sendiri biasanya
memainkan lagu-lagu “banyuwangian” dan “maduraan” (ini karena sebagian besar
warga jember berasal dan menggunakan 2 bahasa daerah ini), selain itu juga
lagu-lagu islami tentunya karena ini musik penggugah sahur.
3.
Jember
Fashion Carnaval
Selain
mengangkat khasanah kekayaan budaya dan alam Indonesia, JFC membuktikan
kreativitas anak bangsa, karena sebagian besar busana menggunakan bahan bekas
dan daur ulang dari lingkungan sekitar. Karnaval ini digagas oleh Dynand Fariz
yang juga pendiri JFC Center.
(JFC, dok jembertourism.com) |
Sebanyak 400
an peserta berkarnaval, berfashion run way dan dance, di jalan utama kota
Jember disaksikan oleh ratusan ribu penonton di kanan dan kiri jalan. Mereka
terbagi dalam 8 defile yang masing-masing defile mencerminkan tren busana pada
tahun yang bersangkutan. Defile pertama adalah defile Archipelago yang
mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu secara berkala seperti
Jawa, Bali, Sumatera, dan seterusnya. Defile lainnya mengangkat tema fashion
yang sedang trend apakah dari suatu negara, kelompok tertentu, film, kejadian
atau peristiwa global lainnya. Semua busana dibuat dalam bentuk kostum yang
kesemuanya dikompetisikan untuk meraih penghargaan-penghargaan.
(JFC, dok jembertourism.com) |
Arena yang
digunakan untuk menggelar JFC adalah jalan utama Kota Jember sepanjang 3,6
kilometer. Berawal Dari Maraknya Group Reyog Ponorogo yang memadati jalan
protokol di saat arak-arakan budaya HUT kota Jember yang menarik perhatian
warga tiap Tahun. Sehingga terciptalah ide pemikiran sebuah parade dengan jalan
kaki dengan menggenakan kostum yang menarik, meriah, warna cerah serta
berumbai-rumbai.
Pada saat tahun 2001 menjadi awal
dari Jember Festival Carnaval, dimana Ide konsepnyanya tidak jauh beda dengan
Arak-arakan sebelumnya, maka dari itu bentuk kostum dari JFC selalu menyerupai
Reyog dimana pada saat itu juga terdapat acara serupa, festival kostum di
negara-negara Amerika. Bahkan hingga saat ini puluhan group Reyog di kota
Jember masih berpartisipasi dan mendukung kegiatan JFC tiap tahun.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jember diakses pada tanggal 29 desember
2015 pukul 09.35
http://jembertourism.com/ diakses pada tanggal 29 desember
2015 pukul 12.01
http://www.jemberjic.com/tourism/detail/29/situs-duplang.html diakses pada tanggal 29 desember 2015 pukul 13.00
http://www.negerikuindonesia.com/2015/08/tari-lahbako-tarian-tradisional-dari.html diakses pada tanggal 29 desember
2015 pukul 15.25
(https://musikpatrolsidoarjo.wordpress.com/2014/12/02/asal-mula-musik-patrol-2/) diakses pada
tanggal 29 desember 2015 pukul 15.55
Gianni Ridiaputeri
4423143922
UJP B 2014
No comments:
Post a Comment