Sunday, January 3, 2016

Tugas 4 - Wisata Budaya di Jember



Tugas 4 – Wisata Budaya di Pulau Jawa

Kabupaten Jember, Jawa Timur

Selamat Pagi para pembaca blog, izinkan saya untuk memberikan beberapa informasi tentang Kabupaten Jember, kabupaten Jember adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur di Indonesia yang beribukota di Jember.
Sebelumnya perkenalkan nama saya Gianni Ridiaputeri yang biasa dipanggil Gege, saya seorang mahasiswi Diploma 3 Usaha Jasa Pariwisata semester 3 di Universitas Negeri Jakarta yang terletak di Rawamangun, Jakarta Timur.
 
Saya memilih membahas tentang beberapa objek destinasi pariwisataan di kabupaten jember, Jawa Timur ini dan juga karena adanya keunikan yang bisa dikenal banyak oleh dunia luar Indonesia, salah satu keuinkannya yaitu suatu event yang disebut Fashion Carnaval Jember yang menampilkan busana-busana unik yang tidak lupa membawa identitas Indonesianya sendiri. 

Kabupaten Jember ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso di utara, Kabupaten Banyuwangi di timur, Samudera Hindia di selatan, dan Kabupaten Lumajang di barat. Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan. Kabupaten Jember terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Jember dahulu merupakan kota administratif, namun sejak tahun 2001 istilah kota administratif dihapus, sehingga Kota Administratif Jember kembali menjadi bagian dari Kabupaten Jember. Jember merupakan pusat regional di kawasan timur Tapal Kuda. Hari jadi Kabupaten Jember diperingati setiap tanggal 1 Januari.

Keindahan Wisata Budaya & Sejarah di Kabupaten Jember
(Peta wisata Jember, dok jembertourism.com)


1.      Situs Batu Kenong Kamal, Jember
(situs batu kenong kamal jember, dok wikipedia)
Situs Duplang yang berlokasi di Dusun Duplang, Desa Kamal, Kecamatan Arjasa merupakan situs utama di Kabupaten Jember. Situs ini merupakan hasil peninggalan jaman megalitikum berada di area seluas 12 Ha dengan lokasi ketinggian 270 – 290 meter dpl. Hasil menunjukkan terdapat 69 buah batu kenong, 6 buah dolmen, 2 buah batu menhir, 1 lumpang batu dan bekas kubur peti batu. Wilayah Kabupaten Jember memang masih banyak situs purbakala yang tersebar di beberapa titik seperti di Dusun Duplang Desa Kamal Arjasa yang memiliki situs peninggalan prasejarah dari masa zaman megalitikum. Desa Kamal, Kecamatan Arjasa Jember diyakini adalah sebuah desa purba yang sudah berdiri sejak lama. Ini menyebabkan akhirnya banyak di temukan peninggalan zaman purba di desa tersebut. Paling tidak ada tiga situs diantaranya Situs Klanceng, Situs Kendal, dan Situs Duplang yang saat ini dirawat oleh Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember.
(batu kenong, dok wikipedia)
Situs Duplang memiliki beberapa koleksi peninggalan masa megalitikum diantaranya kubur batu, batu kenong, dan mehir. Situs ini diperkirakan sudah ada sejak pada abad 4 Masehi ini, membuktikan bahwa di Desa Kamal sudah ada kehidupan manusia purba yang hidup berkelompok, menetap, dan bercocok tanam. Situs Duplang juga sering dikunjungi oleh peneliti dan pelajar untuk mempelajari sejarah, terutama masa-masa pra sejarah, yang juga di benarkan oleh Kepala Desa Kamal.



1.      Pantai Watu Ulo 
(pantai watu ulo, dok wikipedia)
Taman Wisata Pantai Watu Ulo yang berjarak + 40 km ke arah selatan Kota Jember, menampilkan panorama alam yang memadukan keindahan pantai dan gugusan karang ke tengah laut. Di kawasan ini terdapat gugusan batu bersisik yang menjorok ke laut mirip seekor ular, yang oleh masyarakat setempat disebut “watu ulo” atau batu ular. Hampir sepanjang tahun, daerah tujuan wisata yang terletak di Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu ini banyak dikunjungi wisatawan. Nama watu ulo atau batu ular ini mengacu pada rangkaian batu karang yang memanjang dari pesisir pantai ke laut. Di pantai ini juga terdapat aneka penjualan kerajinan dari laut seperti karang, bekas rumah keong dan lain - lain. Setiap tanggal 1 sampai 10 Syawal, setelah Lebaran, diadakan pekan raya dengan acara hiburan dan penjualan hasil kerajinan nelayan setempat. Upacara Petik Laut atau Larung Sesaji atau juga "Hari Raya Ketupat" diadakan setiap tanggal 7 Syawal. Dalam upacara ini masyarakat nelayan setempat melemparkan sesaji ke laut yang bertujuan untuk memberikan rasa terimakasih.
Konon, dipercaya bahwa wilayah pantai selatan tersebut dihuni oleh Nogo Rojo yang berwujud ular raksasa. Nogo Rojo yang menguasai wilayah pantai ini memakan semua hewan yang ada di dalamnya, hingga masyarakat tidak bisa mendapatkan makanan dari tempat tersebut. Lantas, tersebutlah dua orang pemuda bernama Raden Said dan Raden Mursodo yang bersaudara. Kedua pemuda tersebut adalah anak angkat dari Nini dan Aki Sambi, pasangan yang sudah berusia cukup tua. Raden Said dalam cerita ini dipercaya sama dengan Raden Said yang nantinya dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. Singkat cerita, legenda mengatakan bahwa kedua pemuda tersebut memancing di tempat Nogo Rojo tinggal. Karena semua hewan di sana telah dimakan oleh Sang Ular Raksasa, maka kedua pemuda tersebut tak berhasil mendapatkan ikan satu pun. Hingga akhirnya, kail Raden Mursodo berhasil mengait satu ikan yang disebut ikan mina. Ikan mina itu ternyata bisa berbicara. Dia meminta agar dilepaskan dan tidak dibunuh untuk dijadikan makanan. Sebagai gantinya, ikan mina tersebut akan memberikan sisik yang bisa berubah menjadi emas untuk Raden Mursodo. Raden Mursodo menyetujuinya dan melepas ikan mina itu kembali ke laut. Namun tak berapa lama kemudian, ternyata muncullah Nogo Rojo dan langsung memakan ikan mina yang sudah dilepaskan oleh Raden Mursodo. Geram, Raden Mursodo segera melawan Sang Ular Raksasa dan membelah tubuhnya menjadi tiga bagian. Inilah yang menjadi asal-muasal terbentuknya Watu Ulo di pantai Jember. Saking besarnya, tiga bagian ular raksasa itu terpencar. Bagian badannya berada di Pantai Watu Ulo Jember, bagian kepalanya berada di Grajakan Banyuwangi, dan bagian ekornya berada di Pacitan. Potongan tubuh Nogo Rojo itulah yang kemudian hingga saat ini dipercaya menetap di pantai Watu Ulo dan menjelma menjadi batu-batuan yang menjorok ke laut. Meski mitos ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah, namun ada fakta-fakta unik yang membuat masyarakat percaya dengan mitos tersebut. Salah satunya adalah bahwa panjang batu yang seperti ular tersebut diketahui sangat panjang dan besar. Panjang Watu Ulo dari pesisir yang menjorok ke laut yang berada di atas pasir dan di bawah air adalah sekitar 500 meter. Namun besar watu ulo yang berada di bawah pasir masih belum diketahui hingga kini. Bahkan diyakini bahwa panjang watu ulo dari pesisir ke daratan bisa menembus sampai ke hutan di sekitar kawasan Watu Ulo dan Teluk Papuma. Versi lain dari mitos Watu Ulo adalah bahwa batu panjang tersebut merupakan perwujudan naga yang sedang tertidur dan bersemedi. Naga tersebut diutus oleh Ajisaka untuk bersemedi, dan nantinya dipercaya bahwa naga itu akan terbangun dan menjadi manusia. Versi ini ada dalam buku Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia, karya Dr Sukatman M.Pd. Apapun versinya, mitos dan legenda yang beredar tentang fenomena unik alam seperti Watu Ulo tentunya sangat menarik untuk digali. Legenda semacam ini juga menjadi kekayaan tersendiri bagi kebudayaan dan folklore masyarakat Indonesia.

1.      Tari Lahbako
(tari lahbako, dok wikipedia)
Tari Lahbako ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang terkenal di Jawa Timur dan menjadi salah satu icon kota Jember. Tari Lahbako adalah tarian tradisional yang menggambarkan kehidupan para petani tembakau di Jember, Jawa Timur. Tarian ini dipentaskan oleh beberapa penari perepuan dengan gerakan yang menggambarkan kegiatan para petani di ladang atau kebun tembakau. Tari Lahbako ini diciptakan pada tahun 1980an yang diprakarsai oleh Bupati Jember pada saat itu. Tarian ini terinspirasi dari keseharian masyarakat Jember yang sebagian besar merupakan petani tembakau. Daerah Jember sendiri merupakan salah satu daerah penghasil tembakau terbaik dan terbesar di Indonesia. Selain itu Tari Lahbako ini juga merupakan bentuk penghargaan terhadap peran perempuan Jember terhadap industry tembakau di sana. Karena sebagian besar pengerjaan pada produksi tembakau dilakukan oleh perempuan. Sehingga terciptalah Dalam pertunjukan Tari Lahbako ini, biasanya dilakukan oleh 4 – 8 orang penari wanita yang menari dengan gerakan menggambarkan kegiatan mereka diladang. music pengiring dalam tarian ini biasanya adalah music patrol. Yaitu salah satu jenis music tradisional dari Jember terbuat dari bambu seperti kentongan yang memiliki ukuran yang berbeda dan dimainkan secara teratur sehingga menghasilkan suara yang indah dan enak untuk didengar. Kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tari Lahbako ini pada dasarnya merupakan busana tradisional dengan yang menggambarkan para petani tembakau disana. Pada bagian kepala penari menggunakan Sanggul Cemol, yaitu jenis sanggul yang memanjang keatas. Selain itu berbagai aksesoris seperti bendera kecil hiasan, anting – anting, dan hiasan lain berbentuk daun tembakau. Untuk baju yang digunakan, biasanya menggunakan baju kebaya. Kemudian pada bagian bawah menggunakan kain panjang atau sarong dan celemek atau tatakan yang biasanya digunakan para petani untuk mengukur daun yang akan dipetik. Selain kostum, penari terlihat cantik dan lugas dengan tata rias gaya Madura yang disesuaikan dengan kostum yang di gunakan.

2.      Musik Patrol
(musik patrol, dok jembertourism.com)
Kesenian musik asli kota Jember ini memang kesenian yang sifatnya “musiman” alias tidak bisa kita temui tiap hari karena kesenian ini hanya muncul saat bulan ramadhan saja. Musik patrol adalah seni bermain musik secara bersama-sama layaknya gamelan. Namun bedanya alat yang digunakan merupakan alat tradisional berupa tabung kayu atau yang biasa disebut kentongan yang biasa dibawa para petugas ronda pada malam hari. Namun seiring berjalannya waktu bentuk kentongan yang sederhana dikembangan menjadi kentongan dalam berbagai ukuran yang tentunya menghasilkan berbagai bunyi khas kentongan dengan tinggi nada yang berbeda-beda. Selain kentongan biasanya permainan musik patrol juga diiringi oleh seruling (ini yang membedakan musik patrol dengan musik tongtong khas madura yang alat tiupnya menggunakan saronen). Yang membuat musik patrol lebih khas lagi karena musik patrol ini sebenarnya adalah musik untuk membangunkan orang sahur, jadi musik patrol ini biasa ditemui di Jember pada saat bulan ramadhan dikala sahur, tapi diluar ramadhan-pun sebenarnya grup musik patrol ini juga berlatih agar budaya musik patrol tidak punah. Musik patrol sendiri biasanya memainkan lagu-lagu “banyuwangian” dan “maduraan” (ini karena sebagian besar warga jember berasal dan menggunakan 2 bahasa daerah ini), selain itu juga lagu-lagu islami tentunya karena ini musik penggugah sahur.

3.      Jember Fashion Carnaval
Selain mengangkat khasanah kekayaan budaya dan alam Indonesia, JFC membuktikan kreativitas anak bangsa, karena sebagian besar busana menggunakan bahan bekas dan daur ulang dari lingkungan sekitar. Karnaval ini digagas oleh Dynand Fariz yang juga pendiri JFC Center.
(JFC, dok jembertourism.com)
Sebanyak 400 an peserta berkarnaval, berfashion run way dan dance, di jalan utama kota Jember disaksikan oleh ratusan ribu penonton di kanan dan kiri jalan. Mereka terbagi dalam 8 defile yang masing-masing defile mencerminkan tren busana pada tahun yang bersangkutan. Defile pertama adalah defile Archipelago yang mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu secara berkala seperti Jawa, Bali, Sumatera, dan seterusnya. Defile lainnya mengangkat tema fashion yang sedang trend apakah dari suatu negara, kelompok tertentu, film, kejadian atau peristiwa global lainnya. Semua busana dibuat dalam bentuk kostum yang kesemuanya dikompetisikan untuk meraih penghargaan-penghargaan.
(JFC, dok jembertourism.com)
Arena yang digunakan untuk menggelar JFC adalah jalan utama Kota Jember sepanjang 3,6 kilometer. Berawal Dari Maraknya Group Reyog Ponorogo yang memadati jalan protokol di saat arak-arakan budaya HUT kota Jember yang menarik perhatian warga tiap Tahun. Sehingga terciptalah ide pemikiran sebuah parade dengan jalan kaki dengan menggenakan kostum yang menarik, meriah, warna cerah serta berumbai-rumbai.
Pada saat tahun 2001 menjadi awal dari Jember Festival Carnaval, dimana Ide konsepnyanya tidak jauh beda dengan Arak-arakan sebelumnya, maka dari itu bentuk kostum dari JFC selalu menyerupai Reyog dimana pada saat itu juga terdapat acara serupa, festival kostum di negara-negara Amerika. Bahkan hingga saat ini puluhan group Reyog di kota Jember masih berpartisipasi dan mendukung kegiatan JFC tiap tahun. 

Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jember diakses pada tanggal 29 desember 2015 pukul 09.35
http://jembertourism.com/ diakses pada tanggal 29 desember 2015 pukul 12.01
http://www.jemberjic.com/tourism/detail/29/situs-duplang.html diakses pada tanggal 29 desember 2015 pukul 13.00
(https://musikpatrolsidoarjo.wordpress.com/2014/12/02/asal-mula-musik-patrol-2/) diakses pada tanggal 29 desember 2015 pukul 15.55

Gianni Ridiaputeri
4423143922
UJP B 2014

 





No comments:

Post a Comment