DESTINASI WISATA BUDAYA BALI YANG
WAJIB DIKUNJUNGI SEBELUM KAMU MATI
Jika menurutmu pergi berlibur ke
pantai Bali sudah terlalu mainstream, inilah saatnya bagi kamu untuk
menjadikan wisata budaya sebagai alternatif liburan selanjutnya.
Pernah melihat desa yang hampir
seluruh penduduknya menggunakan bahasa isyarat? Atau menyaksikan langsung tengkorak
berserakan di bawah pohon? Hingga melihat muda-mudi saling berciuman namun
disaksikan oleh semua warga? Semua hal unik itu dapat kamu temukan jika kamu
mengunjungi objek wisata Budaya di Bali.
Penasaran objek apa saja yang
dimaksud? Langsung aja yuk, inilah list objek wisata budaya Bali yang
dijamin sukses memikat hatimu :
1. Desa Panglipuran
Desa Panglipuran yang Sangat Menawan via pegipegi.com/ |
Jika ingin merasakan nuansa Bali
yang kental, wajib bagimu untuk menginjakkan kaki di desa adat yang berada di
Kubu, Kabupaten Bangli ini. Sebelumnya, hanya wisatawan mancanegaralah yang
kerap mengunjungi desa ini. Namun sejak menjadi lokasi syuting salah satu FTV
di Indonesia, kunjungan ke desa ini makin meningkat, tak hanya wisatawan asing
yang datang tapi juga lokal.
Kendaraan tidak boleh masuk ke
desa ini, baik roda tiga maupun roda empat. Untuk itu, pastikan kamu memakirkan
kendaraanmu di areal parkir luas yang akan kamu temukan sebelum memasuki
gerbang Desa Adat Penglipuran.
Desa Adat Penglipuran terletak di
ketinggian 600-700 meter dari permukaan laut. Inilah yang membuat desa ini
terasa sejuk dan asri.
Ketika berkunjung ke desa ini,
seolah-olah kamu akan merasa berada di dimensi lain, dengan rumah-rumah seragam
yang cantik dan tertata rapi.
Yup, arsitektur rumah adalah masterpiece dari desa ini. Bukan hanya
mengusung arsitektur khas Bali, tetapi rumah-rumah di desa ini diatur seragam.
Kamu bisa dengan jelas melihat kemiripan tiap-tiap rumah mulai dari pintu
gerbang, atap, dinding yang menggunakan bambu hingga angkul-angkul.
Angkul-angkul adalah jenis pintu khas Bali yang hanya cukup untuk satu orang
dewasa. Tak cuma bentuk bangunan dari luar, pembagian ruangan di dalam rumah
pun sama persis.
Keramahtamahan penduduk yang tak
segan-segan mengajak wisatawan untuk mampir kerumahnya semakin menghidupkan
atmosfir desa ini, dan tentunya menutupi rasa lelahmu saat berkeliling. Kamu
juga bisa membeli beberapa souvenir di rumah penduduk, lho!
Loloh cemceman menantimu
via injeksionline.com/
|
Lelah berkeliling desa, asyiknya
minum yang segar-segar, kan? Sip, saatnya kamu mencicipi minuman tradisional
yang populer di desa ini yaitu loloh cemceman. Minuman ini terbuat dari
campuran daun cemceman, kayu manis, daun sirih, daun jarak pagar, daun dhadhap,
air kelapa, buah kelapa, dan gula aren. Warnanya hijaunya berasal dari daun
loloh cemceman. Rasanya kombinasi asam pedas namun menyegarkan. Bayangkan setelah
lelah berkeliling, loloh cemceman dingin masuk ke tenggorokamu. Wuih, segar
banget, kan? Dan pastinya akan membangkitkan staminamu kembali.
2. Desa Trunyan
Pintu Gerbang Kuburan Trunyan via http://travel.detik.com/ |
Kamu akan dibuat heran jika
berkunjung ke kuburan Desa Trunyan. Banyak tengkorak bertebaran, namun tak
sedikitpun bau bangkai tercium olehmu. Keunikan ini akan kamu jumpai di Desa
yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Untuk mencapai desa ini, kamu harus
naik perahu menuju Trunyan dengan menyeberangi Danau Batur.
Alih-alih dimakamkan, atau
dibakar layaknya upacara Ngaben ala Bali, jenazah di Desa Trunyan diletakkan
begitu saja di area kuburan, yaitu dibawah pohon Taru Menyan. Pohon inilah yang
konon menghasilkan bau semerbak dan mampu menghilangkan bau bangkai di udara.
Selanjutnya, jenazah ini akan ditutup ancak saji yang terbuat dari dedaunan.
Jumlah jenazah tidak boleh lebih
dari sebelas. Oleh karena itu tidak semua jenazah diletakkan di bawah pohon
Taru Menyan. Hanya yang meninggal secara wajar dan pernah menikah yang boleh
diletakkan di area ini. Bagi jenazah yang telah menjadi tengkorak, maka tulang
belulangnya akan dipisah dan diangkat, lalu dikumpulkan di dekat akar pohon,
agar tempatnya dapat dipergunakan untuk jenazah yang baru.
Sedangkan bagi jenazah yang
penyebab kematiannya tidak wajar, seperti kecelakaan dan bunuh diri akan
diletakkan di lokasi yang bernama “Sema Bantas”. Dan untuk bayi dan anak kecil
atau warga yang sudah dewasa namun belum menikah tempatnya di “Sema
Muda”.
Walaupun menyeramkan, desa ini
cukup dibanjiri wisatawan yang penasaran dengan keunikan yang dimiliki kuburan
Trunyan ini. Kamu juga sekaligus bisa bersantai dan menikmati cantiknya
pemandangan yang disajikan oleh danau Batur.
3. Desa Tenganan
Desa Tenganan via http://travel.kompas.com/ |
Desa ini terletak di Kecamatan
Manggis, Kabupaten Karangasem. Untuk mencapai desa ini kamu harus melalui jarak
sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar, Bali.
Keunikan desa ini teretak pada
aturan masyarakat setempat dalam melindungi dan melestarikan hutan adat. Mereka
menerapkan hukum atau aturan adat/awig-awig mengenai pengelolaan hutan
termasuk pelarangan menebang pohon.
Selain itu, desa ini masih tetap tradisional
ditengah guyuran arus globalisasi yang kian deras. Walaupun sarana dan
prasarana seperti listrik dan lain-lain masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi
arsitektur rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya.
Tidak ada patokan harga jika mau
masuk ke desa ini, sukarela saja. Sistem perekonomian antar penduduknya juga
masih menggunakan sistem barter. Untuk sedikit membantu perekonomian masyarakat
disini, kamu bisa membeli hasil kerajinan tangan mereka yang hanya ditemukan di
desa ini yaitu kain gringsing. Kain gringsing cukup istimewa. Dikenal sebagai
kain penolak bala. Waktu pengerjaannya pun memerlukan waktu cukup lama yaitu
dua hingga lima tahun. Hal ini dikarenakan karena warna–warna yang terdapat di
kain gringsing berasal dari tumbuh-tumbuhan dan memerlukan teknik-teknik
khusus.
Berinteraksilah dengan warga
lokal disini, kamu akan mendapatkan pelajaran-pelajaran luar biasa mengenai
kearifan lokal yang masih terkandung di desa ini.
Kain Gringsing khas Desa Tenganan via http://www.balitoursclub.com/ |
4. Desa Bengkala
Desa Bengkala via https://cintailahindonesia.wordpress.com/ |
Desa Bengkala terletak di
Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali. Desa ini terkenal dengan puluhan
warganya yang menderita tuna rungu, yang biasa mereka sebut sebagai kolok.
Diperkirakan di Desa Bengkala ini
jumlah orang Kolok mencapai 40 jiwa dari 2275 jiwa di desa tersebut.
Masyarakat desa sendiri umumnya
berprofesi sebagai petani, kuli bangunan dan penari. Mereka tidak mengenyam
pendidikan formal dari kecil hingga dewasa.
Dalam komunikasi sehari-hari, orang
Kolok menggunakan bahasa isyarat, dan
menurut keterangan Kepala Desa Bengkala, I Made Astika, seluruh warga Bengkala
menguasai bahasa isyarat, terlepas apakah mereka bisu tuli atau tidak, uniknya,
mereka yang bukan Orang Kolok, meskipun fasih berbicara, lebih suka menggunakan
bahasa isyarat.
Bahasa isyarat Orang Kolok cenderung sederhana dan dapat
dipelajari dalam waktu yang relatif singkat, dibanding bahasa isyarat standar
Internasional yang diperuntukkan untuk tuna rungu. Sebagai contoh, bahasa
isyarat Orang Kolok untuk makan yaitu dengan mengarahkan jari tangannya
ke arah perut dan memegang perutnya jika lapar.
5. Desa Budaya Kertalangu
Desa Budaya Kertalangu adalah
salah satunya yang terletak di Jalan By Pass, Ngurah Rai No. 88, Kesiman,
Denpasar. Sejuk, tenang dan hijau merupakan penggambaran yang tepat bagi desa
ini. Persawahan Desa Budaya Kertalangu ini bisa di jadikan salah satu agenda liburan
buat keluarga atau rekan sejawatmu.
Berdiri di lahan seluas 80 hektar
dan dikelilingi sawah-sawah dan kebun yang subur hijau alami. Desa ini memiliki
pesona alam yang tersembunyi dimana didalamya terdapat Tugu Perdamaian Dunia, negara-negara
independen yang mendukung perdamaian serta simbol-simbol agama dari 9 dunia.
Aktivitas yang bisa dilakukan di
sini yaitu menunggang kuda, membuat sabun, menanam padi, tangkap bebek, melukis
layang layang, mewarnai patung, mengayam, membuat canang, menari dan melukis
diatas kanvas. Kamu bisa belajar menari dan menabuh gamelan Bali tiap minggu
pagi tanpa harus membayar.
Desa Budaya Kertalangu dibuat
atas dasar pemikiran bapak Suardhana Linggih pada tahun 2005, beliau adalah penduduk
lokal yang ingin turut berpartisipasi memajukan industri pariwisata di Bali
dengan mengusung konsep desa budaya yang didedikasikan untuk wadah sadar
perdamaian, kebudayaan dan hidup berwawasan lingkungan bagi siapapun.
6. Menonton Omed-Omedan di Desa Sesetan
Tradisi omed-omedan di desa Sesetan via http://calvindamasemil.blogspot.co.id/
|
Liburan saat Hari Raya Nyepi
memang sedikit membosankan. Jalanan sepi dan tempat wisata tutup semua. Tapi
jangan khawatir, esoknya kamu bisa menonton tradisi unik yang digelar setiap
tahun baru Saka. Tradisi unik ini hanya dapat kamu temui di Banjar Kaja Sesetan,
Desa Sesetan, Denpasar. Tradisi ini bernama omed-omedan, yaitu ritual saling
peluk dan tarik-menarik secara bergantian antara dua kelompok muda-mudi. Muda-mudi
ini akan diarak secara terpisah, sesuai jenis kelamin untuk kemudian saling
tarik. Ada kalanya ketika pasangan tersebut akan saling bertemu dan berpelukan
erat, saling beradu pipi, kening, dan bahkan bibir. Konon, tradisi ini sudah
digelar sejak abad ke-17. Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi ini harus
terus diadakan secara rutin sebagai upaya menghindari desa Sesetan dari
malapetaka.
Di masa lalu, masyarakat Sesetan
hanya memandang tradisi omed-omedan sebagai bagian dari wujud masima
krama atau dharma shanti (menjalin silaturahmi) antar sesama warga. Sedangkan saat ini, tradisi
tersebut memiliki nilai filosofis sebagai Omed-omedan memiliki tujuan untuk menjalin
keakraban muda-mudi sembari membuat mereka punya kesempatan saling meminta maaf
sebelum menyambut tahun Saka.
Walaupun terkadang tradisi ini
menuai banyak kontroversi, namun tradisi ini ternyata menjadi daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan untuk memuaskan rasa penasarannya. Menyadari hal
ini, masyarakat setempat kemudian mengemas tradisi omed-omedan sebagai sebuah
festival warisan budaya tahunan dengan tajuk Omed-omedan
Cultural Heritage Festival yang juga dimeriahkan dengan bazar dan panggung pertunjukan. Hal ini
tentu akan berimbas positif terhadap kenaikan wisatawan baik lokal maupun
mancanegara.
*****
Bagaimana, unik-unik, kan? Semua
itu akan membuka matamu mengenai hal-hal yang jarang kamu temui. Jadi, tidak
hanya sekedar rekreasi, wawasan dan pengalaman terbaik pun akan kamu dapat. Dan
yang terpenting bagaimana kamu mampu mereguk makna dari setiap perjalananmu.
Terbukti kan, bukan cuma punya
potensi wisata yang memesona, tapi masyarakatnya benar-benar mengerti cara
terbaik untuk mengemasnya. Selain itu Bali juga berhasil ngebuktiin’ kalo arus
modernisasi tidak harus berjalan bertentangan dengan tradisi. Gak heran deh
jika ribuan wisatawan selalu berdatangan setiap tahunnya. Dua jempol untuk Bali
:D
*****
Untuk membantu memperlancar
perjalananmu, aku lampirkan peta objek wisata budaya yang sudah kuulas diatas,
ya. Cekidot!
Sheila Nurul Astari - 4423143964
Pariwisata UNJ (A)
Twitter : @sheilasta
Pariwisata UNJ (A)
Twitter : @sheilasta
SUMBER :
http://www.pegipegi.com/travel/desa-adat-penglipuran/, diakses pada 29 Desember 2015
pukul 15.02
http://direktori-wisata.com/wisata-di-pemakaman-unik-desa-trunyan-bali/, diakses pada 29 Desember 2015
pukul 15.25
http://travel.detik.com/read/2014/03/13/130825/2524566/1519/kuburan-wangi-hanya-ada-di-desa-trunyan-bali, diakses pada 29 Desember 2015
pukul 15.26
http://travel.kompas.com/read/2014/01/20/1712571/Melihat.Bali.Sesungguhnya.di.Desa.Tenganan, diakses pada 29 Desember 2015
pukul 15.32
https://cintailahindonesia.wordpress.com/2010/07/20/desa-bengkala-di-bali-kampung-bisu-tuli-yang-potensial/, diakses pada 29 Desember 2015
pukul 16.08
http://travel.kompas.com/read/2012/04/01/18240429/3.Desa.Adat.di.Bali, diakses pada 29 Desember 2015
pukul 16.10
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/omed-omedan-ritual-unik-pengikat-keakraban-masyarakat-sesetan, diakses pada 29 Desember 2015
pukul 16.20
Thanks infonya.
ReplyDeleteMengambil judul yang cukup ekstrem menurut saya. Tulisan ini sebagai bahan rekomendasi pembaca untuk pergi ke bali dengan ciri khas masing-masing desa di Bali. Cukup menarik pembaca
ReplyDeleteBaguss. Menarik! Bisa sebagai referensi untuk pergi ke bali nih ;)
ReplyDeleteBaguss. Menarik! Bisa sebagai referensi untuk pergi ke bali nih ;)
ReplyDeleteInformasi yang sangat menarik.
ReplyDeleteNice piece of writing, Sheila. Dari 6 bahasan diatas, baru Trunyan yang saya cukup kenal. Sisanya baru saya dengar dari artikel ini, hehe.
ReplyDeleteSalam dari sesama mahasiswa pariwisata!
Selain pantainya yang tersohor, keenam destinasi diatas bisa jadi alternatif kalo udah bosen main "air" di Bali. Wisata berbasis budaya memang sangat menarik!
ReplyDeleteTerimakasih infonya:D
wii jadi ingin kesana, makasih infonya
ReplyDeleteNice artikel !
ReplyDeleteWow informasi yg menarik
ReplyDeleteMenarik artikelnya!
ReplyDeleteBagus nih , bisa jadi referensi buat jalan-jalan bareng keluarga , makasih infonyaa
ReplyDeleteNICEE BANGET ARTIKELNYA!, seru nih buat liburan hehe
ReplyDeleteNICEE BANGET ARTIKELNYA!, seru nih buat liburan hehe
ReplyDeleteInfonya menarik dan bagus, great. Thanks yaa
ReplyDeleteInfonya menarik dan bagus, great. Thanks yaa
ReplyDeletemesti dikunjungin nih, nice info
ReplyDeleteawesome article👌👌
ReplyDeleteWah ternyata masih banyak yang saya tidak ketahui tentang Bali. Terima kasih sudah menambah ilmu!
ReplyDeleteWah bermanfaat sekali infonya buat yang ingin wisata sekaligus melihat kebudayaan masyarakat bali yang belum kita tahu. Good job!
ReplyDeleteArtikelnya menarik untuk dibaca dan informasinya juga bermanfaat. Goodluck!:)
ReplyDeleteArtikelnya menarik untuk dibaca dan informasinya juga bermanfaat. Goodluck!:)
ReplyDeleteThanks infonya!
ReplyDeleteSangat-sangat membantu untuk orang indonesia dan sangat baikk untuk memcoba mempertahankan nya
ReplyDeleteNtap bosqu
ReplyDeletewah infonya menarik. jadi pengen coba kesana
ReplyDelete