Budaya Kota Pandeglang
Kota Pandeglang merupakan sebuah kabupaten
provinsi Banten. Nama "Pandeglang" yang sekarang
digunakan ini baik sebagai Ibu Kota Kabupaten maupun sebagai nama Kabupaten hal
ini ada beberapa pendapat antara lain :
- Pandeglang yang berasal dari kata “Pandai Gelang” yang artinya orang tukang atau tempat menempa gelang. Pendapat ini terutama dikaitkan dengan legenda "Si Amuk" yang konon kabarnya pada Zaman Kesultanan Banten, di Desa Kadupandak ada seorang tukang Pandai (tukang besi) yang termasyur pandai.
Meriam Ki
Amuk (samping)
- Sultan Banten yang memerintah pada waktu itu menyuruh tukang pandai besa di desa tersebut untuk membuat gelang meriam yang bernama si AMUK, karena di daerah lain tukang pandai besi tidak ada yang sanggup untuk membuatnya. Oleh karena pandai besi tersebut berhasil membuatnya maka daerah Kadupandak dan sekitarnya disebut orang Pandeglang yang selanjutnya berkembang menjadi salah satu distrik di Kabupaten Serang;
Meriam Ki
Amuk (depan)
- Pandeglang berasal dari kata “Paneglaan” yang artinya tempat melihat ke daerah lain dengan jelas. Hal ini seperti dikemukakan dalam salah satu Buku “Pandeglang itu asal dari kata Paneglaan, tempat melihat ke mana-mana”. Sedikit kita nanjak ke pasir, maka terdapat sebuah kampung namanya “Sanghiyang Herang” patilasan orang dahulu, awas (negla) melihat kemana-mana yaitu “Pandeglang sekarang”.
- Pandeglang berasal dari kata “Pani-Gelang” yang artinya “tepung gelang”. Pada Tahun 1527 Banten jatuh seluruhnya ke tangan Syarif Hidayatullah yang kemudian diperkuat untuk kepentingan perdagangan.
(Source
Wikipedia.com/pandeglang)
Tidak hanya
sejarah yang kota padeglang miliki tetapi Kota pandeglang juga memiliki
beberapa kebudayaan yang menarik yaitu:
Rampak Bedug
Rampak bedug adalah sebuah tradisi warisan masa lalu yang
muncul di Banten, tepatnya di Pandeglang. Sebuah kota yang memiliki banyak
sejarah dan tempat awal lahirnya kerajaan Sunda pertama. Rampak bedug sendiri
berasal dari kata rampak atau kompak. Kompak atau sama pukulannya dan juga
gerakannya.
Source
Gambar http://disbudpar.pandeglangkab.go.id/
Konon dahulu kala sebelum munculnya bedug, sarana untuk
menandakan datangnya waktu ibadah umat Islam adalah kentongan, hanya saja bunyi
kentongan sering menghasilkan banyak pengertian panggilan. Karena ketika ada
malingpun kentongan juga dibunyikan. Maka untuk membedakannya dibuatlah bedug
sebagai pasangannya. Lambat laun perpaduan bunyi antara kentongan dan bedug
yang harmonis inilah kemudian melahirkan sebuah kebiasaan baru di masyarakat
pandeglang untuk menjadikannya sebuah pertunjukan seni pukul bedug. (Kompasiana/tubagusencep)
Jadi
kesenian ini biasanya diadakan ketika menyambut bula suci ramadhan,tetapi
kesenian ini dapat juga dijadikan sebagai aktraksi rekreasi ataupun
hiburan.sebenarnya maksud dan fungsi bedug ini sebagai pertanda bahwa ketika
bunyi bedug digemakan maka kita harus menjalakan perintah yang Allah berikan
yaitu menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Demikian juga dengan seni bedug
semacam ngabedug. Kata "rampak" mengandung arti "serempak"
juga banyak. Jadi "rampak bedug" adalah seni bedug dengan menggunakan
waditra berupa "banyak" bedug dan ditabuh secara "serempak"
sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar.Ketika menghasilkan suara
yag enak di dengar diharapkan masyarakat dapat melakukan ibadah sholat dimasjid
atas panggilan suara tersebut.Begitulah makna dan manfaat tetang rampak bedug.
Pemain
rampak Bedug dan Fungsinya
Di masa
lalu pemain rampak bedug terdiri dari semuanya laki-laki. Tapi sekarang sama
halnya dengan banyak seni lainnya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mungkin
demikian karena seni rampak bedug mempertunjukkan tarian-tarian yang terlihat
indah jika ditampilkan oleh perempuan (selain tentunya laki-laki). Jumlah
pemain sekitar 10 orang, laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang. Adapun fungsi
masing-masing pemain sebagai berikut:
Pemain laki-laki sebagai penabuh
bedug dan sekaligus kendang
Pemain perempuan sebagai penabuh
bedug
Baik pemain laki-laki maupun
perempuan sekaligus juga sebagai penari.
Waditra Rampak Bedug dan Fungsinya
Waditra rampak bedug terdiri dari :
Bedug
besar, berfungsi sebagai Bass yang memberikan rasa puas ketika mengakhiri suatu
bait sya'ir dari lagu.
Ting tir, terbuat dari batang pohon
kelapa, berfungsi sebagai penyelaras irama
lagu bernuansa spiritualis (takbiran,
shalawatan, marhabaan, dan lain-lain).
Anting Caram dan Anting Karam
terbuat dari pohon jambe dan dililiti kulit
kendang berfungsi sebagai pengiring
lagu dan tari.
DEBUS
Banyak
orang yang sudah mengenal dengan atraksi debus,yaitu seni pertunjukan yang
dilakukan melampaui batas kewajaran manusia.Debus juga banyak menyebar
diberbagai daerah termasuk didaerah padeglang.Disini biasanya dilakukan oleh
orang yang pintar silat dan memiliki ilmu untuk melindugi dirinya dari senjata
tajam dan lain lain.Biasanya ilmu tersebut berkaitan dengan bantuan makhluk
ghaib.Biasanya debus menggunakan hal hal yang tidak lazim dan tidak dapat
dilakukan oleh manusia biasa,seperti memakan pecahan kaca yang membuat para
penonton bertanya Tanya bagaimana dia dapat melakukan itu semua.Jika kita yang
tidak mempunyai ilmu akan terheran karena tidak mungkin manusia tidak dapat
terluka jika terkena senjata tajam.
Source: http://disbudpar.pandeglangkab.go.id/
Pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar abad ke-17 (1651-1652), Debus
difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan
penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian dari
ragam seni budaya masyarakat Banten sehingga kesenian ini banyak digemari oleh
masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik.
Mungkin
hanya itu kebudayaan dan kesenian yang bisa saya sampaikan tentang kota
pandeglang mungkin masih banyak lagi keragaman budaya kota pandeglang yang
belum kalian ketahui.
Sumber
www.Wikipedia/pandeglang.com
No comments:
Post a Comment