Pariwisata Sejarah dan Budaya Indonesia
(Pariwisata Budaya di Daerah Banten)
Pengantar
Assalamualaikum
warrahmatullahi wabarakatuh,terimakasih kepada Yang Maha Kuasa karena dengan
Kuasanya saya dapat menulis sebuah makalah ini untuk memperdalam Sejarah dan
Kebudayaan Provinsi Banten.Dalam menulis sebuah makalah ini penulis masih
kurang akan pemahaman dan masih perlu bantuan dan dorongan dari para pembaca
sehingga kendala kendala penulis dapat teratasi.Karena dengan dorongan akan
membangunkan suasana yang baik pula.Sebelum lebih lanjut kepembahasan ada
baiknya kita mengetahui latar belakang wilayah atau daerah yang penulis buat.
Pariwisata di
Indonesia sangatlah unik karena Indonesia memiliki sejuta keanekaragaman suku
dan Budaya.Indonesia adalah negara terbesar ke 4 didunia.Oleh karena itu negara
indonesia ini sangatlah luas sekali.Budaya-Budaya peninggalan nenek luhur yang
terus terjaga keasliannya.Budaya peninggalan nenek luhur di Indonesia sangat
banyak dan tersebar keseluruh pelosok negeri.Salah satunya adalah kebudayaan di
daerah banten.Banten adalah sebuah provinsi di Tatar Pasundan, serta wilayah
paling barat di pulau jawa Indonesia.Pusat pemerintahanya berada di kota
serang.
Banten juga
memiliki keanekaragaman budaya yang masih terus dijaga dan dipelihara
kelestariannya.Masyarakat diwilayah banten lebih banyak menggunakan bahasa
sunda kasar berbeda dengan diwilayah bandung dan sekitarnya disana masih
menggunakan bahasa sunda halus. Banten adalah salah satu Pusat Sejarah Islam
yang terkenal pada masanya. Sebut saja Kesultanan Banten yang kala itu berhasil
menguasai salah satu pelabuhan sibuk yaitu pelabuhan Banten dari tangan
Kerajaan Sunda di abad 16. Sejak saat itu pula, para Sultan Banten mempunyai misi
khusus yaitu mengembangkan Islam di ujung barat pulau Jawa hingga ujung selatan
pulau Sumatera.Dari hasil pusat perkembangan kesultanan Banten tersebut, kini
banyak ditemui peninggalan-peninggalan sejarah salah satu yang terkenal
diantaranya adalah Masjid Agung Banten, yang hingga kini menjadi pusat ziarah
bagi umat Islam di Jawa.
Penduduk
asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan
turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa
kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat
halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa
Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian timur Provinsi Jawa Barat).
Namun, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglang menggunakan
bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda Modern, dan bahasa Indonesia, di
Serang, dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di
bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga
digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa,
dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari
bagian lain Indonesia.
Pembahasan
Sejarah Banten
Banten atau
dahulu dikenal dengan nama Bantam pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan
kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka, dan
makmur. Banten pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.
Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti
Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci
Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan
tahun 1947, dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian Raja
Purnawarman. Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa
sejarawan ini akibat serangan Kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat
Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh
Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada
tahun 1513, Bantam menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda.
Menurut sumber Portugis tersebut, Bantam adalah salah satu pelabuhan kerajaan
itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.
Diawali dengan
penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang
dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan
Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf,
penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibu kota atau
pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan
di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan
dirampasnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja
dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana
Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena
tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan
dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja
baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf mengklaim sebagai
penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya
adalah puteri Sri Baduga Maharaja sementara di sisi lain para Kandaga Lante
dari Kerajaan Pajajaran secara resmi menyerahkan seluruh atribut dan perangkat
kerajaan beserta abdi kepada Kerajaan Sumedang Larang untuk meneruskan
kelanjutan Kerajaan Sunda atau Pajajaran yang merupakan trah Siliwangi.
Dengan
dihancurkannya Pajajaran maka Banten mewarisi wilayah Lampung dari Kerajaan
Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude
Guillot pada halaman 19 sebagai berikut: "From the beginning it was
abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom
of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel
to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and
from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region."[2]
Ketika sudah
menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros,
Bantam merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan
Makassar. Kota Bantam terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang
lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu
panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah
kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat
berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang
tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar
masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya
terbuat dari bata, dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan
pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai
dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan
untuk kepentingan kegiatan ketentaraan, dan kesenian rakyat, dan sebagai pasar
di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya
terdapat bangunan datar yang ditinggikan, dan beratap, disebut Srimanganti,
yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah
barat alun-alun didirikan sebuah masjid agung.
Pada awal abad
ke-17 Masehi, Bantam merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur
perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan, dan
kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat. Daerah
kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung.
Ketika orang Belanda tiba di Bantam untuk pertama kalinya, orang Portugis telah
lama masuk ke Bantam. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Bantam, dan
disusul oleh orang Belanda.
Selain itu,
orang-orang Perancis, dan Denmark pun pernah datang di Bantam. Dalam persaingan
antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis
melarikan diri dari Bantam (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh
armada Belanda di perairan Bantam. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia
(1619) dan Bantam (1684) akibat tindakan orang Belanda.
Pada 1 Januari
1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem
desentralisasi, dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk
pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang
dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan
tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926
No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi
salah satu keresidenan yaitu Bantam Regentschappen dalam Provincie West Java di
samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger (Priangan), dan Cirebon
Budaya-Budaya di Banten
Sebagian besar
anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi,
tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai.Potensi, dan
kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain seni bela diri Pencak silat,
Debus,. Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain
Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan
lainnya.
Di Provinsi
Banten terdapat Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten
yang masih menjaga tradisi antimodernisasi, baik cara berpakaian maupun pola
hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan
Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,
Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah
aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah
tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara, dan dijaga baik-baik,
tidak boleh dirusak.
Source gambar nasional.rimanews.com
Bahasa yang
mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi
dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun
mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam
tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan
cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
Orang Kanekes
tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan
adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun
fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak
era Suharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup
mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes
masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas orang Kanekes
tidak dapat membaca atau menulis.
Suku ini masih
memegang teguh akan peninggalan yang nenek moyang berikan,suku tersebut bahkan
menolak bantuan teknologi dari pemerintah karena takut akan warisan nenek
moyang mereka menjadi luntur.Oleh karena itu suku baduy masih memegang teguh
warisan yang nenek moyang mereka berikan. Mata pencarian masyarakat Baduy yang
paling utama adalah bercocok tanam padi huma dan berkebun serta membuat kerajinan
koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil
telah mengenal berdagang.Sebagian jika ada masa panen mereka membawa buah hasil
panen ke daerah ciboleger untuk dijual.mereka sangat aktif dalam kegiatan
bekerja.oleh karena itu kebudayaan mereka sangatlah kuat.
Debus
Mungkin
sebagian orang jika mendengar kata debus pasti sudah beranggapan bahwa kesenian
ini merupakan kesenian yang berhubungan makhluk halus.ada benarnya dan ada juga
tidak benarnya.Kesenian ini memang berasal dari daerah banten.Kesenian ini
kebanyakan menggunakan unsur magis didalamnya,bayangkan saja tubuh kita dapat
kebal jika terkena bacokan oleh golok. Bentuk Atraksi Debus Permainan debus
merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan
seni kebatinan yang bernuansa mistis. Kesenian debus biasanya dipertunjukkan
sebagai pelengkap upacara adat, atau untuk hiburan masyarakat.
Source gambar Siloka.com
Pertunjukan
ini dimulai dengan pembukaan, yaitu pembacaan sholawat dan dzikir yang diiringi
musik dari alat musik tabuh lalu
dilanjutkan dengan beluk, yaitu lantunan nyanyian dzikir dengan suara
keras, melengking, bersahut-sahutan dengan iringan tetabuhan. Uniknya,
bersamaan dengan beluk atraksi kekebalan
tubuh didemonstrasikan sesuai dengan keinginan pemainnya, seperti menusuk perut
dengan gada (semacam senjata); makan api; memasukkan jarum ke dalam lidah,
kulit pipi dan anggota tubuh lainnya sampai tembus; menyiram tubuh dengan air
keras sampai pakaian yang dikenakan hancur; dan masih banyak lagi. Hebatnya,
semua ini dilakukan tanpa menyebabkan luka sedikitpun pada tubuh pemain yang
melakukan atraksi debus ini.
Dahulu kala
kesenian debus ini digunakan untuk mengusir kaum kaum penjajah para ulama di daerah
banten menggunakan ilmu ini hanya untuk berjaga jaga jika ada musuh yang
mengganggu daerah mereka.Para ulama tidak mau daerah mereka dijajah oleh bangsa
asing.
Patingtung
Patingtung
secara pasti belum diketahui berasal dan kata atau istilah apa, namun yang
dipahami oleh masyarakat, kata Patingtung dapat diuraikan menjadi tiga buah
suku kata, yaitu : p ting rung yang berasal dan Pk suara gendang kulanter atau
iIpk (Kendang kecil yang diberdirikan), ThIg suara gendang jpjjjg (Kendang
Kecil yang dibaringkan) dan Twig adalah suara kendang atau bedug yang besar
(Nenok, 2000:15).
Seni
Patingtung gerak dasarnya didominasi oleh gerakan pencak silat, mulai dan
gerakan pembukaan sampal penutupan. Oleh karena itu Seni Patingtung identik
dengan pencak silat. Seni Patingtung biasanya disajikan baik secara tunggal,
duet, maupun kelompok yang kadang-kadang diselingi dengan seni tari yang
atraktif seperti tari piring atau debus. Jurus silat yang dijadikan dasar sama
seperti jurus-jurus silat pada umumnya.
Source gambar udenguv.wordpress.com
Lahirnya Seni
Patingtung tidak diketahui secara jelas, namun pada umumnya kelompok Seni
Patingtung berkembang pada masyarakat Banten yang berbahasa Jawa. Menurut data
dan informasi yang ada, sementara dapat disimpulkan bahwa munculnya Seni
Patingtung bersamaan dengan masa berkembangnya zaman Kesultanan Banten sekitar
tahun 1552 (Team Study Pengembangan Kesenian Tradisional Serang, 1992:68).
Anggapan seperti itu muncul karena pada zaman Kesultanan Banten semua aspek
kehdiupan masyarakatnya berkembang termasuk seni tradisional rakyat. Kemudian
munculnya seni tradisional Banten tidak bisa dilepaskan den syiar Agama Islam
yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh agama.
Menurut cerita
dan mulut ke mulut, Seni Patingtung muncul pada mulanya sebagai alat para ulama
untuk mengumpulkan masyarakat, misalnyajika sudah waktunya shalat selalu
ditabuh bedug atau gongyang bunyinya gong-gong, tung-tung, dan tong-tong.
Dewasa ini Seni Patingtung telah berkembang sebagai seni pertunjukan yang berfungsi
sebagai hiburan. Masyarakat sering menganggap pertunjukan Seni Patingtung
sebagai ungicapan rasa syukur atas peristiwa penting, seperti khitanan,
kawinan, dan sebagainya. Oleh karena itu Seni Patingtung itu dipertunjukkan
setelah upacara-upacara penting itu selesai dilaksanakan dengan lancar dan
selamat.
C. Pertunjukan
Seni Patingtung
Urut-urutan
pertunjukan Seni Patingtung dapat dikelompokan ke dalam tiga tahap, yaltu tahap
sebelum pertunjukan, tahap pertunjukan dan tahap setelah pertunjukan.
a. Tahap
sebelum pertunjukkan
Tahap sebelum
pertunjukan adalah proses untuk mempersiapkan sarana, misalnya mempersiapkan
tempat pertunjukkan dalam bentuk panggung. Ukuran panggung tempat pertunjukkan
bervariasi, ada yang luas, ada yang disesuaikan dengan kondisi tempat dan
kemampuan (ada yang dengan ulcuran panggung 6m lebar 4m dan tinggi panggung
antara lm-2,5m). Panggung yang sudah dibuat kemudian dihias dengan berbagai
bentuk janur dan buah-buahan seperti pisang dan spanduk. Selain itu juga
disiapkan gamelan, lampu penerang, pengeras suara termasuk sesajen dalam
bentuk:
1) Air teh
manis
2) Air teh pahit
3) Kopi pahit
4) Kopi manis
5) Kueh tujuh
rupa
6) Telor ayam
mentah, dan
7) Menyan
b. Tahap
pertunjukan
Tahap
pertunjukkan adalah tahap pelakonan seni Patingtung dalam bentuk tari
karawitan, dan ketangkasan dalam memainkan alat sebelum pertunjukkan dimulai
diawali dengan doa shalawat.Pertunjungkan Patingtung biasanya dibuka dengan
pertunjukkan tari tunggal yang diiringi dengan musik gembrung (musik trompet)
dengan senggakan-senggakan dan lagu-lagu instrumental terompet seperti: Adem
Ayem, Numpak Sado, Uti-Uti Un.
Pertunjukkan
dilanjutkan dengan tarian sambutan yang dimainkan oleh dua orang penari dengan
gerakan-gerakan berkelahi dengan tangan kosong. Biasanya ada selingan acara
dalam bentuk bobodoran dengan model dialog dan tari ketangkasan membawa piring.
Tarian
berikutnya adalah tarian rampak yang dimainkan oleh tiga orang penari laki-laki
yang diiringi gamelan pencak silat. Babak berikutnya adalah mengajukan Tari
Pasangan pakai alat yaitu Trisula dan Tongkat atau Toya yang terbuat dan bambu.
Tari pasangan ini mempertunjukkan perkelahian dengan tehnik menyerang dan
tehnik menangkis.
Pertunjukkan
diakhiri dengan tari tunggal mempergunakan golok dengan atraksi kekebalan tubuh
oleh sayatan dan bacokan golok sendiri. Biasanya ditambah dengan acara debus
dengan menampilkan ketangkasan mengupas kelapa dengan gigi, menggesek-gesek
golok ke leher dan anggota tubuh lainnya, berguling-guling di atas dun paku,
memakan bohiam, bara api, menggoreng kerupuk diatas kepala dan mengeluarkan
kelelawar dan mulut.
c. Tahap
setelab pertunjukan
Tahap setelah
pertunjukkan adalah tahap untuk membereskan semua perlengkapan yang digunakan
baik yang melekat pada tubuh setiap pemain melepas peralatan-peralatan yang ada
di panggung pertunjukkan.
D. Pemain dan
Waditra Seni Patingtung
Pemain seni
patingtung terdiri dan penari dan pengrawit. Penari dapat juga disebut sebagai
pesilat, karena pada dasarnya pemain patingtung adalah anggota perkumpulan
persilatan tertentu. Untuk menjadi penari dibutuhkan persyaratan tertentu,
seperti:
a) Mengucapkan
bismillah 5 x dan shalawan 5 x
b) Menjauhkan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama seperti: mencuri, berzina,
berjudi, mabuk.
c) Harus
beragama Islam dengan mengucapkan Syahadat
Jumlah penari
antara 10 15 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut:
Untuk
membawakan tarian tunggal
Untuk
membawakan tarian sambutan
Untuk
membawakan tarian pasangan dengan menggunakan alat golok, trisula dan tongkat
atau toya.
Untuk
membawakan tarian rampak
Untuk
membawakan tarian tunggal dengan menggunakan alat golok.
Untuk
membawakan tarian piring.
Sedangkan
pengrawit adalah pemain yang memainkan seperangakat waditra yang terdiri dan 8
orang waditra. Waditra yang digunakan dalam seni patingtung adalah:
a) Kendang
besar
b) Kendang
kecil
c) Terompet
d) Gong dengan
3 macam ukuran
e) Ketuk
f) Kecrek
Selain
waditra, juga terdapat peralatan tambahan untuk kelengkapan permainan, yaitu
trisula, tongkat atau toya dan golok.
E. Busana Yang
Digunakan Dalam Seni Patingtung
Busana yang
digunakan dalam seni patingtung merupakan busana adat yang didominsai oleh
warna hitam, yang terdiri dan baju, celana, lomar/ikat kepala dan ikat
pinggang.
Baju : Baju
potongan kampret, yaitu baju potongan tanpa kerah, berkantung dua dibagain
bawah kin dan kanan serta bertangan panjang.
Celana :
Celana potongan pangsi, yaitu celana dibuat tanpa kantong dan tanpa ikat
pinggang.
Lomar /
Terbuat dan kain batik loreng, berbentuk IkatKepala segi tiga atau segi empat
yang dilipat menjadi segi tiga.
Ikat
pinggang : Terbuat dan kain warna merah, berbentuk persegi panjang.
Dogdog Lojor
Dogdog Lojor
merupakan untaian dua kata, yaitu dogdog dan lojor. Dogdog merupakan alat musik
tabuh yang terbuat dari batang kayu yang berongga dengan bulatan berdiameter 15
cm dan ujungnya mengecil berdiameter antara 12-13 cm, sedangkan panjangnya
lebih kurang 90 cm hingga 100 cm. Pada ujung bulatan yang berdiameter 15 m itu
ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan, kemudian diikat dengan
tali bambu dan dipaseuk / baji untuk mengencangkan kulit tersebut, sehingga
kalau dipukul Akan mengeluarkan suara dog.. dog.. dog. Akhirnya disebutlah alat
musik itu dogdog. Sedangkan lojor (bahasa Sunda dialek Banten) berarti
`panjang'. Biasanya dogdog yang ;mum panjangnya berukuran antara 30 — 40 cm.
Dogdog lojor mempunyai panjang 90 — 100 cm. Jadi, dogdog lojor adalah dogdog
yang panjang.
Fungsi
Upacara Seren
Taun, Upacara Sedekah, Upacara Ruwatan, syukuran 40 hari bayi lahir, dan
Upacara Ngabaladah `pembukaan' ladang baru dan upacara perkawinan, adalah
upacara yang selalu diiringi demean seni dogdog lojor ini.Masyarakat Banten
khususnya masyarakat Baduy mempunyai upacara-upacara yang dianggap sakral dan
magis, seperti upacara di atas. Di sini dogdog lojor sangat berperan karena
seni ini dianggap seni yang buhun dan mengandung nilai-nilai magis.
Seni dogdog
lojor dapat dijadikan sarana ungkapan rasa syukur, ungkapan penolak bala, dan
ungkapan persembahan, atau bahkan ungkapan rasa kegembiraan. Semua dapat
dilihat dalam upacara yang laksanakannya. Namun dalam perkembangan dewasa ini
seni dogdog lojor memudar, dari seni yang dianggap sakral dan magis menjadi
seni hiburan yang kapan dan di mana saja dapat dipertunjukkan.
Pemain dan
Waditra
Pemain yang
diperlukan dalam seni ini berjumlah minimal 12 orang yang terdiri atas 4 orang
pemain dogdog dan 8 orang pemain angklung; yang dibagi menjadi dua kelompok
demean jumlah orang yang sama. Para pemain tidak dimonopoli oleh kaum pria
saja, kini demean perkembangan jaman maka perempuan pun bisa memainkan seni
ini. Waditra yang dipergunakan dalam permainan ini adalah dogdog dan angklung.
Jalannya
Permainan
Diawali
pukulan dogdog sebagai aba-aba bagi pemain angklung, maka permainan ± 1 mulai
pada pukulan dogdog pakpak pong, pak……………. Pak……. pong, serempak pemain
angklung membunyikan angklungnya dengan membawakan lagu "Kacang
Buncis" atau "Tongeret".
Kacang Buncis
Cis kacang
buncis nyengcle
Ti anggolati
kuda
Nu geulis
tembong pingping
Keun bae jang
kaula
Cis kacang
buncis nyengcle
Kembang cengek
nu mencenges
Nu geulis keur
ngalewe
Dasar awewe
jerenges
Tongeret
Tongeret tong
Tongeret tong
kerrmiiiii
Tamiang dibeulahan
dibeulahan
Awewe
wantererrrrrrrrrrrr Awewe wantereriiiiiiirrrr Ngajak kawin kaduaan kaduaan
Biasanya
instrumen "Tongeret" adalah irama dasar yang terus-menerus mengiringi
permainan seni dogdog lojor ini.
Permainan
dogdog lojor ini terdiri atas :
Ucing-ucingan
Oray-orayan
Ngadu bedug /
dogdog
Ngadu domba
Ngadu jalan
Berbagai
permainan waditra di atas, menimbulkan berbagai macam gerak para mainnya
sehingga terlihat sangat dinamis demean teriakan hoyah para pemainnya. :gitu
pula demean lincah mereka memainkan angklung dan dogdog dalam berbagai rakan
tadi.
Beberapa istilah permainan ini
yang sama permainan dogdog lojor yang ada di Jawa Barat :
Angklung
Buncis daerah Priangan
Angklung
Gubrag daerah Bogor
Bedug Lojor
daerah Banten Selatan dan Utara
Angklung
Bungko daerah Cirebon
Badeng Badud
daerah Priangan sebelah utara
Wilayah
penyebaran dogdog lojor ini berada di Banten selatan, yaitu Bayah, carucuk,
Ciherang, Cisungsang, Cisitu,Citokek, Cinangka, dan Kanekes Baduy,
Penutup
Demikian yang
saya sampaikan tentang informasi sejarah dan kebudayaan wilayah Provinsi
Banten,tentunya makalah yang saya buat masih banyak kekurangan dan kelemahanya
karena kurangnya informasi dan referensi yang ada.
Semoga dengan
adanya makalah ini para pembaca dapat bertambah wawasan tentang informasi
kebudayaan dan kesenian provinsi Banten.Jika ada kekurangan mohon dimaafkan
kurang lebihnya mohon maaf wasallamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber
No comments:
Post a Comment