Saturday, January 2, 2016

Tugas 3 Pariwisata Sejarah dan Budaya Indonesia



Pariwisata Sejarah dan Budaya Indonesia
(Pariwisata Budaya di Daerah Banten)

Pengantar
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,terimakasih kepada Yang Maha Kuasa karena dengan Kuasanya saya dapat menulis sebuah makalah ini untuk memperdalam Sejarah dan Kebudayaan Provinsi Banten.Dalam menulis sebuah makalah ini penulis masih kurang akan pemahaman dan masih perlu bantuan dan dorongan dari para pembaca sehingga kendala kendala penulis dapat teratasi.Karena dengan dorongan akan membangunkan suasana yang baik pula.Sebelum lebih lanjut kepembahasan ada baiknya kita mengetahui latar belakang wilayah atau daerah yang penulis buat.
Pariwisata di Indonesia sangatlah unik karena Indonesia memiliki sejuta keanekaragaman suku dan Budaya.Indonesia adalah negara terbesar ke 4 didunia.Oleh karena itu negara indonesia ini sangatlah luas sekali.Budaya-Budaya peninggalan nenek luhur yang terus terjaga keasliannya.Budaya peninggalan nenek luhur di Indonesia sangat banyak dan tersebar keseluruh pelosok negeri.Salah satunya adalah kebudayaan di daerah banten.Banten adalah sebuah provinsi di Tatar Pasundan, serta wilayah paling barat di pulau jawa Indonesia.Pusat pemerintahanya berada di kota serang.
Banten juga memiliki keanekaragaman budaya yang masih terus dijaga dan dipelihara kelestariannya.Masyarakat diwilayah banten lebih banyak menggunakan bahasa sunda kasar berbeda dengan diwilayah bandung dan sekitarnya disana masih menggunakan bahasa sunda halus. Banten adalah salah satu Pusat Sejarah Islam yang terkenal pada masanya. Sebut saja Kesultanan Banten yang kala itu berhasil menguasai salah satu pelabuhan sibuk yaitu pelabuhan Banten dari tangan Kerajaan Sunda di abad 16. Sejak saat itu pula, para Sultan Banten mempunyai misi khusus yaitu mengembangkan Islam di ujung barat pulau Jawa hingga ujung selatan pulau Sumatera.Dari hasil pusat perkembangan kesultanan Banten tersebut, kini banyak ditemui peninggalan-peninggalan sejarah salah satu yang terkenal diantaranya adalah Masjid Agung Banten, yang hingga kini menjadi pusat ziarah bagi umat Islam di Jawa.
                Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian timur Provinsi Jawa Barat). Namun, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglang menggunakan bahasa Sunda Campuran Sunda Kuno, Sunda Modern, dan bahasa Indonesia, di Serang, dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.
Pembahasan
Sejarah Banten
Banten atau dahulu dikenal dengan nama Bantam pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka, dan makmur. Banten pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, yang ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947, dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian Raja Purnawarman. Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanagara (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan Kerajaan Sriwijaya), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis pada tahun 1513, Bantam menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Bantam adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.

Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan Banten di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibu kota atau pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan dirampasnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf mengklaim sebagai penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja sementara di sisi lain para Kandaga Lante dari Kerajaan Pajajaran secara resmi menyerahkan seluruh atribut dan perangkat kerajaan beserta abdi kepada Kerajaan Sumedang Larang untuk meneruskan kelanjutan Kerajaan Sunda atau Pajajaran yang merupakan trah Siliwangi.

Dengan dihancurkannya Pajajaran maka Banten mewarisi wilayah Lampung dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut: "From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region."[2]

Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Bantam merupakan pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Bantam terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata, dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan, dan kesenian rakyat, dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan, dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah masjid agung.
Pada awal abad ke-17 Masehi, Bantam merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan, dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Bantam untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Bantam. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Bantam, dan disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis, dan Denmark pun pernah datang di Bantam. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Bantam (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Bantam. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Bantam (1684) akibat tindakan orang Belanda.
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi, dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan yaitu Bantam Regentschappen dalam Provincie West Java di samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger (Priangan), dan Cirebon
Budaya-Budaya di Banten
Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam dengan semangat religius yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai.Potensi, dan kekhasan budaya masyarakat Banten, antara lain seni bela diri Pencak silat, Debus,. Di samping itu juga terdapat peninggalan warisan leluhur antara lain Masjid Agung Banten Lama, Makam Keramat Panjang, dan masih banyak peninggalan lainnya.
Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi antimodernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari nenek moyang, yang harus dipelihara, dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak. 

 Source gambar nasional.rimanews.com
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era Suharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidup mereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas orang Kanekes tidak dapat membaca atau menulis.
Suku ini masih memegang teguh akan peninggalan yang nenek moyang berikan,suku tersebut bahkan menolak bantuan teknologi dari pemerintah karena takut akan warisan nenek moyang mereka menjadi luntur.Oleh karena itu suku baduy masih memegang teguh warisan yang nenek moyang mereka berikan. Mata pencarian masyarakat Baduy yang paling utama adalah bercocok tanam padi huma dan berkebun serta membuat kerajinan koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang.Sebagian jika ada masa panen mereka membawa buah hasil panen ke daerah ciboleger untuk dijual.mereka sangat aktif dalam kegiatan bekerja.oleh karena itu kebudayaan mereka sangatlah kuat.
Debus
Mungkin sebagian orang jika mendengar kata debus pasti sudah beranggapan bahwa kesenian ini merupakan kesenian yang berhubungan makhluk halus.ada benarnya dan ada juga tidak benarnya.Kesenian ini memang berasal dari daerah banten.Kesenian ini kebanyakan menggunakan unsur magis didalamnya,bayangkan saja tubuh kita dapat kebal jika terkena bacokan oleh golok. Bentuk Atraksi Debus Permainan debus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan seni kebatinan yang bernuansa mistis. Kesenian debus biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, atau untuk hiburan masyarakat.

Source gambar Siloka.com


Pertunjukan ini dimulai dengan pembukaan, yaitu pembacaan sholawat dan dzikir yang diiringi musik dari alat musik tabuh lalu  dilanjutkan dengan beluk, yaitu lantunan nyanyian dzikir dengan suara keras, melengking, bersahut-sahutan dengan iringan tetabuhan. Uniknya, bersamaan dengan beluk  atraksi kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai dengan keinginan pemainnya, seperti menusuk perut dengan gada (semacam senjata); makan api; memasukkan jarum ke dalam lidah, kulit pipi dan anggota tubuh lainnya sampai tembus; menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang dikenakan hancur; dan masih banyak lagi. Hebatnya, semua ini dilakukan tanpa menyebabkan luka sedikitpun pada tubuh pemain yang melakukan atraksi debus ini.
Dahulu kala kesenian debus ini digunakan untuk mengusir kaum kaum penjajah para ulama di daerah banten menggunakan ilmu ini hanya untuk berjaga jaga jika ada musuh yang mengganggu daerah mereka.Para ulama tidak mau daerah mereka dijajah oleh bangsa asing.

Patingtung
Patingtung secara pasti belum diketahui berasal dan kata atau istilah apa, namun yang dipahami oleh masyarakat, kata Patingtung dapat diuraikan menjadi tiga buah suku kata, yaitu : p ting rung yang berasal dan Pk suara gendang kulanter atau iIpk (Kendang kecil yang diberdirikan), ThIg suara gendang jpjjjg (Kendang Kecil yang dibaringkan) dan Twig adalah suara kendang atau bedug yang besar (Nenok, 2000:15).
Seni Patingtung gerak dasarnya didominasi oleh gerakan pencak silat, mulai dan gerakan pembukaan sampal penutupan. Oleh karena itu Seni Patingtung identik dengan pencak silat. Seni Patingtung biasanya disajikan baik secara tunggal, duet, maupun kelompok yang kadang-kadang diselingi dengan seni tari yang atraktif seperti tari piring atau debus. Jurus silat yang dijadikan dasar sama seperti jurus-jurus silat pada umumnya.
                                               Source gambar udenguv.wordpress.com
 
Lahirnya Seni Patingtung tidak diketahui secara jelas, namun pada umumnya kelompok Seni Patingtung berkembang pada masyarakat Banten yang berbahasa Jawa. Menurut data dan informasi yang ada, sementara dapat disimpulkan bahwa munculnya Seni Patingtung bersamaan dengan masa berkembangnya zaman Kesultanan Banten sekitar tahun 1552 (Team Study Pengembangan Kesenian Tradisional Serang, 1992:68). Anggapan seperti itu muncul karena pada zaman Kesultanan Banten semua aspek kehdiupan masyarakatnya berkembang termasuk seni tradisional rakyat. Kemudian munculnya seni tradisional Banten tidak bisa dilepaskan den syiar Agama Islam yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh agama.
Menurut cerita dan mulut ke mulut, Seni Patingtung muncul pada mulanya sebagai alat para ulama untuk mengumpulkan masyarakat, misalnyajika sudah waktunya shalat selalu ditabuh bedug atau gongyang bunyinya gong-gong, tung-tung, dan tong-tong. Dewasa ini Seni Patingtung telah berkembang sebagai seni pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan. Masyarakat sering menganggap pertunjukan Seni Patingtung sebagai ungicapan rasa syukur atas peristiwa penting, seperti khitanan, kawinan, dan sebagainya. Oleh karena itu Seni Patingtung itu dipertunjukkan setelah upacara-upacara penting itu selesai dilaksanakan dengan lancar dan selamat.
C. Pertunjukan Seni Patingtung
Urut-urutan pertunjukan Seni Patingtung dapat dikelompokan ke dalam tiga tahap, yaltu tahap sebelum pertunjukan, tahap pertunjukan dan tahap setelah pertunjukan.
a. Tahap sebelum pertunjukkan
Tahap sebelum pertunjukan adalah proses untuk mempersiapkan sarana, misalnya mempersiapkan tempat pertunjukkan dalam bentuk panggung. Ukuran panggung tempat pertunjukkan bervariasi, ada yang luas, ada yang disesuaikan dengan kondisi tempat dan kemampuan (ada yang dengan ulcuran panggung 6m lebar 4m dan tinggi panggung antara lm-2,5m). Panggung yang sudah dibuat kemudian dihias dengan berbagai bentuk janur dan buah-buahan seperti pisang dan spanduk. Selain itu juga disiapkan gamelan, lampu penerang, pengeras suara termasuk sesajen dalam bentuk:
1) Air teh manis
2) Air teh pahit
3) Kopi pahit
4) Kopi manis
5) Kueh tujuh rupa
6) Telor ayam mentah, dan
7) Menyan
b. Tahap pertunjukan
Tahap pertunjukkan adalah tahap pelakonan seni Patingtung dalam bentuk tari karawitan, dan ketangkasan dalam memainkan alat sebelum pertunjukkan dimulai diawali dengan doa shalawat.Pertunjungkan Patingtung biasanya dibuka dengan pertunjukkan tari tunggal yang diiringi dengan musik gembrung (musik trompet) dengan senggakan-senggakan dan lagu-lagu instrumental terompet seperti: Adem Ayem, Numpak Sado, Uti-Uti Un.
Pertunjukkan dilanjutkan dengan tarian sambutan yang dimainkan oleh dua orang penari dengan gerakan-gerakan berkelahi dengan tangan kosong. Biasanya ada selingan acara dalam bentuk bobodoran dengan model dialog dan tari ketangkasan membawa piring.
Tarian berikutnya adalah tarian rampak yang dimainkan oleh tiga orang penari laki-laki yang diiringi gamelan pencak silat. Babak berikutnya adalah mengajukan Tari Pasangan pakai alat yaitu Trisula dan Tongkat atau Toya yang terbuat dan bambu. Tari pasangan ini mempertunjukkan perkelahian dengan tehnik menyerang dan tehnik menangkis.
Pertunjukkan diakhiri dengan tari tunggal mempergunakan golok dengan atraksi kekebalan tubuh oleh sayatan dan bacokan golok sendiri. Biasanya ditambah dengan acara debus dengan menampilkan ketangkasan mengupas kelapa dengan gigi, menggesek-gesek golok ke leher dan anggota tubuh lainnya, berguling-guling di atas dun paku, memakan bohiam, bara api, menggoreng kerupuk diatas kepala dan mengeluarkan kelelawar dan mulut.
c. Tahap setelab pertunjukan
Tahap setelah pertunjukkan adalah tahap untuk membereskan semua perlengkapan yang digunakan baik yang melekat pada tubuh setiap pemain melepas peralatan-peralatan yang ada di panggung pertunjukkan.
D. Pemain dan Waditra Seni Patingtung
Pemain seni patingtung terdiri dan penari dan pengrawit. Penari dapat juga disebut sebagai pesilat, karena pada dasarnya pemain patingtung adalah anggota perkumpulan persilatan tertentu. Untuk menjadi penari dibutuhkan persyaratan tertentu, seperti:
a) Mengucapkan bismillah 5 x dan shalawan 5 x
b) Menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama seperti: mencuri, berzina, berjudi, mabuk.
c) Harus beragama Islam dengan mengucapkan Syahadat
Jumlah penari antara 10 15 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut:
 Untuk membawakan tarian tunggal
 Untuk membawakan tarian sambutan
 Untuk membawakan tarian pasangan dengan menggunakan alat golok, trisula dan tongkat atau toya.
 Untuk membawakan tarian rampak
 Untuk membawakan tarian tunggal dengan menggunakan alat golok.
 Untuk membawakan tarian piring.
Sedangkan pengrawit adalah pemain yang memainkan seperangakat waditra yang terdiri dan 8 orang waditra. Waditra yang digunakan dalam seni patingtung adalah:
a) Kendang besar
b) Kendang kecil
c) Terompet
d) Gong dengan 3 macam ukuran
e) Ketuk
f) Kecrek
Selain waditra, juga terdapat peralatan tambahan untuk kelengkapan permainan, yaitu trisula, tongkat atau toya dan golok.

E. Busana Yang Digunakan Dalam Seni Patingtung
Busana yang digunakan dalam seni patingtung merupakan busana adat yang didominsai oleh warna hitam, yang terdiri dan baju, celana, lomar/ikat kepala dan ikat pinggang.
 Baju : Baju potongan kampret, yaitu baju potongan tanpa kerah, berkantung dua dibagain bawah kin dan kanan serta bertangan panjang.
 Celana : Celana potongan pangsi, yaitu celana dibuat tanpa kantong dan tanpa ikat pinggang.
 Lomar / Terbuat dan kain batik loreng, berbentuk IkatKepala segi tiga atau segi empat yang dilipat menjadi segi tiga.
 Ikat pinggang : Terbuat dan kain warna merah, berbentuk persegi panjang.
Dogdog Lojor
Dogdog Lojor merupakan untaian dua kata, yaitu dogdog dan lojor. Dogdog merupakan alat musik tabuh yang terbuat dari batang kayu yang berongga dengan bulatan berdiameter 15 cm dan ujungnya mengecil berdiameter antara 12-13 cm, sedangkan panjangnya lebih kurang 90 cm hingga 100 cm. Pada ujung bulatan yang berdiameter 15 m itu ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan, kemudian diikat dengan tali bambu dan dipaseuk / baji untuk mengencangkan kulit tersebut, sehingga kalau dipukul Akan mengeluarkan suara dog.. dog.. dog. Akhirnya disebutlah alat musik itu dogdog. Sedangkan lojor (bahasa Sunda dialek Banten) berarti `panjang'. Biasanya dogdog yang ;mum panjangnya berukuran antara 30 — 40 cm. Dogdog lojor mempunyai panjang 90 — 100 cm. Jadi, dogdog lojor adalah dogdog yang panjang.
Fungsi
Upacara Seren Taun, Upacara Sedekah, Upacara Ruwatan, syukuran 40 hari bayi lahir, dan Upacara Ngabaladah `pembukaan' ladang baru dan upacara perkawinan, adalah upacara yang selalu diiringi demean seni dogdog lojor ini.Masyarakat Banten khususnya masyarakat Baduy mempunyai upacara-upacara yang dianggap sakral dan magis, seperti upacara di atas. Di sini dogdog lojor sangat berperan karena seni ini dianggap seni yang buhun dan mengandung nilai-nilai magis.
Seni dogdog lojor dapat dijadikan sarana ungkapan rasa syukur, ungkapan penolak bala, dan ungkapan persembahan, atau bahkan ungkapan rasa kegembiraan. Semua dapat dilihat dalam upacara yang laksanakannya. Namun dalam perkembangan dewasa ini seni dogdog lojor memudar, dari seni yang dianggap sakral dan magis menjadi seni hiburan yang kapan dan di mana saja dapat dipertunjukkan.
Pemain dan Waditra
Pemain yang diperlukan dalam seni ini berjumlah minimal 12 orang yang terdiri atas 4 orang pemain dogdog dan 8 orang pemain angklung; yang dibagi menjadi dua kelompok demean jumlah orang yang sama. Para pemain tidak dimonopoli oleh kaum pria saja, kini demean perkembangan jaman maka perempuan pun bisa memainkan seni ini. Waditra yang dipergunakan dalam permainan ini adalah dogdog dan angklung.
Jalannya Permainan
Diawali pukulan dogdog sebagai aba-aba bagi pemain angklung, maka permainan ± 1 mulai pada pukulan dogdog pakpak pong, pak……………. Pak……. pong, serempak pemain angklung membunyikan angklungnya dengan membawakan lagu "Kacang Buncis" atau "Tongeret".
Kacang Buncis
Cis kacang buncis nyengcle
Ti anggolati kuda
Nu geulis tembong pingping
Keun bae jang kaula
Cis kacang buncis nyengcle
Kembang cengek nu mencenges
Nu geulis keur ngalewe
Dasar awewe jerenges

Tongeret
Tongeret tong
Tongeret tong kerrmiiiii
Tamiang dibeulahan dibeulahan
Awewe wantererrrrrrrrrrrr Awewe wantereriiiiiiirrrr Ngajak kawin kaduaan kaduaan

Biasanya instrumen "Tongeret" adalah irama dasar yang terus-menerus mengiringi permainan seni dogdog lojor ini.
Permainan dogdog lojor ini terdiri atas :
Ucing-ucingan
Oray-orayan
Ngadu bedug / dogdog
Ngadu domba
Ngadu jalan
Berbagai permainan waditra di atas, menimbulkan berbagai macam gerak para mainnya sehingga terlihat sangat dinamis demean teriakan hoyah para pemainnya. :gitu pula demean lincah mereka memainkan angklung dan dogdog dalam berbagai rakan tadi.
Beberapa istilah permainan ini yang sama permainan dogdog lojor yang ada di Jawa Barat :
Angklung Buncis daerah Priangan
Angklung Gubrag daerah Bogor
Bedug Lojor daerah Banten Selatan dan Utara
Angklung Bungko daerah Cirebon
Badeng Badud daerah Priangan sebelah utara
Wilayah penyebaran dogdog lojor ini berada di Banten selatan, yaitu Bayah, carucuk, Ciherang, Cisungsang, Cisitu,Citokek, Cinangka, dan Kanekes Baduy,
Penutup
Demikian yang saya sampaikan tentang informasi sejarah dan kebudayaan wilayah Provinsi Banten,tentunya makalah yang saya buat masih banyak kekurangan dan kelemahanya karena kurangnya informasi dan referensi yang ada.
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dapat bertambah wawasan tentang informasi kebudayaan dan kesenian provinsi Banten.Jika ada kekurangan mohon dimaafkan kurang lebihnya mohon maaf wasallamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber

No comments:

Post a Comment