KATA PENGANTAR
Puji syukur atas
Rahmat dan Karunia Allah yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Matakuliah Wisata Pendidikan ini. Tidak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada dosen kami Bapak Shobirien yang telah mempercayai saya untuk
mengerjakan tugas ini.
Semoga tulisan saya
ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca.
Karena keterbatasan saya dalam mengerjakan tugas ini, jija terdapat
kesalahan dalam penulisan mohon diberikan kritik dan saran yang membangun agar
kelak tidak terjadi kesalahan lagi.
WISATA SEJARAH DAN BUDAYA DI SEMARANG
Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan
terbesar kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota paling
berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir
mencapai 2 juta jiwa dan siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa. Dalam beberapa
tahun terakhir, perkembangan Semarang ditandai pula dengan munculnya beberapa
gedung pencakar langit di beberapa sudut kota. Sayangnya, pesatnya jumlah
penduduk membuat kemacetan lalu lintas di dalam Kota Semarang semakin macet.
Pada awalnya,
sejarah Semarang telah ada pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama
Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram
Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya
terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang
masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan.
Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu
merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu
sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana
Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng
Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan
disebut Kelenteng Sam Po Kong (daerah Gedung Batu). Pada akhir abad ke-15 M ada
seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made
Pandan, untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke
waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon
asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama
daerah itu menjadi Semarang.
Ekonomi Kota
Semarang cukup besar karena statusnya sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah.
Perekonomian Kota Semarang menurut data BPS 2012 didominasi sektor Industri dan
sektor Perdagangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) 2012 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp. 54,38 Triliun. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditandai
dengan banyaknya gedung tinggi berupa hotel,
kantor dan apartemen di Kota Semarang. Daftar gedung
tertinggi di Semarang menunjukkan Kota Semarang memiliki 22 gedung
dengan ketinggian 12 lantai atau lebih, dan 70 gedung dengan ketinggian
berkisar antara 7-11 lantai.
Kota Semarang
juga kaya akan kesenian yaitu ada Dugderan, Penganten Semarangan, Sesaji
Rewanda, Apitan (Sedekah Bumi), Kirap Pusaka Bende, Gambang Semarang, Batik
Semarangan, Tari Semarangan, Wayang Kulit, Wayang Orang, dan Ketoprak.
Kesenian yang
sangat menarik menurut saya adalah Wayang Orang Ngesti Pandowo. Wayang orang
Ngesti Pandowo merupakan salah satu ikon budaya Kota Semarang.
Dulu, ada unen-unen belum ke Semarang
kalau belum melihat pementasan Ngesti. Kelompok kesenian wayang orang yang
didirikan pada 1 Juli 1937 oleh lima tokoh yaitu Sastro Sabdo, Darso Sabdo,
Narto Sabdo, Sastrosoedirjo serta Kusni ini mengalami masa kejayaan mulai
pertengahan 1950-an hingga dekade 1980-an, terutama ketika masih menempati
Gedung GRIS di Jl Pemuda. Sebuah tempat yang kini menjadi Mal Paragon
Semarang.
(Wayang orang / foto diambil dari Google) |
Sesudah digusur dari GRIS pada
1996, kelompok ini kian surut. Kini, Ngesti Pandowo masih menggelar pementasan
rutin di Gedung Ki Narto Sabdho, kompleks Taman Budaya
Raden Saleh, Semarang, tiap Sabtu malam. Walaupun dengan penonton
yang bisa dihitung dengan jari.
(motif batik Semarang / foto diambil dari Google) |
Ciri khas dari
Batik Semarang adalah Batik Semarangan biasanya banyak menggunakan gambar atau
motif yang melambangkan ciri khas kota Semarang. Misalnya pohon asem, tugu
muda, lawang sewu, dan lain sebagainya. Selain itu, warna batik Semarangan
tidak semeriah batik Pekalongan. Namun, tidak sekalem warna batik Solo atau
Yogya.
Tidak afdol
rasanya ketika membicarakan suatu tempat tetapi tidak mengetahui makanan khas
dari kota tersebut. Makanan - makanan khas semarang adalah
1.
Lunpia atau lumpia. Lumpia semarang
adalah makanan yang berisi rebung muda, telur, dan daging ayam atau udang. Makanan
ini pertama kali dibawa masuk ke Kota Semarang pada tahun 1930 oleh seorang
pemuda Tiongkok bernama Jwa Dayu. Cita rasa lumpia semarang adalah perpaduan
rasa antara Tionghoa dan Indonesia. Lumpia yang paling terkenal di
semarang adalah Lumpia Gang Lombok atau Warung Siem. Ada 2 jenis
lunpia yang bisa dipesan di sini, yaitu lumpia basah Dan lumpia Kering, yaitu
lunpia yang sudah di goreng. Lunpia disajikan dengan saus yang ditaburi cacahan
bawang putih, cabe rawit, dan bawang muda.
(lumpia Semarang / Foto diambil dari Google) |
(Roti ganjel rel / Foto diambil dari Google) |
2. Roti ganjel rel adalah roti khas
Semarang. Ganjel rel juga biasa disebut kue gambang. Roti ganjel rel merupakan
salah satu peninggalan Belanda. Resep yang digunakan dari dulu sampai sekarang
tidak pernah berubah, masih asli dari zaman Belanda dulu. Disebut ganjel rel, karena
selain teksturnya yang bantat, dan juga bentuknya yang seperti ganjel rel
(bantalan rel). Roti ganjel rel bertekstur agak alot, namun sangat baik bagi
pencernaan. Roti ganjel rel berbentuk kotak dan berwarna coklat bertabur wijen.
rasa roti ganjel rel bercita rasa kayu manis. Teksturnya ulet dan padat dipadu
dengan aroma coklat dan kayu manis yang nendang di lidah. Karena teksturnya
yang ulet, jika makan 2 potong saja sudah cukup mengenyangkan di pe
rut.(Bandeng presto khas Semarang / Foto diambil dari Google) |
3. Bandeng Presto. Bandeng presto adalah makanan khas Indonesia
yang berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini dibuat dari ikan
bandeng yang dibumbui dengan bawang putih, kunyit, dan garam. Asal mulanya
ditemukan oleh Hanna Budimulya yang lahir di kota Pati, Jawa Tengah. Ikan
bandeng ini kemudian dimasak pada alas daun pisang dengan cara presto. Presto
adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan yang dimasak
dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan rapat. Air
yang berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air
yang timbul akan memasak makanan yang berada di dalam panci ini. Karena ikan
bandeng terkenal memiliki banyak duri, bandeng presto adalah makanan yang
digemari karena dengan cara masak presto duri-duri ini menjadi sangat lunak.
Bandeng presto biasanya di hidangkan dengan sambal terasi dan nasi hangat.
(Tahu Petis / foto diambil dari Google) |
4.
Tahu Petis. Tahu petis adalah jajanan khas kota Semarang
berupa tahu goreng yang dimakan dengan petis (saus berwarna hitam kental yang
biasanya terbuat dari udang) yang dioleskan atau disisipkan di tengah-tengah
tahu. Seperti tahu pong, tapi rasanya tidak asin, yaitu berasal dari tahu putih
yang digoreng sampai kecokelatan tanpa dibumbui atau dibumbui dengan larutan
garam dan bawang putih saja. Sedangkan petisnya berasa manis agak sedikit asin.
Agar menggugah selera, tahu petis biasanya dimakan dengan cabai rawit.
Keunikan makanan ini ada pada bumbu petis
berbahan dasar udang yang diracik dengan bumbu spesial sehingga menghasilkan
petis udang siap saji yang bearoma harum dan tidak menyengat. Dipadu dengan
tahu pong yang segar dan renyah sehingga menambah kelezatannya
(Wingko Babat/ foto diambil dari Google) |
6. Wingko Babat. Wingko adalah sejenis kue yang terbuat dari
kelapa, beras ketan, dan bahan-bahan lainnya. Kue ini sering dijual di stasiun
kereta api, stasiun bus atau juga di toko-toko kue. Di pulau Jawa, Wingko juga
sering menjadi oleh-oleh untuk keluarga, yang menjadikan kue ini terkenal. Ini
menyebabkan banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota
Semarang. Meskipun demikian, wingko babat sebenarnya berasal dari Babat. Ini
adalah daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur. Babat terletak di dekat Bojonegoro,
Jawa Timur yang terkenal akan kayunya dan karena baru saja ditemukan sumber
minyak di daerah ini.
Wingko biasanya berbentuk bundar dan agak
keras serta biasa disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil-kecil.
Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue
kecil yang dibungkus kertas. Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini
nikmat. Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek
wingko ini.
Tidak ke Semarang
namanya kalau belum mencicipi makanan diatas.
Bukan hanya sekedar upacara,
kesenian dan makanan khas. Semarang juga mempunyai banyak sekali
destinasi-destinasi wisata terdapat di sana. Ada pula seperti wisata Religi,
Sejarah, Budaya, dan ada pula wisata Belanja. Salah satu destinasi yang saya
angkat untuk saya bahas dalam wisata sejarah adalah Lawang Sewu dan wisata
Budaya yang saya angkat untuk saya bahas adalah Vihara Buddhagaya Watugong.
Lawang Sewu
Foto diambil dari Google |
Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan
kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Yang terletak di Komplek
Tugu Muda, Jalan Pemuda, Jawa Tengah 13220, Indonesia. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta
api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij
(NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek
Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag. Lawang Sewu
terletak di sisi timur Tugu Muda
Semarang, atau di
sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu),
ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak.
Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak
jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai
pintu. Berapakah sebenarnya jumlah pintu dari Lawang
Sewu? Seperti Kepulauan Seribu yang jumlah pulau yang
sebenarnya tak sampai 1.000, karena tercatat hanya 342 buah bulau saja. Sebutan
“Sewu” [Jawa: Seribu], merupakan penggambaran sedemikian banyaknya jumlah
pintunya. Menurut guide lawang sewu, jumlah lubang pintunya terhitung sebanyak
429 buah, dengan daun pintu lebih dari 1.200 (sebagian pintu dengan 2 daun
pintu, dan sebagian dengan menggunakan 4 daun pintu, yang terdiri dari 2 daun
pintu jenis ayun [dengan engsel], ditambah 2 daun pintu lagi jenis sliding
door/pintu geser).
Bangunan utama
Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke
bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasukkan bangunan utama, mereka
akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar
menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua
struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.
Dengan segala keeksotisan dan keindahannya Lawang Sewu ini merupakan salah satu
tempat yang indah untuk Pre Wedding.
Lawang Sewu
adalah salah satu tempat bersejarah saat masa perang kemerdekaan Indonesia.
Sisi menarik bangunan ini terletak pada riwayatnya, rancang arsitektural,
hingga sejumlah kisah bernuansa mistis.
Anda dapat menjumpai Lawang Sewu di kawasan Bundaran Tugu Muda, kota Semarang,
Jawa Tengah.
Riwayat Lawang
Sewu Semarang dimulai sejak tahun 1904 yang merupakan fase awal pembangunan
bangunan tersebut dan terselesaikan 3 tahun kemudian. Rancangan bangunan dibuat
oleh dua orang Belanda yang bernama B.J. Quendag dan J.F. Klinkhamer. Cetak
biru denah bangunan Lawang Sewu ini ditandatangani pada tahun 1903 di Amsterdam.
Di awal
permulaan, bangunan ini diperuntukkan sebagai kantor pusat NIS
(Nederlands-IndischeSpoorwegMaatschappij), yakni perusahaan kereta api milik
kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, PT. Kereta Api Indonesia yang dulu
bernama Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia sempat menggunakan bangunan
tersebut sebagai kantor. Dua instansi pemerintah lainnya juga pernah berkantor
di sini, yakni Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan Jawa Tengah dan Kantor
Badan Prasarana Kodam IV/Diponegoro. Pada masa itu dan hingga kini, masyarakat
Semarang menyebut bangunan tersebut sebagai “Lawang Sewu”.
Lawang Sewu
Semarang juga memiliki nilai historis. Bangunan tua ini pernah menjadi saksi
bisu Pertempuran Lima Hari di Semarang dan merupakan lokasi pertempuran antara
Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) melawan Kidobutai dan Kempetai Jepang. Inilah
sebab pemerintah lokal memasukkan bangunan tua tersebut sebagai salah satu
bangunan bersejarah di Semarang yang harus dilindungi. Bangunan Lawang Sewu
telah selesai dipugar dan direvitalisasi pada tahun 2011 lalu.
HAL MENARIK DI LAWANG SEWU
foto diambil dari Google |
Bangunan Lawang
Sewu memiliki tiga lantai. Anda akan diarahkan ke lantai dua melewati sebuah
tangga besar. Saat menaiki anak tangga, Anda dapat menyaksikan sebuah dinding
kaca berukiran indah dan warna-warni. Kaca yang langsung didatangkan dari
Belanda ini masih asli dan terawat. Tatkala menelusuri pintu-pintu dan
lorong-lorong sepanjang lantai dua, pemandu biasanya akan menjelaskan sejarah
bangunan ini. Coba lihat keadaan di luar bangunan, Anda dapat menyaksikan lalu
lintas di kawasan Tugu Muda saat berada di balkon gedung ini. Secara umum,
bangunan Lawang Sewu memiliki suasana yang terbilang cukup pengap dengan
pencahayaan yang remang-remang. Hal yang demikian turut menambah nuansa mistis
dan mencekam yang mana sering mewarnai cerita-cerita dari mereka yang pernah
berkunjung ke Lawang Sewu Semarang. Beberapa orang yang memiliki kepekaan
supranatural pernah mengisahkan tentang ragam penampakan yang ada di sana.
Tetapi sesungguhnya, suasana tersebut tidak mengurangi pesona yang dimiliki
bangunan tua yang berdesain indah dan artistik ini. Dari sekian banyak ruang
yang ada, hanya ada satu ruangan yang terbuka. Konon, ruangan tersebut dulunya
adalah ruangan kerja milik pejabat tinggi kolonial Belanda.
Penelusuran di
sepanjang lantai dua akan berakhir di ujung bangunan di mana Anda dapat
menemukan sebuah jembatan penghubung menuju gedung lainnya. Jembatan penghubung
ini akan membawa Anda sampai ke gedung bagian belakang. Saat menelusuri lorong
selanjutnya, akan terlihat sebuah selokan di bawah tepian sebuah lorong.
Selokan ini konon pernah menjadi tempat untuk membuang mayat yang kepalanya
telah dipenggal semasa penjajahan Jepang .
Dari lantai dua,
pemandu akan membawa Anda menuju bagian atas. Bagian ini merupakan loteng dan
menurut cerita pernah dijadikan tempat penyiksaan tawanan saat penjajahan
Jepang. Lawang Sewu juga memiliki ruang bawah tanah. Tetapi, Anda harus
membayar lagi tiket masuk untuk dapat masuk ke ruang bawah tanah ini. Di masa
lampau, ruangan yang semula berfungsi sebagai saluran pembuangan air ini pernah
dijadikan sebagai penjara. Saat akan memasuki ruang bawah tanah, Anda dapat
memabaca larangan untuk melakukan segala aktivitas berbau mistis. Untuk
menelusuri ruangan bawah tanah ini, Anda perlu menerobos genangan air yang
cukup tinggi.
Di Lawang Sewu
Semarang, juga terdapat gedung lain berukuran lebih kecil yang difungsikan
sebagai museum kereta api. Saat memasuki gedung ini, Anda dapat membaca tulisan
mengenai sejarah bangunan Lawang Sewu. Gedung ini memiliki beberapa ruangan.
Ruangan utama gedung dijadikan sebagai tempat untuk memamerkan sejumlah foto
berukuran besar serta peralatan untuk mengatur jalur kereta api di masa
Belanda. Saat menjelajahi bangunan Lawang Sewu, Anda dapat menemukan beberapa
spot menarik untuk mengambil foto. Bangunan yang artistik ini mampu
menghadirkan background unik yang lazim diminati banyak pecinta fotografi.
Foto diambil dari Google |
Vihara Buddhagaya
Watugong
Foto Diambil dari Google |
Semarang, salah satu kota bersejarah
yang ada di Indonesia, mempunyai banyak tempat wisata yang wajib untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Vihara
Buddhagaya yang terletak di Jalan Raya Pudakpayung Watugong, Semarang. Dari
pusat Kota Semarang, Anda dapat mencapai Vihara Buddhagaya dengan perjalanan
selama 45 menit dengan mobil ke arah Ungaran, atau jalan menuju Solo – Jogja. Karena
letaknya yang berada di pinggir jalan besar dan tepat di depan Markas Kodam IV
Diponegoro, Watugong, Vihara Buddhagaya dapat diakses dengan mudah. Kawasan ini
dinamakan Watugong karena di daerah tersebut ditemukan batu (watu) yang
bentuknya seperti gong.
Kompleks Vihara
Buddhagaya Watugong yang mempunyai luas 2,25 hektar ini terdiri dari 5 bangunan
utama dengan 2 bangunan utama, yaitu Pagoda Avalokitesvara dan Vihara
Dhammasala yang dibangun pada tahun 1955. Selain itu, dalam kompleks Vihara
Buddhagaya Watugong terdapat pula Monumen Watugong, patung Dewi Kwan Im, patung
Buddha di bawah pohon Bodhi yang terletak di pelataran vihara, patung Buddha
tidur berwarna coklat dengan pakaian dan tubuh berwarna emas di sebelah kiri
pagoda, serta kolam teratai di sekitar pagoda. Pohon Bodhi (Ficus Religiosa)
yang ada di pelataran Vihara Buddhagaya ini ditanam oleh Bhante Naradha
Mahathera pada tahun 1955.
Foto diambil dari Google |
Pagoda
Avalokitesvara sendiri digunakan untuk ritual Tjiam Shi, yaitu ritual untuk
mengetahui nasib umat manusia. Caranya adalah dengan menggoyangkan bambu yang
sudah diberi tanda hingga salah satu bambu terjatuh. Untuk membaca hasil
ramalan, Anda dapat meminta bantuan kepada petugas yang ada. Namun jika sudah
menggoyangkan bambu sebanyak 3 kali berturut-turut dan tidak ada bambu yang
terjatuh, konon hari itu bukan hari baik untuk meramalkan nasib.
Bangunan kedua
yang menyita perhatian dari Vihara Buddhagaya adalah Vihara Dhammasala.
Bangunan Dhammasala ini mempunyai dua lantai. Lantai pertama adalah aula
serbaguna yang mempunyai panggung di bagian depan, sedangkan di lantai kedua
terdapat ruang Dhammasala yang digunakan untuk acara ibadah umat Buddha. Di
dalam vihara ini terdapat patung Buddha duduk berwarna emas dengan ukuran
besar. Di sekeliling Vihara Dhammasala, terdapat pagar dengan ukiran relief
cerita Paticca Samuppada, yaitu proses kehidupan manusia dari lahir hingga
meninggal dunia.
Untuk memasuki
vihara, ada ritual khusus yang harus dijalankan, yaitu menginjak relief ayam,
ular, dan babi yang ada di pintu masuk vihara. Menurut keyakinan umat Buddha,
ayam merupakan simbol keserakahan, ular adalah lambang kebencian, sedangkan
babi melambangkan kemalasan. Dengan menginjak relief hewan-hewan ini, maka umat
manusia diharapkan dapat meninggalkan karakter-karakter tersebut dan dapat
masuk nirwana.
Vihara
Buddhagaya ini dibangun menggunakan material-material yang diimpor langsung
dari China. Baik genteng, relief-relief batu yang ada di tangga, lampu naga,
kolam naga, air mancur naga, patung kilin dan burung hong, serta semua
aksesoris yang ada di Vihara Buddhagaya merupakan material yang dibuat di
China. Saat ini, Vihara Buddhagaya merupakan salah satu bangunan yang berada di
bawah binaan Sangha Theravada, yaitu sebuah organisasi kebhikkuan yang
berpedoman pada Kitab Suci Tipitaka Pali.
Untuk kalian
yang tahu dan pernah nonton film Sun Go Kong, kalian harus coba ketempat ini.
Nuansa di film Sun Go Kong si Raja Kera yang sangat lincah dan nakal dan para
dewanya sangat kental di area obyek wisata satu ini, dari detail ornamen,
patung, sampai dengan taman pun seakan kita tidak sedang berada di kawasan
indonesia.
Akses untuk ke Semarang
1. Pesawat
Bagi yang
mempunyai waktu yang terbatas, dan mempunyai dana yang cukup. Untuk bepergian
ke Semarang bisa diakses menggunakan transportasi udara atau menggunakan
pesawat. Beberapa maskapai penerbangan seperti Sriwijaya Air, Garuda Indonesia,
dan juga Lion Air adalah maskapai yang membawa penumpang dari Jakarta-Semarang
pulang-pergi. Memiliki budget tambahan disarankan menggunakan pesawat karena
pastinya ketika sudah sampai di Kota Lumpia ini Anda bisa lebih lama untuk
mengeksplore Kota Semarang ini karena tentu Anda cukup banyak waktu untuk
berkeliling Kota. Tarif rata-rata pesawat berkisar antara 390.000 – 700.000-an
2. Kereta
Api
Untuk jenis
transportasi kedua ini bisa menjadi alternatif lain bagi Anda yang sepertinya
cukup memiliki banyak waktu selama dalam perjalanan. Selain itu soal biaya
tentunya lebih terjangkau dibandingkan dengan pesawat. Di Semarang ada dua
stasiun besar yang merupakan stasiun utama di Semarang. Untuk jalur kereta
eksekutif dan bisnis biasanya kereta akan berangkat dan berakhir pada Stasiun
Semarang Tawang. Sedangkan bagi perjalanan kelas ekonomi berada di Stasiun
Semarang Poncol. Meskipun saat ini kereta kelas ekonomi pun sebagian juga ada
di Stasiun Tawang. Sebagai contohnya tarif kereta Semarang – Jakarta PP bisa
didapatkan mulai dari yang kelas ekonomi seharga 65.000 sampai dengan eksekutif
300.000-an
3. Bus
Selain jalur
transportasi cepat seperti pesawat dan kereta. Ada jalur darat lain yang bisa
dijadikan referensi bagi wisatawan yang hendak bepergian ke Semarang.
Transportasi bus ini memang akan menghabiskan banyak waktu selama perjalanan.
Kira-kira kalau dihitung-hitung waktu tempuh yang dihabiskan untuk menggunakan
transportasi bus berkisar hampir 10 jam lamanya. Itupun tergantung padatnya
kondisi lalu lintas di jalan. Pilihan jenis transportasi bus ini juga
sepertinya sangat direkomendasikan bagi yang hobi jalan-jalan atau traveling.
Dimana selama perjalanan sudah pasti akan menemukan banyak hal unik yang bisa
dijadikan cerita bagi para traveller. Banyak sekali armada bus yang dapat
kalian gunakan salah satu contohnya Bus Pahala Kencana dengan harga Jakarta –
Semarang Rp. 200.000 (executive) s/d Rp. 220.000 (super executive)
4. Transportasi
Pribadi
Jika dirasa
Anda mempunyai banyak waktu untuk melakukan perjalanan yang cukup panjang dan
tidak terkesan ingin cepat sampai. Bisa juga menggunakan kendaraan pribadi baik
mobil ataupun motor. Sebenarnya sama saja ketika kita menggunakan bus untuk
alat transportasi umumnya. Namun terkadang orang-orang yang hobi touring
pastinya akan memilih untuk membawa kendaraan pribadi sendiri. Dimana
keuntungannya Anda bisa bebas berhenti dimana pun dan kapan saja. Akan tetapi
kekurangannya adalah masalah keselamatan dalam perjalanan Anda. Perjalanan jauh
dengan mengendarai kendaraan sendiri tentu membutuhkan banyak tenaga yang lebih
dan paling tidak juga harus sudah berpengalaman. Karena resiko nya sudah pasti
jauh lebih besar dibandingkan jika Anda menggunakan transportasi umum.
Untuk akses ke
dua destinasi yang saya jelaskan, saya ambil contoh dari stasiun tawang. Untuk
akses menuju lawang sewu anda bisa berkendara dengan transportasi umum. Cukup
naik angkutan umum satu kali kita sudah bisa sampai ke Lawang Sewu dengan
perkiraan memakan waktu 15menit. Dan untuk menuju ke Vihara Buddhagana Watugong
kita harus berkendara menggunakan bus antar kota dengan waktu sekitar 30 menit.
Akomodasi di dekat destinasi wisata
a. Lawang
Sewu
·
Hotel Crowne Plaza Semarang Hitel (bintang lima)
Dengan range harga Rp. 994.242 s/d Rp Rp. 1.745.076
b. Vihara
Buddhagana Watugong
·
Quest Hotel Semarang (bintang tiga)
Dengan range harga Rp. 438.000
Restaurant terdekat dari
destinasi wisata
a. Lawang
Sewu
·
Rodjo (Jalan
Pemuda 77, Semarang,
Indonesia)
0.4 km dari Gedung Lawang Sewu.
b. Vihara
Buddhagana Watugong
·
Restaurant Kampung Laut
PENUTUP
Demikianlah yang dapat saya
tuliskan dalam tulisan Wisata Sejarah ini. Semoga tulisan saya dapat menjadi
Inspirasi yang membaca untuk datang berwisata ke Kota Semarang.Wassalamu'alaikum
DAFTAR PUSTAKA
Annisa Oktaviana
4423143916
Ujasa Jasa Pariwisata B 2014
annisaoktaviaoaca@gmail.com
0813168045458
Sering sering ya kak. Kasih info tentang sejarah suatu daerah. Sangat membantu :)
ReplyDeleteSangat bermanfaat .... ditunggu daerah lainnya yaa ... :)
ReplyDeletewahh terimakasih kak sangat membantu menambah wawasan akan kotaa semarang :)
ReplyDeletewah ternyata bagus ya kota semarang
ReplyDelete