Kekayaan Pariwisata &
Budaya di Madura
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah pemanduan wisata budaya
1 tentang kekayaan pariwisata dan budaya di Madura ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Shobirien
selaku Dosen mata kuliah pemanduan wisata budaya1 di Usaha Jasa Pariwisata UNJ yang
telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat
berharap tulisan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan saya dan orang banyak mengenai kekayaan pariwisata dan budaya di
Madura. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tulisan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan tulisan yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga
tulisan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari
siapa saja yang membaca demi perbaikan tulisan ini di waktu yang akan datang.
Jakarta, Desember 2016
Penyusun
PEMBAHASAN
1.
Kota Madura
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur.
Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali).
Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju Madura,
selain itu untuk menuju pulau ini bisa dilalui dari jalur laut ataupun melalui
jalur udara. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di
Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di bangkalan, Selain itu juga bisa dilalui dari
Pelabuhan Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, ujung timur
Madura.
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat
Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Madura, Pulau
dengan sejarahnya yang panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan
pengaruh islamnya yang kuat.
Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku
dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka
berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja,
Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian
timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara
Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur
Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa
Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang .
Berbagai konotasi plus minus kerap dilontarkan oleh orang-orang dari luar
Pulau Madura. Konotasi plus, karena Madura memiliki keunggulan tradisi yang
barangkali tidak dimiliki oleh etnik lainnya, dan bahkan fenomena kebudayaan
Madura kerap menjadi obyek para peneliti untuk lebih mengenal tentang apa dan
bagaimana Madura.
Sisi lain, konotasi minus masyarakat
Madura, karena meiliki karakter “keras”, meski sebenarnya dipahami sebagai
karakter “tegas”. Carok, premanis di kota-kota besar, dan selalu tampak
menduduki usaha kelas ekonomi rendah, sehingga konotasi ini menjadi “bumerang”
orang-orang Madura, meski dalam pemahaman keliru.
Karena karakteristik itulah, plus minus Madura, demikian gencar menjadi
sorotan masyarakat luar, apalagi ketika terjadi kasus Sampit (perselisihan
antara masyarakat etnik Madura dengan Dayak di Kalimantan pada tahun 2005),
yang kemudian menjadi konflik yang benar-benar menyita pemikiran semua pihak,
mengakibatkan “popularitas” Madura
semakin terangkat. Namun demikian Madura adalah Madura dengan plus minus
yang justru menjadi kebanggaan masyarakat Madura sendiri.
Pulau Madura termasuk propoinsi Jawa
Timur. Pulau ini terkenal sebagai pemasok garam nasional bagi Indonesia.
Pilihan bertambak garam bagi penduduk Madura disebabkan kurang begitu suburnya
tanah pulau ini bagi pertanian. Karena alasan serupa, banyak orang Madura
menjadi perantau ke daerah-daerah lain di Indonesia. Komunitas Madura yang
besar dapat ditemukan di sejumlah pulau di Indonesia, yang umumnya menempati
wilayah-wilayah pesisir.
Suku yang mendiami pulau Madura adalah suku Madura. Suku Madura, adalah
salah satu suku di provinsi Jawa Timur, yang mendiami pulau Madura dan
pulau-pulau kecil sekitarnya. Populasi suku Madura termasuk yang ke-3 terbesar
di Indonesia, diperkirakan lebih dari 6.800.000 orang.
Orang Madura tersebar di pulau Madura dan pulau-pulau kecil sekitarnya,
yaitu pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Penyebaran orang Madura tidak
hanya di Jawa Timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain bahkan di luar
pulau Jawa seperti di Kalimantan bahkan sampai ke Malaysia.
Wilayah pemukiman orang Madura, terdiri dari 4 kabupaten, yaitu:
·
Bangkalan
·
Sampang
·
Pamekasan
·
Sumenep
Masyarakat Madura juga banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah
lain, terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hanya saja karena
karakter orang Madura yang terkenal keras, sehingga membuat mereka agak susah
beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya. Di beberapa tempat di
Kalimantan, seperti di Sambas dan Sampit, pernah terjadi konflik antara
masyarakat Madura dengan penduduk asli Kalimantan. Kejadian ini menjadi kenangan pahit bagi orang Madura,
karena akibat konflik tersebut, puluhan ribu orang Madura yang tidak terlibat
dalam kasus etnik tersebut terkena imbasnya dan kembali pulang ke kampung
halamannya di pulau Madura atau ke tempat-tempat lain yang lebih aman, walaupun
mereka masih berharap untuk bisa kembali ke Kalimantan meski warga Kalimantan
khususnya Dayak bertegas untuk tidak menerima mereka kembali.
Asal-usul suku Madura, tidak diketahui secara pasti, hanya ada beberapa cerita
rakyat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Menurut sebuah pendapat, bahwa
orang Madura dahulunya adalah penduduk asli pulau Jawa yang menghindar dari
tekanan para imigran baru yang semakin memenuhi pulau Jawa. Dari cerita lain
mengatakan bahwa orang Madura adalah keturunan orang Jawa yang sengaja
memisahkan diri dan tidak mau tunduk terhadap kekuasaan raja dan sultan di
pulau Jawa.
Apabila dilihat dari struktur fisik orang Madura, pada umumnya orang Madura
berkulit coklat matang dan gelap, rambut bergelombang, ikal dan ukuran tubuh
sedang, sepertinya mereka memiliki ras mirip ke india-indiaan dari ras tamil,
atau mungkin mendekati ras weddoid. Clurit, alat pertanian dan senjata dan
logat bahasa orang Madura juga mirip dengan orang India terutama Tamil.
Kemungkinan mereka adalah bangsa-bangsa yang bermigrasi dari daratan India ke
tanah Jawa, dengan membawa kebudayaan Hindu, sebelum masa Kerajaan Majapahit
hadir di tanah Jawa.
Orang Madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau. Jiwa perantau ini diakibatkan
karena tanah Madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian,
sehingga memaksa mereka untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan
yang lebih baik.
Karakter orang Madura, terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan
logat yang kental, memiliki sifat temperamental dan mudah tersinggung. Mereka
sangat hemat dan rajin bekerja. Mereka selalu menyisihkan sedikit penghasilan
mereka untuk persiapan naik haji.
Masyarakat Madura secara mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Mereka adalah
muslim yang taat dan fanatik. Agama Islam berkembang di Madura yang dibawa dari
pulau Jawa. Tapi walaupun mereka telah mengenal agama Islam sejak lama,
beberapa tradisi ritual lama masih tetap dijalankan seperti tradisi ritual
Pethik Laut atau Rokat Tasse.
Orang Madura berbicara dalam bahasa Madura, yang digunakan sebagai bahasa
utama orang Madura. Walaupun kediaman orang Madura berada di wilayah Jawa, tapi
banyak orang Madura yang tidak bisa berbahasa Jawa, tapi pada umumnya mereka
bisa berbahasa Indonesia, tapi dengan dialek Madura yang kental. Bahasa Madura
mempunyai penutur yang terpusat di pulau Madura, Ujung Timur pulau Jawa atau di
kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya,
Malang, sampai Banyuwangi, kepulauan Kangean, kepulauan Masalembo hingga di
beberapa daerah di pulau Kalimantan.
Madura di masa lalu, sekitar tahun 900-1500, pernah berada di bawah
pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singasari dan
Majapahit. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada
abad ke-18, Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882),
mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat
pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa
Timur.
Orang Madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam,
selain bertani pada tanaman jagung, ubi beberap jenis sayuran. Tanaman lain
adalah cengkeh dan tembakau, yang menjadikan wilayah Madura sebagai produsen
penting bagi industri rokok domestik. Selain itu Madura juga tekenal sebagai
daerah penghasil garam. Profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba.
Sebagian kecil menjadi nelayan dengan menggunakan perahu cadik dengan jaring
yang besar sedangkan para perempuan kebanyakan menjadi pedagang atau sebagai
buruh.
2. Budaya & Kesenian Madura
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama
oleh para anggota masyarakat, yang kalau dilaksanakan oleh para anggotanya,
melahirkan perilaku yang oleh para anggotanya dipandang layak dan dapat
diterima.
Kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak
tentang jagat raya yang berada di balik perilaku manusia, dan yang tercermin
dalam perilaku. Semua itu adalah milik bersama para anggota masyrakat, dan
apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat
diterima di dalam masyarakat.
Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa, bukan diwariskan secara
biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi sebagai suatu keseluruhan yang
terpadu.
Dari definisi diatas masyarakat Madura memiliki kebudayaan yang berbeda
dengan kebudayaan masyarakat-masyarakat pada umumnya (masyarakat di luar Pulau
Madura), meskipun Madura masih berada di wilayah Indonesia tapi karena factor letak
membuat kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berbeda-beda, dari satu daerah-ke
daerah lain pasti memiliki perbedaan kebudayaan.
Untuk kebudayaan masyarakat Madura sendir berbeda dengan kebudayaan
masyarakat lainnya, termasuk dengan kebudayaan Jawa Timur (Surabaya, Malang
dll) meskipun Madura masih satu provinsi dengan mereka. Masyarakat Madura
memiliki corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat Jawa.
Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan
“ditakuti” oleh masyarakat yang lain.
Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang Madura akan dibalas
dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau diinjak harga
dirinya, tidak menutp kemungkinan mereka akan membalas dengan yang lebih kejam.
Banyak orang yang berpendapat bahwa masyarakat Madura itu unik, estetis dan
agamis. Dapat dibuktikan dengan banyaknya masjid-masjid megah berdiri di Madura
dan tidak hanya itu saja, kebanyakan masyarakat Madura termasuk penganut agama
Islam yang tekun, ditambah lagi mereka juga berusaha menyisihkan uangnya untuk
naik haji. Dari hal tersebut tidak salah kalau masyarakat Madura juda dikenal
sebagai masyarakat santri yang sopan tutur katanya dan kepribadiannya.
Masyarakat Madura masih mempercayai dengan kekuatan magis, dengan melakukan
berbagai macam ritual dan ritual tersebut memberikan peranan yang penting dalam
pelaksanaan kehidupan masyarakat Madura. Salah satu bentuk kepercayaan terhadap
hal yang berbau magis tersebut adalah terhadab bendah pusaka yang berupa keris
atau jenis tosan aji dan ada kalanya melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat
Tasse (sama dengan larung sesaji).
·
Bahasa
Bahasa Madura banyak dipengaruhi bahasa Jawa, Melayu,
Bugis dan Tionghoa. Pengaruh bahasa Jawa terlihat dalam bentuk sistem hierarki
berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas pulau Madura. Banyak juga
kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia dan bahasa Melayu
Sumatra, tapi dengan lafal yang berbeda.
Bahasa Madura memiliki sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga
orang lain yang ingin mempelajari bahasa Madura akan mengalami kesulitan,
khususnya dari segi pelafalan tadi.
Bahasa Madura memiliki beberapa dialek, yaitu:
ü
dialek Bangkalan
ü
dialek Sampang
ü
dialek Pamekasan
ü
dialek Sumenep
ü
dialek Kangean
Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah
dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan
kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang
lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan
masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini seringkali bercampur
dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai
Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah
Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa
Jawa selain Madura.
·
Senjata Tradisional Madura
ü Celurit
Bagi masyarakat madura, clurit atau celurit tak dapat
dipisahkan dari budaya dan tradisi mereka hingga saat ini. Senjata tradisional
ini memiliki bilahnya berbentuk melengkung bentuk bilah inilah yang menjadi
ciri khasnya. Senjata tradisional indonesia lainnya hanya ada beberapa jenis
senjata yg memiliki bilah melengkung diantaranya adalah kerambit ( sumatra ),
arit ( jawa ), kujang ( jawa barat).
Clurit diyakini berasal dari legenda pak Sakera /
Sakerah, seorang mandor tebu dari Pasuruan yang menjadi salah satu tokoh
perlawanan terhadap penjajahan belanda. Beliau dikenal tak pernah meninggalkan
celurit dan selalu membawa / mengenakannya dalam aktifitas sehari- hari, dimana
saat itu digunakan sebagai alat pertanian / perkebunan. Beliau berasal dari
kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam. Pak
sakera melakukan perlawanan atas penidasan penjajah,Setelah Pak Sakerah
tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau dimakamkan di
Kota Bangil. Atau tepatnya di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari, daerah
paling selatan Kota Bangil.
Tindakan penjajah tersebut memimbulkan kemarahan
orang-orang madura, dan mulai berani melakukan perlawanan pada penjajah dengan
senjata andalan meraka adalah celurit. Sehingga celurit mulai beralih fungsi
menjadi simbol perlawanan, simbol harga diri serta strata sosial.
Di Madura, banyak dijumpai perguruan pencak silat yang
mengajarkan cara menggunakan celurit. Walaupun hanya sebuah benda mati, celurit
memiliki beragam cara penggunaannya. Ini tergantung dari niat pemakainya.
Dimana perguruan silat menggajarkan tidak sekadar diajarkan untuk melumpuhkan
lawan. Namun seorang pemain silat harus memiliki batin yang bersih dengan
berlandaskan agama.
ü Pakaian Adat Madura
Masyarakat umum mengenal pakaian khas Madura, yaitu hitam
serba longgar dengan kaos bergaris merah putih atau merah hitam, di dalamnya,
lengkap dengan tutup kepala dan kain sarung. Sebenarnya, pakaian yang terdiri
dari baju pesa`an dan celana gomboran ini merupakan pakaian pria untuk rakyat
kebanyakan, baik sebagai busana sehari-hari maupun sebagai busana resmi. Adanya
pengaruh cara berpakaian pelaut dari Eropa, terutama kaos bergaris yang
digunakan.
Dalam penggunaannya, baju pesa`an, celana gomboran dan kaos oblong ini
memiliki perbedaan fungsi bila dilihat dari cara memakainya. Kalangan pedagang
kecil, seringkali mempergunakan baju pesa`an dan kaos oblong warna putih,
dipadu dengan sarung motif kotak-kotak biasa. Sebaliknya para nelayan, umumnya
hanya menggunkan celana gomboran dengan kaos oblong.
Jaman dahulu, masyarakat mengenal baju pesa`an dalam dua
warna, yaitu hitam dan putih. Baju pesa`an biasanya dipakai oleh guru agama
atau molang. Pada masa sekarang, baju pesa`an warna hitamlah yang menjadi ciri
khas. Warna hitam ini melambangkan keberanian. Sikap gagah dan pantang mundur
ini merupakan salah satu etos budaya yang dimiliki masyarakat Madura.
Garis-garis tegas merah, putih atau hitam yang terdapat pada kaos yang
digunakan pun memperhatikan sikap tegas serta semangat juang yang sangat kuat,
dalam menghadapi segala hal.
Bentuk baju yang serba longgar dan pemakaiannya yang
terbuka melambangkan sifat kebebasan dan keterbukaan orang Madura.
Kesederhanaan bentuk baju ini pun menunjukkan kesederhanaan masyarakatnya,
teguh dan keras. Sarung palekat kotak-kotak dengan warna menyolok dan sabuk
katemang, ikat pinggang kulit lebar dengan kantong penghimpun uang di depannya
adalah perlengkapan lainnya. Terompah atau tropa merupakan alas kaki yang
umumnya dipakai.
üTanean Lanjhang
Tanean Lanjhang adalah Permukiman tradisional Madura adalah suatu kumpulan
rumah yang terdiri atas keluargakeluarga yang mengikatnya. Letaknya sangat
berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai. Antara permukiman dengan
lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut
galengan atau tabun, sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh
lahan garapannya. Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah.
Rumah adat Madura, hanya memiliki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan,
agar pemilik rumah, dapat mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu ini
dihiasi ukiran-ukiran asli Madura, dengan warna hijau dan merah, lambang
kesetiaan dan perjuangan.
Sebuah lukisan bunga, juga tampak menghiasi dinding depan rumah. Lukisan
ini, menggambarkan keharmonisan keluarga, sebuah impian rumah masa depan yang
bahagia.
Di samping kanan dan kiri rumah induk, di bangun rumah untuk anak-anaknya.
Anak tertua, menempati rumah sebelah kanan. Sedangkan yantg lain, menempati
rumah sebelah kiri. Biasanya, rumah induk, di tandai dengan hiasan 2 cengger
ayam yang ada di atas atap, dengan posisi berhadapan, mirip batu nisan sebuah
makam. Hiasan ini mengingatkan penghuni rumah pada kematian, yang pasti di
jalani oleh setiap mahluk hidup. Di bagian dalam rumah, berdiri 4 buah pilar
penyanggah yang tampak kokoh. Pilar-pilar ini, terhubung satu dengan lainnya,
sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. Pilar-pilar ini, kemudian di sebut
dengan pilar pasarean.
üMusik Saronen
Musik Saronen ini berasal dari Masyarakat Sumenep. Jika di Madura
mengadakan kesenian, musik saronen inilah yang akan mengiringinya. Musik
saronen merupakan perpaduan dari beberapa alat musik, tetapi yang paling
dominan adalah alat musik tiup berupa kerucut. Nah ini lah alat musik tiup yang
disebut dengan saronen.
ü
Karapan Sapi
Karapan Sapi adalah acara khas
masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September,
dan akan di lombakan lagi pada final di akhir bulan September atau October.
Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa
untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri
menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan
pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1
menit.
Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan
tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka
yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang
tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding
sebelumnya. Untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar
sehat dan kuat, dibutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan
maupun pemeliharaan lainnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan
telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan.
ü
Upacara Sandhur Pantel
Upacara Sandhur Pantel merupakan sebuah ritual untuk masyarakat Madura yang
berprofesi sebagai petani ataupun nelayan. Upacara ritual ini meruapkan upacara
yang menghubungkan manusia dengan makhluk ghaib atau sebagai sarana komunikasi
manusia dengan Tuhan Pecipta Alam Semesta. Upacara ini berupa tarian dan
nyanyian yang diiringi musik.
ü
Tarian Sholawat Badar atau rampak jidor
Tari yang dimainkan oleh para dara ini merupakan tari yang menggambarkan
karakter orang Madura yang sangat relegius. Seluruh gerak dan alunan irama
nyanyian yang mengiringi tari ini mengungkapkan sikap dan ekspresi sebuah
puji-pujian, do’a dan zikir kepada Allah SWT.
ü
Tarian Topeng Gethak
Tarian Topeng Gethak mengandung nilai fisolofis perjuangan warga Pamekasan
saat berupaya memperjuangkan kemerdekaan bangsa, Gerakan Tarian Topeng Gethak
ini mengandung makna mengumpulkan masa dimainkan oleh satu hingga tiga orang
penari. Asal muasal sebelumnya nama tarian ini bernama Tari Klonoan kata
klonoan ini berasal dari kata kelana atau berkelana, bermakna Bolodewo
berkelana, dan pada akhirnya Tari Klonoan ini Berubah nama menjadi Tari Topeng
Gethak.
ü
Tarian Rondhing
Tarian Rondhing ini berasal dari "rot" artinya mundur, dan
"kot - konding" artinya bertolak pinggang. Jadi tari rondhing ini
memang menggambarkan tarian sebuah pasukan bagaimana saat melakukan baris -
berbaris, yang ditariakan oleh 5 orang. Tarian Rondhing ini juga di angkat dari
perjuangan masyarakat Pamekasan.
3.
Tempat wisata di Madura
ü
museum keraton sumenep
Yang terkenal dari Museum Keraton Sumenep
ini adalah ceritanya tentang Piring Ajaib. Piring ini diyakini memiliki
kekuatan magis yang cukup unik, bahkan menurut penuturan penjaga setempat,
apabila makanan di letakkan atau disajikan diatas piring ini, maka makanan itu
tidak akan basi meskipun dibiarkan selama satu minggu.
Dan katanya, Piring yang berbentuk oval
ini sebenarnya adalah hadiah dari Raja Condronegoro kepada Sultan Abdurrahman
Pakunataningrat yang merupakan Raja Sumenep di generasi berikutnya. Di piring
tersebut terdapat lukisan wajah Raja Sampang Condronegoro, dan selalu digunakan
untuk menjamu tamu-tamu terhormat.
Di Museum Keraton Sumenep ini anda juga
bisa melihat sebuah Al-Quran raksasa yang ditulis dengan tangan, oleh seorang
wanita yang berasal dari Desa Bluto. Bayangkan saja berapa lama waktu yang
dihabiskan untuk menyelesaikan Al-Quran dengan Panjang 4 meter, dan lebar 3
meter tersebut, dan ternyata setelah di timbang ternyata berat Al-Quran
tersebut hampir mencapai sekitar 500 kilogram.
ü
Masjid Jami Sumenep
Masjid Jami’ Sumenep dari bentuk bangunannya bisa dikata merupakan
penggabungan berbagai unsur budaya. Mungkin pula sebagai bentuk akomodasi dari
budaya yang berkembang di masyarakatnya. Pada masa pembangunannya hidup berbaur
berbagai etnis masyarakat yang saling memberikan pengaruh.
Yang menarik lagi, bukan hanya kolaborasi gaya arsitektur lokal. Tetapi
lebih luas, yaitu antara arsitektur Arab, Persia, Jawa, India, dan Cina menjadi
satu di bangunan yang istimewa ini. Mungkin pula berbagai etnis yang tinggal
dan hidup di Madura lebih banyak lagi, sehingga membentuk struktur bangunan
lengkap dengan ornamen yang menghias bangunan ini secara keseluruhan.
Kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan-kiri halaman masjid,
sangat mungkin mewakili arsitektur Arab-Persia. Penerapannya tidak semata-mata,
terdapat sejumlah modifikasi yang berkembang seiring dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
Ornamen yang kemudian dipertegas dengan warna-warna menyala, menggambarkan
corak bangunan dari Gujarat-Cina. Semakin kental atmosfirnya ketika berada di
bagian dalam bangunan utama. Memperhatikan mihrab masjid yang berusia 799 tahun
ini, pada mimbar khotbah, hingga ornamen seperti keramik yang menghiasi
dindingnya.
ü
Api abadi
Tidak ada yang tahu asal muasal keajaiban alam ini. Tapi, ada legenda yang
dipercaya warga tentang asal api abadi ini. Yaitu legenda Kiai Moko, seorang
sakti dan ternama di Madura. Sebuah penelitian tentang kandungan gas alam atau
minyak di lahan sekitar lokasi pernah dilakukan, tapi tidak menemukan apa pun.
Nyala api yang muncul di permukaan tanah sama seperti nyala kompor gas,
biru dan bertekanan udara. Tidak sedikit pengunjung yang memanfaatkan api untuk
membakar ayam atau jagung yang sengaja disediakan pedagang di sekitar lokasi.
ü
Vihara Avalokitesvara
Bangunan seluas 3 Hektare ini didirikan pada abad 18. Sekitar 1.800 sebelum
masehi. Dinamakan juga Kelenteng Kwan Im Kiong karena di dalamnya ada patung
Kwan Im Po Sat alias Avalokitesvara, Dewi Welas Asih. Tingginya 155 sentimeter,
tebal tengah 36 cm, dan tebal bawah 59 cm.
ü
Monumen Arek Lancor
Monumen itu berbentuk lima Celurit yang berdiri tegak di pusat kota
Pamekasan dan di apit oleh pusat ibadah dua agama terbesar didunia, yaitu
Masjid Agung Asy Syuhada(Masjid Jami’) yang merupakan tempat ibadah umat Muslim
di Pamekasan dan Gereja Katolik Maria Ratu Para Rasul yang merupakan pusat
ibadah umat Kristen terbesar di Pamekasan.
Sebenarnya Arek Lancor merupakan bahasa Madura yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi celurit. Lima kobaran itu berbentuk kobaran api yang
saling berhadapan dan terdapat ujungruncing yang mengarah keatas. Arek Lancor
merupakan suatu lambang yang mewakili seluruh pribadi masyarakat Pamekasan dan
merupakan senjata masyarakat Madura pada umumnya, tidak sebatas digunakan
masyarakat Pamekasan.
ü
Tempat Wisata Makam Aer Mata Arosbaya
Makam-makam para raja bangkalan yang berada di situs makam aermata atau
juga dikenal dengan nama Pasarenan aermata ini, memiliki berbagai jenis motif
atau corak pada masing-masing makam. Dan itu bukan hanya motif atau corak
biasa, terdapat sebuah makna penting yang disampaikan oleh masing-masing motif.
Makam yang paling terkenal di situs makam aermata ini adalah Makam Ratu
Ibu, yang mana beliau merupakan permaisuri dari Panembahan Cakraningrat I, Raja
Bangkalan yang pertama. Wanita yang sering disapa dengan panggilan Kanjung Ratu
Ibu ini pernah menjalani pertapaan karena mengharapkan keluarganya bisa menjadi
penguasa madura hingga turunan ketujuh.
Saat doanya terkabulkan, beliau menceritakan pertapaannya itu kepada
suaminya, suaminya merasa sedih. Dan Pada akhirnya Kanjeng Ratu ibu juga merasa
sedih dan bersalah kepada suaminya, beliau kembali melakukan pertapaan sambil
menangis agar dosanya terampuni, air matanya yang terus berjatuhan itu lama
kelamaan menjadi sebuah kolam yang tidak akan pernah mengering meski sedang
musim kemarau panjang.
Menurut kabar yang beredar air yang ada di kolam aermata ini sangat
berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit, tidak hanya itu beberapa pedagang juga
percaya kalau dagangannya akan laku keras jika diciprati air dari kolam aermata
itu. Bahkan sekarang, bagi anda yang berkunjung ke situs makam aermata ini,
bisa membeli air tersebut yang sudah di kemas ke dalam sebuah botol yang
berukuran 1,5 liter.
ü
Tempat Wisata Mercusuar di Sembilangan
bangunan ini adalah Mercusuar Sembilangan yang berada di Desa Tanjung Piring , Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan - Madura. Nuansa horor ala Dunia Lain begitu terasa ketika
menyimak mercusuar itu yang ternyata merupakan bangunan kuno peninggalan masa
kolonial Belanda. Selain tampak dari gaya dan arsitektur bangunannya, juga
adanya prasasti yang terdapat di atas pintu masuk mercusuar ini. Dalam prasasti
yang tertulis dalam bahasa Belanda itu menyebutkan bahwa mercusuar ini dibangun pada tahun 1879 dan menyebut
nama Z.M. Willem III . Begitu juga dengan adanya prasasti yang lebih kecil di
bagian belakang gapura yang tertulis
tahun 1879. Mercusuar itu pada masa lampau dibangun untuk membantu
kapal-kapal dari Belanda yang masuk dari laut Jawa ke selat Madura untuk
kemudian bersandar di pelabuhan Tanjung Perak - Surabaya.Saat ini, mercusuar
itu berfungsi sebagai sarana bantu navigasi pelayaran di selat Madura oleh
Departemen Perhubungan. Rasa takjub saya ketika melangkahkan kaki memasuki
mercusuar Sembilangan yang berbentuk lingkaran dan struktur bangunannya terbuat
dari besi yang sangat tebal ini. Ribuan mur dan baut yang berukuran cukup besar
tampak menjadi perekat sambungan antar besi-besi itu. Di bagian tengah mercusuar terdapat
lubang pipa besi yang melingkar dengan diameter sekita 2 meter. Lubang
besi itu berfungsi semacam lift manual
untuk menaik-turunkan barang dari bawah ke atas dan sebaliknya.
Mercusuar setinggi 78 meter ini memiliki
16 lantai yang setiap lantainya ditandai dengan adanya dua buah jendela pada
sisi depan dan belakangnya. Pada setiap lantai itu terdapat tangga yang
berwarna hitam dan berbentuk melengkung setinggi sekitar 3 meter. Pada ujung
bawah tangga itu terdapat bongkahan besi dengan motif hiasan sederhana Melalui
jendela itu dan dari ketinggian,
pengunjung bisa mengamati panorama di sekitar pantai Sembilangan.
Penutup
Kesimpulan
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur
laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2. Pulau ini
memiliki ukuran lebih kecil dari pulau Bali. Madura merupakan pulau dengan suku
Madura yang mendiami pulau Madura tersebut. Populasi suku ini semakin banyak
dan tidak jarang dijumpai di setiap daerah yang ada di Indonesia. Madura
memiliki budaya yang tak habis-habis untuk dibahas karena suku Madura memiliki
kekayaan budaya, mulai dari asal usul suku Madura itu sendiri terbentuk, senjata
tradisional, rumah adat, tarian, upacara adat, dan tempat-tempat wisata yang
bernilai sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Kerenn
ReplyDeletekerenn bingitt tyasss!!!
ReplyDeleteWah menarik bgt nih mudah dicerna kata" nya. Semoga suatu saat bisa ngunjungin salah satunya!:)
ReplyDeleteMenarik yaaa pembahasannya. Bikin pengen kesana hehe:D
ReplyDeleteMenarik dan terima kasih info nya.
ReplyDelete