Sunday, January 3, 2016

T3_NurulHakimAristia_Madura

Kekayaan Pariwisata & Budaya di Madura

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah pemanduan wisata budaya 1 tentang kekayaan pariwisata dan budaya di Madura ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Shobirien selaku Dosen mata kuliah pemanduan wisata budaya1 di Usaha Jasa Pariwisata UNJ yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
       Saya sangat berharap tulisan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan saya dan orang banyak mengenai kekayaan pariwisata dan budaya di Madura. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tulisan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tulisan yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga tulisan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari siapa saja yang membaca demi perbaikan tulisan ini di waktu yang akan datang.


Jakarta, Desember 2016


Penyusun



PEMBAHASAN


1.      Kota Madura


Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali).
Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju Madura, selain itu untuk menuju pulau ini bisa dilalui dari jalur laut ataupun melalui jalur udara. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di bangkalan, Selain itu juga bisa dilalui dari Pelabuhan Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, ujung timur Madura.
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Madura, Pulau dengan sejarahnya yang panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan pengaruh islamnya yang kuat.
Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang .
Berbagai konotasi plus minus kerap dilontarkan oleh orang-orang dari luar Pulau Madura. Konotasi plus, karena Madura memiliki keunggulan tradisi yang barangkali tidak dimiliki oleh etnik lainnya, dan bahkan fenomena kebudayaan Madura kerap menjadi obyek para peneliti untuk lebih mengenal tentang apa dan bagaimana Madura.
Sisi lain, konotasi minus masyarakat Madura, karena meiliki karakter “keras”, meski sebenarnya dipahami sebagai karakter “tegas”. Carok, premanis di kota-kota besar, dan selalu tampak menduduki usaha kelas ekonomi rendah, sehingga konotasi ini menjadi “bumerang” orang-orang Madura, meski dalam pemahaman keliru.
Karena karakteristik itulah, plus minus Madura, demikian gencar menjadi sorotan masyarakat luar, apalagi ketika terjadi kasus Sampit (perselisihan antara masyarakat etnik Madura dengan Dayak di Kalimantan pada tahun 2005), yang kemudian menjadi konflik yang benar-benar menyita pemikiran semua pihak, mengakibatkan “popularitas” Madura  semakin terangkat. Namun demikian Madura adalah Madura dengan plus minus yang justru menjadi kebanggaan masyarakat Madura sendiri.
Pulau Madura termasuk propoinsi Jawa Timur. Pulau ini terkenal sebagai pemasok garam nasional bagi Indonesia. Pilihan bertambak garam bagi penduduk Madura disebabkan kurang begitu suburnya tanah pulau ini bagi pertanian. Karena alasan serupa, banyak orang Madura menjadi perantau ke daerah-daerah lain di Indonesia. Komunitas Madura yang besar dapat ditemukan di sejumlah pulau di Indonesia, yang umumnya menempati wilayah-wilayah pesisir.
Suku yang mendiami pulau Madura adalah suku Madura. Suku Madura, adalah salah satu suku di provinsi Jawa Timur, yang mendiami pulau Madura dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Populasi suku Madura termasuk yang ke-3 terbesar di Indonesia, diperkirakan lebih dari 6.800.000 orang.

Orang Madura tersebar di pulau Madura dan pulau-pulau kecil sekitarnya, yaitu pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Penyebaran orang Madura tidak hanya di Jawa Timur saja, tapi juga terdapat di provinsi lain bahkan di luar pulau Jawa seperti di Kalimantan bahkan sampai ke Malaysia.

Wilayah pemukiman orang Madura, terdiri dari 4 kabupaten, yaitu:
·         Bangkalan
·         Sampang
·         Pamekasan
·         Sumenep

Masyarakat Madura juga banyak yang ikut program transmigrasi ke wilayah lain, terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hanya saja karena karakter orang Madura yang terkenal keras, sehingga membuat mereka agak susah beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan barunya. Di beberapa tempat di Kalimantan, seperti di Sambas dan Sampit, pernah terjadi konflik antara masyarakat Madura dengan penduduk asli Kalimantan. Kejadian ini  menjadi kenangan pahit bagi orang Madura, karena akibat konflik tersebut, puluhan ribu orang Madura yang tidak terlibat dalam kasus etnik tersebut terkena imbasnya dan kembali pulang ke kampung halamannya di pulau Madura atau ke tempat-tempat lain yang lebih aman, walaupun mereka masih berharap untuk bisa kembali ke Kalimantan meski warga Kalimantan khususnya Dayak bertegas untuk tidak menerima mereka kembali.
Asal-usul suku Madura, tidak diketahui secara pasti, hanya ada beberapa cerita rakyat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Menurut sebuah pendapat, bahwa orang Madura dahulunya adalah penduduk asli pulau Jawa yang menghindar dari tekanan para imigran baru yang semakin memenuhi pulau Jawa. Dari cerita lain mengatakan bahwa orang Madura adalah keturunan orang Jawa yang sengaja memisahkan diri dan tidak mau tunduk terhadap kekuasaan raja dan sultan di pulau Jawa.
Apabila dilihat dari struktur fisik orang Madura, pada umumnya orang Madura berkulit coklat matang dan gelap, rambut bergelombang, ikal dan ukuran tubuh sedang, sepertinya mereka memiliki ras mirip ke india-indiaan dari ras tamil, atau mungkin mendekati ras weddoid. Clurit, alat pertanian dan senjata dan logat bahasa orang Madura juga mirip dengan orang India terutama Tamil. Kemungkinan mereka adalah bangsa-bangsa yang bermigrasi dari daratan India ke tanah Jawa, dengan membawa kebudayaan Hindu, sebelum masa Kerajaan Majapahit hadir di tanah Jawa.
Orang Madura pada dasarnya memiliki jiwa perantau. Jiwa perantau ini diakibatkan karena tanah Madura sendiri tidak subur untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga memaksa mereka untuk merantau ke daerah-daerah lain untuk penghidupan yang lebih baik.
Karakter orang Madura, terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan dan logat yang kental, memiliki sifat temperamental dan mudah tersinggung. Mereka sangat hemat dan rajin bekerja. Mereka selalu menyisihkan sedikit penghasilan mereka untuk persiapan naik haji.
Masyarakat Madura secara mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Mereka adalah muslim yang taat dan fanatik. Agama Islam berkembang di Madura yang dibawa dari pulau Jawa. Tapi walaupun mereka telah mengenal agama Islam sejak lama, beberapa tradisi ritual lama masih tetap dijalankan seperti tradisi ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse.
Orang Madura berbicara dalam bahasa Madura, yang digunakan sebagai bahasa utama orang Madura. Walaupun kediaman orang Madura berada di wilayah Jawa, tapi banyak orang Madura yang tidak bisa berbahasa Jawa, tapi pada umumnya mereka bisa berbahasa Indonesia, tapi dengan dialek Madura yang kental. Bahasa Madura mempunyai penutur yang terpusat di pulau Madura, Ujung Timur pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, kepulauan Kangean, kepulauan Masalembo hingga di beberapa daerah di pulau Kalimantan.
Madura di masa lalu, sekitar tahun 900-1500, pernah berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singasari dan Majapahit. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada abad ke-18, Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.
Orang Madura adalah pekerja keras, mereka memiliki profesi yang beragam, selain bertani pada tanaman jagung, ubi beberap jenis sayuran. Tanaman lain adalah cengkeh dan tembakau, yang menjadikan wilayah Madura sebagai produsen penting bagi industri rokok domestik. Selain itu Madura juga tekenal sebagai daerah penghasil garam. Profesi lain adalah beternak sapi, kambing dan domba. Sebagian kecil menjadi nelayan dengan menggunakan perahu cadik dengan jaring yang besar sedangkan para perempuan kebanyakan menjadi pedagang atau sebagai buruh.

2.      Budaya & Kesenian Madura

Kebudayaan adalah seperangkat peraturan atau norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang kalau dilaksanakan oleh para anggotanya, melahirkan perilaku yang oleh para anggotanya dipandang layak dan dapat diterima.
Kebudayaan terdiri dari nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada di balik perilaku manusia, dan yang tercermin dalam perilaku. Semua itu adalah milik bersama para anggota masyrakat, dan apabila orang berbuat sesuai dengan itu, maka perilaku mereka dianggap dapat diterima di dalam masyarakat.
Kebudayaan dipelajari melalui sarana bahasa, bukan diwariskan secara biologis, dan unsur-unsur kebudayaan berfungsi sebagai suatu keseluruhan yang terpadu.
Dari definisi diatas masyarakat Madura memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat-masyarakat pada umumnya (masyarakat di luar Pulau Madura), meskipun Madura masih berada di wilayah Indonesia tapi karena factor letak membuat kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berbeda-beda, dari satu daerah-ke daerah lain pasti memiliki perbedaan kebudayaan.
Untuk kebudayaan masyarakat Madura sendir berbeda dengan kebudayaan masyarakat lainnya, termasuk dengan kebudayaan Jawa Timur (Surabaya, Malang dll) meskipun Madura masih satu provinsi dengan mereka. Masyarakat Madura memiliki corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat Jawa. Masyarakatnya yang santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat yang lain.
Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang Madura akan dibalas dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau diinjak harga dirinya, tidak menutp kemungkinan mereka akan membalas dengan yang lebih kejam. Banyak orang yang berpendapat bahwa masyarakat Madura itu unik, estetis dan agamis. Dapat dibuktikan dengan banyaknya masjid-masjid megah berdiri di Madura dan tidak hanya itu saja, kebanyakan masyarakat Madura termasuk penganut agama Islam yang tekun, ditambah lagi mereka juga berusaha menyisihkan uangnya untuk naik haji. Dari hal tersebut tidak salah kalau masyarakat Madura juda dikenal sebagai masyarakat santri yang sopan tutur katanya dan kepribadiannya.
Masyarakat Madura masih mempercayai dengan kekuatan magis, dengan melakukan berbagai macam ritual dan ritual tersebut memberikan peranan yang penting dalam pelaksanaan kehidupan masyarakat Madura. Salah satu bentuk kepercayaan terhadap hal yang berbau magis tersebut adalah terhadab bendah pusaka yang berupa keris atau jenis tosan aji dan ada kalanya melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
·         Bahasa
Bahasa Madura banyak dipengaruhi bahasa Jawa, Melayu, Bugis dan Tionghoa. Pengaruh bahasa Jawa terlihat dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Sumatra, tapi dengan lafal yang berbeda.
Bahasa Madura memiliki sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang lain yang ingin mempelajari bahasa Madura akan mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura memiliki beberapa dialek, yaitu:
ü  dialek Bangkalan
ü  dialek Sampang
ü  dialek Pamekasan
ü  dialek Sumenep
ü  dialek Kangean

Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini seringkali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.

·         Senjata Tradisional Madura
ü  Celurit
      











Bagi masyarakat madura, clurit atau celurit tak dapat dipisahkan dari budaya dan tradisi mereka hingga saat ini. Senjata tradisional ini memiliki bilahnya berbentuk melengkung bentuk bilah inilah yang menjadi ciri khasnya. Senjata tradisional indonesia lainnya hanya ada beberapa jenis senjata yg memiliki bilah melengkung diantaranya adalah kerambit ( sumatra ), arit ( jawa ), kujang ( jawa barat).
Clurit diyakini berasal dari legenda pak Sakera / Sakerah, seorang mandor tebu dari Pasuruan yang menjadi salah satu tokoh perlawanan terhadap penjajahan belanda. Beliau dikenal tak pernah meninggalkan celurit dan selalu membawa / mengenakannya dalam aktifitas sehari- hari, dimana saat itu digunakan sebagai alat pertanian / perkebunan. Beliau berasal dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam. Pak sakera melakukan perlawanan atas penidasan penjajah,Setelah Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau dimakamkan di Kota Bangil. Atau tepatnya di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari, daerah paling selatan Kota Bangil.
Tindakan penjajah tersebut memimbulkan kemarahan orang-orang madura, dan mulai berani melakukan perlawanan pada penjajah dengan senjata andalan meraka adalah celurit. Sehingga celurit mulai beralih fungsi menjadi simbol perlawanan, simbol harga diri serta strata sosial.
Di Madura, banyak dijumpai perguruan pencak silat yang mengajarkan cara menggunakan celurit. Walaupun hanya sebuah benda mati, celurit memiliki beragam cara penggunaannya. Ini tergantung dari niat pemakainya. Dimana perguruan silat menggajarkan tidak sekadar diajarkan untuk melumpuhkan lawan. Namun seorang pemain silat harus memiliki batin yang bersih dengan berlandaskan agama.

ü  Pakaian Adat Madura

              

          










  Masyarakat umum mengenal pakaian khas Madura, yaitu hitam serba longgar dengan kaos bergaris merah putih atau merah hitam, di dalamnya, lengkap dengan tutup kepala dan kain sarung. Sebenarnya, pakaian yang terdiri dari baju pesa`an dan celana gomboran ini merupakan pakaian pria untuk rakyat kebanyakan, baik sebagai busana sehari-hari maupun sebagai busana resmi. Adanya pengaruh cara berpakaian pelaut dari Eropa, terutama kaos bergaris yang digunakan.
Dalam penggunaannya, baju pesa`an, celana gomboran dan kaos oblong ini memiliki perbedaan fungsi bila dilihat dari cara memakainya. Kalangan pedagang kecil, seringkali mempergunakan baju pesa`an dan kaos oblong warna putih, dipadu dengan sarung motif kotak-kotak biasa. Sebaliknya para nelayan, umumnya hanya menggunkan celana gomboran dengan kaos oblong.
Jaman dahulu, masyarakat mengenal baju pesa`an dalam dua warna, yaitu hitam dan putih. Baju pesa`an biasanya dipakai oleh guru agama atau molang. Pada masa sekarang, baju pesa`an warna hitamlah yang menjadi ciri khas. Warna hitam ini melambangkan keberanian. Sikap gagah dan pantang mundur ini merupakan salah satu etos budaya yang dimiliki masyarakat Madura. Garis-garis tegas merah, putih atau hitam yang terdapat pada kaos yang digunakan pun memperhatikan sikap tegas serta semangat juang yang sangat kuat, dalam menghadapi segala hal.
Bentuk baju yang serba longgar dan pemakaiannya yang terbuka melambangkan sifat kebebasan dan keterbukaan orang Madura. Kesederhanaan bentuk baju ini pun menunjukkan kesederhanaan masyarakatnya, teguh dan keras. Sarung palekat kotak-kotak dengan warna menyolok dan sabuk katemang, ikat pinggang kulit lebar dengan kantong penghimpun uang di depannya adalah perlengkapan lainnya. Terompah atau tropa merupakan alas kaki yang umumnya dipakai.


üTanean Lanjhang
                    

Tanean Lanjhang adalah Permukiman tradisional Madura adalah suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluargakeluarga yang mengikatnya. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun, sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya. Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah.
Rumah adat Madura, hanya memiliki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan, agar pemilik rumah, dapat mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asli Madura, dengan warna hijau dan merah, lambang kesetiaan dan perjuangan.
Sebuah lukisan bunga, juga tampak menghiasi dinding depan rumah. Lukisan ini, menggambarkan keharmonisan keluarga, sebuah impian rumah masa depan yang bahagia.
Di samping kanan dan kiri rumah induk, di bangun rumah untuk anak-anaknya. Anak tertua, menempati rumah sebelah kanan. Sedangkan yantg lain, menempati rumah sebelah kiri. Biasanya, rumah induk, di tandai dengan hiasan 2 cengger ayam yang ada di atas atap, dengan posisi berhadapan, mirip batu nisan sebuah makam. Hiasan ini mengingatkan penghuni rumah pada kematian, yang pasti di jalani oleh setiap mahluk hidup. Di bagian dalam rumah, berdiri 4 buah pilar penyanggah yang tampak kokoh. Pilar-pilar ini, terhubung satu dengan lainnya, sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. Pilar-pilar ini, kemudian di sebut dengan pilar pasarean.
                                                                             
üMusik Saronen












Musik Saronen ini berasal dari Masyarakat Sumenep. Jika di Madura mengadakan kesenian, musik saronen inilah yang akan mengiringinya. Musik saronen merupakan perpaduan dari beberapa alat musik, tetapi yang paling dominan adalah alat musik tiup berupa kerucut. Nah ini lah alat musik tiup yang disebut dengan saronen.

ü  Karapan Sapi

Karapan Sapi adalah acara khas masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di lombakan lagi pada final di akhir bulan September atau October. Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit.
Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya. Untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar sehat dan kuat, dibutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan.




ü  Upacara Sandhur Pantel















Upacara Sandhur Pantel merupakan sebuah ritual untuk masyarakat Madura yang berprofesi sebagai petani ataupun nelayan. Upacara ritual ini meruapkan upacara yang menghubungkan manusia dengan makhluk ghaib atau sebagai sarana komunikasi manusia dengan Tuhan Pecipta Alam Semesta. Upacara ini berupa tarian dan nyanyian yang diiringi musik.

ü  Tarian Sholawat Badar atau rampak jidor












Tari yang dimainkan oleh para dara ini merupakan tari yang menggambarkan karakter orang Madura yang sangat relegius. Seluruh gerak dan alunan irama nyanyian yang mengiringi tari ini mengungkapkan sikap dan ekspresi sebuah puji-pujian, do’a dan zikir kepada Allah SWT.

ü  Tarian Topeng Gethak

                     
Tarian Topeng Gethak mengandung nilai fisolofis perjuangan warga Pamekasan saat berupaya memperjuangkan kemerdekaan bangsa, Gerakan Tarian Topeng Gethak ini mengandung makna mengumpulkan masa dimainkan oleh satu hingga tiga orang penari. Asal muasal sebelumnya nama tarian ini bernama Tari Klonoan kata klonoan ini berasal dari kata kelana atau berkelana, bermakna Bolodewo berkelana, dan pada akhirnya Tari Klonoan ini Berubah nama menjadi Tari Topeng Gethak.

ü  Tarian Rondhing















Tarian Rondhing ini berasal dari "rot" artinya mundur, dan "kot - konding" artinya bertolak pinggang. Jadi tari rondhing ini memang menggambarkan tarian sebuah pasukan bagaimana saat melakukan baris - berbaris, yang ditariakan oleh 5 orang. Tarian Rondhing ini juga di angkat dari perjuangan masyarakat Pamekasan.

3.      Tempat wisata di Madura

ü  museum keraton sumenep
                     

Yang terkenal dari Museum Keraton Sumenep ini adalah ceritanya tentang Piring Ajaib. Piring ini diyakini memiliki kekuatan magis yang cukup unik, bahkan menurut penuturan penjaga setempat, apabila makanan di letakkan atau disajikan diatas piring ini, maka makanan itu tidak akan basi meskipun dibiarkan selama satu minggu. 
Dan katanya, Piring yang berbentuk oval ini sebenarnya adalah hadiah dari Raja Condronegoro kepada Sultan Abdurrahman Pakunataningrat yang merupakan Raja Sumenep di generasi berikutnya. Di piring tersebut terdapat lukisan wajah Raja Sampang Condronegoro, dan selalu digunakan untuk menjamu tamu-tamu terhormat.
Di Museum Keraton Sumenep ini anda juga bisa melihat sebuah Al-Quran raksasa yang ditulis dengan tangan, oleh seorang wanita yang berasal dari Desa Bluto. Bayangkan saja berapa lama waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan Al-Quran dengan Panjang 4 meter, dan lebar 3 meter tersebut, dan ternyata setelah di timbang ternyata berat Al-Quran tersebut hampir mencapai sekitar 500 kilogram.

ü  Masjid Jami Sumenep
Masjid Jami’ Sumenep dari bentuk bangunannya bisa dikata merupakan penggabungan berbagai unsur budaya. Mungkin pula sebagai bentuk akomodasi dari budaya yang berkembang di masyarakatnya. Pada masa pembangunannya hidup berbaur berbagai etnis masyarakat yang saling memberikan pengaruh.
Yang menarik lagi, bukan hanya kolaborasi gaya arsitektur lokal. Tetapi lebih luas, yaitu antara arsitektur Arab, Persia, Jawa, India, dan Cina menjadi satu di bangunan yang istimewa ini. Mungkin pula berbagai etnis yang tinggal dan hidup di Madura lebih banyak lagi, sehingga membentuk struktur bangunan lengkap dengan ornamen yang menghias bangunan ini secara keseluruhan.
Kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan-kiri halaman masjid, sangat mungkin mewakili arsitektur Arab-Persia. Penerapannya tidak semata-mata, terdapat sejumlah modifikasi yang berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Ornamen yang kemudian dipertegas dengan warna-warna menyala, menggambarkan corak bangunan dari Gujarat-Cina. Semakin kental atmosfirnya ketika berada di bagian dalam bangunan utama. Memperhatikan mihrab masjid yang berusia 799 tahun ini, pada mimbar khotbah, hingga ornamen seperti keramik yang menghiasi dindingnya.

ü  Api abadi









Tidak ada yang tahu asal muasal keajaiban alam ini. Tapi, ada legenda yang dipercaya warga tentang asal api abadi ini. Yaitu legenda Kiai Moko, seorang sakti dan ternama di Madura. Sebuah penelitian tentang kandungan gas alam atau minyak di lahan sekitar lokasi pernah dilakukan, tapi tidak menemukan apa pun.
Nyala api yang muncul di permukaan tanah sama seperti nyala kompor gas, biru dan bertekanan udara. Tidak sedikit pengunjung yang memanfaatkan api untuk membakar ayam atau jagung yang sengaja disediakan pedagang di sekitar lokasi.

ü  Vihara Avalokitesvara













Bangunan seluas 3 Hektare ini didirikan pada abad 18. Sekitar 1.800 sebelum masehi. Dinamakan juga Kelenteng Kwan Im Kiong karena di dalamnya ada patung Kwan Im Po Sat alias Avalokitesvara, Dewi Welas Asih. Tingginya 155 sentimeter, tebal tengah 36 cm, dan tebal bawah 59 cm.

ü  Monumen Arek Lancor
 Monumen Arek Lancor adalah monumen perjuangan yang merupakan tugu peringatan kepahlawanan rakyat Madura dalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Monumen itu berbentuk lima Celurit yang berdiri tegak di pusat kota Pamekasan dan di apit oleh pusat ibadah dua agama terbesar didunia, yaitu Masjid Agung Asy Syuhada(Masjid Jami’) yang merupakan tempat ibadah umat Muslim di Pamekasan dan Gereja Katolik Maria Ratu Para Rasul yang merupakan pusat ibadah umat Kristen terbesar di Pamekasan.
Sebenarnya Arek Lancor merupakan bahasa Madura yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi celurit. Lima kobaran itu berbentuk kobaran api yang saling berhadapan dan terdapat ujungruncing yang mengarah keatas. Arek Lancor merupakan suatu lambang yang mewakili seluruh pribadi masyarakat Pamekasan dan merupakan senjata masyarakat Madura pada umumnya, tidak sebatas digunakan masyarakat Pamekasan.
ü  Tempat Wisata Makam Aer Mata Arosbaya















Makam-makam para raja bangkalan yang berada di situs makam aermata atau juga dikenal dengan nama Pasarenan aermata ini, memiliki berbagai jenis motif atau corak pada masing-masing makam. Dan itu bukan hanya motif atau corak biasa, terdapat sebuah makna penting yang disampaikan oleh masing-masing motif.
Makam yang paling terkenal di situs makam aermata ini adalah Makam Ratu Ibu, yang mana beliau merupakan permaisuri dari Panembahan Cakraningrat I, Raja Bangkalan yang pertama. Wanita yang sering disapa dengan panggilan Kanjung Ratu Ibu ini pernah menjalani pertapaan karena mengharapkan keluarganya bisa menjadi penguasa madura hingga turunan ketujuh.
Saat doanya terkabulkan, beliau menceritakan pertapaannya itu kepada suaminya, suaminya merasa sedih. Dan Pada akhirnya Kanjeng Ratu ibu juga merasa sedih dan bersalah kepada suaminya, beliau kembali melakukan pertapaan sambil menangis agar dosanya terampuni, air matanya yang terus berjatuhan itu lama kelamaan menjadi sebuah kolam yang tidak akan pernah mengering meski sedang musim kemarau panjang.
Menurut kabar yang beredar air yang ada di kolam aermata ini sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit, tidak hanya itu beberapa pedagang juga percaya kalau dagangannya akan laku keras jika diciprati air dari kolam aermata itu. Bahkan sekarang, bagi anda yang berkunjung ke situs makam aermata ini, bisa membeli air tersebut yang sudah di kemas ke dalam sebuah botol yang berukuran 1,5 liter.

ü  Tempat Wisata Mercusuar di Sembilangan
                  
                    
bangunan ini adalah Mercusuar Sembilangan yang berada di  Desa Tanjung Piring , Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan - Madura. Nuansa horor ala Dunia Lain begitu terasa ketika menyimak mercusuar itu yang ternyata merupakan bangunan kuno peninggalan masa kolonial Belanda. Selain tampak dari gaya dan arsitektur bangunannya, juga adanya prasasti yang terdapat di atas pintu masuk mercusuar ini. Dalam prasasti yang tertulis dalam bahasa Belanda itu menyebutkan bahwa mercusuar  ini dibangun pada tahun 1879 dan menyebut nama Z.M. Willem III . Begitu juga dengan adanya prasasti yang lebih kecil di bagian belakang gapura yang tertulis  tahun 1879. Mercusuar itu pada masa lampau dibangun untuk membantu kapal-kapal dari Belanda yang masuk dari laut Jawa ke selat Madura untuk kemudian bersandar di pelabuhan Tanjung Perak - Surabaya.Saat ini, mercusuar itu berfungsi sebagai sarana bantu navigasi pelayaran di selat Madura oleh Departemen Perhubungan. Rasa takjub saya ketika melangkahkan kaki memasuki mercusuar Sembilangan yang berbentuk lingkaran dan struktur bangunannya terbuat dari besi yang sangat tebal ini. Ribuan mur dan baut yang berukuran cukup besar tampak menjadi perekat sambungan antar besi-besi  itu. Di bagian tengah mercusuar  terdapat  lubang pipa besi yang melingkar dengan diameter sekita 2 meter. Lubang besi itu berfungsi semacam lift manual  untuk menaik-turunkan barang dari bawah ke atas dan sebaliknya. Mercusuar setinggi 78 meter  ini memiliki 16 lantai yang setiap lantainya ditandai dengan adanya dua buah jendela pada sisi depan dan belakangnya. Pada setiap lantai itu terdapat tangga yang berwarna hitam dan berbentuk melengkung setinggi sekitar 3 meter. Pada ujung bawah tangga itu terdapat bongkahan besi dengan motif hiasan sederhana Melalui jendela itu dan dari ketinggian,  pengunjung bisa mengamati panorama di sekitar pantai Sembilangan.



Penutup

Kesimpulan
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.168 km2. Pulau ini memiliki ukuran lebih kecil dari pulau Bali. Madura merupakan pulau dengan suku Madura yang mendiami pulau Madura tersebut. Populasi suku ini semakin banyak dan tidak jarang dijumpai di setiap daerah yang ada di Indonesia. Madura memiliki budaya yang tak habis-habis untuk dibahas karena suku Madura memiliki kekayaan budaya, mulai dari asal usul suku Madura itu sendiri terbentuk, senjata tradisional, rumah adat, tarian, upacara adat, dan tempat-tempat wisata yang bernilai sejarah. 



DAFTAR PUSTAKA



5 comments: